• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI ACCOUNT OFFICER DALAM MENGELOLA PEMBIAYAAN WARUNG MIKRO DI BANK SYARIAH MANDIRI (BSM)

KANTOR CABANG PAYAKUMBUH

SKRIPSI

Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Oleh:

ARIF FATHURAHMAN NIM. 1630401024

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BATUSANGKAR

(2)
(3)
(4)
(5)

i ABSTRAK

Arif Fathurahman, NIM 1630401024, Judul Skripsi: “Strategi Account Officer Dalam Mengelola Pembiayaan Warung Mikro Di Bank Syariah Mandiri (BSM) Kantor Cabang Payakumbuh”. Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar.

Pokok Permasalahan dalam skripsi ini adalah bagaimana strategi Account Officer dalam mengelola pembiayaan warung mikro dan juga apa yang menjadi hambatan Account Officer dalam mengelola dan merealisasikan pembiayaan warung mikro di BSM Payakumbuh. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan strategi Account Officer dalam mengelola pembiayaan warung mikro dan juga untuk mendeskripsikan hambatan Account Officer dalam mengelola dan merealisasikan pembiayaan warung mikro di BSM Payakumbuh

Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian lapangan (field research). Sumber data dalam penelitian ini menggunakan sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah Account Officer Bank Syariah Mandiri (BSM) Kantor Cabang Payakumbuh, sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah dokumentasi yang berhubungan dengan masalah yang penulis teliti. Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu melalui wawancara dan dokumentasi. Teknik penjamin keabsahan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode triangulasi sumber data, kemudian dilakukan penarikan kesimpulan untuk menyimpulkan semua informasi yang telah didapat.

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan di Bank Syariah Mandiri (BSM) Kantor Cabang Payakumbuh, bahwa Pertama, strategi yang dilakukan oleh Account Officer dalam mengelola pembiayaan warung mikro adalah dengan melakukan dua tahapan yaitu strategi secara umum dengan melakukan pendekatan dari hati ke hati dengan calon nasabah, memahami isi produk dengan menunjukkan kelebihan dari produk pembiayaan mikro, dan membandingkan produk dengan produk pembiayaan lainnya. Sedangkan strategi secara khusus dilakukan dengan mendatangi kembali calon nasabah secara berulang-ulang agar nasabah tertarik dengan produk pembiayaan mikro tersebut, meyakinkan kembali nasabah mengenai produk pembiayaan mikro beserta fitur dan keunggulannya, kemudian juga menjelaskan secara rinci kepada calon nasabah mengenai mekanisme dan sistem pembayaran angsuran nantinya, dan juga promosi kepada banyak orang dengan menyebarkan brosur produk pembiayaan mikro melalui media sosial. Kedua, hambatan Account Officer dalam mengelola dan merealisasikan pembiayaan warung mikro di Bank Syariah Mandiri (BSM) Kantor Cabang Payakumbuh adalah hambatan yang terjadi yaitu dari sektor pesaing seperti adanya bank-bank lain dan juga hambatan dari sektor ekonomi yang menurun di tengah pandemi covid-19.

(6)

ii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI

ABSTRAK ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 6

C.Pertanyaan Penelitian ... 6

D.Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat dan Luaran Penelitian ... 7

F. Defenisi Operasional ... 8

BAB II KAJIAN TEORI ... 10

A.Landasan Teori ... 10

1. Strategi ... 10

2. Pembiayaan ... 12

3. Account Officer ... 30

B. Penelitian Relevan ... 34

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

A.Jenis Penelitian ... 37

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37

C.Instrumen Penelitian ... 38

D.Sumber Data ... 38

E. Teknik Pengumpulan Data ... 39

F. Teknik Analisis Data ... 39

G.Teknik Penjamin Keabsahan Data ... 40

(7)

iii

A.Gambaran Umum Bank Mandiri Syariah (BSM) Kantor Cabang

Payakumbuh ... 41

1. Sejarah Bank Mandiri Syariah (BSM) Kantor Cabang Payakumbuh ... 41

2. Visi dan Misi Bank Mandiri Syariah (BSM) Kantor Cabang Payakumbuh ... 43

3. Struktur Organisasi Bank Mandiri Syariah (BSM) Kantor Cabang Payakumbuh ... 45

4. Produk-produk Bank Mandiri Syariah (BSM) Kantor Cabang Payakumbuh ... 46

B. Hasil Penelitian ... 49

1. Strategi Account Officer dalam Mengelola Pembiayaan Warung Mikro di Bank Syariah Mandiri (BSM) Kantor Cabang Payakumbuh ... 49

2. Hambatan Account Officer dalam Mengelola dan Merealisasikan Pembiayaan Warung Mikro di Bank Syariah Mandiri (BSM) Kantor Cabang Payakumbuh ... 53

C.Pembahasan ... 55

1. Pembahasan Terhadap Strategi Acoout Officer Dalam Mengelola Pembiayaan Warung Mikro Di Bank Syariah Mandiri (BSM) Kantor Cabang Payakumbuh ... 55

2. Pembahasan Terhadap Hambatan Account Officer dalam Mengelola dan Merealisasikan Pembiayaan Warung Mikro di Bank Syariah Mandiri (BSM) Kantor Cabang Payakumbuh ... 57

BAB V PENUTUP ... 60

A.Kesimpulan ... 60

B. Saran ... 60 DAFTAR KEPUSTAKAAN

(8)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Data Pembiayaan Warung Mikro Bank Syariah Mandiri (BSM) Kantor Cabang Payakumbuh Tahun 2015-2019... 4 Tabel 3. 1 Rancangan Waktu Penelitian ... 37

(9)

v

DAFTAR GAMBAR

(10)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Secara sosiologis, pembentukan lembaga (institutationalization) dalam kehidupan masyarakat merupakan sebuah proses kristalisasi tipe- tipe norma yang kontinum. Hal ini berarati bahwa institusianalisme tidak terjadi serampangan atau kebetulan semata-mata, tetapi melalui proses evolusi yang memakna waktu yang relatif lama. Menurut Wiese dan Beacher institusionaliasi adalah suatu proses yang di lewati oleh suatu norma baru agar menjadi bagian dari salah satu institusi sosial tertentu. Norma-norma tersebut baru dianggap sebuah isntitusi sosial bila telah di kenal, diakui, dihargai, dan ditaati oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. (A.Djazuli, 2002: 4)

Secara evolutif, pembetukan lembaga sosial dalam kehidupan masyarakat dimulai dengan proses kristalisasi norma. Norma-norma inilah yang kemudian menentukan posisi status ,fungsi dan peran berprilaku bagi individu-individu sebagai komponen dari satuan komponen dari sasaran dari suatu sosial (masyarakat). Norma dalam konteks ini di pahami sebagai tata aturan yang tercipta dalam masyarakat itu sendri. Pada mulanya, sebelum terjelma menjadi lembaga, perekonomian umat terwujud dalam bentuk norma. Norma tersebut pada umumnya termuat dalam al-quran dan sunnah. Pada masa jahiliyah tidak ditemukan ketentuan yang melarang riba, tetapi Islam membawa norma baru yang meharamkan riba. Pengharam riba yang termuat dalam Al- Quran dan Al-sunnah setelah dipahami dan diterima oleh masyarakat saat itu dapat dipandang sebagai norma,karena telah ditetapkan sebagai aturan yang mengatur kegitan eknomi masyarakat. (A.Djazuli, 2002: 5)

Semakin berkembangnya aktivitas perekonomian masyarakat, maka mereka membutuhkan suatu institusi yang bertugas untuk mengelola uang yang dimiliki. Hal inilah yang melahirkan lembaga keuangan, pada awalnya

(11)

2

lembaga keuangan modern yang muncul adalah bank. Lembaga keuangan bank dibutuhkan sebagai suatu lembaga intermediary (perantara) antara pihak yang surplus dana kepada pihak yang defisit dana. Perkembangan selanjutnya lembaga keuangan bank maupun non bank semakin berkembang pesat diseluruh dunia termasuk di Indonesia. (Yusuf, 2015: 4)

Selanjutnya barulah didirikan lembaga keuangan syariah dengan tujuan untuk mempromosikan dan menerapkan prinsip-prinsip Islam, syariah dan tradisinya kedalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis yang terkait. Adapun yang dimaksud dengan prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan dan keuangan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki wewenang dalam penetapan fatwa di bidang syariah. (Yusuf, 2015: 8)

Perkembangan bank syariah di Indonesia dimulai dengan berdirinya Bank Muamalat yang menjadi pionir bagi bank syariah yang menerapkan sistem islamic bank ditengah tumbuh dan berkembangnya bank-bank konvensional. Krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998 telah menyebabkan jatuhnya bank-bank konvensional dan likuidasi bank konvensional yang sedikit. Sementara itu, perbankan yang menerapkan sistem syariah tetap eksis dan cukup mampu bertahan. Di tengah-tengah krisis keuangan global yang melanda dunia pada penghujung 2008, lembaga keuangan syariah kembali membuktikan daya tahannya dari terpaan krisis. Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan memberikan keuntungan, kenyamanan, serta keamanan bagi para pemegang sahamnya, pemegang surat berharga, peminjam, dan para penyimpan dana di bank-bank syariah. (Indonesia, 2015: 1).

