• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS II SDN KESEK 2 PADA MATERI KEDUDUKAN DAN PERAN ANGGOTA KELUARGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN METODE QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS II SDN KESEK 2 PADA MATERI KEDUDUKAN DAN PERAN ANGGOTA KELUARGA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

106

PENERAPAN METODE QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS II SDN KESEK 2 PADA MATERI

KEDUDUKAN DAN PERAN ANGGOTA KELUARGA

Siti Faridah

Mahasiswa S2 Pendidikan Dasar Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya

Abstrak

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang berlangsung di SDN Kesek 2 Kecamatan Labang Kabupaten Bangkalan yaitu pada siswa kelas II tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 28 orang, pada bulan Pebruari 2014 semester genap. Data dikumpulkan melalui metode observasi dan tes. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, diperoleh hasil bahwa penerapan Metode Quantum Teaching dengan kerangka TANDUR dalam pembelajaran IPS dapat memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan hasil belajar siswa kelas II SDN Kesek 2 yaitu pada materi Kedudukan dan Peran Anggota Keluarga. Hal ini terbukti pada saat proses pembelajaran berlangsung, siswa berpartisipasi secara aktif dalam kelompok pada siklus I sebesar 64% dan mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 87%. Hal ini ditandai oleh peningkatan hasil evaluasi unjuk kerja kelompok pada siklus I memperoleh nilai rata-rata 64,3, pada siklus II meningkat mencapai 86. Kemudian hasil nilai rata-rata-rata-rata pada dua kali pos tes juga menunjukkan peningkatan dari 64,6 menjadi 82. Selain itu, melalui penerapan metode quantum teaching, keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran dapat ditingkatkan.

Kata Kunci : metode quantum teaching, hasil belajar

PENDAHULUAN

Pendidik atau guru merupakan sebuah profesi mulia. Untuk menjadi seorang pendidik yang baik dibutuhkan kesabaran, keikhlasan, dan kecintaan terhadap profesi yang dijalankannya. Dalam pendidikan, ikatan antara tanggung jawab dan proses pembelajaran serta hasil menjadi kesatuan utuh yang saling melengkapi. Tugas penting guru pada pendidikan formal di sekolah, diantaranya adalah membantu peserta didik untuk mengenal dan mengetahui sesuatu, terutama memperoleh pengetahuan. Peran guru di sini adalah sebagai fasilitator atau moderator, merangsang atau memberikan stimulus serta membantu peserta didik untuk mau belajar sendiri dan merumuskan pengertiannya.

Untuk itu dibutuhkan kreativitas seorang pendidik dalam menciptakan proses pembelajaran yang aktif, kritis dan efektif. Salah satu ciri pembelajaran efektif adalah mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya (Dit-PLP dalam Saktyowati, 2010:44).

Namun demikian, kenyataan di lapangan belum menunjukkan ke arah pembelajaran yang bermakna. Para guru sendiri belum siap dengan pembelajaran yang

(2)

107

bermakna. Sistem pembelajaran duduk tenang, mendengarkan informasi dari guru sepertinya sudah membudaya sejak dulu, sehingga untuk mengadakan perubahan ke arah pembelajaran yang aktif, kreatif, menyenangkan agak sulit. Berdasarkan pengamatan awal terhadap proses pembelajaran IPS di kelas II SDN Kesek II, khususnya pada materi “Kedudukan dan Peran Anggota Keluarga” diperoleh informasi bahwa dalam proses pembelajaran guru belum memberdayakan seluruh potensi dirinya sehingga sebagian besar siswa belum mampu mencapai kompetensi individual yang diperlukan untuk mengikuti pelajaran lanjutan. Beberapa siswa belum belajar sampai pada tingkat pemahaman. Siswa baru mampu menghafal fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, dan gagasan inovatif lainnya pada tingkat ingatan, mereka belum dapat menggunakan dan menerapkannya secara efektif dalam pemecahan masalah sehari-hari yang konstekstual.

