• Tidak ada hasil yang ditemukan

Posisi Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 ( Studi Analisis Realisme Hubungan Internasional )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Posisi Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 ( Studi Analisis Realisme Hubungan Internasional )"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara atau lebih populer dengan

sebutan Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) merupakan sebuah

organisasi geopolitik dan ekonomi dari negara-negara di kawasan Asia Tenggara,

yang didirikan di Bangkok, 8 Agustus 1967 berdasarkan Deklarasi Bangkok oleh

Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand.

Organisasi ini bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

kemajuan sosial, dan pengembangan kebudayaan negara-negara anggotanya,

memajukan perdamaian dan stabilitas di tingkat regionalnya, serta meningkatkan

kesempatan untuk membahas perbedaan di antara anggotanya dengan damai1.

Sejarah terbentuknya kerjasama oleh negara – negara yang berada di

kawasan Asia Tenggara sebelum terbentuknya ASEAN diawali oleh adanya

SEATO ( South East Asia Treaty Organization ) yang dibentuk pada September

1954.

Beberapa dekade setelah ASEAN terbentuk timbul keinginan negara –

negara anggota ASEAN membentuk sebuah komunitas Asia Tenggara yang

1

(2)

terintegrasi yang langsung ditindaklanjuti pada pertemuan para pemimpin negara

– negara anggota ASEAN di Kuala Lumpur yang membahas tentang peningkatan

kompetisi di bidang ekonomi kawasan Asia tenggara, tahun 2003 pada Perjanjian

Bali II dan ditandanganinya Piagam ASEAN pada tahun 2007. Hasil dari ketiga

perjanjian tersebut secara garis besar menuntut adanya negara – negara ASEAN

yang terintegrasi di berbagai aspek strategis. Adapun hasil dari pejanjian –

perjanjian yang dilaksanakan bahwa negara – negara anggota ASEAN sepakat

untuk membentuk ASEAN COMMUNITY yang terdiri dari 3 pilar, yaitu APSC

( ASEAN Political – Security Community ), ASCC ( ASEAN Sosio – Cultural Community ) dan AEC ( ASEAN Economic Community ).

AEC merupakan salah satu dari tiga pilar yang paling awal akan

dilaksanakan, yaitu pada tahun 2015. Ekonomi yang meripakan tonggak penopang

utama dalam proses integrasi kawasan merupakan pertimbangan utama dalam

meletakkan AEC atau sering disebut juga MEA ( Masyarakat Ekonomi ASEAN )

pada urutan pertama dalam proses perjalanan menuju ASEAN COMMUNITY

pada tahun 2020 nantinya.

MEA dalam pelaksanaannya memiliki 4 dasar yaitu2:

1. Single Market and Production base, yaitu membentuk pasar tunggal di kawasan Asia Tenggara sehingga menjadi basis produksi dunia,

2

(3)

2. Competitive Economic Region, mewujudkan kawasan Asia Tenggara yang kompetitif dalam bidang ekonomi,

3. Equitable Economic Development, mewujudkan pembangunan ekonomi kawasan Asia Tenggara yang adil dan

4. Integration into The Global Economy, mewujudkan kawasan Asia Tenggara yang kuat dalam aspek ekonomi di seluruh dunia.

Keberadaan akan adanya pasar tunggal pada 2015 nantinya akan

memberikan keniscayaan akan perubahan besar – besaran dalam dinamika

ekonomi dunia pada umumnya, maupun pada negara – neagara kawasan Asia

Tenggara sendiri, khususnya Indonesia.

Peran Indonesia dalam sejarah Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia

Tenggara (ASEAN) terbilang besar. Sejak Berdiri 46 tahun lalu, Indonesia

terutama berperan penting menjaga stabilitas politik dan keamanan kawasan. Saat itu Indonesia dianggap sebagai ‘kakak tertua” dan paling berpengaruh. dalam setiap persidangan yang digelar ASEAN, sikap yang diambil Indonesia biasanya

diadopsi menjadi sikap bersama ASEAN. Namun, sejak ambruknya Orde Baru

dan krisis ekonomi yang meluluhlantakan landasan ekonomi nasional, peran

Indonesia mulai meredup3.

