• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMUNITAS COLLEMBOLA PERMUKAAN TANAH PADA LIMA TIPE HABITAT DI KAWASAN TELAGA WARNA KABUPATEN BOGOR DAN CIANJUR INA TIANA WIDYAWATI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KOMUNITAS COLLEMBOLA PERMUKAAN TANAH PADA LIMA TIPE HABITAT DI KAWASAN TELAGA WARNA KABUPATEN BOGOR DAN CIANJUR INA TIANA WIDYAWATI"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

KOMUNITAS COLLEMBOLA PERMUKAAN TANAH

PADA LIMA TIPE HABITAT DI KAWASAN TELAGA WARNA

KABUPATEN BOGOR DAN CIANJUR

INA TIANA WIDYAWATI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2008

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Komunitas Collembola Permukaan Tanah pada Lima Tipe Habitat di Kawasan Telaga Warna Kabupaten Bogor dan Cianjur” adalah benar hasil karya saya sendiri dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah dipublikasikan kepada perguruan tinggi manapun. Sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2008

Ina Tiana Widyawati NIM G351060281

(3)

ABSTRACT

INA TIANA WIDYAWATI. Soil Surface Collembolan Communities of Five Habitats in Telaga Warna Area (Bogor and Cianjur Regency). Supervised by RIKA RAFFIUDIN and YAYUK R. SUHARDJONO.

Collembola (Springtails) is a highly diverse group of Arthropods having important function in soil ecosystem. However, Collembola diversity and abundance in Indonesian is poorly studied. This research was aimed to study the Collembola communities of five habitats in Telaga Warna area in Bogor and Cianjur Regency, West Java. The Collembola were collected from Agathis and Calliandra forest, forest surrounding the Lake Telaga Warna, nature conservation forest, Pinus forest, and border of forest and tea plantation. Samples were collected in November 2007 to May 2008. Pitfall traps and litter-humus samples were used to collect the Collembola. Each habitat had twenty pitfall traps that were set along 100 in length two transects and were kept for three days. Five litter-humus samples were collected from each habitats type and a modification of Berlese funnel was used to sort out Collembola from humus and litter for two weeks. Data was analysed by using Hill index to determine Collembola dominance and abundance in each type of habitat. Result showed a number of 17 569 Collembola were collected from the five habitats. They consisted of 3 orders, 10 families, and 29 genera. Dominant order, family and genera in all habitats were Entomobryomorpha, Isotomidae, and Isotoma, respectively, except in nature conservation forest. Hence, Isotoma could be an indicator as Collembola existed in the open areas. The highest abundance and dominance values of genera Collembola was found in Agathis and Calliandra forest. This was due to density of under growth (Calliandra), soil humidity, organic C, C:N ratio, total of N, potassium, high water content, and low of pH. The lowest one was found in Pinus forest, having less diversity under growth and less soil and air humidity. Based on Hill index, pitfall traps method performed higher values of species abundance and dominance compared to litter-humus samples. Isotoma and Lepidocyrtus were dominant and abundant in pitfall traps method. In litter-humus samples method, Folsomia (Isotomidae) and Isotoma (Isotomidae) were found dominance and abudance.

(4)

RINGKASAN

INA TIANA WIDYAWATI. Komunitas Collembola Permukaan Tanah pada Lima Tipe Habitat di Kawasan Telaga Warna Kabupaten Bogor dan Cianjur. Dibimbing oleh RIKA RAFFIUDIN dan YAYUK R. SUHARDJONO.

Collembola (Ekorpegas) merupakan kelas terbesar dari filum Artropoda. Collembola yang ada di Indonesia sebanyak 124 genus, 225 spesies, ditambah 52 spesies yang belum dideskripsi. Collembola berukuran kecil antara 0.25-8 mm beberapa dapat mencapai 10 mm. Jumlah Collembola sangat banyak sehingga peranan Collembola di dalam ekosistem tidak dapat diabaikan. Collembola berperan di dalam siklus makanan sebagai perombak bahan organik atau detritivor. Selain itu Collembola banyak digunakan sebagai indikator hayati dan pemantauan ekosistem.

Penelitian ini dilakukan di kawasan Telaga Warna Kabupaten Bogor dan Cianjur karena merupakan daerah yang dikonservasi baik biota maupun fisiknya. Di kawasan Telaga Warna terdapat lima tipe habitat yang sangat menarik untuk diamati komunitas Collembola permukaan tanahnya. Kelima habitat itu adalah hutan cagar alam, Taman Wisata Alam danau Telaga Warna, Taman Wisata Alam Jember yang didominasi tumbuhan pinus dan damar, serta adanya kebun teh di sekitar kawasan Telaga Warna.