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) juga tidak lepas dari kecenderungan proses pembelajaran teacher centered. Kondisi demikian tentu membuat proses pembelajaran hanya dikuasai guru. Hal inilah penyebab utama rendahnya hasil belajar siswa pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Bagaimana mengoptimalkan hasil belajar dan meningkatkan motivasi belajar siswa adalah tugas seorang guru. Untuk itulah, dalam proses pembelajaran guru harus mampu menggunakan berbagai model dan metode dalam proses pembelajarannya di kelas. Terkait belum optimalnya hasil belajar IPS siswa kelas II di SDN Kesek II, maka peneliti selaku guru berupaya untuk menggunakan metode Quantum Teaching sebagai salah satu alternatif pembelajaran bermakna yang bermuara pada pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan sehingga diharapkan hasil belajar yang diperoleh siswa juga meningkat. Pemilihan metode pembelajaran pada dasarnya merupakan salah satu hal penting yang harus difahami oleh setiap guru mengingat proses pembelajaran haruslah merupakan proses komunikasi multi arah antar siswa, guru, dan lingkugan. Namun demikian, penggunaan metode dalam proses pembelajaran di kelas harus disesuaikan dengan karakteristik siswa dan materi yang akan disampaikan, sehingga penguasaan pengetahuan yang diperoleh siswa dapat memberikan manfaat baik bagi dirinya maupun dalam kehidupan bermasyarakat.

Metode Quantum Teaching adalah orkestrasi bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Interaksi-interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi siswa sendiri dan bagi orang lain (DePorter, 2007:5). Ada lima prinsip yang mempengaruhi seluruh aspek metode Quantum, yaitu segalanya berbicara, segalanya bertujuan, pengalaman sebelum pemberian nama, akui setiap usaha, jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan. Selain itu, hasil penelitian Magfiroh terhadap penggunaan metode Quantum Teaching dengan tehnik TANDUR terbukti dapat meningkatkan prestasi hasil belajar siswa pada pelajaran matematika materi “Luas Permukaan Bangun Ruang”, juga keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran matematika telah dapat ditingkatkan melalui penerapan metode kuantum (quantum teaching) tehnik TANDUR.

Hasil Belajar

Abdurrahman dalam Jihad dan Haris (2008:14) mendefinisikan Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu

(3)

108

sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Siswa yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.

Hasil belajar adalah segala sesuatu yang dicapai melalui proses perubahan tingkah laku individu sebagai hasil dari pengalamannya dalam berinteraksi dalam lingkungan. Penilaian hasil belajar perlu didesain agar dapat mengukur pemahaman siswa terhadap pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah dipelajari (Pribadi, 2010:111). Bloom dan kawan-kawan mengelompokkan hasil belajar ke dalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.

Untuk memperoleh hasil belajar, dilakukan evaluasi atau penilaian yang merupakan tindak lanjut atau cara untuk mengukur tingkat penguasaan siswa. Kemajuan prestasi belajar siswa tidak saja diukur dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan tetapi juga sikap dan keterampilan. Dengan demikian penilaian hasil belajar siswa mencakup segala hal yang dipelajari di sekolah, baik itu menyangkut pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Kualitas pembelajaran atau pembentukan kompetensi sebagai hasil belajar dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil. Dari segi proses, pembelajaran atau pembentukan kompetensi dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran, di samping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya pada diri sendiri. Sedangkan dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri peserta didik seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%). Lebih lanjut proses pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila masukan merata, menghasilkan out put yang banyak dan bermutu tinggi, serta sesuai dengan kebutuhan, perkembangan masyarakat dan pembangunan (Mulyasa, 2005 :131).

Metode Pembelajaran Quantum Teaching

Metode Quantum Teaching atau disebut juga Quantum Learning (QL) merupakan metode pendekatan belajar yang bertumpu dari metode Freire dan Lozanov. Cara partisipatori peserta didik dalam melihat potensi diri dalam kondisi penguasaan diri, gaya belajar dengan mengacu pada otak kanan dan otak kiri menjadi khas QL. Menurut QL bahwa proses belajar-mengajar adalah fenomena yang kompleks, segala sesuatunya dapat berarti seperti kata, pikiran, tindakan, dan assosiasi serta sampai sejauh mana guru mengubah lingkungan, presentasi dan rancangan pengajaran maka sejauh itulah proses belajar berlangsung. Hubungan dinamis di dalam kelas merupakan landasan dan kerangka untuk belajar (De Porter dalam Suyatno 2004:29). Dengan begitu siswa dapat mengingat, membaca, menulis dan membuat peta pikiran dengan cepat.

