• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Perilaku Asertif Dengan Tingkat Stres Kerja Perawat Di RSJD Provsu Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Perilaku Asertif Dengan Tingkat Stres Kerja Perawat Di RSJD Provsu Tahun 2012"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Perilaku

Menurut Skinner seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku

merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari

luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus

terhadap organisme dan kemudian organisme merespon (Notoadmojo, 2003).

Berdasarkan teori Skinner maka perilaku dibedakan menjadi dua, yaitu :

a. Perilaku tertutup (covert behaviour)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung

atau tertutup(covert). Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih

terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, dan sikap yang terjadi

pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum diamati secara

jelas oleh orang lain.

b. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata

atau terbuka.Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam

bentuk tindakan atau praktek yang dengan mudah dapat diamati atau

(2)

Perilaku Asertif

Keasertifan diri didefenisikan sebagai suatu kemampuan untuk berkeinginan

kuat merasa nyaman dengan pikiran, perasaan dan tindakan kita, tidak

menghambat juga tidak membuat tindakan yang agresif, untuk memperbaiki diri

sendiri di dalam lingkungan. Keasertifan diri telah menjadi fokus utama dalam

mengubah perilaku yang berkaitan dengan stres. Keasertifan adalah salah satu dari

tiga gaya umum perilaku manusia, yang terletak diantara perilaku pasif dan

perilaku agresif (National Safety Council, 2003).

Perilaku asertif adalah kemampuan untuk mengemukakan pikiran, perasaan,

pendapat secara langsung, jujur dan dengan cara yang tepat dan sesuai dalam

penyampaiannya yaitu tidak menyakiti atau merugikan diri sendiri maupun orang

lain. Beberapa aspek dari perilaku asertif, yaitu berusaha mencapai tujuan,

kemampuan mengungkapkan perasaan, menyapa atau memberi salam kepada

orang lain, menampilkan cara yang efektif dan jujur, menanyakan alasan,

berbicara mengenai diri sendiri, menghargai pujian dari orang lain, penolakan,

menatap lawan bicara, dan respon melawan rasa takut (Retnaningsih, 2007).

2.1.2 Pendekatan dalam Membangun Perilaku Asertif

Dalam membangun assertivitas terdapat beberapa pendekatan yang

dapat ditempuh. Salah satunya adalah Formula 3 A, yang terangkai dari tiga

kata Appreciation, Acceptance, Accommodating.

Appreciation berarti menunjukkan penghargaan terhadap kehadiran

(3)

atas apa yang terjadi pada diri mereka. Mereka pun seperti kita, tetap

membutuhkan perhatian orang lain. Dengan demikian, agar mereka mau

memperhatikan, memahami, dan menghargai diri kita, maka sebaiknya kita

mulai dengan terlebih dahulu menunjukkan perhatian, pemahaman dan

penghargaan kepada mereka.

Acceptance adalah perasaan mau menerima, memberikan arti sangat

positif terhadap perkembangan kepribadian seseorang, yaitu menjadi pribadi

yang terbuka dan dapat menerima orang lain sebagaimana keberadaan diri

mereka masing- masing. Dalam hal ini, kita tidak memiliki tuntutan

berlebihan terhadap perubahan sikap atau perilaku orang lain (kecuali yang

negatif) agar ia mau berhubungan dengan mereka. Tidak memilih- milih

orang dalam berhubungan dengan tidak membatasi diri hanya pada

keselarasan tingkat pendidikan, status sosial, suku, agama, keturunan, dan

latar belakang lainnya.

Accomodating. Menunjukkan sikap ramah kepada semua orang, tanpa

terkecuali, merupakan perilaku yang sangat positif. Keramahan senantiasa

memberikan kesan positif dan menyenangkan kepada semua orang yang kita

jumpai. Keramahan membuat hati kita senantiasa terbuka, yang dapat

mengarahkan kita untuk bersikap akomodatif terhadap situasi dan kondisi

yang kita hadapi, tanpa meninggalkan kepribadian kita sendiri. Dalam

artian, kita dapat memperlihatkan toleransi dengan penuh rasa hormat,

namun bukan berarti kita jadi ikut lebur dalam pandangan orang lain,

(4)

sekali untuk diperhatikan agar kita mampu menempatkan diri secara benar

di tengah khalayak luas, sekaligus membina saling pengertian dengan

banyak orang (Managing Partner The Jakarta Consulting Group, 2006).