Penelitian ini bertujuan untuk 1) mempelajari komunitas Collembola permuka-an tpermuka-anah pada lima tipe habitat di kawaspermuka-an Telaga Warna, Kabupaten Bogor dpermuka-an Cianjur 2) membandingkan komunitas Collembola permukaan tanah yang diperoleh antara metode perangkap sumuran (PSM) dengan pencuplikan contoh serasah dan humus (PCSH), dan 3) mempelajari hubungan antara Collembola permukaan tanah dengan faktor lingkungan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar kebijakan pengelolaan kawasan Telaga Warna sebagai daerah konservasi yang berwawasan lingkungan.

Lokasi pengamatan dilakukan di lima tipe habitat, yaitu hutan damar dan kaliandra, sekitar danau Telaga Warna, hutan cagar alam, hutan pinus, dan daerah perbatasan hutan dengan kebun teh. Pada setiap lokasi pengamatan dibuat dua garis transek berjarak 10 m dengan panjang 100 m. Perangkap sumuran dipasang setiap 10 m dengan menggunakan gelas plastik berisi alkohol 95% yang disimpan selama 3 hari. Pengambilan contoh serasah dan humus dilakukan sebanyak lima titik untuk setiap lokasi dengan ukuran 25 x 25 cm dan kedalaman 5 cm. Serasah dan humus diekstraksi dengan modifikasi corong Berlese selama 14 hari. Hasil Collembola yang diperoleh diidentifikasi sampai tingkat genus. Nilai keanekaragaman genus Collembola permukaan tanah dihitung berdasarkan indeks Hill dengan menggunakan program analisis BioDAP for Window v. 1988.

Collembola permukaan tanah yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebanyak 17 569 individu yang terdiri dari 3 ordo, 10 famili, dan 29 genus. Jumlah genus Collembola yang berhasil dikumpulkan hanya sekitar 25% dari jumlah genus yang diketahui di Indonesia. Ordo yang berhasil diperoleh adalah Poduromorpha,

(5)

Entomobryomorpha, dan Symphypleona, sedangkan ordo Neelipleona tidak diperoleh pada penelitian ini.

Famili Neanuridae, Odontellidae, Isotomidae, Entomobryidae, Parronellidae, Dicyrtomidae, Sminthuridae, dan Sminthurididae terdapat di kelima habitat di kawasan Telaga Warna. Sedangkan famili Hypogastruridae dan Bourletiellidae hanya terdapat di habitat hutan damar dan kaliandra. Entomobryidae merupakan famili yang paling banyak ditemukan dengan menggunakan metode PSM di kelima tipe habitat. Genus Bourletiella dan Ceratophysella hanya terdapat di hutan damar dan kaliandra sedangkan Lepidosinella hanya ditemukan di sekitar danau Telaga Warna.

Habitat hutan damar dan kaliandra mempunyai nilai kelimpahan dan dominansi genus Collembola paling tinggi dengan keragaman genus paling tinggi. Hal tersebut disebabkan vegetasi bawah (kaliandra) rapat, kelembaban tanah, C organik, C:N, N total, kalium, dan kadar air tinggi, serta pH rendah.

Keragaman famili, genus, dan individu Collembola di habitat sekitar danau Telaga Warna pada metode PSM mempunyai nilai tertinggi kedua setelah hutan damar dan kaliandra,walaupun habitat ini sering terganggu aktivitas manusia. Tingginya keragaman famili, genus, dan individu Collembola permukaan tanah di habitat sekitar danau Telaga Warna karena mempunyai vegetasi bawah paling bervariasi.

Curah hujan yang rendah pada saat koleksi Collembola di cagar alam mengakibatkan rendahnya kandungan bahan organik, kelembaban dan suhu udara serta tanah. Akibatnya Collembola dari atas permukaan tanah bermigrasi ke lapisan dalam. Hal ini dapat terlihat dari banyaknya jumlah famili, genus, dan individu Collembola di hutan cagar alam yang didapat pada metode PCSH dibandingkan PSM. Nilai kelimpahan dan dominansi genus Collembola terendah terdapat di habitat hutan pinus karena mempunyai keragaman genus yang paling sedikit. Vegetasi bawah yang kurang beragam serta kelembaban tanah dan udara rendah menyebabkan sedikitnya keragaman genus Collembola. Sedikitnya keragaman genus dan ketebalan serasah menyebabkan tingginya jumlah individu Collembola di hutan pinus.

Habitat perbatasan hutan dan kebun teh pada metode PSM dan PCSH mempunyai keragaman famili dan genus Collembola paling rendah. Serasah yang tipis mengakibatkan rendahnya keragaman Collembola di daerah perbatasan hutan dan kebun teh.

