• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI. budaya dan masyarakat yang bersangkutan. Keterkaitan ini tidak dapat dipisahkan satu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI. budaya dan masyarakat yang bersangkutan. Keterkaitan ini tidak dapat dipisahkan satu"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

LANDASAN TEORI

Seperti yang kita ketahui, perkembangan bahasa tentunya tidak terlepas dari budaya dan masyarakat yang bersangkutan. Keterkaitan ini tidak dapat dipisahkan satu sama yang lain. Dengan kata lain bahasa tumbuh dan berkembang dalam masyarakat dan diwariskan dari kurun waktu kewaktu. Begitu pula halnya dengan bahasa Jepang. Hal senada juga dipertegas oleh Akimoto (2002:160) dengan menyatakan, "Bahasa merupakan cerminan dari budaya dan masyarakat yang bersangkutan sebab bahasa mempengaruhi sifat budaya dan masyarakatnya.” Untuk itulah, berikut ini saya akan memaparkan mengenai hubungan hirarki masyarakat Jepang yang melatarbelakangi dasar pembentukkan ninshoo daimeishi /pronomina persona dalam bahasa Jepang.

2.1 Teori Hirarki Masyarakat Jepang

Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa hubungan hirarki masyarakat Jepang juga turut mempengaruhi tutur pemakaian bahasanya yang berlandaskan hubungan sosial antara manusia yang satu dengan yang lain. Hubungan –hubungan tersebut meliputi :

1. Hubungan Atasan Bawahan (上下関係)

Kesadaran hubungan ini masih sangat melekat dalam diri orang Jepang yaitu dengan ditandai dengan penggunaan bahasa keigo (bahasa sopan). Akimoto (2002:169) juga mengemukakan : 話して(書き手)は聞き手(読み手)と問題の人物じんぶつ、 聴 衆ちょうしゅうの属性ぞくせいや年 齢、地位などから見た下上関係やお互いの親疎 し ん そ 関係や立場などの相互そ う ご関 係に応じてことばを使い分ける。これを待遇たいぐうひょうげん表 現というが、これには丁

(2)

寧な言い方の敬語け い ごと中立の言い方の通常語つうじょうご、ぞんざいな言う方の卑語ひ ごが ある。

Terjemahan :

Dengan memperhatikan kedudukan, usia, atribut (status social) pendengar, tokoh yang dibicarakan, dan sebagainya dengan pendengar maka pembicara dapat mempergunakan bahasa sesuai dengan hubungan derajat keakraban, kedudukannya, hubungan antara atasan bawahan dan sebagainya. Ini dinamakan ungkapan perlakuan, tetapi ini ada cara pengucapan yang sopan yang disebut keigo, cara pengucapan yang bersifat netral disebut tsuujoogo dan terdapat pula bahasa slang dengan cara pengucapan yang kasar.

Akimoto (2002:170) juga membagi bahasa keigo sebagai berikut : Tabel 2.1. Bahasa Keigo

人 称 にんしょう 代名詞だ い め い し (Pronomina Persona) 事物じ ぶ つ (Barang/hal) 動作ど う さ. 状 態じょうたい (aktivitas-keadaan) 丁 寧 語 わたし、わたくし、あな た、どなた、こちら、そ ちら、あちら、どちら お 花 、 お 金 、 ご は ん、お天気 行きます 時間です ございます 尊 敬 語 あ な た さ ま 、 ど な た さ ま、こちらさま、そちら さま、あちらさま、どち らさま お名前、ご住所、お 宅、お車、芳名ほうめい いらっしゃる、おっ しゃる、くださる、 なさる、逝去せいきょ、崩御ほうぎょ 謙 譲 語 わたくしども、わたくし め 拙宅 せったく 、 粗品そ し な、 寸志す ん し、 薄謝 はくしゃ 、弊社へいしゃ 申す、申し上げる、 参 まい る、 伺うかがう、いただ く、差さ し上げる、承 る、拝見はいけん

