• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Usaha Kecil (Study Kasus Pada Usaha Laundry Mikro-Kecil Di Lingkungan Sekitar Kampus USU)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Usaha Kecil (Study Kasus Pada Usaha Laundry Mikro-Kecil Di Lingkungan Sekitar Kampus USU)"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

Kriteria usaha yang didirikan diwilayah sekitar Universitas Sumatera Utara sebagian besar adalah Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Merupakan salah satu kekuatan pendorong terdepan dalam pembangunan ekonomi. Gerak sektor UKM sangat vital untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi dan lapangan pekerjaan. Kriteria Usaha yang termasuk dalam Usaha Mikro Kecil dan Menengah telah di atur dalam payung hukum berdasarkan Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ada beberapa kriteria yang dipergunakan untuk mendefinisikan pengertian dan kriteria UMKM. Pengertian – pengertian UMKM tersebut adalah :

1. Usaha Mikro

Kriteria kelompok Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagai mana dalam undang – undang ini.

2. Usaha Kecil

(2)

3. Usaha Menengah

Kriteria Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik secara langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang – undang ini. Menurut UU No. 9/1995 tentang Usaha Kecil yang dimaksud dengan usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dalam memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan seperti kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Usaha kecil yang dimaksud di sini meliputi usaha kecil informal dan usaha kecil tradisional. Adapun usaha kecil informal adalah berbagai usaha yang belum terdaftar, belum tercatat, dan belum berbadan hukum, antara lain petani penggarap, industri rumah tangga, pedagang asongan, pedagang keliling, pedagang kaki lima, dan pemulung. Sedangkan usaha kecil tradisional adalah usaha yang menggunakan alat produksi sederhana yang telah digunakan secara turun temurun, dan berkaitan dengan seni dan budaya (Panji Anoraga, 2002:45).

UKM Menurut Undang – Undang No. 9 RI Tahun 1995 adalah sebagai berikut :

(3)

2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (Satu Miliar Rupiah).

3. Milik Warga Negara Indonesia

4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang tidak dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar

5. Berbentuk usaha orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.

2.2. Kewirausahaan

Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan. Nilai tambah tersebut dapat diciptakan dengan cara mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru, menemukan cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru yang lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara baru untuk memberikan kepuasan kepada konsumen (Suryana 2003 : 13).

(4)

Kewirausahaan merupakan sebuah alat dari pandangan hidup seseorang yang menginginkan adanya kebebasan dalam ekonomi untuk menciptakan sesuatu yang baru dengan menggunakan sumber daya yang ada. Untuk mencapai tersebut tentunya harus pandai memanfaatkan peluang-peluang melalui kesempatan bisnis, kemampuan manajemen pengambilan resiko yang tepat untuk mencapai kesempatan, dan melalui kemampuan komunikasi dan keahlian manajemen dalam menggerakkan manusia, keuangan dan sumber daya materi untuk menghasilkan proyek dengan baik (Ranto, 2007 : 21).

2.3. Keberhasilan dalam Usaha

Kegiatan ber-usaha selalu mempunyai tujuan atau sasaran untuk memperoleh keuntungan atau laba nyata dalam bentuk rupiah. Namun demikian, laba bukanlah merupakan satu – satunya tujuan kegiatan usaha, akan tetapi masih terdapat tujuan – tujuan lain yang dapat dicapai, seperti mengurangi pengangguran atau membuat kesempatan kerja, membantu masyarakat sekitarnya, perkembangan perusahaan, prestise, dan membantu meningkatkan pendapatan pemerintah melalu pajak (Asri, 1986 : 3 – 4).

(5)

maka nilai berusahanya jelas lebih berharga daripada sebuah organisasi besar yang dimulai dengan bergelimang fasilitas.