Menerapkan Quantum Teaching dalam proses pembelajaran menggunakan kerangka pembelajaran yang dikenal sebagai TANDUR (DePorter 2007:89-93), yaitu: a. Tumbuhkan

Tahap awal dalam pembelajaran quantum adalah ”tumbuhkan” dalam artian guru harus dapat menyertakan dan memikat siswa untuk melaksanakan pembelajaran. Guru harus menumbuhkan minat dan membangkitkan motivasi para siswa untuk mengikuti pembelajaran. Untuk menciptakan tahap ”tumbuhkan” ini

(4)

109

dapat disertakan pertanyaan, pantomim, lakon pendek dan lucu, drama, video, atau cerita dan sebagainya.

b. Alami

Unsur ini memberi pengalaman kepada siswa dan memanfaatkan hasrat alami otak untuk menjelajah. Dengan memberikan pengalaman, guru dapat dengan mudah memanfaatkan pengetahuan dan keingintahuan mereka. Tahap ini menuntut guru untuk dapat menemukan cara yang terbaik agar siswa memahami informasi, menemukan kegiatan yang memanfaatkan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa dan menemukan kegiatan yang memfasilitasi kebutuhan siswa untuk mengetahui. Guru dapat memberikan tugas kelompok dan kegiatan yang mengaktifkan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa. Saat siswa mempelajari sesuatu dalam kehidupan nyata, siswa sudah memiliki kemampuan awal, suatu kaitan dengan konsepnya. Kemudian pada saat pengalaman terbentang, siswa akan mengumpulkan informasi yang membantu mereka memaknai pengalaman tersebut. Informasi yang diperoleh membuat yang abstrak menjadi konkret.

c. Namai

Penamaan memuaskan hasrat alami otak untuk memberikan identitas, mengurutkan, dan mendefinisikan. Penamaan dibangun di atas pengetahuan dan keingintahuan siswa saat itu. Penamaan adalah saatnya mengajarkan konsep, ketrampilan berpikir, dan strategi belajar. Pada tahap ini guru bisa memuaskan otak siswa, membuat siswa penasaran, penuh pertanyaan mengenai pengalaman mereka. Penamaan merupakan informasi, fakta, rumus, pemikiran, tempat dan sebagainya. Strategi yang dapat digunakan pada tahap ini antara lain adalah menggunakan susunan gambar, warna, alat bantu, kertas tulis, dan poster di dinding.

d. Demonstrasikan

Tahap ini siswa membutuhkan kesempatan untuk membuat kaitan, berlatih dan menunjukkan apa yang siswa ketahui. Tahap demonstrasikan ini menuntut guru untuk menemukan cara agar siswa dapat memperagakan tingkat kecakapan mereka dengan pengetahuan yang baru diperoleh dan membuat kriteria yang dapat dikembangkan bersama untuk menuntun kualitas peragaan siswa. Strategi yang dapat digunakan untuk melaksanakan tahap ini antara lain dengan sandiwara, video, permainan, rap, lagu, penjabaran dalam grafik, dan lain-lain.

e. Ulangi

Pengulangan memperkuat koneksi syaraf dan menumbuhkan rasa ”Aku tahu bahwa aku tahu ini!”. Pengulangan harus dilakukan secara multi modalitas (visual, auditorial, kinestetik). Pelaksanaan tahap ulangi menuntut guru untuk menemukan cara yang terbaik bagi siswa untuk mengulang pelajaran agar setiap siswa mendapat kesempatan untuk mengulang. Strategi yang dapat dipakai untuk melaksanakan tahap ini antara lain dengan cara menggemakan (guru menyebutkan sesuatu dan siswa mengulang secara serentak) atau dengan melakukan Tepuk Yess! (ulurkan satu tangan, letakkan pelajaran pada tangan tersebut, lalu tepuk sambil berkata, Yess! dengan keras), atau bisa juga dengan memberikan kesempatan pada siswa untuk mengajarkan pengetahuan barunya kepada orang lain.