(3)

Dalam bahasa Jepang hubungan jenis kelamin juga ikut menciptakan pemakaian ragam bahasa yang berbeda yaitu danseigo (ragam bahasa laki-laki) dan jooseigo(ragam bahasa wanita) yang masing-masing memiliki karakteristik tersendiri. Pada kedua ragam bahasa akan tampak jelas dalam percakapan sehari-hari pada situasi tidak formal. Perbedaaan kedua bahasa ini dapat diamati dari berbagai aspek kebahasaannya seperti pemakaian bahasa hormat (keigo), partikel pada akhir kalimat (shuujoshi), pronomina persona (ninshoo daimeishi), interjeksi (kandooshi),dan sebagainya ( Sudjianto, 2004:208).

Penegasan serupa juga dikemukakan oleh Akimoto (2002:163) dalam kalimat sebagai berikut ini :

男性語.女性語は広義こ う ぎには、男性・女性の用いるすべてのことばを指す が、狭義きょうぎには男性だけが用いる語を男性語、女性だけが用いる語を女性 語という。ここでは男性語・女性語を狭義の意味で用いる。 男性語.女性語がはっきり応対おうたいしているものとして、人称代名詞・感動かんどう 詞し・終助詞しゅうじょしを挙あげることができる。 Terjemahan :

Ragam bahasa laki-laki dan wanita dalam pengertian secara luas menunjuk pada semua bahasa yang dipergunakan oleh laki-laki dan wanita, tetapi secara makna sempit ragam bahasa laki merupakan kata yang hanya digunakan oleh laki-laki saja,dan yang khusus dipakai oleh wanita disebut ragam bahasa wanita. Di sini dipergunakan ragam bahasa laki-laki dan perempuan dalam arti sempit. Untuk menanggapi ragam bahasa laki-laki dan wanita secara jelas dapat dengan mengggunakan ninshoo daimeishi, kandooshi dan shuujoshi.

Perbedaan pemakaian pronomina persona juga dikemukakan oleh 刘徳有/Liu De You (1989:76-77) dalam buku Nihongo Ga Omoshirosa sebagai beikut :

日本語の男女差 だ ん じ ょ さ は、まず人称代名詞からして違うのである。普通、男性 用はぼく<第一人称>、きみ<第二人称>であり、女性用はあたし<第 一人称>、あなた<第二人称>である。そして、「ぼく」と「きみ」は 男性専用語である。「あなた」「わたし」は男女共用語 と も よ う ご である。このほ

(4)

かに、男性専用語せ ん よ う ごとして「おれ」「自分」「わし」「わが輩 はい 」(以上第 一人称)、「貴様」「てめえ」(以下第二人称)などがあり、女性専用 語に「あたい」「あたくし」「うち」(以上第一人称)などがある。第 二人称の「おまえ」は男性にかぎらず、特定 とくてい の場合には女性も使う(母 親が子供に対して)。 Terjemahan :

Perbedaan laki-laki dan perempuan dalam bahasa Jepang, pertama bisa dilihat dari perbedaan pronomina persona. Ada boku (kata ganti orang I) dan kimi (kata ganti orang II) yang dipakai oleh laki-laki, sedangkan wanita memakai atashi (kata ganti orang I) dan anata (kata ganti orang II). Boku dan kimi adalah ragam bahasa laki-laki; watashi, anata adalah termasuk ragam bahasa perempuan. Selain itu juga terdapat ore, jibun, washi, wagahai (kata ganti orang I) dan kisama, temee (kata ganti orang II) dan sebagainya.Sedangkan pada ragam bahasa bahasa perempuan terdapat atai, atakushi, uchi (kata ganti orang I)dan sebagainya. Sementara itu, kata ganti orang kedua ”omae” tidak hanya terbatas dipakai oleh laki-laki, pada situasi tertentu wanita dapat pula menggunakannya (misalnya dari ibu kepada anaknya).