Indonesia, sebagai representatifnya adalah pemerintah, dalam memandang

MEA khususnya pasar tunggal, menurut penulis memiliki 2 sisi penglihatan, yaitu

3

(4)

peluang dan tantangan. Adapun peluang yang dilihat ialah integrasi ekonomi

dalam mewujudkan AEC 2015 dalam pembukaan dan pembentukan pasar yang

lebih besar, dorongan dan peningkatan efisiensi dan daya saing serta pembukaan

peluang penyerapan tenaga kerja di kawasan ASEAN, akan meningkatkan

kesejahteraan seluruh negara di kawasan4.

Tantangan dalam mewujudkan MEA bagi Indonesia sangat beragam,

namun penulis hanya mengemukakan tantangan yang cukup rentan, yaitu adanya

pengurangan kewenangan negara untuk menggunakan kebijkan fiskal, keuangan

dan moneter untuk mendorong kinerja ekonomi dalam negeri5.

Pengurangan kewenangan negara tersebut menjadikan negara sebagai

aktor yang terjebak dalam ketergantungan atau interdepedensi. Di bawah situasi

interdepedensi yang kompleks, makna kedaulatan akan mengalami pergeseran.

Negara bangsa dalam suatu batas territorial tertentu tidak akan dapat

menggunakan kekuasaan otoritatifnya atas nama kedaulatan nasional menyangkut

persoalan – persoalan dalam negeri, yang seharusnya menjadi wewenang

otoritatifnya. Ini karena keputusan – keputusan penting mungkin diformulasikan

oleh perusahaan – perusahaan transnasional yang berbasis global atau kebijakan

yang diambil suatu negara akan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

negara lain. Dengan kata lain, otonomi negara telah sedemikian berkurang karena

4

Departemen Perdagangan Republik Indonesia. Menuju ASEAN Economic Community 2015. Jakarta, hal 74 5

(5)

semua kebijakan dan keputusan yang diambil oleh elit – elit pemegang kekuasaan

tidak dapat melepaskan diri dari dampak pengaruh negara lain6.

Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat adanya kesimpulan khusus yang

dapat ditarik, yaitu demi mewujudkan kesejahteraan rakyatnya, dengan dicapainya

kepentingan nasional, Indonesia ikut bergabung dalam MEA dengan konsekuensi

akan mengurangi kewenangannya sendiri, maka penulis tertarik mempelajari dan

meneliti dalam sebuah deskripsi mengenai posisi Indonesia dalam Masyarakat

Ekonomi ASEAN terutama berkaitan dengan paham yang sangat bertolak

belakang, yaitu teori realisme yang notabene menuntut adanya negara yang kuat.

Realisme menempatkan negara – bangsa sebagai entitas politik yang

berdaulat dan independen dan menjadi center of gravity. Aktor – aktor yang lain

hanyalah bersifat sekunder karena dinamika politik global sepenuhnya

dikendalikan oleh aktor negara. Realisme mengasumsikan politik global sebagai

kumpulan negara – negara yang memperjuangkan kepentingan nasional masing –

masing dengan instrumen utamanya adalah kekuatan militer7.

Maka untuk menjawab permasalahan tersebut, penulis mencoba

mengangkat dalam tulisan ini yang semoga dapat memberikan kontribusi dan

masukan bagi masyarakat dengan judul Posisi Indonesia dalam Masyarakat

Ekonomi ASEAN 2015 ( Studi Analisis Realisme Hubungan Internasional ).

6

Budi Winarno. Dinamika Isu – Isu Global Kontemporer. Yogyakarta : PT. Buku Seru. 2014. Hal. 121 - 122 7

(6)

1.2 Rumusan Masalah

Agar penelitian ini memiliki arah yang jelas dalam menginterpretasikan

fakta dan data ke dalam penulisan skripsi ini, maka dirumuskan dahulu

masalahnya. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di dalam latar belakang,

maka penulis merumuskan masalah yaitu bagaimana posisi Indonesia dalam

Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 dilihat dari perspektif realisme.