2.1.2 Unsur-unsur Perilaku Asertif

Perilaku asertif perawat terdiri dari dua unsur yakni verbal dan non

verbal. Unsur verbal meliputi menyatakan tidak atau menyatakan sikap,

meminta bantuan atau mempertahankan hak dan mengungkapkan perasaan.

Sedangkan unsur non verbal mencakup kekerasan suara/volume suara,

kelancaran mengatakan kata-kata, kontak mata, ungkapan wajah, ungkapan

tubuh dan jarak pada saat berinteraksi (Lowry, 2009).

2.1.3 Keterampilan Perawat Bersikap Asertif

a. Belajar berkata “tidak” : mengajarkan untuk berkata tidak jika tidak

sanggup memikul tanggung jawab tambahan, tanpa harus merasa

bersalah atau merasa telah melukai perasaan orang lain.

b. Belajar cara menggunakan pernyataan “saya” : membantu untuk

mengklaim kepemilikan pikiran, perasaan, pendapat, persepsi dan

keyakinan.

c. Menggunakan kontak mata. Tidak adanya kontak mata akan dipandang

orang sebagai pengungkapan ketidakjujuran atau ketidaknyamanan

dengan apa yang anda ucapkan. Kontak mata sering kali sulit dilakukan

(5)

terutama jika anda merasa takut ditolak.pelatihan bersikap asertif

mendorong anda untuk melakukan kontak mata ketika mengungkapkan

pikiran, perasaan dan pendapat kepada orang lain.

d. Menggunakan bahasa tubuh yang asertif. Cara berdiri dan

memposisikan tangan, kaki, dan tubuh dapat memperkuat atau justru

memperlemah pesan anda.

e. Melakukan penolakan secara damai. Apabila pendapat dan fakta

disampaikan dengan tenang, semua sudut pandang dapat tergambar

dalam proses pembuatan keputusan sehingga penolakan tersebut

dianggap sehat.

f. Menghindari manipulasi.

g. Mencoba berespons bukan bereaksi. Belajar merespons sebuah situasi

berarti meluangkan waktu untuk memikirkan respons yang sesuai

dengan situasi saat itu dan menggunakannya.

2.1.4 Ciri-ciri Perawat Asertif

Fensterheim dan Baer (1980) berpendapat seseorang dikatakan

mempunyai sikap asertif apabila mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a. Bebas mengemukakan pikiran dan pendapat, baik melalui kata-kata

maupun tindakan.

b. Dapat berkomunikasi secara langsung dan terbuka.

c. Mampu memulai, melanjutkan dan mengakhiri suatu pembicaraan

(6)

d. Mampu menolak dan menyatakan ketidaksetujuannya terhadap

pendapat orang lain, atau segala sesuatu yang tidak beralasan dan

cenderung bersifat negatif.

e. Mampu mengajukan permintaan dan bantuan kepada orang lain ketika

membutuhkan.

f. Mampu menyatakan perasaan, baik yang menyenangkan maupun yang

tidak menyenangkan dengan cara yang tepat.

g. Memiliki sikap dan pandangan yang aktif terhadap kehidupan.

h. Menerima keterbatasan yang ada di dalam dirinya dengan tetap

berusaha untuk mencapai apa yang diinginkannya sebaik mungkin,

sehingga baik berhasil maupun gagal ia akan tetap memiliki harga diri

(self esteem) dan kepercayaan diri (self confidence).

2.1.5 Teknik-teknik bertindak asertif a. Memberikan umpan balik.

b. Meminta umpan balik dari orang lain.

c. Menentukan batasan.

d. Membuat permintaan.

e. Berlaku persisten.

f. Mengabaikan provokasi

(7)

2.1.6 Kategori perilaku asertif

Prinsip dan bentuk asertif antara lain:

a. Pada prinsipnya asertif adalah kecakapan orang untuk berkata tidak,

untuk meminta bantuan atau minta tolong orang lain.

b. Kecakapan untuk mengekspresikan perasaan-perasaan positif maupun

negative.

c. Kecakapan untuk melakukan inisiatif dan memulai pembicaraan.

Ada 3 kategori perilaku asertif yaitu :

a. Asertif penolakan yaitu ucapan untuk memperhalus, seperti misalnya :

maaf.

b. Asertif pujian yaitu mengekspresikan perasaan positif, seperti misalnya

menghargai, menyukai, mencintai, mengagumi, memuji dan

bersyukur.

c. Asertif permintaan yaitu asertif yang terjadi kalau seseorang meminta

orang lain melakukan sesuatu yang memungkinkan kebutuhan atau

tujuan seseorang tercapai tanpa tekanan atau paksaan.