f. Rayakan

Perayaan memberi rasa selesai dengan menghormati usaha, ketekunan dan kesuksesan (jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan). Guru harus dapat menemukan cara yang paling sesuai untuk merayakan dan cara mengakui setiap orang atas prestasinya. Strategi yang dapat digunakan pada tahap ini adalah dengan

(5)

110

pujian, bernyanyi bersama, pamer pada pengunjung dan pesta kelas. Kerangka QL yang dikenal dengan TANDUR tersebut memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran, berlatih, menjadikan isi pelajaran nyata bagi mereka sendiri, dan mencapai sukses.

Untuk menarik siswa agar dapat berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran, dapat dilakukan dengan cara mengadakan variasi kegiatan pembelajaran. Mulyasa (2005:78-79) mengungkapkan bahwa mengadakan variasi merupakan keterampilan yang harus dikuasai guru dalam pembelajaran, untuk mengatasi kebosanan peserta didik, agar selalu antusias, tekun, dan penuh partisipasi serta bertujuan untuk: a. Meningkatkan perhatian peserta didik terhadap materi standar yang relevan.

b. Memberikan kesempatan bagi perkembangan bakat peserta didik tehadap berbagai hal yang baru dalam pembelajaran.

c. Memupuk perilaku positif peserta didik dalam pembelajaran.

d. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuannya.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan prosedur penelitian tindakan kelas, yang merupakan pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa. Penelitian ini berlangsung di SDN Kesek 2 yang terletak di Kecamatan Labang Kabupaten Bangkalan yaitu pada siswa kelas II tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 28 orang dengan perbadingan 16 orang laki-laki dan 12 orang perempuan, pada bulan Pebruari 2014 semester genap. Data dikumpulkan melalui metode observasi dan tes.

Metode observasi menurut Arikunto (2010:146) adalah suatu tehnik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung. Metode observasi dilakukan untuk memperoleh data tentang aktivitas siswa dalam menggunakan model pembelajarn Quantum Teaching. Observasi dilakukan selama inti pembelajaran berlangsung dengan instrumen penelitian berupa lembar observasi. Adapun aspek-aspek yang diamati meliputi:

1. Bekerja sama dengan kelompok : Hal-hal yang diamati pada aspek ini meliputi keikutsertaan dan kerja sama siswa pada kegiatan kelompok pada tahap alami dan tahap demonstrasikan.

2. Bersungguh-sungguh mengerjakan tugas : Hal yang diamati pada aspek ini meliputi kesungguhan siswa ketika mengerjakan tugas individu yang diberikan guru pada tahap demonstrasikan.

3. Memperhatikan penjelasan guru : Hal yang diamati pada aspek ini adalah sejauh mana perhatian siswa ketika guru memberikan penjelasan yang disertai tanya jawab dan penggunaan alat peraga untuk membantu siswa menemukan konsep pada tahap namai.

4. Menjawab pertanyaan : Hal – hal yang diamati pada aspek ini meliputi sejauh mana antusiasme siswa menjawab pertanyaan guru pada tahap tumbuhkan dan tahap namai.

(6)

111

5. Ceria dalam belajar : Hal-hal yang diamati pada aspek ini adalah sejauh mana keceriaan siswa pada saat mengikuti proses pembelajaran pada tahap ulangi dan tahap rayakan.

Data observasi aktifitas siswa dalam proses pembelajaran disajikan dalam bentuk angka yang kualitatifnya yaitu 1 kurang, 2 cukup, 3 baik, 4 sangat baik. Data hasil observasi dianalisis menggunakan teknik persentase (%) yaitu membagi skor yang diperoleh dengan skor maksimal dikalikan 100%. Masing-masing kriteria yang diamati, mempunyai skor maksimal 4. Kemudian dikonversikan kedalam kualifikasi persentase keaktifan yaitu:

Tabel 1.