1.3 Batasan Masalah

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti membuat pembatasan masalah

terhadap masalah yang akan dibahas agar hasil yang diperoleh tidak menyimpang

dari tujuan yang ingin dicapai, maka penelitian ini hanya membahas :

“ untuk melihat posisi Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015

dilihat dari perspektif realisme. “.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

“ mengetahui posisi Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 dilihat

dari perspektif realisme ”.

1.5 Manfaat Penelitian

Berangkat dari tujuan penelitian, maka manfaat yang diharapkan dari

penelitian ini adalah :

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan mampu menambah khasanah

(7)

Universitas Sumatera Utara tentang realisme hubungan internasional

terkait posisi Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN yang akan

diresmikan pada tahun 2015, serta dapat menjadi rujukan dan referensi

bagi peneliti lainnya,

2. Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi

dan masukan bagi Pemerintah Indonesia dalam mengeluarkan kebijakan –

kebijakan luar negeri yang strategis khususnya di kawasan Asia tenggara.

3. Secara pribadi, penelitian ini memberikan wawasan yang sangat berarti

bagi peneliti dalam memahami konsep realisme hubungan internasional

terkait Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 khususnya posisi Indonesia

didalamnya.

1.6 Kerangka Teori

1.6.1 Realisme

Beberapa eksponen utama realisme berpendapat bahwa perhatian atau

keputusasaan moral pribadi mereka pada dunia, bukan berarti bahwa kita bisa

mengubahnya. Beberapa aspek dari tingkah laku manusia itu bersifat abadi seiring

ruang dan waktu.

Kaum realis berpendapat bahwa ada hukum – hukum yang tidak berubah

yang mengatur tingkah laku individu dan negara ; negara, layaknya laki – laki,

(8)

mereka sehingga merugikan orang lain serta tidak memandang batasan – batasan hukum atau moralitas apa pun.

Kaum realis menyatakan bahwa masalah utama dalam hubungan

internasional salah satunya adalah anarki. Anarki berlaku karena dalam hubungan

internasional tidak ada otoritas kedaulatan yang memaksakan aturan hukum dan

menjamin yang bersalah di hukum.

Dengan demikian, kaum realis berpendapat bahwa perang sama sekali

tidak bisa dicegah. Oleh karena itu, perlu kiranya bersiap siaga menghadapai

perang. Hanya dengan cara ini perang sebenarnya bisa di tahan atau sedikitnya

dikontrol8.

Nicholas J. Spykman mengatakan bahwa kondisi yang dicirikan oleh

hubungan antar kelompok dari dalam sebuah negara hanya selama masa krisis dan

kehancuran yang dialami oleh pemerintahan pusat adalah merupakan hal yang

normal saja dilihat dari perspektif hubungan antar negara di dalam sistem

internasional. Dalam sistem hubungan antarnegara tadi ( sistem internasional )

sebagaimana halnya dengan kelompok – kelompok sosial lainnya, senantiasa

dilandasi oleh suatu proses yakni kerjasama, akomodasi dan pertentangan. Oleh

karena itu kedudukan negara dalam masalah ini harus mengembangkan

kekuatannya ( power positioning ). Maka demikian titik sentral argumentasi

8

(9)

kerangka bangunan teorisasi realisme politik dan hubungan internasional terletak di dalam konsep : “ balance of power “ perimbangan kekuatan dan geopolitical.

Frederick L. Schumann melihat konsep power itu sebagaimana dimiliki

oleh militer. Hal ini dapat dimanfaatkan menjustifikasikannya ke dalam kebijakan

politik nasional ( domestik ) yang bertujuan untuk membendung arus ancaman,

tantangan yang datang dari luar yang akan mengganggu eksistensi sistem politik

nasional tersebut. Dalam kaitannya dengan perannya dalam hubungan dengan

negara lain sebagaimana akan tercermin di dalam sistem internasional maka

diperlukan suatu model yakni berupa model/pola hubungan yang bersifat

perimbangan kekuatan untuk mengatur mekanisme kerja sistem tersebut.

Penggunaan kekuatan militer di sini, sebagai alat untuk menjelaskan

operasionalisasi kekuatan ( power ) dilihat dari persepsi sistem politik nasional (

pemerintahan nasional ).