Perbankan syariah sebenarnya dapat menggunakan momentum ini untuk menunjukkan bahwa perbankan syariah benar-benar tahan dan kebal krisis, serta mampu tumbuh dengan signifikan. Karena itu perlu langkah- langkah strategis untuk merealisasikannya. Langkah strategis pengembangan perbankan syariah yang telah diupayakan oleh otoritas perbankan adalah dengan pemberian izin kepada bank umum konvensional untuk mebuka

(12)

kantor cabang Unit Usaha Syariah (UUS) atau konversi sebuah bank konvensional menjadi bank syariah. Langkah strategis tersebut merupakan respon dan inisiatif dari Perubahan Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998. Undang-undang pengganti UU Nomor 7 Tahun 1992 tersebut mengatur landasan hukum dan jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah dengan jelas. Langkah strategis itu perlu ditindak lanjuti lebih lanjut oleh para bankir syariah untuk mengembankan perbankan syariah di Indonesia. (Indonesia, 2015: 2)

Seiring berkembangnya lembaga keuangan syariah khususnya bank syariah di zaman modern saat sekarang ini telah melahirkan banyak pengembangan dan ide beserta inovasi baru dengan berdirinya kantor cabang maupun kantor kas yang menjalankan kegiatan operasionalnya dengan menawarkan produk-produk yang dimiliki baik produk penghimpunan dana (tabungan, giro, dan deposito) dan juga produk penyaluran dana berupa pembiayaan dengan berbagai akad yang digunakan. Salah satu bank syariah yang menjalankan kegiatan operasional yang sama dengan bank syariah lainnya adalah Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Payakumbuh dengan menawarkan berbagai produk-produk berbasis syariah beserta fitur dan keunggulannya tersendiri. Namun dalam hal ini produk BSM Kantor Cabang Payakumbuh ini dibahas terkhususnya pada produk penyaluran dana berupa penyaluran pembiayaan yang bergerak di bidang warung mikro, yang mana pembiayaan warung mikro BSM Kantor Cabang Payakumbuh ini menggunakan akad Murabahah Bil Wakalah dalam pembelian barang usaha yang diajukan oleh nasabah. Pembiayaan warung mikro ini dibagi menjadi tiga jenis yaitu pembiayaan warung mikro (PUM) madya, pembiayaan warung mikro tunas, pembiayaan warung mikro utama dengan limit yang berbeda- beda, sehingga nasabah bisa menggunakan pembiayaan sesuai dengan jenisnya dan juga menyesuaikan kebutuhan usaha yang akan diajukan nasabah kepada bank.

Pembiayaan warung mikro di BSM Kantor Cabang Payakumbuh ini merupakan salah satu produk penyaluran dana yang banyak diminati oleh

(13)

4

nasabah karena pembiayaan ini bergerak dalam rangka membantu kelangsungan usaha nasabah yang terkendala dalam dana terkait usaha yang dikembangkan oleh nasabah tersebut. Berdasarkan data yang penulis peroleh dari BSM Kantor Cabang Payakumbuh diperoleh bahwa semenjak tiga tahun terakhir dari tahun 2017, 2018 dan 2019 pembiayaan warung mikro ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan umumnya dari segi jumlah nasabahnya yang selalu bertambah semenjak tiga tahun terakhir tersebut. Berikut adalah data pembiayaan warung mikro di BSM Kantor Cabang Payakumbuh:

Tabel 1. 1

Data Pembiayaan Warung Mikro Bank Syariah Mandiri (BSM) Kantor Cabang Payakumbuh Tahun 2015-2019

No Tahun Jumlah Nasabah Persentase Peningkatan Jumlah Nasabah Total Pembiayaan Persentase Total Pembiayaan 1 2015 55 - Rp. 9.785.000.000 - 2 2016 58 5,45% Rp. 7.925.000.000 19,01% 3 2017 61 5,17% Rp 8.332.000.000 (5,13%) 4 2018 109 78,69% Rp10.828.500.000 29,96% 5 2019 120 10,09% Rp 8.869.650.000 (18,01%)

Sumber: Data Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Payakumbuh (Doc. Bank Syariah Mandiri)

Berdasarkan tabel pembiayaan warung mikro di atas, dapat dilihat bahwa pada tahun 2015 nasabah berjumlah sebanyak 55 orang, sedangkan pada tahun 2016 nasabah berjumlah sebanyak 58 orang, sementara pada tahun 2017 nasabah berjumlah sebanyak 61 orang, kemudian pada tahun 2018 nasabah berjumlah sebanyak 109 orang, dan pada tahun 2019 jumlah nasabah bertambah lagi sebanyak Berdasarkan tabel pembiayaan warung mikro diatas, dapat dilihat bahwa pada tahun 2015 nasabah berjumlah sebanyak 55 orang, sedangkan pada tahun 2016 nasabah berjumlah sebanyak 58 orang, sementara pada tahun 2017 nasabah berjumlah sebanyak 61 orang, kemudian pada tahun 2018 nasabah berjumlah sebanyak 109 orang, dan pada tahun 2019 jumlah nasabah bertambah lagi sebanyak 120 orang. Dari tahun 2015 ke tahun 2016

(14)

nasabah bertambah sebanyak 3 orang dengan persentase peningkatan yaitu sebesar 5,45%, sedangkan pada tahun 2016 ke tahun 2017 nasabah bertambah sebanyak 3 orang dengan persentase peningkatan sebesar 5,17%, sementara pada tahun 2017 ke 2018 nasabah bertambah sebanyak 48 orang dengan persentase peningkatan yang cukup tinggi yaitu sebesar 78,69%, kemudian dari tahun 2018 menuju tahun 2019 nasabah bertambah sebanyak 11 orang dengan persentase peningkatan sebesar 10,09%. Artinya semenjak tahun 2015 hingga 2019 nasabah yang menggunakan pembiayaan warung mikro cenderung mengalami peningkatan yang dilihat dari total nasabah dan juga persentasenya.

Di samping itu, jika dilihat dari sisi jumlah pembiayaan warung mikro ini pada tahun 2015 diperoleh total pembiayaan sebesar Rp. 9.785.000.000, sedangkan pada tahun 2016 diperoleh total pembiayaan sebesar Rp. 7.925.000.000, sementara pada tahun 2017 diperoleh total pembiayaan sebesar Rp. 8.332.000.000, kemudian pada tahun 2018 diperoleh total pembiayaan sebesar Rp. 10.828.500.000, dan pada tahun 2019 diperoleh total pembiayaan sebesar Rp. 8.869.650.000. Dalam hal ini terlihat bahwa total pembiayaan yang diperoleh pada warung mikro di BSM Kantor Cabang Payakumbuh terjadi secara fluktuatif yang mana dari tahun 2015 menuju tahun 2016 terjadi penurunan pembiayaan sebesar Rp. 1.860.000.000 dengan persentasenya sebesar 19,01%, sedangkan pada tahun 2016 menuju tahun 2017 terjadi peningkatan pembiayaan sebesar Rp. 407.000.000 dengan persentase sebesar 5,13%, sementara pada tahun 2017 menuju tahun 2018 terjadi lagi peningkatan total pembiayaan sebesar Rp. 2.496.500.000 dengan persentase sebesar 29,96%, kemudian dari tahun 2018 menuju tahun 2019 terjadi penurunan total pembiayaan sebesar Rp. 1.958.850.000 dengan persentasenya sebesar 18,01%. Antara jumlah nasabah yang cenderung meningkat sementara dari segi jumlah pembiayaan yang fluktuatif terdapat ketimpangan yang terjadi disini, seharusnya jika jumlah nasabah meningkat tentunya jumlah pembiayaan pun semakin membesar. Kemudian jika semakin besar dana pembiayaan yang disalurkan maka

(15)

6

semakin besar pula resiko terhadap pembiayaan tersebut, namun pada produk warung mikro BSM Kantor Cabang Payakumbuh ini minim ditemukan resiko mengapa timbul total pembiayaan yang fluktuatif (naik turun) sementara nasabahnya mengalami peningkatan. Kemudian proses analisis pembiayaannya berjalan dengan lancar dan bagus dan berjalan sesuai dengan standar operasional (SOP) nya tetapi ditemukan ketimpangan antara besaran pembiayaan dengan besaran peningkatan nasabah. (Account officer payakumbuh)

Berdasarkan permasalahan yang penulis temukan seperti demikian, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut dan lebih mendalam lagi bagaimana pengelolaan pada produk pembiayaan warung mikro ini dan bagaimana peran seorang account officer terhadap pembiayaan warung mikro di BSM Kantor Cabang Payakumbuh, yang penulis tuangkan dalam skripsi ini dengan judul “Strategi Account Officer Dalam Mengelola Pembiayaan Warung Mikro Di Bank Syariah Mandiri (BSM) Kantor Cabang Payakumbuh”

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis paparkan diatas, maka yang menjadi fokus penelitian dalam hal ini adalah Bagaimana Strategi Account Officer Dalam Mengelola Pembiayaan Warung Mikro di Bank Syariah Mandiri (BSM) Kantor Cabang Payakumbuh.