Persentase Keaktifan Guru dan Siswa (Yonny dkk 2010:175-6)

Persentase Kriteria 75% - 100% Sangat Baik 50% - 74,99% Baik 25% - 49.99% Cukup 0% - 24,99% Kurang

Pengumpulan data selanjutnya dilakukan dengan metode tes. Tes adalah suatu metode yang digunakan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa dalam bentuk lisan, tulisan atau dalam bentuk perbuatan (Sudjana, 2008:35). Tes diberikan setiap akhir pembelajaran untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan model Quantum Teaching. Tes yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari penilaian unjuk kerja yaitu pada saat siswa berkelompok dan penilaian tertulis.

Untuk menganalisis hasil tes siswa yang diberikan setelah proses pembelajaran setiap siklus yaitu dengan mencari nilai rata-rata dengan menghitung jumlah nilai yang diperoleh seluruh siswa dibagi dengan jumlah siswa yang mengikuti tes. Apabila 70% dari seluruh siswa mencapai taraf keberhasilan minimal, optimal bahkan maksimal dari nilai KKM 60 maka perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil. Untuk mengetahui persentase keberhasilan perbaikan pembelajaran tersebut dengan cara menghitung jumlah siswa yang tuntas belajar mendapat nilai ≥ 60 dibagi dengan jumlah siswa seluruhnya.

Seluruh data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis secara deskriptif kualitatif. Seperti yang diungkapkan Wardhani (2007:5.10) bahwa data PTK cenderung data kualitatif sehingga analisis dilakukan secara kualitatif – deskriptif. Untuk memudahkan dalam membaca data, hasil analisis data disajikan dalam bentuk paparan (narasi) dan tabel.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tahap Perencanaan Tindakan

Pada tahap ini direncanakan pelaksanaan pembelajaran IPS materi ”Kedudukan dan Peran Anggota Keluarga” dengan menerapkan model pembelajaran quantum teaching, yang dikenal dengan tehnik TANDUR dalam dua siklus. Dalam kegiatan perencanaan diperoleh hasil sebagai berikut:

(7)

112

a. Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sebagai pedoman kegiatan pembelajaran.

b. Pengadaan alat peraga/media pembelajaran yang meliputi : c. Penyusunan instrumen penelitian yang meliputi :

1) Format observasi

2) Soal penilaian unjuk kerja (LKS) 3) Soal-soal pos tes

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan dan Observasi

Pelaksanaan Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus I maupun siklus II berlangsung selama 2x35 menit dengan berpedoman pada rencana pembelajaran yang telah disusun. Observasi dilakukan bersamaan dengan kegiatan pembelajaran. adapun pelaksanaan model Quantum dengan tehnik TANDUR tersebut diuraikan seperti berikut.

a. Memberikan salam dan menanyakan keadaan siswa.

b. Melaksanakan kegiatan tumbuhkan (menumbuhkan minat belajar siswa) dengan cara memberikan apersepsi sambil menunjukkan foto keluarga sambil meminta siswa untuk menyebutkan anggota keluarga apa saja yang ada di dalam foto tersebut. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, dan kegiatan apa saja yang akan dilakukan siswa hari ini.

c. Memasuki kegiatan inti, guru membantu siswa membentuk kelompok dengan jumlah anggota tiap kelompok 6 orang.

d. Melaksanakan kegiatan alami selama 15 menit dengan cara membagikan kartu silsilah keluarga, kemudian siswa diminta untuk menyebutkan urutan silsilah dalam keluarga itu serta menyebutkan peran dari masing-masing anggota keluarga seperti yang ada pada LKS masing-masing.

e. Melaksanakan kegiatan namai selama 35 menit dengan cara siswa dibimbing untuk menyebutkan urutan silsilah mulai dari yang paling tua (kakek/nenek) sampai seterusnya yang paling muda (anak/cucu).

f. Melaksanakan kegiatan demonstrasikan selama 30 menit dengan cara setiap kelompok diminta untuk menyebutkan peran dari masing-masing anggota keluarga sesuai gambar/foto yang ada pada Lembar Kerja masing-masing secara bergiliran di depan kelas.

g. Melaksanakan kegiatan ulangi selama 5 menit dengan cara tepuk yess! yaitu seluruh anggota satu kelompok membentuk lingkaran dan saling mengulurkan tangan sambil mengucapkan ”Keluargaku, yess! dengan keras berulang-ulang. h. Melaksanakan kegiatan rayakan selama 5 menit dengan cara mengadakan pesta

kelas, yaitu guru membagikan permen untuk siswa dan bergantian menempelkan

hasil tugas kelompoknya di papan pajangan kelompok.