Hans J. Morgenthau, penganut aliran pemikiran realisme politik dan

hubungan internasional yang paling fanatik dalam buku klasiknya Political

Among Nations : The Struggle for Power and Peace, bahwa perjuangan untuk kekuasaan dijadikan sebagai pemberian makna atas politik internasional seperti

juga politik – politik lainnya. Sebagai tujuan akhir politik internasional adalah

power. Power diletakkan sebagai titik sentral bagi sebuah perjuangan dicirikan

oleh penggunaan dan manipulasi sumber – sumber militernya9.

9

(10)

Menurut Kegley dan Wittkopf sekurang – kurangnya ada 10 asumsi pokok realisme :

1. Manusia pada dasarnya mementingkan dirinya sendiri tanpa

memedulikan etika dan selalu terdorong untuk mengambil keuntungan

dalam hubungan dengan orang lain,

2. Hasrat manusia untuk berkuasa dan mendominasi orang lain

merupakan niat buruk yang paling menonjol dan berbahaya dalam

hubungan dengan sesamanya,

3. Peluang untuk menghilangkan hasrat untuk meraih kekuasaan

hanyalah sebuah aspirasi yang utopis,

4. Esensi dari politik internasional adalah pertarungan untuk meraih

kekuasaan dimana prinsip War of All Against All berlaku,

5. Kewajiban utama negara yang melampaui semua tujuan nasional

lainnya adalah memperjuangkan kepentingan nasional dan meraih

kekuasaan untuk mewujudkannya,

6. Sistem international yang anarkhis memaksa negara untuk

meningkatkan kapabilitas militernya guna menangkal serangan dari

(11)

7. Kekuatan militer lebih penting daripada ekonomi demi tercapainya

keamanan nasional dan pertumbuhan ekonomi hanyalah sarana untuk

mencapai dan memperluas kekuasaan dan prestise negara

8. Sekutu dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan negara dalam

mempertahankan diri tetapi kesetiaan dan keandalannya tidak bisa

dipastikan sebelumnya,

9. Negara tidak boleh mengandalkan organisasi internasional atau hukum

internasional untuk menjamin keamanan nasionalnya. Selain itu negara

juga harus menolak setiap upaya pengaturan prilaku internasional

melalui mekanisme pemerintahan global,

10.Karena semua negara berusaha untuk meningkatkan kekuatannya maka

stabilitas hanya bisa dicapai melaui keseimbangan kekuatan ( balance

of power ) yang diperlancar oleh pembentukan dan pembubaran aliansi

– aliansi yang saling bertentangan10.

Ciri utama negara modern adalah bahwa negara mempunyai wilayah yang

jelas, sebuah pemerintahan yang diberi otoritas kedaulatan serta pelaksanaan

kekuasaan terhadap rakyat. Oleh karena itu, maka ciri utama negara adalah

kedaulatan.

Ada dua jenis kedaulatan yang berkaitan dengan negara : kedaulatan

internal berarti penyelenggaraan otoritas di dalam sebuah wilayah tertentu ;

10

(12)

sementara itu, kedaulatan eksternal meliputi pengakuan dari negara – negara lain

sebagai pihak sah yang berhak bertindak bebas di dalam urusan – urusan

internasional, yakni misalnya, untuk membuat aliansi – aliansi, menyatakan

perang dan sebagainya.

Tema utama kedua realisme dalam hubungan internasional adalah

kekuasaan. Kekuasaan pada dasarnya bisa dianggap sebagai konsep persaingan,

yakni, sesuatu yang atasnya terdapat berbagai ketidaksepakatan mendasar. Lebih

jauh, kekuasaan merupakan sebuah kata yang seolah – olah sangat mirip dengan

kata – kata lainnya seperti otoritas, pengaruh dan paksaan. Realisme banyak

berbicara tentang kekuasaan dalam hubungan internasional.