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian diatas, maka yang menjadi pertanyaan penelitian ini adalah:

1. Bagaimana strategi account officer dalam mengelola pembiayaan warung mikro di Bank Syariah Mandiri (BSM) Kantor Cabang Payakumbuh? 2. Apa saja hambatan account officer dalam mengelola dan merealisasikan

pembiayaan warung mikro di Bank Syariah Mandiri (BSM) Kantor Cabang Payakumbuh?

(16)

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk mendeskripsikan strategi account officer dalam mengelola pembiayaan warung mikro di Bank Syariah Mandiri (BSM) Kantor Cabang Payakumbuh

2. Untuk mendeskripsikan hambatan account officer dalam mengelola dan merealisasikan pembiayaan warung mikro di Bank Syariah Mandiri (BSM) Kantor Cabang Payakumbuh.

E. Manfaat dan Luaran Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dan luaran penelitian yang penulis teliti adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber masukan dan motivasi dalam pengembangan ilmu khususnya mengenai strategi account officer dalam mengelola dan merealisasikan pembiayaan warung mikro di Bank Syariah Mandiri (BSM) Kantor Cabang Payakumbuh.

b. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada Bank Syariah Mandiri (BSM) Kantor Cabang Payakumbuh. 2. Luaran Penelitian

Adapun luaran penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah agar dapat diterbitkan dalam jurnal ilmiah dan bisa menambah khazanah pustaka IAIN Batusangkar.

(17)

8

F. Defenisi Operasional

Untuk memudahkan dalam memahami permasalahan, maka penulis memfokuskan variabel penelitian ini agar menjadi jelas, yaitu sebagai berikut: Account Officer merupakan seseorang yang bertugas melayani semua keperluan nasabah yang berkaitan dengan bank secara utuh yang dilakukan secara profesional dan mengedepankan mutu sesuai dengan kebutuhan nasabah. (Latifah, 2008: 15)

Sementara dalam defenisi operasional terkait account officer ini lebih kepada apa yang dilakukan, apa strategi yang diterapkan, dan apa yang dihadapi oleh seorang account officer Bank Syariah Mandiri (BSM) Kantor Cabang Payakumbuh.

Pembiayaan warung mikro adalah pembiayaan bank kepada nasabah atau calon nasabah perorangan atau badan usaha untuk membiayai kebutuhan usahanya melalui pembiayaan modal kerja atau pembiayaan investasi dengan maksimal limit sampai dengan Rp. 200.000.000 dengan skim pembiayaan akad murabahah. (Nupus, 2018: 23)

Sementara dalam defenisi operasional terkait pembiayaan warung mikro ini lebih kepada bagaimana pengelolaannya, bagaimana realisasi pembiayaan warung mikro di Bank Syariah Mandiri (BSM) Kantor Cabang Payakumbuh.

Pengelolaan pembiayaan warung mikro merupakan pengelolaan pembiayaan yang meliputi kredit mikro merupakan sebuah pinjaman dalam jumlah kecil yang ditujukan kepada masyarakat kelas menengah ke bawah yang tidak memiliki jaminan pekerjaan, tetapi memiliki riwayat kredit yang terpercaya. Account Officer berperan untuk melakukan pemantauan atas pinjaman yang diberikan kepada nasabah agar nasabah selalu memenuhi komitmen atas pinjamannya. Untuk melaksanakan hal ini, seorang Account Officer harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang bisnis nasabahnya. Kredit mikro ini ditujukan untuk mereka yang memiliki keinginan untuk berwirausaha dan mendapatkan penghasilan yang bermanfaat bagi kehidupan mereka. Adapun persyaratannya yaitu dengan syarat pinjaman minimal

(18)

dimulai dari Rp. 10.000.000. Selanjutnya manfaat dari kredit mikro ini yaitu membantu masyarakat dalam pengembangan UMKM. Jangka waktu serta cara pelunasan kredit mikro ini bisa diangsur setiap bulannya karena jangka pelunasan ditentukan berdasarkan kesepakatan antara pihak yang memberi pinjaman dengan pihak yang meminjam. (Jurnal Enterpreneur)

Sementara dalam defenisi operasional terkait pembiayaan warung mikro ini lebih kepada pengelolaan dari sektor pembiayaan mikro meliputi persyaratan, jangka waktu dan orientasi pembiayaan warung mikro.

(19)

10 BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Strategi a. Pengertian Strategi

Istilah strategi berasal dari bahasa yunani strategia (stratos=militer, dan ag=memimpin), yang artinya seni atau ilmu untuk menjadi seseorang jendral. Strategi juga bisa diartikan sebagai suatu rencana untuk pembagian dan penggunaan kekuatan militer dan material pada daerah-daerah tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.

Strategi secara eksplisit merupakan kunci keberhasilan dalam menghadapi peubahan lingkungan bisnis. Strategi memberikan kesatuan arah bagi semua anggota organisasi. Bila konsep strategi tidak jelas, maka keputusan yang di ambil akan bersifat subyektif atau berdasarkan intuisi belaka dan mengabaikan keputusan yang lain (Tjuptono, 2008, p. 3).

Strategi atau perencanaan dapat menghasilkan beberapa manfaat, Melville Branch menyebutkan manfaat-manfaat tersebut adalah :

a) Perencanaan mendorong pemikiran sistematis yang diajukan oleh manajemen

b) Menyebabkan koordinasi usaha perusahaan yang lebih baik c) Menyebabkan kenaikan perstasi standar bagi pengendalian d) Menyebabkan perusahaan mempertajam tujuan dan kebijakannya e) Membuat perusahaan lebih siap menghadapi perusahaan mendadak f) Menimbulkan rasa tanggung jawab yang lebih jelas bagi para

pemimpin yang terlibat (Kotler, 2000: 408).

Jadi, strategi merupakan hal yang penting karena strategi mendukung tercapainya suatu tujuan. Strategi mendukung sesuatu yang unik dan berbeda dari lawan. Strategi dapat pula mempengaruhi kesuksesan masing-masing perusahaan pula karena pada dasarnya startegi dapat dikatakan sebagai rencana untuk jangka panjang.

(20)

b. Unsur-unsur Strategi

Adapun 5 unsur strategi yaitu:

a) Arena: yang merupakan pokok, jasa, saluran distribusi,pasar georafis, dan lainnya dimana organisasi beroperasi. Arena ini sangat mendasar bagi pemilihan keputusan oleh para orang strategis, yaitu dimana atau di arena apa organisasi akan beraktivitas. Arena ini merupakan hal yang ditekankan dalam menetapkan visi atau tujuan yang lebih luas.

b) Sarana kendaraan: yang digunakan untuk mencapai arena sasaran, unsur ini harus dipertimbangkan untuk diputuskan oleh para strategis, yang berkaitan dengan bagaimana organisasi dapat mencapai arena sasaran. Hal tersebut berupa perluasan cakupan produk, yang dapat dilakukan melalui pengembangan produk dari dalam organisasi atau secara patungan.

c) Pembeda: adalah unsur yang bersifat spesifik dari strategi yang ditetapkan, seperti bagaimana organisasi akan dapat menang atau unggul dipasar, yaitu bagaimana organisasi mendapatkan pelanggan luas.

d) Tahapan rencana: yaitu merupakan penepatan waktu dan langkah dari pergerakan strategik. Walaupun subsitansi dari suatu strategi mencakup arena, sasaran, dan pembeda tetapi keputusan yang menjadi unsur yang keempat, bagi pencapai misi dan visi.

e) Pemikiran yang ekonomis: merupakan gagasan yang jelas tentang bagaimana manfaat atau keuntungan yang akan dihasilkan. Strategi sangat sukses atau berhasil, tentunya mempunyai dasar pemikiran yang ekonomis, sebagai tujuan penciptaan keuntangan yang akan dihasilkan (Kuncoro, 2005: 45).

c. Fungsi Strategi

Adapun diantaranya fungsi strategi adalah :

a) Mengkomunikasikan suatu maksud (visi) yang ingin dicapai kepada orang lain

(21)

12

b) Menghubungkan atau mengaitkan kekuatan atau keunggulan organisasi dengan peluang dan lingkungannya.

c) Memanfaatkan atau mengeksploitasi keberhasilan dan kesuksesan yang didapat sekarang, sekaligus menyelidiki adanya peluang-peluang baru.

d) Menghasilkan dan membangkitkan sumber-sumber daya yang lebih banyak dariyang digunakan sekarang.

e) Mengkoordinasikan dan mengarahkan kegiatan atau aktivitas organisasi kedepan.

Pola fungsi strategi harus dijalankan dengan mengikuti pemahaman kondisi yang akan dihadapi, serta menilai implikasinya terhadap banyak tindakan. Semua hal tersebut harus diperhatikan secara menyeluruh dan dinilai secara satu kesatuan atau suatu strategi yang diambil (Assuri, 2011: 08).