Dari hasil pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran tersebut setelah dianalisis diperoleh hasil sebagai berikut.

a. Kegiatan awal pembelajaran (tahap tumbuhkan) yang dilakukan dengan memberikan penjelasan materi pada siklus I dan memberikan pertanyaan (tanya jawab) pada siklus 2, sebagian besar siswa tampak antusias mengikuti proses kegiatan tersebut. Siswa tampak lebih bersemangat ketika kegiatan dilanjutkan dengan pembagian kelompok belajar.

b. Kegiatan pada tahap alami yang dilakukan dengan pemberian tugas kelompok berupa LKS menyebutkan silsilah keluarga, pada siklus I sebagian besar siswa dalam kelompok tampak kurang aktif aktif, mereka agak kebingungan dengan

(8)

113

maksud gur. Akan tetapi pada siklus 2 sebagian besar siswa dalam kelompok sudah sanga aktif, hanya ada beberapa siswa tampak kurang mengikuti kegiatan kelompok. Keaktifan siswa ini ditandai dengan semangatnya siswa memberikan pendapat mengenai peran dari masing-masing anggota keluarga sesuai pemahamannya masing-masing.

c. Kegiatan pada tahap namai yang dilakukan dengan membimbing siswa menyebutkan peran dari masing-masing anggota keluarga sesuai foto keluarga yang ada di LKS, pada siklus 1 sebagian besar siswa tampak memperhatikan, ada beberapa siswa yang bertanya kepada guru, dan ada juga beberapa siswa yang tampak cuek. Akan tetapi pada siklus 2, semua siswa sudah semangat memperhatikan, dan berani mengajukan pertanyaan.

d. Kegiatan siswa pada tahap demonstrasikan pada siklus 1 masih kurang bersemangat. Siswa masih ragu dan malu dalam menceritakan silsilah keluarganya. Namun pada siklus 2 kegiatan sudah tampak sangat hidup. Sebagian besar siswa dalam kelompok sangat bersemangat ketika mereka secara bergantian di dalam kelompoknya diminta untuk menjelaskan silsilah keluarga mereka di depan kelas, kelompok yang lain tampak sangat memperhatikan. Walaupun ada juga siswa dalam kelompok yang berbicara dengan temannya. Kegiatan dilanjutkan dengan pembahasan bersama atas kesimpulan materi yang telah dipelajari, sebagian besar siswa tampak serius memperhatikan, meskipun ada beberapa siswa yang bermain sendiri.

e. Kegiatan pada tahap ulangi yang dilaksanakan dengan tepuk yess! Pada siklus I maupun siklus 2 semua siswa tampak riang gembira mengikuti kegiatan ini. f. Kegiatan pada tahap rayakan yang dilakukan dengan pesta kelas pada siklus I,

dan menyanyi bersama pada siklus 2, semua siswa tampak santai dan riang gembira mengikutinya.

Data hasil observasi keaktifan siswa dalam kelompok, disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2. Persentase Keaktifan Siswa dalam Kelompok No. Aspek yang diamati

Hasil Pengamatan

Keterangan Siklus I Siklus II

J I % J I %

1 Bekerja sama dengan kelompok 18 64 24 86 Meningkat 2 Sungguh-sungguh Mengerjakan tugas 18 64 25 89 Meningkat 3 Memperhatikan Penjelasan guru 19 68 25 89 Meningkat

4 Menjawab pertanyaan 17 61 24 96 Meningkat 5 Memperhatikan

Penjelasan guru

18 64 24 96 Meningkat

Rata-rata 18 64% 24,4 87% Meningkat Ket : Jumlah kelompok = 7

J I = Jumlah Indikator keaktifan siswa dalam kelompok % = Persentase keaktifan siswa

(9)

114

Dari tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa pada siklus I, persentase keaktifan siswa sebesar 64% termasuk kategori baik. Sedangkan pada siklus II, persentase meningkat menjadi 87% dengan kategori baik sekali. Dari hasil observasi tersebut dapat dianalisis bahwa metode metode quantum teaching mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran IPS.