Pada pengukuran kesuksesan bisnis dapat berbeda antara satu usaha dengan yang lain atau antara satu pemilik dengan pemilik usaha yang lainnya. Namun, kesuksesan suatu usaha dapat dilihat dari data subjektif ataupun objektif atas berbagai aspek, misalnya pertumbuhan penjualan, pangsa pasar yang dimiliki, dan tingkat keuntungan yang dicapai (Dawes dalam Indarti, 2004). Dua pengukuran yang dapat dipakai untuk mengukur kesuksesan suatu usaha yakni, kinerja financial dan non-financial. Pengukuran financial merupakan pengukuran tradisional yang biasa digunakan untuk mengukur kinerja suatu usaha, biasanya berhubungan dengan tingkat profitabilitas usaha (return on investment). Sedangkan pengukuran non-financial dapat dilihat dari kualitas produk yang dihasilkan, tingkat persediaan, produktivitas, fleksibilitas, kecepatan pengiriman, dan pegawai.

Pengukuran selain financial dan non-financial terdapat juga pengukuran subjektif dan objektif. Pengukuran subjektif dapat didefinisikan sebagai kesuksesan yang diharapkan/diterima oleh pemilik usaha, sedangkan pengukuran objektif salah satunya dapat dilihat dari persentase aktual dari pertumbuhan penjualan atau tingkat keuntungan yang dicapai.

(6)

mengidentifikasi biaya tetap dari biaya variabel serta membuat grafik biaya yang dibutuhkan atas tiap-tiap lokasi yang akan dipilih. Analisis ekonomi lain yang dapat digunakan untuk mengukur kesuksesan usaha adalah dengan analisis ROI (return on investment).

Analisis ROI merupakan ukuran perbandingan antara keuntungan dengan biaya operasional. Analisis ini digunakan untuk mengetahui efisiensi penggunaan modal. Pencapaian real profit merupakan salah satu ukuran kesuksesan usaha.

Real profit adalah tunai yang tersisa setelah upah yang dikeluarkan. Kemampuan memberikan real profit adalah garis pembatas antara memiliki pekerjaan dan memiliki usaha. Pada tahap ini, bisnis tidak hanya memberikan upah atas waktu yang telah dikeluarkan, tapi juga mengembalikan semua yang telah diinvestasikan. Diluar pembayaran hutang atau pajak pendapatan. Pada level ini sebuah usaha menjadi lebih berharga daripada nilai asetnya, karena memberikan

return on investment dan alur kas yang positif. Pencapaian real profit ini dapat dijadikan sebagai salah satu analisis ekonomi dalam menilai lokasi usaha yang strategis.

2.4. Faktor-Faktor Yang Mendorong Keberhasilan Usaha

(7)

Sebelum memikirkan berapa keuntungan nyata yang dapat diperoleh dan cara mendapatkannya melalui kegiatan usaha tersebut, perlu dipahami dan dikaji secara lengkap mengenai faktor – faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan usaha. Hal ini penting untuk dihayati terlebih dahulu, sebab banyak orang yang beranggapan bahwa hanya karena kurang uang atau modal, maka harapan untuk memperoleh keuntungan menjadi terhambat. Sukses tidaknya suatu kegiatan usaha pada dasarnya tidak tergantung pada besar kecilnya ukuran usaha, tetapi lebih dipengaruhi oleh bagaimana mengelolanya.

Masa – masa kritis yang harus dilalui perusahaan dalam hidupnya adalah selama lima tahun sejak didirikan. Ternyata lebih dari 50% usaha kecil gagal melewati usia dua tahun pertamanya. Tidak sedikit pula usaha yang maju selagi kecil, namun kemudian jatuh setelah besar. Oleh karena itu, pengetahuan kewirausahaan menjadi faktor yang mempengaruhi kesuksesan wirausaha dalam mengelola usahanya. Pengetahuan ini dapat diperoleh secara langsung maupun tidak langsung. Banyak pula usaha kecil yang cukup sukses ketika masih dikelola pendirinya. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi wirausaha untuk mampu menularkan pengetahuan kewirausahaan ke dalam manajemen operasional kegiatan usahanya. Pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman penyebab kegagalan juga menjadi penting. Dalam hal ini, pengetahuan penyebab kegagalan tersebut berguna sekali sebagai bahan pelajaran yang dapat membantu untuk menentukan pilihan dan cara – cara mengurusnya (Singgih, 1986 : 2).