Namun belakangan ini perbedaan kedua ragam bahasa semakin berkurang terutama di kalangan remaja putri mulai meningkat pemakaian kosakata (goi) yang digunakan oleh laki-laki, begitu pula sebaliknya.

3. Hubungan Uchi dan Soto(内外の関係)

Salah satu faktor yang juga turut berperan dalam tingkat kesopanan bahasa Jepang adalah orang Jepang sangat memegang prinsip hubungan yang menandai uchi dan soto. Kedua istilah ini sudah menjadi bagian dari lingkungan kehidupan orang Jepang. Uchi adalah istilah yang dipergunakan untuk menunjuk pada lingkungan kelompoknya sendiri misalnya anggota keluarganya, orang-orang yang menjadi anggota dari lingkungan kerjanya atau sekolahnya maupun organisasinya. Sedangkan soto adalah kebalikan dari uchi yang menunjuk pada lingkungan luar selain kelompoknya sendiri.

(5)

Dengan begitu bahasa yang akan dipergunakan terhadap orang dalam dan orang luar akan berbeda pula, kepada orang dalam akan digunakan bahasa akrab dan bahasa sopan untuk orang luar. Seperti yang diungkapkan oleh Hirabayashi dan Hama (1988:5) dalam kalimat berikut ini :

丁寧体(デス.マスの形)というのは、聞き手に対する敬意け い いを 表あらわす形で ある。したがって、親したしくない人や「外」の人と話すときに使う。また 丁寧体を尊敬語そ ん け い ごや謙譲語けんじょうごといっしょに使うことにより、さらに敬意を高たか めることもできる。普ふ通つう体たい(タの形)というのは、敬意を表さない形で、 親しい人(家族や友達など)と話すとき使う。 Terjemahan :

Yang dimaksud dengan teineitai/bentuk sopan (bentuk desu&masu) adalah bentuk yang menunjukkan perasaan hormat kepada pendengar yang dipergunakan ketika berbicara dengan orang luar (soto) dan orang yang tidak dikenal. Apabila dipakai bersama sonkeigo (bahasa menghormati) dan kenjoogo (bahasa merendahkan diri) akan lebih lagi meninggikan rasa hormat kepada lawan bicara. Sedangkan futsuutai/bentuk biasa (bentuk ta) merupakan bentuk yang tidak menunjukkan perasaan hormat, digunakan pada saat berbicara dengan orang yang akrab (misalnya kepada keluarga, teman dan sebagainya).

人称代名詞(わたし、あなた)など人の呼び方 Tabel 2.2. Ninshoo Daimeishi

普通の言葉 丁寧な言葉 わたし〔あたし、僕、俺〕 わたくし わたしたち わたくしども あなた〔きみ、おまえ〕 あなた(さま)、おたく(さま) この人 この方、こちら方 この人達 この方々、こちら方々 先生達 先生方

(6)

2.2 Kata Benda Dalam Bahasa Jepang

Kata benda dalam gramatika bahasa Jepang disebut dengan meishi. Menurut Iori,et.al (2001:514) menyatakan bahwa :

ものや人を 直 接 ちょくせつ

指すことばを名詞と言います。 Terjemahan :

Yang disebut dengan meishi adalah kata yang menunjuk pada benda dan orang secara langsung.

Sementara itu dalam buku Goi Kyouiku oleh Suzuki, et.al (1985:55) dijabarkan sebagai berikut: 名詞はものごとをあらわし、基本き ほ んの形に主として「が、を、に、から、で、 と、へ、まで、より、の...は、も...だ、です...」などをつけ た・述語じゅつご・連用れんようしゅうしょくご修 飾 語・(対象語たいしょうご.連用規定語き て い ご.状態語じょうたいご)・連体修飾語 (連他規定語)などになることのできる品詞ひ ん し。 Terjemahan :

Nomina (kata benda) adalah sejenis kata yang sebagian besar bentuk dasarnya diikuti oleh ga, wo, ni, kara, de, to, e, made, yori, no..., wa, mo....da, desu dan sebagainya, dapat menjadi subyek, predikat, modifikator (obyek, renyoketeigo, keterangan), Rentaishushokugo (Rentaiketeigo) dan sebagainya.