Realisme tidak mengklaim mengatur semua jenis kekuasaan maupun

semua jenis hubungan kekuasaan, tetapi realisme mengklaim mengenali dasar

yang menyusun kekuasaan dalam hubungan internasional. Para kaum realis telah

sangat berhati – hati dalam memberikan definisi tentang kekuasaan dan

menunjukkan cara memperkirakannya, serta, yang penting sekali, pihak yang

menguasainya.

Bagi realisme, esensi kekuasaan adalah kemampuan untuk mengubah

tingkah laku/untuk mendominasi. Beberapa kaum realis memaknai kekuasaan

dalam istilah zero-sum ( situasi yang di dalamnya kemenangan yang diperoleh

pihak tertentu merupakan kekalahan bagi pihak lain ) yang ekstrem. Individu,

(13)

penganut realisme melihat kapabilitas militer sebagai esensi kekuasaan dengan

alasan – alasan yang sangat jelas. Kapasitas untuk bertindak secara militer

memberikan negara – negara kemampuan untuk menangkal serangan terhadap

mereka, dengan demikian, menjamin keamanan mereka.

Kemampuan semacam ini juga memungkinkan mereka untuk melancarkan

serangan terhadap pihak – pihak lain untuk tujuan – tujuan tertentu. Kaum realis

menganggap kapabilitas militer merupakan kemampuan yang sangat penting.

Kapabilitas militer mempresentasikan hal yang paling mendasar, penengah akhir

berbagai pertentangan internasional. Kekuasaan merupakan tujuan akhir dalam

dirinya sendiri ( end in itself ) maupun sebagai alat untuk mencapai tujuan (

means to an end ), akan menahan serangan dari luar atau memberikan kemampuan

untuk mengakusisi wilayah di luar negeri.

Dalam dunia yang terdiri dari negara – negara merdeka, kekuatan telah

dianggap sebagai penengah akhir dalam penyelesaian berbagai perbedaaan. Oleh

karena itu, potensi atas kemampuan militer tergantung pada sejumlah faktor

seperti ukuran populasi, ketersediaan sumber daya alam, faktor – faktor geografis

dan tipe pemerintahan11.

Secara umum, realisme cenderung mengenyampingkan wilayah – wilayah

yang tidak terlalu berhubungan dengan hubungan internasional dan, sehubungan

11

(14)

dengan ini, berpendapat bahwa kerjasama tersebut menguntungkan bagi negara – negara yang terlibat.

Asumsi dasar realisme mencakup sebuah kepercayaan bahwa meski

banyak hal yang membuat kita tertarik tentang dunia, semua itu tidak seharusnya

membuat kita lupa pada tampilan intinya. Mereka percaya bahwa negara – negara

hanya bergabung ke dalam institusi – institusi internasional dan terlibat ke dalam

kesepakatan – kesepakatan kerjasama ketika hal tersebut cocok bagi negara –

negara tersebut. Sehingga kesepakatan seperti kesepakatan aliansi atau kerjasama

bisa dilanggar atau diingkari, jika dan ketika kesepakatan tersebut bertetntangan

dengan kepentingan nasional, semudah seorang pemburu, dalam analaogi seperti

dalam kotak, meninggalkan pengejarannya terhadap seekor rusa agar dapat

menangkap seekor kelinci.

Hal yang paling penting adalah, bagi kaum realis, bahwa institusi - intitusi

internasional itu penting hanya pada tahapan institusi – institusi tersebut

mengarahkan negara – negara untuk mengejar kepentingan – kepentingan

mereka12.

1.7 Metodologi Penelitian

1.7.1 Jenis Penelitian

Penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif dan menggunakan

pendekatan studi kasus interpretif. Studi kasus interpretif atau disiplin –

12

(15)

konfiguratif bertujuan untuk menjelaskan /menafsirkan kasus tunggal , tapi

interpretasi itu secara ekplisit dibangun oleh teori atau bingkai kerja teoritis kokoh

yang memusatkan perhatian pada beberapa aspek teoritis spesifik atas realitas dan

mengabaikan hal lain13.

1.7.2 Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa teknik pengumpulan data yang dapat digunakan, antara lain

penelitian perpustakaan ( library research ) yang sering disebut metode

dokumentasi dan penelitian lapangan seperti wawancara dan observasi14. Untuk

memperoleh data dan informasi asli atau fakta – fakta yang diperlukan, maka

penulis menggunakan teknik pengumpulan data adalah Studi pustaka.