2.2 Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terhadap

obyek terjadi melalui panca indra manusia, yakni: penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

(8)

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (Overt Behavior)

Proses Adopsi Perilaku

Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang

mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut

terjadi proses yang berurutan yakni :

a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui stimulus terlebih dahulu.

b. Interest yakni orang mulai tertarik kepada stimulus

c. Evaluation ( menimbang- nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut

bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

d. Trial ,Orang telah mulai mencoba perilaku baru.

e. Adoption, Subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Apabila penerimaan perilaku baru melalui proses seperti ini didasari

oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku

tersebut akan bersifat langgeng( Long lasting). Sebaliknya apabila

perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak

(9)

2.2.2 Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan yang tercakup dalam domain

kognitive mempunyai 6 tingkatan:

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya

terhadap obyek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada suatu situasi atau kondisi sebenarnya (real).

Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan

hukum- hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks

atau situasi yang lain. Misalnya penggunaan rumus statis dalam

(10)

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu metode kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam

struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,

seperti dapat menggambarkan, memisahkan, mengelompokkan, dan

sebagainya.

5. Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjukkan kepada sesuatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk

menyusun formulasi baru dari formulasi- formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justification

atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian

tersebut didasarkan pada suatu kriteria-kriteria yang telah ada.

2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan dalam Diri Seseorang 1. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan

(11)

Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk

mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa.

Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula

pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat

kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan

pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula

pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang

berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.

Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal,

akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal.

Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua

aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya

akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin

banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan

sikap makin positif terhadap obyek tersebut .

2. Informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non

formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact)

sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.

Majunya teknologi akan tersedia bermacam- macam media massa yang

dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru.

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi,

(12)

terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian

informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula

pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.

Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan

kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.

3. Sosial budaya dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui

penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian

seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan.

Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu

fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial

ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

4. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik

lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh

terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada

dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal

balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap

individu.

5. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali

(13)

masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan

memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional serta pengalaman

belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan

mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan

menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam

bidang kerjanya.

6. Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap

dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin

membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam

masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan

demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu

orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk

membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan

(14)

2.3 Stres Kerja

Stres merupakan ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi oleh

mental, fisik, emosional, dan spiritual manusia yang pada suatu saat dapat

mempengaruhi kesehatan fisik manusia (National Safety Council, 2003).

Stres kerja adalah suatu proses yang menyebabkan orang merasa sakit,

tidak nyaman atau tegang karena pekerjaan, tempat kerja atau situasi kerja

yang tertentu (Dadang, 2006).

Stres kerja juga merupakan penentu penting timbulnya depresi, penyebab

keempat terbesar timbulnya penyakit di seluruh dunia. Bukan suatu hal yang

mustahil jika pada kurun waktu tertentu muncul stres, karena apa yang

dikerjakan nampak sia-sia atau tidak menghasilkan sesuatu yang berarti bagi

dirinya maupun orang lain. Terlebih lagi, jika kondisi ini dibarengi dengan

faktor eksternal lainnya, seperti kurang mendapat penghargaan, tuntutan

pengembangan diri kurang, situasi lingkungan kerja yang kurang kondusif,

dan lainnya. Semakin tuntutan yang tidak terpenuhi, semakin meningkat

kualitas stres yang dihadapi (Hadi, 2011).

2.3.2 Sumber Stres Kerja dalam Keperawatan

Menurut Abraham C. dan Shanley F. (1997) sumber stres dalam

keperawatan meliputi :

a. Beban kerja berlebihan, misalnya merawat terlalu banyak pasien,

(15)

merasa tidak mampu memberi dukungan yang dibutuhkan teman sekerja

dan menghadapi masalah keterbatasan tenaga.

b. Kesulitan menjalin hubungan dengan staf yang lain, misalnya

mengalami konflik dengan teman sejawat, mengetahui orang lain tidak

menghargai sumbangsih yang dilakukan dan gagal membentuk tim kerja

dengan staf.

c. Kesulitan terlibat dalam merawat pasien kritis, misalnya kesulitan

menjalankan peralatan yang belum dikenal, mengelola prosedur atau

tindakan baru dan bekerja dengan dokter yang menuntut jawaban dan

tindakan cepat.

d. Berurusan dengan pengobatan/perawatan pasien misalnya bekerja

dengan dokter yang tidak memahami kebutuhan sosial dan emosional

pasien, terlibat dalam ketidaksepakatan pada program tindakan, merasa

tidak pasti sejauh mana harus memberi informasi pada pasien atau

keluarga dan merawat pasien yang sulit atau tidak kerja sama.

e. Merawat pasien yang gagal untuk membaik misalnya pasien lansia,

pasien yang nyeri kronis dan yang meninggal selama dirawat.