(8)

keorganisasian pada umumnya berupa tidak jelasnya struktur organisasi, pebagian tugas dan wewenang yang tidak jelas, status karyawan, serta sistem penggajian yang tidak beres. Selain itu, kepemimpinan seseorang diri mempunyai kelemahan yang dapat menghancurkan usaha, terutama jika pimpinan sakit dalam jangka waktu yang cukup lama atau bahkan meninggal dunia secara mendadak, sementara persiapan kader belum dilakukan.

Kelemahan dibidang pemasaran pada umumnya berupa ketidakserasian antara program penawaran jasa dan pelayanan konsumen akan kebutuhannya terhadap jasa. Kelemahan ini juga disebabkan karena kurangnya pengamatan pasar, sehingga tidak tahu posisi pasarnya, cara menghadapi saingan, serta cara mempromosikan hasil usahanya. Kelemahan lain yang sering muncul adalah perluasan atau pengembangan usaha yang dilakukan secara emosional tanpa didukung oleh data dan fakta yang aktual.

Dalam bidang keuangan, biasanya pengusaha lemah dalam membuat anggaran, tidak adanya pencatatan dan pembukuan secara baik, serta tidak adanya batasan tegas antara harta milik pribadi (keluarga) dengan harta milik perusahaan.Dengan demikian, seringkali pimpinan tidak tahu tentang besarnya laba rugi kegiatan usahanya.

(9)

1. Pengetahuan Kewirausahaan

Kewirausahaan (Entrepreneurship) merupakan hasil dari suatu proses yang terkontrol dan sistematis, dalam menerapkan kreatifitas yang diperlukan serta dapat memamfaatkan peluang dipasar. Hal ini melibatkan penerapan strategi yang difokuskan pada ide-ide baru dan pengetahuan baru yang lebih dalam untuk menciptakan suatu produk dan jasa yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan atau mengatasi permasalahan pelanggan. Oleh sebab itu seorang wirausaha harus memiliki pengetahuan tentang kewirausahaan yang diperlukan dalam menggerakkan roda kegiatan bisnisnya.

Pengetahuan Kewirausahaan adalah segala sesuatu yang perlu diketahui mengenai kewirausahaan yang diperoleh dari sumber-sumber informasi, baik yang diperoleh secara langsung maupun tidak langsung. Pengetahuan Langsung diperoleh melalui suatu proses untuk mendapatkan pemahaman, pengetahuan serta pengalaman dalam menjalankan kegiatan bisnis nya.

Entrepreneurial proses yang harus dilalui seorang wirausaha atau (entrepreneur) dengan memadukan atau mengombinasikan peluang, sumber daya serta organisasi tempat entrepreneur melakukan kegiatan bisnis nya atau organisasi bisnis yang dimiliki nya. (Arafah, 2010 : 20).

(10)

menjadi pengetahuan sendiri baik berdasarkan usia, atau lamanya seseorang tersebut menjalankan usaha tersebut.

Seorang entrepreneur harus bisa memperoleh pengetahuan lain yang diperoleh secara tidak langsung. Pengetahuan tidak langsung bisa diperoleh dari sumber-sumber reverensi seperti buku, majalah, internet, dan media-media lainnya yang berisi informasi-informasi yang penting yang berkenaan dengan usaha yang dijalankan. Pengalaman orang lain yang juga berkecimpung didunia usaha bisa menjadi sumber pengetahuan tidak langsung bagi seorang entrepreneur.