Studi ini berupa referensi kepustakaan yaitu seumber – sumber yang

berasal dari data buku, peraturan – peraturan, laporan – laporan, majalah, Koran,

media online serta bahan – bahan lain yang berhubungan dengan penelitian atau

dokumentasi yang diperoleh dari lokasi penelitian, sehingga dapat diperoleh data

sekunder sebagai kerangka kerja teoritis.

1.7.3 Teknik Analisa Data

Pada penelitian ini, teknik analisa data yang digunakan adalah teknik

kualitatif, yaitu teknik analisa data yang tanpa menggunakan alat bantu atau

rumus statistik. Adapun langkah – langkah yang ditempuh sebagai berikut :

13

Alexander Wendt, Jack S. Levy, Richard Little. Metodologi Ilmu Hubungan Internasional : Perdebatan Pardigmatik dan Pendekatan Alternatif. Malang : Intrans Publishing, 2014, hal. 111

14

(16)

1. Pengumpulan data. Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data dan bahan

baik dari buku, majalah, Koran, jurnal, kliping dan situs – situs internet

yang memuat tentang objek kajian yang diteliti.

2. Penilaian atau menganalisis data. Pada tahap ini setelah peneliti

mengumpulkan dan mendapatkan semua data yang mendukung atau

membantu, penulis akan memisahkan bahan – bahan dan data – data yang

diperoleh sesuai dengan sifatnya masing – masing. Kemudian penulis

melakukan penilaian dan menganalisis data atau bahan yang tersedia.

3. Penyimpulan data yang diperoleh. Tahap ini adalah tahap terakhir dari

penelitian. Dari hasil penelitian dan analisis yang penulis lakukan, maka

penulis mengambil kesimpulan yang dapat membantu memahami

penelitian ini.

1.8 Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang terperinci dan untuk mempermudah

isi daripada skripsi ini, maka penulis membagi sistematika penulisan ke dalam 4

bab, yaitu :

BAB 1 : Pendahuluan

Dalam bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, kerangka teori

atau pemikiran, metodologi penelitian serta sistematika penulisan.

(17)

Pada bab ini akan diuraikan tentang gambaran dari posisi Negara Indonesia dalam

Masyarakat Ekonomi ASEAN.

BAB 3 : Analisis Posisi Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN dengan

menggunakan Perspektif Realisme

Pada bab ini nantinya akan membahas secara garis besar hasil penelitian sekaligus

menganalisis data yang diperoleh untuk menjawab permasalahan penelitian serta

analisis terhadap posisi Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN dengan

menggunakan perspektif realisme.

BAB 4 : Penutup

Bab ini merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi ini, yang berisi kesimpulan

yang diperoleh dari hasil – hasil penelitian yang telah dilakukan. Pada bab ini juga

akan terjawab pertanyaan apa yang dilihat dalam penelitian yang dilakukan serta

berisi saran – saran, baik yang bermanfaat bagi penulis secara pribadi maupun

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH BUBUK RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria) TERHADAP KADAR LIPID DARAH MENCIT (Mus musculus) JANTAN HIPERLIPIDEMIAA. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Seperti misalnya (i) air menjadi hak yang legal, lebih dari pada sekedar layanan yang diberikan berdasar belas kasihan; (ii) pencapaian akses dasar harus

Promosi KADARZI adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan keluarga melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar dapat mengenal, mencegah dan mengatasi

bahwa dengan adanya penyesuaian jenis dan tarif atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Lembaga Administrasi Negara sebagaimana telah diatur dalam

At right, a 2-way flow of data and information that connects the firm to its environment – The Firm's Control Mechanism: The elements that enable the firm to operate as a

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 2 ayat (2) dan ayat (3) serta Pasal 3 ayat (2) Undang- Undang Nomor 20

[r]

Anda tidak perlu khawatir lagi dengan kejadian gagal menetas pada saat menggunakan mesin produk Mitra Ternak Malang ini sebagai mitra kerja anda yang setia dan kami berani