2. Pembiayaan

a. Pengertian Pembiayaan

Pembiayaan merupakan aktivitas bank syariah dalam menyalurkan dana kepada pihak lain selian bank berdasarkan prinsip syariah. Penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan didasarkan pada kepercayaan yang diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Pemilik dana percaya kepada penerima dana, bahwa dana dalam bentuk pembiayaan yang diberikan akan pasti terbayar. (Ismail, 2011: 105).

Menurut Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998, pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dan pihak lain yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Di dalam perbankan syariah, pembiayaan yang diberikan kepada pihak pengguna dana berdasarkan pada prinsip syariah. Aturan yang digunakan yaitu sesuai dengan hukum Islam. (Ismail, 2011.:106)

(22)

Istilah pembiayaan pada dasarnya lahir dari pengertian kata I belive, I trust yaitu “saya percaya” atau “saya menaruh kepercayaan”. Perkataan pembiayaan yang artinya kepercayaan yang berarti bank menaruh kepercayaan kepada seseorang untuk melaksanakan amanah yang diberikan oleh bank selaku shahibul maal. Dana tersebut harus digunakan dengan benar, adil dan harus disertai dengan ikatan dan syarat-syarat yang jelas serta saling menguntungkan bagi kedua belah pihak. (Anggraini, 2017: 33).

Pembiayaan secara luas berarti financing atau pembelanjaan, yaitu pendanaan uang yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah di rencanakan, baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang lain. Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefenisikan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan, seperti bank syariah kepada nasabah. (Muhammad, 2011: 304)

Pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah diharapkan dapat memberikan kontribusi pendapatan yang berkelanjutan, dan senantiasa berada dalam kualitas yang baik selama jangka waktunya. Kualitas pembiayaan yang kurang baik, atau bahkan memburuk, akan berdampak secara langsung pada penurunan pendapatan laba yang diperoleh bank syariah. Penurunan pendapatan dan laba tersebut selanjutnya menurunkan kemampuan bank syariah dalam menyalurkan pembiayaan lebih lanjut dan menjalankan bisnis lainnya. (Indonesia, 2015: 2)

b. Fungsi Pembiayaan

Secara perinci pembiayaan memiliki fungsi antara lain:

1) Pembiayaan dapat meningkatkan arus tukar-menukar barang dan jasa. Hal ini seandainya belum tersedia uang sebagai alat pembayaran, maka pembiayaan akan membantu melancarkan lalu lintas pertukaran barang dan jasa.

2) Pembiayaan merupakan alat yang di pakai untuk memanfaatkan idle fund. Pembiayaan merupakan suatu cara untuk mengatasi gap antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang membutuhkan dana.

(23)

14

3) Pembiayaan sebagai alat pengendali harga. Ekspansi pembiayaan akan mendorong meningkatnya jumlah uang yang beredar, dan peningkatan peredaran uang akan mendorong kenaikan harga. Sebaliknya, pembatasan pembiayaan akan berpengaruh pada jumlah uang yang beredar, dan keterbatasan uang yang beredar di masyarakat memiliki dampak pada penurunan harga.

4) Pembiayaan dapat mengaktifkan dan meningkatkan manfaat ekonomi yang ada. Pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah memiliki dampak pada kenaikan makro ekonomi. Mitra/pengusaha, setelah mendapat pembiayaan dari bank syariah, akan memproduksi barang, mengolah bahan baku menjadi barang jadi, meningkatkan volume perdagangan, dan melaksanakan kegiatan ekonomi lainnya. (Ismail, 2011: 109)

c. Tujuan Pembiayaan

Secara umum tujuan pembiayaan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu tujuan pembiayaan untuk tingkat makro dan tujuan pembiayaan untuk tingkat mikro. Secara makro pembiayaan bertujuan untuk:

5) Peningkatan ekonomi umat.

6) Tersedianya dana bagi peningkatan usaha. 7) Meningkatkan produktivitas.

8) Membuka lapangan kerja baru. 9) Terjadi distribusi pendapatan.

Sedangkan secara mikro pembiayaan bertujuan untuk: 1) Upaya memaksimalkan laba.

2) Upaya meminimalkan resiko. 3) Pendayagunaan sumber ekonomi.

4) Penyaluran kelebihan dana. (Ibtisamah, 2017: 14) d. Jenis-jenis Pembiayaan

1) Pembiayaan modal kerja syariah

Secara umum, yang di maksud dengan Pembiaan Modal Kerja (PMK)syariah adalah pembiayaan jangka pendek yang di berikan

(24)

kepada perusahaan untuk membiayai kebutuhan modal kerja usahanya berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Jangka waktu pembiayaan modal kerja maksimum 1 tahun dan dapat di perpanjang sesuai dengan kebutuhan. Perpanjangan fasilitas PMK di lakukan atas dasar hasil analisi terhadap debitur dan fasilitas pembiayaan secara keseluruhan.

Fasiltas PMK di berikan kepada seluruh sektor/subsektor ekonomi yang di nilai prospek, tidak bertentangan dengan syariat Islam dan tidak di larang oleh ketentuan perundang- undangan yang berlaku serta yang di nyatakan jenuh oleh Bank Indonesia. Pemberian fasilitas pembiyaan modal kerja kepada debitur/calon debitur dengan tujuan untuk mengeliminasi risiko dan mengoptimalkan keuntungan Bank. (Karim, 2010: 234)

2) Pembiayaan Investasi Syariah

Yang di maksud dengan investasi adalah penanaman dengan maksud untuk memperoleh imbalan, manfaat, keuntungan di kemudian hari, mencangkup hal-hal antara lain:

a) Imbalan yang di harapkan dari investasi adalah berupa keuntungan dalalm bentuk financial atau uang (financial benefit) b) Badan usaha yang umumnya bertujuan untuk memperoleh

keuntungan berupa uang,sedangakn badan usaha sosial dan badan-badan Pemerintah lainnya lebih bertujuan unttuk memberikan manfaat sosial(sosial benefit) di bandingakn dengan keuntungan financialnya

c) Badan-badan usaha yang mendapat pembiayaan investasi dari Bank harus mampu memperoleh keuntungn finacial(finacial benefit) agara dapat hidup dan berkembanag serta memenuhi kewajiban kepada Bank. Investasi dapat di golongkan menjadi 3 (tiga) kategori,yaitu

1) Investasi pada masing-masing komponen aktiva lancar. 2) Investasi pada aktiva tetap atu proyek.

(25)

16

3) Investasi dalam efek atau surat berharga (securities)

Dana yang di tanam aktiva tetap seperti halnya dana yang di investasikan ke dalam aktiva lancar juga mengalami proses perputaran, walaupun secara konsepsional sebenarnya tidak ada perbedaan anatra iiinvestasi dalam aktiva tetap dengan investasi dalam aktiva lancar. (Karim, 2010: 237)

Dari pembahasan di atas, yang dimaksud dengan pembiayaan investasi adalah pembiayaan jangka menengah atau jangka panjang untuk pembelian barang-barang modal yang diperlukan untuk:

a) Pendirian proyek baru, yakni pendirian atau pembangunan proyek/pabrik dalam rangka usaha baru.

b) Rehabilitas, yakni pengaantian mesin/peralatan lama yang sudah rusak dengan mesin perlatan baru yang lebih baik.

c) Modernisasi, yakni penggantin menyeluruh mesin/perlatan lama denagn mesin/peralatan baru yanng tingkat teknologinya lebih baik/tinggi.

d) Ekspansi,yakni penambahan mesin/peralatan yang telah ada dengan mesin/peralatan baru dengan teknologi yang lebih baik. e) Relokasi proyek yang sudah ada,yakni pemindahan lokasi

proyek/pabrik secara keseluruhan(termasuk sarana penunjang kegiatan pabrik,seperti laboratorium dan gudang) dari suatu tempat ke tempat lain yang lokasinya lebih baik. (Karim, 2010: 238) 4) Pembiayaan Konsumtif Syariah

Secara definiif, konsumsi adalah kebutuahn individual meliputi kebutuhan baik itu barang yang maupun jasa yang tidak di pergunkan untuk untuk tujuan usaha. Dengan baik barang yang di maksud pembiyaan konsumtif adalah jenis pembiayaan yang di berikan untuk tujuan di luar usaha dan umumnya bersifat perorangan.

Menurut jenis akadnya dalam produk pembiayaan syariah,pembiayaan konsumtif dapat di bagi menjadi 5 bagian yaitu: a) Pembiayaan konsumen Akad Murabahah.