Seorang entrepreneur bisa belajar dari kesuksesan maupun kegagalan orang lain dalam menjalankan usaha. Dari pengalaman orang lain tersebut kita bisa belajar mengenai prilaku wirausaha yang sebenarnya, baik prilaku wirausaha secara individu dalam pekerjaan, dan dalam menghadapi resiko. Perilaku wirausaha secara individu, antara lain : 1. Teguh pendiriannya

2. Selalu yakin dengan apa yang dia kerjakan dan lakukan

3. Berprilaku professional dalam arti punya tanggung jawab, komitmen tinggi,disiplin, berusaha tetap konsisten pada pendiriannya, serta jujur dan terbuka

4. Optimis dalam segala prilaku yang dia lakukan

(11)

6. Tidak gegabah dan penuh dengan rencana dalam setiap tindakan (fisioner)

7. Selalu berorientasi ‘pasti ada jalan keluarnya’ sehingga dia berpikir kreatif dan inovatif untuk menemukan solusinya ( Hendro, 2011 : 166 ) 2. Strategi Pemasaran

Strategi pemasaran (Suryana, 2006 : 137) adalah paduan dari kinerja wirausaha dengan hasil pengujian dan penelitian pasar sebelumnya dalam mengembangkan keberhasilan strategi pemasaran. Untuk menarik konsumen, wirausaha bisa merekayasa indikator-indikator yang terdapat dalam bauran pemasaran (marketing mix), yaitu:

1. Produk Jasa (The Service Product)

(12)

2. Tarif Jasa (Price)

Penentuan harga merupakan titik kritis dalam bauran pemasaran jasa karena harga menentukan pendapatan dari suatu usaha/bisnis. Keputusan penentuan harga juga sangat signifikan di dalam penentuan nilai/mamfaat yang dapat diberikan kepada pelanggan dan memainkan peranan penting dalam gambaran kualitas jasa (Hurriyati, 2005 : 52). Strategi penentuan tarif dalam perusahaan jasa dapat menggunakan penentuan tarif premium pada saat permintaan tinggi dan tarif diskon pada saat permintaan menurun. Keputusan penentuan tarif dari sebuah produk jasa harus memperhatikan beberapa hal. Hal yang paling utama adalah bahwa keputusan penentuan tarif harus sesuai dengan strategi pemasaran secara keseluruhan. Perubahan berbagai tarif di berbagai pasar juga harus dipertimbangkan. Lebih jauh lagi, tarif spesifik yang akan ditetapkan akan bergantung pada tipe pelanggan yang menjadi tujuan pasar tersebut. Prinsip-prinsip penetapan harga, antara lain:

1. Perusahaan harus mempertimbangkan sejumlah faktor dalam menetapkan harga, mencakup : pemilihan tujuan penetapan harga, menentukan tingkat permintaan, prakiraan biaya, menganalisis harga yang ditetapkan dan produk yang ditawarkan pesaing, pemilihan metode penetapan harga, serta mementukan harga akhir.

(13)

3. Setelah menetapkan struktur harga, perusahaan menyesuaikan harganya dengan menggunakan harga psikologis, harga promosi, diskon harga, serta harga bauran produk.

3. Tempat/Lokasi Pelayanan (Place/Service Location)

Untuk produk industry manufaktur place diartikan sebagai saluran distribusi (zero channel, two level channels, dan multi level channels), sedangkan untuk produk industry jasa, place diartikan sebagai tempat pelayanan jasa. Lokasi pelayanan jasa yang digunakan dalam memasok jasa kepada pelanggan yang dituju merupakan keputusan kunci. Keputusan mengenai lokasi pelayanan yang akan digunakan melibatkan pertimbangan bagaimana penyerahan jasa kepada pelanggan dan dimana itu akan berlangsung. Tempat juga penting sebagai lingkungan dimana dan bagaimana jasa akan diserahkan, sebagai bagian dari nilai dan mamfaat dari jasa. Terdapat tiga mancam tipe interaksi antara penyedia jasa dan pelanggan yang berhubungan dengan pemilihan lokasi (Hurriyati. 2005 : 55), yaitu sebagai berikut :

1. Pelanggan mendatangi penyedia jasa, 2. Penyedia jasa mendatangi pelanggan, atau

3. Penyedia jasa dan pelanggan melakukan interaksi melalui perantara.

4. Promosi (Promotion)

(14)

tidak yakin bahwa jasa tersebut akan berguna bagi mereka, maka mereka tidak akan pernah membelinya. Pada hakikatnya menurut Buchari Alma (2004 : 179), promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran. Yang merupakan aktifitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk, dan/atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan. Tujuan utama dari promosi adalah menginformasikan, mempengaruhi dan membujuk serta mengingatkan pelanggan sasaran tentang perusahaan dan bauran pemasarannya (Hurriyati, 2005 : 58).