(Sunaryo,2004).

2.3.3 Gejala-gejala stres kerja

Gejala-gejala stres mencakup sisi mental, sosial dan fisik. Hal- hal ini

(16)

kepala, sering menangis, sulit tidur, perasaan was-was, frustasi dan

lain-lain.

Gejala-gejala terhadap stres dibagi menjadi menjadi empat bagian :

a. Fisik, meliputi sakit kepala, jantung berdebar-debar, lidah menjadi

kelu, kehilangan nafsu makan, sulit tidur, berkeringat secara

berlebihan, kaku dibagian dada, leher dan punggung bagian

belakang, diare, sembelit, sulit konsentrasi dan mudah merasa lelah.

b. Emosi, meliputi mudah marah, cemas, pencemburu, kurang istirahat,

tidak sabaran, mudah menangis, tidak punya inisiatif,

menyendiri,banyak pikiran, dan tidak memiliki refleksi respons

emosi yang positif. Kondisi ini dipicu karena ketidakstabilan hormon

didalam tubuh.

c. Kognitif, contohnya pelupa, khawatir berlebihan, tidak fokus, kurang

kreatif, sulit berpikir dan berpikiran negatif.

d. Lingkungan, contohnya menarik diri dari lingkungan dan tidak

peduli. (Wulandari,2010).

2.3.4 Tahapan Stres Kerja

Menurut Van Amberg (1979) sebagaimana dikemukakan oleh Hawari

(2001) bahwa tahapan stress adalah sebagai berikut:

a. Stres Tahap Pertama (paling ringan), yaitu stres yang disertai dengan

(17)

pekerjaan tanpa memperhitungkan tenaga yang dimiliki dan penglihatan

menjadi tajam.

b. Stres Tahap kedua, yaitu stres yang disertai keluhan, seperti bangun pagi

badan tidak terasa segar dan merasa letih, lekas capek pada saat

menjelang sore hari, lambung atau perut tidak nyaman, jantung berdebar,

otot tengkuk dan punggung menjadi tegang. Hal ini disebabkan karena

cadangan tenaga yang tidak memadai.

c. Stres tahap ketiga, yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti defekasi

yang tidak teratur, otot semakin tegang, emosional, insomnia, mudah

terjaga dan sulit untuk tidur kembali, bangun terlalu pagi, koordinasi

tubuh terganggu dan mau jatuh pingsan.

d. Stres tahap keempat, yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti tidak

mampu bekerja sepanjang hari (loyo), aktivitas pekerjaan terlalu sulit dan

menjenuhkan, kegiatan rutin terganggu, dan gangguan pada pola tidur,

sering menolak ajakan, konsentrasi dan daya ingat menurun, serta dapat

menimbulkan ketakutan serta kecemasan.

e. Stres tahap kelima, yaitu tahapan stres yang ditandai dengan kelelahan

secara fisik dan mental, ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan yang

sederhana dan ringan, gangguan pencernaan berat, meningkatnya rasa

takut dan cemas, bingung dan panik.

f. Stres tahap keenam, yaitu tahapan stres dengan tanda-tanda seperti

jantung berdebar keras, sesak nafas, badan gemetar, dingin dan keluar

(18)

2.3.5 Akibat Stres Kerja a. Kelelahan akibat kerja

Meliputi kelelahan fisik, emosional, dan mental yang disebabkan oleh

adanya keterlibatan dalam waktu yang lama dengan situasi yang

menuntut secara emosional. Misalnya sedih tanpa sebab, bingung,

kehilangan orientasi, mudah marah, hilangnya kepedulian atau

kesabaran, mudah sinis, gangguan somatis atau fisik berupa sakit kepala,

sakit kepala, sakit sendi, gangguan perut, dan lain- lain yang tidak jelas

penyebabnya dan tidak kunjung sembuh.

b. Psikosomatis

Psikosomatis adalah penyakit yang berupa gejala-gejala fisik yang

disebabkan atau diperburuk oleh faktor mental atau psikologis.