Berdasarkan penghitungan indeks Hill metode PSM memberikan hasil lebih baik dibandingkan PCSH dalam hal jumlah dan keragaman takson Collembola. Banyaknya keragaman Collembola yang didapat metode PSM dibanding PCSH berkaitan dengan cara penggunaan metode. Isotoma, Lepidocyrtus, Homidia,

Acrocyrtus, Ptenothrix, Callyntrura, Superodontella, Pseudachorutes, dan

Hypogastrura merupakan genus yang melimpah dan dominan pada metode PSM di kelima tipe habitat. Genus-genus tersebut merupakan genus yang umum terdapat di pulau Jawa, sebaran yang kosmopolit, dan berjumlah banyak. Genus-genus tersebut mempunyai karakteristik hidup di permukaan tanah dicirikan dengan tubuh berpigmen, tertutup rambut atau sisik, antena dan furka berkembang baik, dan oseli 8+8. Genus Isotoma dan Lepidocyrtus paling banyak ditemukan dengan metode PSM. Karakteristik morfologi Isotoma dan Lepidocyrtus mendukung untuk hidup di

(6)

permukaan tanah. Berdasarkan hasil penelitian ini genus Isotoma dan Lepidocyrtus mempunyai ciri-ciri tubuh berpigmen, antena dan furka berkembang baik, serta oseli 8+8. Pada hutan cagar alam Isotoma bukan merupakan genus yang melimpah dan dominan. Hal ini dapat terjadi karena hutan cagar alam merupakan habitat yang mempunyai kanopi tertutup rapat oleh pohon. Selain itu hutan cagar alam mempunyai kelembaban yang rendah akibat rendahnya curah hujan. Kanopi yang rapat dan kelembaban yang rendah kurang cocok untuk kehidupan genus Isotoma. Sehingga Isotoma dapat dijadikan sebagai indikator tempat terbuka.

Pada metode PCSH Isotomidae merupakan famili yang paling banyak ditemukan jumlah individunya di kelima tipe habitat. Jumlah genus dan individu Collembola di serasah umumnya lebih banyak dibandingkan dengan di humus. Isotoma juga merupakan genus yang melimpah dan dominan di habitat perbatasan hutan dan kebun teh dengan menggunakan metode PCSH. Sedangkan genus yang melimpah dan dominan di habitat hutan damar dan kaliandra, sekitar danau Telaga Warna, Hutan Cagar alam, dan hutan pinus adalah sama yaitu Folsomia. Karakteristik morfologi Folsomia mendukung untuk hidup di lapisan humus seperti furka pendek, tubuh tidak berpigmen, antena pendek, serta oseli 0+0.

(7)

©

Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2008 Hak cipta dilindungi Undang Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber.

a. Pengutipan untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

2. Dilarang mengumumkan atau memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

(8)

KOMUNITAS COLLEMBOLA PERMUKAAN TANAH

PADA LIMA TIPE HABITAT DI KAWASAN TELAGA WARNA

KABUPATEN BOGOR DAN CIANJUR

INA TIANA WIDYAWATI

Tesis

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Biologi

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2008

(9)

Judul Tesis : Komunitas Collembola Permukaan Tanah pada Lima Tipe Habitat di Kawasan Telaga Warna Kabupaten Bogor dan Cianjur

Nama : Ina Tiana Widyawati NIM : G351060281

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Rika Raffiudin, M.Si. Prof. Dr. Yayuk R. Suhardjono Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Biologi Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr.Ir. Dedy Duryadi Solihin, DEA Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S.

(10)

Referensi

Dokumen terkait

The report provides some insights on the cost of poor logistics to country competitiveness—and the sources of those higher costs. Beyond cost and time taken to deliver goods,

KD : Menguasai bahasa Inggris lisan dan tulisan, reseptif dan produktif dalam segala aspek komunikatifnya (linguistik,wacana,sosiolinguistik dan strategis). Explicit information is

Menurut (MacDonald, 1995:62), dalam memilih cerita yang akan didongengkan, pendongeng dapat mulai mendongeng dengan cerita yang telah diketahui. Storytelling

PROSTITUSI BERKEDOK OJEK CINTA (Studi Tentang Interaksi Perempuan Bersuami yang Berprofesi Sebagai Pekerja Seks Komersial dengan Suami).. Yang

Islam menyembut manusia dengan kata bashar, artinya makhluk yang memiliki kebutuhan biologis, tetapi di dalam memenuhi kebutuhan biologis Islam memberikan aturan..

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, teknis dan kewajaran harga serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran paket pekerjaan tersebut diatas,

mengumumkan Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa untuk kegiatan tahun anggaran 2014, seperti tersebut di bawah ini: PENGGUNA ANGGARAN DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN SINTANG. Alamat :

10 Hasil Wawancara dengan Pak Imron Rosyadi selaku PPN dan Kepala Kantor Urusan Agama Krian Kabupaten Sidoarjo pada tanggal 18 Desember 2014. 11 Hasil Wawancara dengan Pak