Pada kegiatan evaluasi melalui unjuk kerja kelompok dan tes tulis yang diberikan di akhir pembelajaran tiap siklus diperoleh hasil nilai yang disajikan dalam tabel berikut ini.

Tabel 3. Nilai unjuk kerja (LKS) secara berkelompok

No. Nama kelompok Nilai LKS Keterangan

Siklus I Siklus II 1 Neptunus 70 100 Meningkat 2 Merkurius 70 90 Meningkat 3 Pluto 70 80 Meningkat 4 Venus 60 90 Meningkat 5 Mars 60 90 Meningkat 6 Saturnus 60 80 Meningkat 7 Uranus 60 80 Meningkat Jumlah 450 610 Meningkat Rata-rata 64,3 86 Meningkat

Pada tabel di atas, penilaian melalui unjuk kerja kelompok dengan mengerjakan LKS pada siklus I mendapatkan nilai rata-rata 64,3 masih di bawah nilai KKM 65. Dari 7 kelompok yang melakukan tes unjuk kerja, 4 kelompok masih memperoleh nilai di bawah KKM, dengan nilai tertinggi 70. Pada siklus 2 nilai rata-rata kelompok sudah mencapai 86 dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 80.

Tabel 4. Nilai Tes Akhir Siswa No. Urut

Siswa

Nilai No. Urut

Siswa

Nilai

Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II

1 80 100 13 70 100 2 70 100 14 60 80 3 70 100 15 70 100 4 70 90 16 70 90 5 60 90 17 60 90 6 60 70 18 60 80 7 60 80 19 70 80 8 60 80 20 60 80 9 70 70 21 50 60 10 70 80 22 70 100 11 80 100 23 50 60 12 60 60 24 50 60 13 60 70 27 80 80 14 60 80 28 60 70

Total Nilai Rata-rata Siswa Tuntas

Persentase Ketuntasan

(10)

115

Siklus I 1810 64,6 13 orang 46,4%

Siklus II 2300 82 24 orang 85,7%

Hasil tes tulis yang dilakukan melalui pos tes pada tabel di atas menunjukkan hasil nilai rata-rata yang cukup bagus. Nilai rata-rata pada pos tes siklus 1 adalah 64,6 dengan persentase ketuntasan belajar hanya 46,4% atau hanya ada 13 siswa yang memperoleh nilai ≥ 65. Pada pos tes siklus 2, nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 85,7 dengan nilai tertinggi 100 dan persentase ketuntasan belajar meningkat menjadi 85,7% atau 28 siswa sudah mampu mencapai nilai ≥65.

3. Tahap Refleksi

Dari hasil analisis data menunjukkan adanya peningkatan. Keaktifan siswa yang diinginkan pada kegiatan pembelajaran menunjukkan keberhasilan. Terbukti dari 28 siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran pada siklus II, sebagian besar siswa yaitu sekitar 87% siswa aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran (lihat tabel 2) dengan kategori sangat baik.

Hasil evaluasi unjuk kerja kelompok juga menunjukkan adanya perbedaan. Evaluasi unjuk kerja kelompok pada siklus 1 memperoleh nilai rata-rata 64,3 (lihat tabel 3), tetapi pada siklus 2 hasil evaluasi unjuk kerja kelompok menunjukkan peningkatan dengan nilai rata-rata yang diperoleh mencapai 86.

Penilaian yang dilakukan melalui pos tes juga tampak menunjukkan keberhasilan penelitian, terbukti dari hasil nilai rata-rata pada dua kali pos tes menunjukkan peningkatan nilai rata-rata dari 64,6 dengan ketuntasan belajar siswa 46,4% meningkat menjadi 82 dengan ketuntasan belajar yang juga meningkat menjadi 85,7% (lihat tabel 4).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan Metode Quantum Teaching dengan kerangka TANDUR dalam pembelajaran IPS pada materi Kedudukan dan Peran Anggota Keluarga pada siswa kelas II SDN Kesek 2 Kec Labang Kab Bangkalan dengan berpedoman pada sintaks pelaksanaan dapat memberikan dampak positif terhadap peningkatan hasil belajar. Peningkatan hasil belajar dapat terlihat dari hasil perolehan tes hasil belajar pada siklus I dengan rata-rata nilai 64,6 dan meningkat menjadi 82 pada siklus II dengan jumlah siswa yang tuntas belajar sebanyak 24 siswa dengan persentase 85,7%.