5. Orang/Partisipan (People)

Menurut Zeithaml and Bitner (2000 : 19), orang (people) adalah semua pelaku yang memainkan peranan dalam penyajian jasa sehingga dapat mempengaruhi persepsi pembeli. Elemen-elemen dari ‘people’ adalah pegawai perusahaan, konsumen, dan konsumen lain dalam lingkungan jasa. Semua sikap dan tindakan karyawan mempunyai pengaruh terhadap persepsi konsumen atau keberhasilan penyampaian jasa (sevice encounter). Elemen people ini memiliki dua aspek (Hurriyati, 2005 : 63) yaitu :

1. Service people

(15)

menciptakan kepuasan dan kesetiaan pelanggan terhadap perusahaan yang akhirnya meningkatkan nama baik perusahaan.

2. Customer

Faktor lain yang mempengaruhi adalah hubungan yang ada diantara para pelanggan. Pelanggan dapat memberikan persepsi kepada nasabah lain, tentang kualitas jasa yang pernah didapatnya dari perusahaan. Keberhasilan dari perusahaan jasa berkaitan erat dengan seleksi, pelatihan, motivasi, dan manajemen sumber daya manusia.

6. Sarana Fisik (Physical Advidence)

Sarana fisik menurut Zeithaml dan Bitner (2000 : 20), merupakan suatu hal yang secara nyata turut mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli dan menggunakan produk jasa. Unsur-unsur yang termasuk di dalam sarana fisik antara lain lingkungan fisik, dalam hal ini bangunan fisik, peralatan, perlengkapan, logo, warna dan barang-barang lainnya yang disatukan dengan service yang diberikan seperti tiket, sampul, label, dan lain sebagainya.

7. Proses (Process)

(16)

jasa, kerja sama antara pemasaran, dan operasional sangat penting dalam elemen proses ini, terutama dalam melayani semua kebutuhan dan keinginan konsumen. Jika dilihat dari sudut pandang konsumen, maka kualitas jasa diantaranya diliaht dari bagaimana jasa menghasilkan fungsinya (Hurriyati, 2005 : 65).

3. Manajemen Permodalan dan Keuangan

Manajemen permodalan dan keuangan yaitu pengelolaan dana yang digunakan dalam Usaha untuk menghasilkan keuntungan yang sesuai dengan tujuan usaha yaitu berisi tentang perkiraan dan taksiran atas kebutuhan modal untuk investasi, modal kerja dan arus kas; yang mencakup penerimaan dari usaha sampingan, rincian pengeluaran atas biaya langsung (biaya produksi) dan biaya tak langsung (biaya-biaya pemasaran, umum dan penyusutan), laba sebelum pajak, taksiran pajak, laba sesudah pajak dan arus kas sesudah pajak.

2.5 Penelitian Terdahulu

(17)

Jalan Padang Bulan Medan dengan informan dari pihak pelanggan/konsumen usaha.

Penelitian ini menggunakan metode triangulasi. Informan dalam penelitian ini adalah seluruh pemilik usaha parfum di Jalan Padang Bulan Medan Yang Berjumlah 8 (delapan) serta 16 (enam belas) konsumen usaha parfum di Jalan Padang Bulan Medan. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui wawancara dan observasi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian analisis deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian ini memiliki kesesuaian dari pihak pemilik usaha parfun dengan pihak konsumen usaha parfum sebesar 81,25% sedangkan sisanya 18,75% yang kurang sesuai. Hal ini berdasarkan dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mendorong keberhasilan usaha pada usaha parfum adalah penerapan pengetahuan kewirausahaan, strategi pemasaran, manajemen permodalan dan keuangan.