(26)

b) Pembiayaan konsumen Akad IMBT. c) Pembiayaan konsumen Akad Ijarah. d) Pembiayaan konsumen Akad Istishna’. e) Pembiayaan konsumen Akad Qard + Ijarah

Dalam penerapakan akad pembiayaan konsumtif, lngkah- langkah yang perlu di lakukan bak adalah sebagai berikut:

a) Apabila kegunaan pembiayaan yang di butuhkan nasabah adalah untuk kebutuhan konsumtif semata, gharus di lihat dari sisi apakah pembiyaan tersebut terbentuk pembelian barang atau jasa.

b) Jika untuk pembelian barang, fatktor selanjutnya yang harus di lihat adalah apakah barang tersebut terbentuk readyatau goods in process. Jika ready stock , pembiayaan yang di berikan adalah pembiayan murabah. Namun, jika berbentuk good in process,yang harus di lihat berikutnya adalah dari sisi apakah proses barang tersebut memerlukan waktu di bawah 6 bulan atau lebih. Jika di bawah 6 bulan, pembiyaan yang di berikan adalah pembiayaan salam. Jika proses brang tersebut memerlukan waktu yang lebih dari 6 bulan, pembiyaan yang di berikan adalah istishna’.

c) Jika pembiayaan tersebut di maksudkan untuk memenuhi kebutuhan nasabah di bidang jasa, pembiayaan adalah ijarah. (Karim, 2010: 244)

5) Pembiayaan Sindikasi

Secara defenitif, yang dimaksud dengan pembiayaan sindikasi adalah pembiayaan yang diberikan oleh lebih dari satu lembaga keuangan bank untuk suatu objek tertentu. Pembiayaan sindikasi mempunyai tiga bentuk, yakni:

a) Lead Syndication, yakni sekelompok bank yang secara bersama-sama membiayai suatu proyek dan dipimpin oleh satu bank yang bertindak sebagai leadaer. Modal yang diberikan oleh masing-masing bank debitur menjadi satu kesatuan, sehingga keuntungan dan kerugian menjadi hak dan tanggungan bersama, sesuai dengan

(27)

18

proporsi modal masing-masing.

b) Club Deal, yakni sekelompok bank yang secara bersama- sama membiayai suatu proyek, tapi antara bank yang satu dengan bank yang lain tidak mempunyai hubungan kerjasama bisnis dalam arti penyatuan modal.

c) Sub Syndication, yakni bentuk sindikasi yang terjadi antara suatu bank dengan salah satu bank peserta sindikasi lain dan kerjasama bisnis yang dilakukan keduanya tidak berhubungan secara langsung dengan peserta sindikasi lainnya. (Karim, 2010: 246) 6) Pembiayaan berdasarkan take over

Pembiayaan berdasarkan take over ini, biasanya bank syariah mengklasifikasikan hutang nasabah kepada bank konvensional menjadi dua macam, yakni hutang pokok plus bunga dan hutang pokok saja.

Dalam menangani hutang nasabah yang berbentuk hutang pokok plus bunga, bank syariah memberikan jasa qardh karena alokasi penggunaan qardh tidak terbatas, termasuk untuk menalangi utang yang berbasis bunga. Sedangkan terhadap utang nasabah yang berbentuk hutang pokok saja, bank syariah memberikan jasa hiwalah atau pengalihan utang karena hiwalah tidak bisa untuk menalangi hutang yang berbasis bunga.

Dengan demikian, dalam memberikan pembiayaan, bank syariah dapat mengklasifikasikan pembiayaan yang diajukan nasabah ke dalam dua kategori, yakni pembiayaan take over dan non take over. (Karim, 2010: 249)

7) Pembiayaan letter of credit

Secara defenitif, yang dimaksud dengan pembiayaan letter of credit adalah pembiayaan yang diberikan dalam rangka memfasilitasi transaksi impor atau ekspor nasabah. (Karim, 2010: 252)

(28)

e. Analisis Pembiayaan

Analisis pembiayaan dapat dilakukan dengan berbagai metode sesuai kebijakan bank. Dalam beberapa kasus seringkali digunakan metode analisa 5C, yang meliputi :

1) Character (Karakter)

Analisa ini merupakan analisa kualitatif yang tidak dapat dideteksi secara numerik. Namun, hal ini merupakan pintu gerbang utama proses persetujuan pembiayaan. Kesalahan dalam menilai karakter calon nasabah dapat berakibat fatal pada kemungkinan pembiayaan terhadap orang yang beritikad buruk seperti berniat membobol bank, menipu, dan tindak kejahatan lainnya. Untuk memperkuat penilaian karakter ini, dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:

a) Wawancara, karakter seseorang dapat dideteksi dengan melakukan verifikasi data dengan interview. Apabila datanya benar, maka calon nasabah seharusnya dapat menjawab semua pertanyaan dengan mudah dan yakin.

b) BI (Bank Indonesia) Checking, BI Checking dilakukan untuk mengetahui riwayat pembiayaan yang telah diterima oleh nasabah berikut status nasabah yang ditetapkan oleh BI. Tunggakan pinjaman nasabah di bank lain juga memberikan indikasi yang buruk terhadap karakter nasabah.

c) Bank Checking, dilakukan secara personal antara sesama officer bank, baik dari bank yang sama maupun bank yang berbeda. Tunggakan pinjaman di bank lain juga memberikan indikasi yang buruk terhadap karakter nasabah.

d) Trade Checking, analisa dilakukan terhadap usaha-usaha sejenis, pesaing, pemasok, dan konsumen. Pengalaman kemitraan semua pihak terkait pasti meninggalkan kesan tersendiri yang dapat memberikan indikasi tentang karakter calon nasabah, terutama masalah keuangan seperti cara pembayaran. (Zulkifli, 2003: 145)

(29)

20

2) Capacity (Kapasitas/Kemampuan)

Capacity adalah kemampuan yang dimiliki calon nasabah dalam menjalankan usahanya dalam kegiatan berbisnis. Capacity dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan, antara lain:

a) Pendekatan historis, yaitu menilai past performance, apakah menunjukkan perkembangan dari waktu ke waktu.

b) Pendekatan financial, yaitu menilai latar belakang pendidikan para pengurus. Hal ini sangat penting untuk perusahaan-perusahaan yang mengandalkan keahlian teknologi tinggi atau perusahaan yang memerlukan profesionalitas tinggi, seperti rumah sakit dan biro konsultan.

c) Pendekatan yuridis, yaitu secara yuridis apakah calon nasabah mempunyai kapasitas untuk mendapatkan perjanjian pembiayaan dengan bank.

d) Pendekatan manajerial, yaitu menilai sejauh mana kemampuan dan keterampilan customer melaksanakan fungsi manajemen dengan memimpin perusahaan.

e) Pendekatan teknis, yaitu untuk menilai sejauh mana kemampuan calon nasabah pada sektor pasar. (Andrianto, 2019: 322)

3) Capital (Modal)

Analisa modal diarahkan untuk mengetahui seberapa besar tingkat keyakinan calon nasabah terhadap usahanya sendiri. Jika nasabah sendiri tidak yakin akan usahanya, maka orang lain akan lebih tidak yakin.

Untuk mengetahui hal ini, maka bank harus melakukan hal- hal sebagai berikut:

a) Melakukan analisa neraca sedikitnya 2 tahun terakhir.

b) Melakukan analisa rasio untuk mengetahui likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas dari perusahaan yang dimaksud. (Zulkifli, 2003: 146)

(30)

4) Collateral (Jaminan)

Analisa ini diarahkan terhadap jaminan yang diberikan. Jaminan dimaksud harus mampu mengcover resiko bisnis calon nasabah. Analisa dilakukan antara lain:

a) Meneliti kepemilikan jaminan yang diserahkan.

b) Mengukur dan memperkirakan stabilitas harga jaminan dimaksud. c) Memperhatikan kemampuan untuk dijadikan uang dalam waktu

relatif singkat tanpa harus mengurangi nilainya.

d) Memperhatikan pengikatannya, sehingga secara legal bank dapat dilindungi.

e) Rasio jaminan terhadap jumlah pembiayaan. Semakin tinggi rasio tersebut, maka semakin tinggi kepercayaan bank terhadap kesungguhan calon nasabah.

f) Marketabilitas jaminan. Jenis dan lokasi jaminan sangat menentukan tingkat marketable suatu jaminan.

5) Condition (Kondisi)

Analisa diarahkan pada kondisi sekitar yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap usaha calon nasabah, seperti kebijakan pembatasan usaha properti, pelarangan ekspor pasir laut, trend PHK besar-besaran usaha sejenis dan lain-lain.

Kondisi yang harus diperhatikan bank antara lain:

a) Keadaan ekonomi yang akan mempengaruhi perkembangan usaha calon nasabah.

b) Kondisi usaha calon nasabah, perbandingannya dengan usaha sejenis, dan lokasi lingkungan wilayah usahanya.

c) Keadaan pemasaran dari hasil usaha calon nasabah. d) Prospek usaha dimasa yang akan datang.

Kebijakan pemerintah yang mempengaruhi prospek industri dimana perusahaan calon nasabah terkait didalamnya. (Zulkifli, 2003: 147)

(31)

22

f. Proses Pembiayaan

Dalam mengajukan pembiayaan tentunya memiliki proses- proses tertentu sesuai dengan kebijakan masing-masing bank atau instansi keuangan lainnya.