Nomina dibagi menjadi nomina konkret yang digunakan untuk menunjukkan barang dan orang. Dan nomina abstrak yang menyatakan hubungan sifat dan aktivitas.

Menurut Terada dalam Sudjianto dan Dahidi (2004) membagi meishi menjadi 5 macam :

1. Futsuu meishi yaitu nomima yang menyatakan nama-nama benda , barang, peristiwa, dan sebagainya yang bersifat umum. Contoh : hon, yama, gakko, jinsei, sekai dan lain-lain

2. Koyuu meishi yaitu nomina yang menyatakan nama-nama yang menunjukkan benda secara khusus seperti nama daerah, nama negara, nama orang, nama buku, dan sebagainya. Contoh : Yamato, taiheiyoo, Chuugoku, Murasaki Shikibu dan lain-lain.

3. Suushi meishi yaitu nomina yang menyatakan bilangan, jumlah, kuantitas,urutan dan sebagainya. Contoh : ichi, mitsu, sangoo, niban, shchinin, ikutsu dan lain-lain.

(7)

4. Keishiki meishi yaitu nomina yang menunjukkan fungsinya secara formalitas tanpa memiliki hakekat atau arti yang sebenarnya sebagai nomina.contoh : hazu, mama, toori, wake, tame dan koto.

5. Daimeishi yaitu kata-kata yang menunjukkan sesuatu secara langsung tanpa menyebutkan nama orang, benda, barang, perkara, arah, tempat dan sebagainya. Daimeishi sendiri terbagi atas dua :

o Ninshoo daimeishi (pronomina persona) yaitu kata-kata yang dipakai untuk menyebutkan orang. Misalnya : boku, watashi, kimi, omae dan sebagainya. o Shiji daimeishi (pronomina penunjuk) yaitu kata-kata yang dipakai untuk

menunjukkan barang, benda, perkara, arah dan tempat. Contoh : koko, sore, achira, dochira dan sebagainya.

2.3 Ninshoo Daimeishi (人称代名詞)

Berbeda dengan bahasa Indonesia, dalam bahasa Jepang kata ganti orang termasuk bagian dari daimeishi yang merupakan jenis dari kelas kata nomina (meishi). Hal tersebut diperjelas oleh Yamaguchi, et.al ( 1976:157) dalam kalimat sebagai berikut ini :

普通,代名詞だ い め い しの分類ぶんるいとしては、人間を指す 人 称にんしょう代名詞と、事物じ ぶ つを指す 指示し じ代名詞だ い め い しとの二分類が 行おこなわれている。

Terjemahan :

Umumnya pembagian daimeshi dibagi atas ninshoo daimeshi yang digunakan untuk menunjukkan orang dan shijidaimeishi untuk menunjukkan benda dan barang.

Jadi, ninshoo daimeshi adalah kata yang dipergunakan untuk menunjukkan orang sekaligus menggantikan nama orang tersebut atau disebut kata ganti orang. Sementara itu, menurut Iori,et.al (2001) ninshoo daimeishi dapat dikelompokkan menjadi:

(8)

Merupakan pronomina persona yang dipergunakan untuk menunjukkan diri sendiri, dalam bahasa Indonesia disebut pronomina persona pertama/ kata ganti orang pertama/ si pembicara.

Dalam bahasa Jepang terdapat banyak sekali kata yang dapat dipakai untuk menunjukkan diri sendiri seperti : watashi, watakushi, atashi, washi, boku, ore dan sebagainya yang masing-masingnya memiliki fungsi tersendiri. Sedangkan bentuk jamaknya adalah dengan menambahkan ”tachi” di belakangnya, hanya untuk kata watakushi umumnya adalah dengan cara menambahkan ”domo”. Sementara pada kata boku dan ore dapat dengan menambahkan ”ra” di belakangnya kecuali untuk kata watakushi dan hissha, sedangkan atashira dan watashira merupakan bentuk bahasa daerah/dialek (hoogenkei).