(18)

Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Peneliti menggunakan teknik Sampling Jenuh yang merupakan teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa pengaruh pengetahuan kewirausahaan dan manajemen permodalan terhadap keberhasilan usaha pada usaha rumah makan adalah penerapan pengetahuan kewirausahaan dan manajemen permodalan. Ini berarti hipotesis diterima.

2.6. Kerangka Konseptual

Pengetahuan kewirausahaan yaitu menggambarkan kemampuan untuk mengenali atau menciptakan kesempatan dan mengambil tindakan yang ditujukan untuk mewujudkan praktek pengetahuan yang inovatif terhadap berbagai produk.

Strategi pemasaran merupakan pengambilan keputusan-keputusan tentang biaya pemasaran, bauran pemasaran, alokasi pemasaran dalam hubungan dengan keadaan lingkungan yang diharapkan dan kondisi persaingan. Strategi pemasaran harus disesuaikan dengan posisi usaha dalam bisnis, apakah memimpin, menantang, mengikuti atau hanya mengambil sebagian kecil dari pasar.

(19)

Menurut Ranto (2007 : 20) keberhasilan berwiraswasta tidaklah identik dengan seberapa berhasil seseorang mengumpulkan uang atau harta serta menjadi kaya, karena kekayaan bisa diperoleh dengan berbagai cara sehingga menghasilkan nilai tambah. Berusaha lebih dilihat dari bagaimana seseorang bisa membentuk, mendirikan, serta menjalankan usaha dari sesuatu yang tadinya tidak berbentuk, tidak berjalan atau mungkin tidak ada sama sekali. Seberapa pun kecilnya ukuran suatu usaha jika dimulai dari nol dan bisa berjalan dengan baik maka nilai berusahanya jelas lebih berharga daripada sebuah organisasi besar yang dimulai dengan bergelimang fasilitas. Pada uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan kewirausahaan, strategi pemasaran, manajemen permodalan dan keuangan dapat mendorong keberhasilan usaha.

Kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Sumber: Suryana (2006), Ranto (2007) diolah (2013) Gambar 2.1

Kerangka Konseptual Penelitian Manajemen

Permodalan Strategi Pemasaran

Pengetahuan Kewirausahaan

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Tape singkong dapat dijumpai di daerah Bandung ataupun daerah sekitar Bandung, sedangkan tape ketan putih yang dibungkus daun jambu banyak terdapat dan sekaligus

Sehubungan dengan hal-hal yang telah dikemukakan di atas, maka agar dapat dicapai tingkat “ ketajaman analisis”, disamping mengetahui distribusi frekuensi dan mengetahui

Metode ini di lakukan untuk dapat mengetahui suasana atau situasi untuk terjun langsung ke dalam lokasi Praktek Kerja Lapangan di Peninsula Bay Resort untuk mengamati

Analisis konten adalah suatu metode penelitian untuk menghasilkan deskripsi objektif dan sistematik (Sugiyono, 2011). Dalam hal ini menganalisis pelestarian Tembang

Dari hasil penelitian yang penulis peroleh bahwa Global Wakaf Jawa Tengah dalam pemanfaatan dana wakaf tunainya tidak hanya bersifat pemanfaatan yang konsumtif namun juga

fungsi alat laboratorium kesehatan dalam pemeriksaan kesehatan dan prosedur sederhana. o

Hipotesis penelitian ini adalah adanya perbedaan Self Regulated Learning pada siswa homeschooling dengan sekolah regular, dimana siswa Homeschooling mempunyai Self Regulated

Dana Pensiun X memiliki kewajiban untuk menjaga kecukupan pendanaan untuk program pensiun seluruh karyawan PT X (Persero) Tbk. Dalam mengelola dan mengalokasikan dana yang