Ada beberapa tahapan dalam proses pembiayaan: 1) Inisiasi

Inisiasi merupakan tahapan awal dalam menentukan persyaratan atau tipe kriteria calon nasabah pembiayaan sehingga sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh pihak bank. Dalam inisiasi ini terdapat 3 hal yakni:

a) Solisitasi, ialah proses dimana pihak bank mencari calon nasabah yang sesuai dengan kriteria kebijakan bank tersebut.

b) Evaluasi, ialah proses penilaian atau pengumpulan data pihak nasabah yang dilakukan oleh pihak bank dalam pembiayaan yang telah diberikan kepadanya.

c) Approval, dalam proses approval ini account officer mempersentasikan usulan pembiayaan didepan komite pembiayaan.

2) Dokumentasi

Pada tahap ini merupakan tahapan kedua yakni setelah pihak bank menetapkan pihak nasabah yang akan diberikan pembiayaan. Adapun dokumentasi sebelum penandatanganan (memberikan seluruh berkas yang telah disetujui pihak bank yakni akad pembiayaan, jaminan dan dokumen pendukung lainnya), sedangkan dokumentasi sebelum pencairan dana (memberikan surat permohonan realisasi pembiayaan, dan dokumen tambahan yang disyaratkan offering later). (Andrianto, 2019:328)

3) Monitoring

Monitoring dibagi menjadi 2 yakni monitoring aktif dan monitoring pasif. Monitoring aktif ialah pihak bank mengunjungi langsung pihak nasabah dan memberikan laporan kunjungan langsung

(32)

ke nasabah. Sedangkan monitoring pasif yakni melihat pembayaran yang dilakukan nasabah kepada bank tiap akhir tahun mengadakan restrukturisasi, rescheduling, dan reconditioning. (Andrianto, 2019: 329)

g. Pembiayaan Bermasalah

1) Pengertian Pembiayaan Bermasalah

Pembiayaan bermasalah adalah suatu keadaan dimana nasabah sudha tidak sanggup lagi membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank seperti yang telah diperjanjikan dalam perjanjian pembiayaan. (Suhardjono, 2003: 252)

Penggolongan tingkat kelancaran pembiayaan atau kewajiban nasabah yang diukur berdasarkan jumlah hati tunggakan yaitu;

a) Collectability A (Lancar)

Yaitu debitur selalu membayar kewajibannya selalu lancar, tidak melakukan penunggakan berturut-turut selama 3 bulan atau debitur penunggakannya hanya 2 bulan.

b) Collectability B (dalam perhatian khusus)

Yaitu pembiayaan yang selama 3 bulan berturut-turut kewajibannya tidak dibayar oleh debitur.

c) Collectability C (kurang lancar)

Yaitu pembiayaan yang selaman 6 bulan berturut-turut kewajibannya tidak dibayar debitur. Terlambat angsuran dalam jangka waktu 90-190 hari.

d) Collectability D (diragukan)

Yaitu pembiayaan yang telah masuk piutang ragu-ragu karena agunannya telah disita oleh bank, tapi tidak cukup untuk membayar hutangnya. Terlambat pembayaran angsuran dalam jangka waktu 180-290 hari. (Melayu, 2004: 114)

e) Collectability E (macet)

Dengan ciri-ciri sebagai berikut; (1) Usaha sangat diragukan

(33)

24

(2) Manajemen sangat lemah (3) Mengalami kerugian besar

(4) Terlambat membayar angsuran pembiayaan dalam waktu lebih 270 hari.

2) Faktor penyebab pembiayaan bermasalah a) Faktor intern

(1) Analisis kurang tepat, sehingga tidak dapat memprediksi apa yang akan terjadi dalam kurun waktu selama jangka waktu pembiayaan.

(2) Adanya kolusi antara pejabat bank yang menangani pembiayaan dan nasabah, sehingga bank memutuskan pembiayaan yang tidak seharusnya diberikan.

(3) Keterbatasan pengetahuan pejabat bank terhadap jenis usaha debitur, sehingga tidak dapat melakukan analisis yang tepat dan akurat.

(4) Campur tangan terlalu besar dari pihak terkait.

(5) Kelemahan dalam melakukan pembinaan dan monitoring pembiayaan debitur. (Ismail, 2011: 124)

b) Faktor ekstern

(1) Unsur kesengajaan yang dilakukan oleh nasabah

(a) Nasabah sengaja tidak melakukan pembayaran angsuran kepada bank, karena nasabah tidak memiliki kemauan dalam memenuhi kewajibannya.

(b) Debitur melakukan ekspansi terlalu besar. Hal ini akan memiliki dampak terhadap keuangan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan modal kerja.

(c) Penyelewengan yang dilakukan nasabah dengan menggunakan dana pembiayaan tersebut tidak sesuai dengan tujuan penggunaan (side streaming)

(34)

(2) Unsur ketidaksengajaan

(a) Debitur mau melaksanakan kewajiban sesuai dengan perjanjian, akan tetapi kemampuan perusahaan sangat terbatas, sehingga tidak dapat membayar angsuran.

(b) Perusahaanya tidak dapat bersaing dengan pasar, sehingga volume penjualan menurun dan perusahaan rugi.

(c) Perubahan kebijakan dan peraturan pemerintah yang berdampak pada usaha debitur. (Ismail, 2011:125)

3) Penyelamatan pembiayaan bermasalah

a) pengertian penyelamtan pembiayaan bermasalah

penyelamtan pembiayaan yaitu istilah teknis yang biasa dipergunakan di kalangan perbankan terhadap upaya dan langkah-langkah yang dilakukan bank dalam usaha mengatasi permasalahan pembiayaan yang dihadapi oleh debitur yang masih memiliki prospek usaha yang baik, namun mengalami kesulitan pembayaran pokok atau kewajiban-kewajiban lainnya, agar debitur dapat memenuhi kembali kewajibannya.

Dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi bank yang melaksanakan kegiatan berdasarkan prinsip syariah, terdapat beberapa ketentuan Bank Indonesia yang memberikan pengertian tentang restrukturisasi pembiayaan.

b) Peraturan Bank Indonesia No.10/18/PBI/2008 tentang

Restrukturisasi Pembiayaan bagi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, sbb:

Restrukturisasi pembiayaan adalah upaya yang dilakukan Bank dalam rangka membantu nasabah agar dapat menyelesaikan kewajibannya, antara lain melalui:

Penjadwalan kembali (reschedulling), yaitu perubahan jadwal pembayaran kewajiban nasabah atau jangka waktunya, persyaratan kembali (reconditioning), yaitu perubahan sebagian atau seluruh persyaratan pembiayaan, antara lain perubahan jadwal pembayaran,

(35)

26

jumlah angsuran, jangka waktu atau pemberian potongan sepanjang tidak menambah sisa kewajiban nasabah yang harus dibayarkan kepada Bank. Penataan kembali (restructuring), yaitu perubahan persyaratan pembiayaan tidak terbatas pada reschedulling atau reconditioning.

c) Bentuk-bentuk restrukturisasi dalam rangka penyelamatan pembiayaan bermasalah.

Dari ketentuan Bank Indonesia pada uraian di atas, restrukturisasi pembiayaan berdasarkan prinsip syariah meliputi:

a) Penurunan imbalan atau bagi hasil.

b) Pengurangan tunggakan imbalan atau bagi hasil. c) Pengurangan tunggakan pokok pembiayaan. d) Perpanjangan jangka waktu pembiayaan. h. Pengelolaan Warung Mikro

Pengelolaan pembiayaan adalah suatu kajian untuk mengetahui melalui hasil analisis dapat diketahui apakah usaha nasabah tersebut layak dalam arti bisnis yang di biayai dan diyakini dapat menjadi sumber pengembalian dari pembiyaan yang di berikan jumlah pembiayaan yang di berikan, jumlah pembiyaan yang sesuai kebutuhan baik dari sisi jumlah pembiayaan maupun penggunaan serta tepat struktur pembiyaannnya, sehingga mengamankan risiko dan menguntngkan bagi bank syariah dan nasabah. Dalam menganalisa pembiayaan harus di perhatikan kemauan dana kemampuan nasabah untuk memenuhi kewajiban serta terpenuhinya aspek ketentuan syariah.

Bank syariah dalam menyalurkan pembiayaan wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank syariah dan kepentingan nasabah yang mempercaykan dananya. Resiko pembiayaan bermasalah dapat di perkecil dengan jalan salah satunya melakukan analisa pembiayaan. Analisis pembiayaan merupakan tahap preventif yang paling penting dan di laksanakan dengan profesional dapat berperan sebagai saringan pertama dalam usaha bank dalam menangkal bahaya pembiayaan

(36)

bermasalah. Kelayakan pembiyaan merupakan fokus dan hal yang terpenting di dalam pengambilan keputusan pembiayaan karena sangat menentukan kualitas pembiayaan dan kelancaran pembayaran.

Usaha mikro adalah usaha produktif milik perorangan atau badan usaha perorangan yang memiliki kekayaan bersih (tidak termasuk tanah dan bangunan) paling banyak Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) dan hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000 (tiga ratus juta rupiah). Pengertian lainnya menyebutkan bahwa usaha mikro adalah usaha informal yang memiliki asset, modal, dan mset yang amat kecil. (Amalia, 2009: 41).