Tetapi di sini hendaknya seorang penutur diharuskan mampu memilih ninshoo daimeishi secara tepat sesuai dengan status/identitas diri sendiri dan memperhatikan hubungan jabatan/kedudukan antara si pembicara dengan lawan bicara. ( Kindaichi,1991:160).

2. Taishoo / Daini Ninshoo Daimeishi (Pronomina Persona Kedua)

Merupakan pronomina persona yang digunakan untuk menunjukkan orang yang diajak bicara atau disebut kata ganti orang kedua/lawan bicara/pendengar.

Sama halnya dengan jisho, pemakaian dainininshoo daimeishi juga didasarkan atas status diri si pembicara, jenis kelamin, dan hubungannya dengan lawan bicara (Kindaichi,1991:165). Contoh anata, anta, kimi, omae, kisama, anatasama dan sebagainya. Sedangkan bentuk jamaknya sama dengan pronomina persona pertama yaitu dengan membubuhi kata ”tachi”di belakangnya tetapi kecuali untuk kata anata.

(9)

Bentuk jamak anata adalah anatagata yang pemakainnya akan lebih sopan dari pada kata anatatachi. Namun kata ganti orang kedua dalam bahasa Jepang tidak boleh dipergunakan kepada orang yang lebih tinggi derajat dari kita, akan tetapi pada situasi seperti ini untuk menunjukkan perasaan hormat kepada lawan bicara dapat dengan memakai nama orang yang bersangkutan, nama jabatan atau dengan kata sapaan hormat seperti sensei.

Hal senada juga ditegaskan oleh Hirabayashi dan Hama (1988:8) dalam kalimat dibawah ini : 二人称 ににんしょう (あなた、おたく)、 三 人 称 さんにんしょう (彼、彼女、彼ら)は目上の人に は使わない。やむをえず、「あなた」など使うことがあるが、できるだ け、その人の氏名し め い、 役 職 やくしょく で呼びかけるようにする。女性が上司に呼びか ける時には 役 職やくしょくに「さん」をつけることが多いが、つけなくても敬意は 表されている。「かた」は尊敬語そ ん け い ごなので、「内」のものを指す時には使 えない。 Terjemahan :

Pronomina persona kedua (anata, otaku) dan ketiga (kare, kanojo, karera) tidak dapat dipergunakan kepada orang yang lebih tinggi derajatnya, tetapi sedapat mungkin dipanggil dengan nama orang yang bersangkutan atau berdasarkan jabatannya. Kaum wanita ketika memanggil atasannya kebanyakan dengan menambahkan “san” pada jabatannya, namun tanpa san juga menunjukkan perasaan hormat. Sedangkan “kata” adalah bahasa sonkeigo (bahasa menghormati) jadi tidak bisa dipergunakan untuk menunjuk uchi.

Selain itu, pronomina persona kedua juga tidak boleh dipergunakan untuk menunjuk anggota keluarga yang lebih tua seperti oya, ani ,ane,oji,oba tetapi cukup dengan membubuhi ”san” dibelakang kata panggilan menjadi ojisan.

(10)

Merupakan pronomina persona yang dipergunakan untuk menunjukkan orang yang menjadi pokok pembicaraan selain persona pertama dan kedua atau disebut kata ganti orang ketiga/ orang yang dibicarakan. Contohnya kare, kanojo (bentuk tunggal) dan karera, konojora, kanojotachi (bentuk jamaknya).