Keterlibatan siswa secara aktif dalam kelompok pada proses pembelajaran dapat ditingkatkan melalui penerapan metode quantum teaching. Hal ini terbukti pada saat proses pembelajaran berlangsung, sebagian besar siswa (87%) berpartisipasi secara aktif dalam kelompok. Dalam penerapannya metode quantum teaching dengan kerangka TANDUR, sebaiknya selalu berpedoman pada kaidah-kaidah yang ada supaya dapat diperoleh hasil yang benar-benar maksimal. Selain itu, dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, sebaiknya guru menggunakan metode yang lebih variatif agar siswa tidak merasa bosan sehingga tertarik untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.

(11)

116 DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

DePorter, Bobbi. dan Hernacki. (2007). Quantum Learning. Bandung: Kaifa. DePorter, Bobbi, dkk. (2007). Quantum Teaching. Bandung: Kaifa.

Jihad, Asep dan Abdul Haris. (2008). Evaluasi Pembelajaran. Yogjakarta: Multi Pressindo, Cet I.

Magfiroh, Umi. (2009). Peningkatan Keberhasilan Pembelajaran Matematika “Luas Permukaan Bangun Ruang” Melalui Metode Kuantum (Quantum Teaching) “Tehnik Tandur” Siswa Kelas VI SDN Tawangsari I Pujon Tahun Pelajaran 2008/2009. Malang: Dinas Pendidikan (PTK tidak dipublikasikan).

Mulyasa, E. (2005). Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyasa, E. (2005). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. Pribadi, Benny A. (2010). Model Desain Sistem Pembelajaran.Jakarta: Dian Rakyat. Saktyowati, Dian Oky. (2010). Panduan Pendidik: Meningkatkan Mutu Pendidik dalam

Pembelajaran Sains. Jakarta: Ghina Walawafa.

Sudjana, Nana. (2011). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Suyatno. (2004). Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya: SIC

Wardhani, Igak, dkk. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka. Yonny, Acep. Dkk. (2010). Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Familia

Gambar

Tabel 2. Persentase Keaktifan Siswa dalam Kelompok
Tabel 4. Nilai Tes Akhir Siswa  No. Urut

Referensi

Dokumen terkait

Konsultan Hukum, Penilai Independen, Biro Administrasi Efek, Notaris).. Dengan adanya pemahaman yang baik atas proses backdoor listing , pelaku penunjang pasar modal dapat

Hal ini menunjukkan bahwa besar pengaruh variabel independen yaitu CAR, NIM, BOPO, LDR, GWM terhadap variabel dependen yaitu perubahan laba yang diterangkan oleh model

Saat ini megawati dan prabowo melakukan kampanye putaran pertama di jalur selatan dan utara jawa // Sebelum bertolak kembali ke Jakarta / megawati juga sempat berpesan untuk

pembuatan homepage ini menggunakan program HTML untuk tampilan sedangkan PHP dan MYSQL untuk koneksi dan penyimpanan databasenya sampai menampilkan record, Mysql di sini

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membuat suatu website yang diberi nama Website Company Profile PT Adimitra Wilangtama Menggunakan Macromedia Dreamweaver dan Flash MX,

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji T , dapat disimpulkan bahwa semua hipotesis yang diajukan dapat diterima karena semua variabel bebas dari

Dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi diperoleh informasi mengenai langkah kepala sekolah dalam menemukan gaya kepemimpinan yang paling tepat untuk

Pemeriksaan deteksi dini DM dilakukan pada kedua anak pasien yang ada di rumah dan didapatkan hasil Gula darah puasa 88 mg/dL dan 88 mg/dl yaitu kadar gula