Pembiayaan mikro merupakan sektor terpenting dalam perkembangan struktur industri dan produksi ekonomi di Negara-negara sedang berkembang. Dalam konteks Indonesia pembangunan dan perkembangan usaha mikro mempunyai arti strategis, yaitu untuk memperluas kesempatan kerja dan berusaha serta meningkatkan derajat distribusi pendapatan. Menyadari pentingnya perkembangan sector pembiayaan usaha mikro bagi perekonomian Negara, sudah sepatutnya pemerintah memberikan perhatian besar dalam berbagai bentuk kebijakan. Umumnya, pembiayaan mikro ini digunakan oleh para pengusaha mikro yang berada di masyarakat. Usaha yang dijalankan misalnya usaha pakaian jadi, bengkel motor, material, sembako/kebutuhan sehari-hari, restoran/rumah makan, alat tulis/kantor dan lain-lain.

Pengelolaan pembiayaan warung mikro merupakan pengelolaan pembiayaan yang meliputi kredit mikro merupakan sebuah pinjaman dalam jumlah kecil yang ditujukan kepada masyarakat kelas menengah ke bawah yang tidak memiliki jaminan pekerjaan, tetapi memiliki riwayat kredit yang terpercaya. Kredit ini ditujukan untuk mereka yang memiliki keinginan untuk berwirausaha dan mendapatkan penghasilan yang bermanfaat bagi kehidupan mereka. Adapun persyaratannya yaitu dengan syarat pinjaman minimal dimulai dari Rp. 10.000.000.

(37)

28

Selanjutnya manfaat dari kredit mikro ini yaitu membantu masyarakat dalam pengembangan UMKM. Jangka waktu serta cara pelunasan kredit mikro ini bisa diangsur setiap bulannya karena jangka pelunasan ditentukan berdasarkan kesepakatan antara pihak yang memberi pinjaman dengan pihak yang meminjam.

Bagi usaha mikro khusus memenuhi diberikan kepada usaha mikro dengan maksimum limit pembiayaan sebesar Rp. 100.000.000. Khusus fasilitas top up diperkenakan sampai limit Rp. 200.000.000.(Account officer Bank Syariah Mandiri Payakumbuh)

dengan persyaratan sebagai berikut:

a. Usia minimum 2 tahun di lokasi dengan bidang usaha yang sama. b. Usia minimal 21 tahun atau sudah menikah. Maksimum usia 60

tahun saat pembiayaan lunas. c. Surat ijin usaha.

d. Belum pernah memperoleh fasilitas pembiayaan atau pernah memperoleh safilitas pembiayaan.

e. Memiliki hasil usaha tahunan paling banyak Rp. 300.000.000 (tiga ratus juta rupiah).

Pembiayaan usaha mikro itu sendiri adalah pembiayaan yang diberikan oleh perbankan kepada UMKM yang feasible (memungkinkan) tetapi belum bankable. Maksudnya adalah usaha tersebut memiliki prospek bisnis yang baik dan memiliki kemampuan untuk mengembalikan.

Adapun produk-produk pembiayaan usaha mikro perbankan syariah, antara lain: (Ascarya, 2007: 82)

a. Pembiayaan Murabahah

Adalah akad jual beli dimana bank menyebutkan jumlah keuntungan barang dengan menyatakan biaya perolehan barang, meliputi harga barang dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut, dan tingkat keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli dengan harga yang

(38)

disepakati. Misalnya, seseorang membeli barang kemudian menjualnya kembali kepada orang lain dengan keuntungan tertentu. Kedua belah pihak harus menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran. Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jikan telah disepakati tidak dapat berubah selama berlaku akad. Dalam perbankan, murabahah selalu dilakukan dengan cara pembayaran cicilan. Dalam transaksi ini barang diserahkan segera setelah akad, sedangkan pembayaran dilakukan secara cicilan.

b. Pembiayaan salam

Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjualbelikan belum ada. Oleh karena itu, barang diserahkan secara tangguh sedangkan pembayaran dilakukan secara tunai. Bank bertindak sebagai pembeli, semetara nasabah sebagai penjual. Sekilas transaksi ini mirip dengan jual beli ijon, namun dalam transaksi ini kuantitas, kualitas, harga dan waktu penyerahan barang harus ditentukan secara pasti.

Dalam praktik perbankan, ketika barang telah diserahkan kepada bank, maka bank akan menjualnya kepada rekan nasabah itu sendiri secara tunai atau secara cicilan. Harga jual yang ditetapkan oleh bank adalah harga beli dari nasabah ditambah dengan keuntungannya. Dalam hal ini menjualnya secara tunai biasanya disebut dengan pembiayaan talangan.

c. Pembiayaan Istishna’

Pembiayaan istishna’ menyerupai pembiayaan salam, tetapi dalam istishna’ pembayarannya dapat dilakukan melalui cicilan atau ditangguhkan. Praktik istishna’ dalam perbankan syariah umumnya diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi. Ketentuan umum pembiayaan istishna’ adalah spesifikasi barang esanan harus jelas seperti jenis, macam ukuuran, mutu , dan jumlah. Harga jual yang telah disepakati

(39)

30

divantumkan dalam akad tidak boleh berubah selama berlakunya akad, jika terjadi perubahan dari kriteria pesanan dan perubahan harga setelah akad ditandatangani, seluruh biaya ditambah tetap akan ditanggung oleh nasabah.

d. Pembiayaan Ijarah

Adalah sebagai hak untuk memanfaatkan barang atau jasa dengan membayar imbalan terhadap sesuatu yang dibolehkan dalam waktu tertentu. Pada akhir masa sewa, bank dapat sengaja menjual barang yang disewakannya kepada nasabah. Karena itu dalam perbankan syariah dikenal ijarah mutahiyyah bittamlik (sewa yang diikuti dengan berpindahnya kepemilikan). Harga sewa dan harga jual disepakati di awal perjanjian.

e. Pembiayaan Mudharabah

Adalah akad kerjasama suatu usaha antara dua pihak, dimana pihak pertama menyediakaan seluruh modal, sedangkan pihak kedua bertindak sebagai selaku pengelola dan keuntungan usaha dibagi diantara mereka sesuai kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak.

f. Pembiayaan Musyarakah

Adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dan risiko ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Secara sepsifik, bentuk kontribusi dari bank yang bekerja sama dapat berupa dana, barang dagangan, kewiraswastaan, kepandaian, kepemilikan, peralatan, kepercayaan dan barang-barang lainnya yang dapat dinilai dengan uang. (Lathif: 134)

3. Account Officer

a. Pengertian Account Officer

Account Officer merupakan aparat bank yang menawarkan produk bank kepada nasabah dimana salah satu produk yang ditawarkan adalah

(40)

pembiayaan. Account Officer juga dapat didefenisikan sebagai aparat manajemen yang ditugaskan untuk membantu direksi dalam menangani tugas-tugas, khususnya yang menyangkut di bidang marketing dan juga di bidang pembiayaan. (Indriani, 2017: 11)

Account Officer adalah seseorang yang memiliki fungsi sebagai penganalisis resiko dan mencari jalan agar resiko yang dijumpai dalam pemberian kredit/pembiayaan dapat diminimalkan dan memperoleh kepastian bahwa kredit/pembiayaan yang diberikan dapat dikembalikan sesuai dengan jadwal pembayaran yang telah ditetapkan. Disamping itu, Account Officer juga harus memikirkan resiko apa saja yang juga dihadapi oleh debitur tersebut selama menjalankan aktivitas usahanya, karena resiko yang dihadapi oleh debitur dalam melakukan usahanya juga akan dihadapi oleh bank secara tidak langsung sebagai pemberi pinjaman. Semakin tinggi resiko yang akan dihadapi oleh debitur yang dibiayai, maka semakin tinggi pula resiko yang dihadapi bank sebagai pemberi pinjaman/pembiayaan. (Tohir, 2012: 37)

Seorang Account Officer juga adakalanya akan bertemu dengan seorang debitur yang memberikan jaminan yang memiliki nilai pasar cukup baik, tetapi ternyata tujuan sebenarnya dari pengajuan fasilitas pinjaman tersebut bukanlah untuk membiayai kebutuhan modal kerja atau investasinya melainkan agar dia dapat menjual collateral yang dijaminkan tersebut dengan cepat dan mudah, hal ini mungkin saja dilakukan oleh seorang debitur apabila kondisi ekonomi pada saat itu sedang tidak mendukung usahanya, kondisi persaingan usaha sangat tinggi, atau karena debitur tidak memiliki suksesor yang baik untuk meneruskan usahanya, sedangkan bank pada saat itu justru menawarkan apakah dia sedang membutuhkan tambahan modal kerja atau tidak, maka ketika bank memustuskan bahwa mereka dapat memberikan fasilitas kredit/pembiayaan dengan jaminan tersebut dan mempertimbangkan bahwa mereka akan menerima uang tunai lebih cepat dari pada menawarkan atau menjual jaminan tersebut yang biasanya berbentuk

(41)

32

tanah dan bangunan di pasar, maka anggap saja mereka menjual aset tersebut kepada bank yang bersangkutan. (Tohir, 2016: 2016)

b. Tugas Account Officer

Tugas utama dari seorang Account Officer adalah melakukan pemasaran produk dan jasa layanan perbankan, kemudian setelah memperoleh prospek, mereka akan melakukan analisis kredit/pembiayaan, sehingga dapat membuat suatu rekomendasi kepada para pemutus kredit/pembiayaan apakah permohonan kredit yang diajukan oleh calon debitur atau debitur layak untuk dibiayai. (Tohir, 2016: 218)

Adapun peran dari seorang Account Officer adalah sebagai berikut: 1) Mengelola Account

Seorang Account Officer berperan untuk membina nasabah agar mendapatkan efisiensi dan optimalisasi dari setiap transaksi keuangan yang dilakukan tanpa meninggalkan tanggung jawabnya sebagai personil bank.