Menurut 鈴木 dan 林(1972)serta Makino dan Tsutsui (1986) pemakaian dari daiichi ninshoo daimeishi dan daini ninshoo daimeishi adalah sebagai berikut ini :

1. Daiichi Ninshoo Daimeishi(第一人称代名詞)

A. Watakushi (わたくし)

Adalah kata ganti yang menyatakan diri sendiri, merupakan kata ganti orang pertama yang sangat formal/sopan, terutama dipakai oleh perempuan dan hanya dipakai oleh laki-laki pada situasi formal. Bentuk jamaknya adalah watakushidomo.

B. Watashi(私)

Kata yang standar untuk menunjukkan diri sendiri, bersifat netral dan formal. Dapat dipakai oleh siapa saja terhadap orang yang lebih tinggi kedudukannya, sebaliknya bila dipakai oleh orang yang kedudukannya lebih tinggi kepada orang yang lebih rendah derajatnya tidak menimbulkan kesan menurunkan derajatnya. Kata ini setaraf dengan atakushi (tergolong ragam bahasa perempuan yang bersifat formal) Bentuk jamaknya adalah watashitachi, watakushitachi.

(11)

Sama halnya dengan atakushi termasuk ragam bahasa wanita, namun tingkat kesopanannya masih dibawah atakushi, bersifat informal dan dapat dipakai pada situasi akrab oleh wanita. Bentuk jamaknya adalah atashitachi, atashira.

D. Boku(僕)

Sering dipakai pada ragam bahasa laki-laki yang dipergunakan pada situasi akrab dan informal, terhadap orang yang sederajat atau orang yang lebih rendah derajatnya dari si pembicara. Namun tidak boleh ditujukan terhadap orang yang lebih tua atau lebih tinggi kedudukannya. Sedangkan dalam situasi tidak resmi/ diantara teman akrab akan menjadikan suasana terasa lebih intim. Bentuk jamaknya adalah bokutachi, bokura.

E. Ore(俺)

Pemakaiannya sama dengan boku yang juga merupakan ragam bahasa laki-laki,tapi hanya lebih kasar daripada boku dan bersifat sangat informal. Bentuk jamaknya adalah oretachi.

2. Daini Ninshoo Daimeishi(第二人称代名詞)

1. Anata (あなた)

Kata ganti kedua yang dapat dipakai baik oleh perempuan dan laki-laki, menunjukkan perasaan hormat ataupun formal terhadap orang yang sederajat tapi tidak akrab ataupun pada saat pertama kali bertemu. Dalam bahasa Indonesia berarti anda, saudara, tuan, nona, nyonya, bapak/ibu. Kata anata ini bersifat lebih halus/formal dibandingkan dengan kimi,omae dan kisama.

(12)

Bersifat informal umumnya tidak lazim dipakai oleh wanita. Dipergunakan terhadap orang yang sama derajatnya maupun terhadap orang yang lebih muda umurnya/ lebih rendah kedudukannya seperti oleh orang tua kepada anaknya, guru kepada muridnya, majikan kepada bawahannya. Tetapi dalam hubungan yang akrab pemakaian kata-kata ini tidak terasa kasar bahkan suasana tampak lebih intim. Bentuk jamaknya adalah kimitachi, kimira, antatachi (baik laki-laki maupun wanita).

3. Omae(お前)

Termasuk ragam bahasa laki-laki, bersifat sangat informal. Kata ini juga jarang digunakan oleh wanita, dapat dipergunakan pada situasi yang menyatakan rasa benci ataupun menghina/merendahkan terhadap orang yang derajatnya lebih rendah atau sederajat, dan dapat pula kepada orang yang lebih rendah atau sederajat untuk menunjukkan rasa akrab. Omae setaraf dengan anta (dipakai oleh laki-laki ataupun wanita). Bentuk jamaknya adalah omaetachi, omaera, antatara, antara.