Sebenarnya segala penyakit melibatkan reaksi pikiran dan fisik, namun

beberapa penyakit dapat diperburuk oleh faktor mental seperti stres

misalnya penyakit jantung atau tekanan darah tinggi.

c. Trauma

Secara psikologis trauma mengacu pada pengalaman yang mengagetkan

dan menyakitkan yang melebihi situasi stres yang dialami manusia dalam

kondisi wajar.

d. Trauma sekunder

Trauma sekunder adalah gejala trauma yang dapat dialami oleh orang

(19)

e. Kelelahan kepedulian

Merupakan kelelahan emosional disebabkan karena empati dan

kepedulian yang terus-menerus sebagai tuntutan dan sifat pekerjaan yang

terus menerus harus memperhatikan orang lain. Orang yang mengalami

kelelahan kepedulian biasanya cenderung mengalami kelelahan fisik

yang sangat, perasaan tak berdaya, sedih tanpa sebab, bingung dan

perasaan bersalah yang terus- menerus karena tidak bisa membantu orang

lain ya ng memerlukan bantuan (Wulandari, 2010).

2.3.6 Penanganan Stres Kerja

Stres sebenarnya tidak selalu buruk dan merupakan bagian normal dari

kehidupan sehari- hari. Stres merupakan motivasi yang dibutuhkan

seseorang untuk aktif karena merupakan suatu energi. Namun, stres dapat

menimbulkan perasaan tidak nyaman jika seseorang tidak mampu

menanganinya. Cara penanganan stres kerja yang dialami adalah :

a. Merencanakan dengan baik aktivitas : apa, mengapa, bagaimana,

kapan dan siapa yang bertanggung jawab terhadap tugas-tugas yang

akan dikerjakan.

b. Membangun iklim kerja yang menyenangkan yaitu dengan bersikap

terbuka dan berkomunikasi dengan sesama rekan kerja.

c. Mengerti terhadap tugas dan tanggung jawab, serta tidak ragu untuk

bertanya.

d. Melakukan beberapa kali istrahat untuk beberapa menit selama

(20)

e. Memiliki sikap toleransi kepada sesama rekan kerja.

f. Mendelegasikan sebagian tanggung jawab kepada rekan kerja

g. Mempertahankan semangat tim kerja.

h. Menyediakan lingkungan kerja yang baik, meminimalkan

gangguan-gangguan seperti suara, ventilasi, cahaya dan suhu.

i. Berolahraga secara teratur.

j. Melakukan meditasi. Para ahli kesehatan mengatakan bahwa alat yang

sangat ampuh dalam mengatasi stres adalah meditasi. Meditasi sangat

membantu membersihkan pikiran kita dan meningkatkan konsentrasi.

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari analisis ini menunjukkan bahwa bahasa, dalam hal ini bahasa Indonesia, tidak hanya tidak dapat dipisahkan dari lieratur etniknya dan nilai- nilai budayanya,

Dana Alokasi Umum, selanjutnya disebut DAU adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah

Jumlah peserta yang telah mengunggah (upload) dokumen kualifikasi dan dokumen penawaran sampai dengan batas akhir waktu pemasukan penawaran sebanyak 1 (satu) peserta,

Panitia Pengadaan Bar ang dan Jasa Badan Koor dinasi Keluar ga Ber encana dan Pember dayaan Per empuan Kota Bandar Lampung akan melaksanakan Pemilihan Langsung

Panitia Pengadaan Bar ang/ Jasa pada Badan Koor dinasi Keluar ga Ber encana dan Pember dayaan Per empuan Kota Bandar Lampung akan melaksanakan Pelelangan Umum dengan

Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan Daerah Kementerian Keuangan Provinsi Jawa Barat melaksanakan PEMBATALAN LELANG/PELELANGAN ULANG pada Pelelangan

Panitia Pengadaan Bar ang/ Jasa pada Badan Koor dinasi Keluar ga Ber encana dan Pember dayaan Per empuan Kota Bandar Lampung akan melaksanakan Pelelangan Umum dengan

Taggart, maka pelaksanaan tindakan pembelajaran menggunakan model Cooperative learning tipe Numbered heads Together pada siswa kelas V SDN Ngablak 02 akan dilaksanakan dalam 2