2) Mengelola Produk

Seorang Account Officer harus mampu menjembatani kemungkinan pemakaian berbagai produk yang paling sesuai untuk kebutuhan nasabahnya.

3) Mengelola Kredit/Pembiayaan

Account Officer berperan untuk melakukan pemantauan atas pinjaman yang diberikan kepada nasabah agar nasabah selalu memenuhi komitmen atas pinjamannya. Untuk melaksanakan hal ini, seorang Account Officer harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang bisnis nasabahnya.

4) Mengelola penjualan

Seorang Account Officer pada dasarnya merupakan ujung tombak bank dalam memasarkan produknya, maka seorang Account Officer juga harus memiliki salesmanship yang memadai untuk dapat memasarkan produk yang ditawarkan.

(42)

5) Mengelola Profitability

Adapun pengelolaan menurut para ahli :

Defenisi pengelolaan adalah kegitan pemanfatan dan pengendalian atas semua sumber daya yang di perlukan untuk mencapai ataupun menyelesaikan tujuan tertentu. Arti pengelolaan soft skill atau keterampilan untuk mencapai suatu hasil tertentu dengan menggunakan tenaga atau bantuan orang lain. (Sondang P. Siagian, 1982)

Defenisi pengelolaan adalah pemanfaatan sumber daya manusia ataupun sumber daya yang lainnya yang dapat di wujudkan dalam kegitan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan utuk mencapai suatu tujuan tertentu ( George Terry)

Pengelolaan adalah serangkain kegitan untuk mencapai sasaran-sasaran tertentu dengan menggunakan orang-orang sebagai pelaksanaannya. (Purwanto,2009)

Dalam pengelolaan profitabilit Seorang Account Officer juga berperan dalam menentukan keuntungan yang diperoleh bank. Dengan demikian, ia harus yakin bahwa segala hal yang dilakukannya berada dalam suatu kondisi yang memberikan keuntungan kepada bank. (Latifah, 2008: 16)

c. Standar Operasional Prosedur Account Officer

Account Officer merupakan ujung tombak dari setiap pencairan pembiayaan yang dilakukan oleh bank syariah maupun lembaga keuangan yang lainnya, semua kegiatan dimulai dari tahap perkenalan yang dilakukan secara tertulis ataupun secara lisan, dari awal tahap perkenalan selanjutnya akan dilakukan analisis, setelah menyelesaikan tahap analisis pihak Account Officer dan pada tahap terakhir adalah persetujuan manager apakah akan memberikan pembiayaan atau akan menolaknya.

Adapun yang menjadi pedoman atau acuan kegiatan bagi Account Officer diantaranya, yaitu berlaku Standar Operasional Prosedur (SOP)

(43)

34

sebagai berikut:

1) Melakukan akad murabahah. 2) Melakukan akad wakalah.

3) Sp3 adalah surat penegasan persetujuan peyediaan kredit. 4) Promes adalah surat sanggup bayar.

5) Surat chair.

6) Rekening tabungan. B. Penelitian Relevan

Agar penelitian yang penulis lakukan tidak melenceng dan mengambang dari permasalahan yang dieteliti maka penulis menjadikan pedoman dengan penelitian orang lain, penelitian yang relevan merupakan sebuah kemestian yang penulis lakukan. Berikut ini adalah beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang penulis lakukan, diantaranya adalah:

Novi Puji Astuti, Mahasiswa IAIN Purwokerto (penelitian tahun 2018) dengan judul “Upaya Peningkatan Kompetensi Account Officer Dalam Analisis Pembiayaan di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Purbalingga”. Hasil penelitian yang diperoleh peneliti yaitu upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan kualitas dan kompetensi sumber daya Account Officer antara lain seperti kegiatan 4DX, meeting pagi yang dilakukan secara rutin, leader group discuss, berupa grup diskusi para Account Officer, BSP atau Basic Staff, program yang memperkenalkan 4 pilar penting dalam BSM seperti pilar operasional, pilar bisnis, pilar collection, dan pilar resiko. Terakhir yaitu Basic Financing Risk And Retail, yang mengajarkan kegiatan pembiayaan dan tugas seorang Account Officer dalam pembiayaan. Persamaan yang terdapat pada penelitian ini yaitu sama-sama meneliti tentang Account Officer. Sedangkan perbedaan yang terdapat pada penelitian ini yaitu peneliti lebih memfokuskan penelitiannya kepada peningkatan kompetensi bagi Account Officer. Sedangkan penelitian penulis sendiri lebih terfokus kepada strategi pengelolaan warung mikro yang dilakukan oleh seorang Account Officer.

(44)

Aprilia Trisiawati, Mahasiswa IAIN Ponorogo (penelitian tahun 2019) dengan judul “Analisis Peranan Account Officer Dalam Meminimalisir Pembiayaan Bermasalah Pada Pembiayaan Mikro IB Di BRI Syariah Kantor Cabang Madiun”. Hasil penilitian dari peneliti ini yaitu adanya peran Account Officer dalam menganalisis permohonan pembiayaan yaitu dengan melakukan analisis 5C (Character, Capital, Collateral, Conditional, Capacity), selanjutnya strategi yang digunakan Account Officer dalam meminimalisir pembiayaan bermasalah yaitu dengan melakukan pengawasan dan juga melakukan pembinaan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis yaitu sama-sama meneliti tentang Account Officer di lembaga keuangan syariah. Sementara perbedaan yang terdapat pada penelitian ini dengan penelitian penulis sendiri yaitu peneliti lebih memfokuskan penelitiannya kepada Analisis antisipasi dalam meminimalisir pembiayaan bermasalah di pembiayaan mikro IB di BRI Syraiah, sedangkan penelitian penulis sendiri lebih terfokus kepada strategi yang dilakukan oleh Account Officer dalam mengelola pembiayaan warung mikro di BSM Kantor Cabang Payakumbuh.

Wanda Nurazizah, Mahasiswa UIN Sumatera Utara (penelitian tahun 2019) dengan judul “Strategi Account Officer Dalam mengatasi Pembiayaan Bermasalah Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Syariah Kantor Cabang Pembantu Langkat-Stabat”. Hasil penelitian dari peneliti ini yaitu terdapat berbagai macam penyelesaian dan penyelamatan cara untuk mengatasai pembiayaan bermasalah yaitu dengan menerapkan strategi seperti penjadwalan kembali (reschedulling), persyaratan kembali (reconditioning), dan penataan kembali (restructuring). Adapun tahapan penyelesaian dengan cara penyelesaian oleh bank sendiri biasanya dilakukan secara bertahap, penyelsaian melalui Debt Collector, penyelesaian melalui jaminan (kantor lelang), hapus buku dan hapus tagihan, penyelesaian melalui badan peradilan, permohonan pailit melalui pengadilan niaga, dan penyelesaian melalui badan arbitrase. Persamaan yang terdapat dalam penelitian ini yaitu sama-sama meneliti tentang strategi yang dilakukan oleh Account Officer. Sedangkan

Referensi

Dokumen terkait

Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain total aktiva, log size, penjualan, dan nilai pasar

Hal ini ditunjukkan dari hasil uji determinan R 2 pada penelitian ini di peroleh nilai determinan R 2 sebesar 0,196 yang berarti bahwa besarnya pengaruh

1) Penjualan Tunai yaitu pembeli lansung menyerahkan sejumlah uang tunai yang dicatat oleh penjual melalui register kas. 2) Pembiayaan Murabahah yaitu menjual suatu

Pemerintah pusat kembali mengeluarkan regulasi tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, melalui UU No. Berlakunya UU Pajak dan Retribusi Daerah yang baru disatu sisi

Hal ini mengindikasikan bahwa variabel pengalaman kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit aparat Inspektorat Kota Padang Panjang, dan dapat

Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam aktiva netto (aktiva dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha

1) Tingkat penjualan: perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil berarti memiliki aliran kas yang relatif stabil pula, maka dapat menggunakan utang lebih besar

Terkait dalam menganalisa suatu character calon nasabah, terutama yang ada hubungan kekeluargaan yang ingin mengambil pembiayaan, itupun seharusnya tindakan dan