Untuk mengetahui lebih jelas tingkat kesopanan dari masing-masing pronomina persona, berikut ini akan dipaparkan oleh Ide dalam Shibamoto (1985:50-51) dalam tabel di bawah ini :

Tabel 2.3. Pronomina Persona Pertama dan Jenis Kelamin Pembicara

Degree of Most formal Informal

formality 1 0 Female watakushi speaker atakushi watashi atashi

(13)

Male watakushi speaker

watashi

boku ore

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat kesopanan pronomina persona pertama juga bergantung dari jenis kelamin si pembicara dan pemilihan dari kata pronomina personanya seperti kata watakushi yang hampir sama dipakai oleh laki-laki dan wanita pada situasi sangat formal, ada kata atakushi yang hanya khusus dipakai oleh wanita saja, memiliki fungsi yang setaraf dengan watashi apabila dipergunakan oleh laki-laki. Sedangkan watashi jika dipakai oleh wanita akan memiliki tingkat kesopanan yang berbeda-beda bergantung dari situasinya apakah situasi formal atau situasi santai yang bersifat informal. Kemudian ada kata atashi yang merupakan ragam bahasa wanita yang bersifat informal. Sedangkan untuk laki-laki ada kata boku dan ore yang juga bersifat informal hanya saja boku juga dapat dipakai dalam situasi formal sampai informal. Tabel 2.4. Pronomina Persona Kedua dan Jenis kelamin Pembicara

Degree of Most formal Informal Formality 1 0 Female anata Speaker anta Male anata Speaker anta Kimi Omae kisama

(14)

Sama halnya dengan penjelasan di atas, pronomina persona kedua juga memiliki tingkat kesopanan yang berbeda-beda juga. Misalnya kata anata apabila dipakai oleh wanita akan mempunyai level kesopanannya dari tingkat yang sangat formal sampai tingkat informal bergantung dari situasi dan status/kedudukan/usia orang yang diajak bicara, sedangkan untuk laki-laki bersifat sangat formal. Kata anta apabila dipakai oleh laki-laki memiliki fungsi yang sangat formal dan hal ini sangat bertolak belakang dengan anta yang dipergunakan oleh wanita yang bersifat informal. Sedangkan kata ganti orang kedua yang lain adalah kimi, omae dan kisama yang hanya dipergunakan oleh laki-laki saja. Kata kimi juga dapat dipakai dari tingkat formal sampai informal, sementara omae dan kisama bersifat informal.

Gambar

Tabel 2.3. Pronomina Persona Pertama dan Jenis Kelamin Pembicara
Tabel 2.4.  Pronomina Persona Kedua dan Jenis kelamin Pembicara

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa aspek yang perlu untuk dianalisis dalam melakukan pengembangan usaha terdiri dari aspek pasar dan pemasaran, aspek manajemen dan organisasi, serta aspek

Proyeksi cash inflow dilakukan untuk menggambarkan kondisi kas perusahaan di masa yang akan datang, pada perhitungan ini nilai sisa yang timbul adalah merupakan

Setelah memadat, diambil 1 ose bakteri yang telah diukur berdasarkan standar Mc.Farland 108 kol/ mL, kemudian digores secara merata pada permukaan medium, kemudian dimasukkan

Inti Sebelum peserta didik memahami pentingnya peranan lembaga peradilan, guru dapat menjelaskan secara umum dasar hukum peranan lembaga peradilan di Indonesia. Peserta didik

Semenjak peristiwa 11 September yang erat kaitannya dengan tindak terorisme, hubungan antara negara-negara Barat dan negara Islam diselimuti oleh prasangka sosial negatif

Berdasarkan rumusan masalah yang diteliti maka tujuan penelitian ini adalah: untuk mengetahui proses internalisasi KI 1 dan KI 2 dalam mata pelajaran Sejarah Kebudayaan

Pembina akan memberikan materi dengan cara memperagakan isyarat kode-kode alphabet dan numerik dari buku saku menggunakan bendera semaphore kepada siswa.. Siswa

Beri Saya 3 Menit, Saya Akan Tunjukkan Bagaimana Anda Bisa Jago Jualan Hanya Dengan Baca Komik.. Sebelum Anda Membaca Buku-nya, Izinkan Saya Bertanya