• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan ciri-ciri demam manifestasi perdarahan dan bertendensi. mengakibatkan kejang yang dapat menyebabkan kematian (Ayu &

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan ciri-ciri demam manifestasi perdarahan dan bertendensi. mengakibatkan kejang yang dapat menyebabkan kematian (Ayu &"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Demam Berdarah Dengue (DBD)

1. Pengertian

Demam Berdarah Dengue (DBD)merupakan penyakit demam akut dengan ciri-ciri demam manifestasi perdarahan dan bertendensi mengakibatkan kejang yang dapat menyebabkan kematian (Ayu & Zulfito,2010).

Menurut Webmaster dalam Misnadiarly (2009), penyakit demam berdarah adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus.Sedangkan Demam Berdarah Dengue atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)menurut Dorland (2006) adalah suatu sindrom yang mengenai terutama anak-anak di Asia Tenggara, dibedakan dari dengue klasik dengan manifestasi perdarahan seperti trombositopenia dan hemokonsentrasi, serta disebabkan keempat virus dengue yang sama.

Dinkes Provinsi Jateng (2012) menyatakan bahwa Demam ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes aegypty. Penyakit ini sebagian besar menyerang anak berumur <15 tahun, namun dapat juga menyerang orang dewasa. Sedang menurut Misnadiarly (2009) DBD adalah penyakit menular berbahaya yang disebabkan oleh Virus Dengue, menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan system pembekuan darah sehingga mengakibatkan perdarahan, dapat menimbulkan kematian.

(2)

Demam Berdarah Dengue ( DBD ) merupakan penyakit yang dapat berakibat fatal dalam waktu yang relative singkat (Hastuti, 2008).

2. Penyebab

Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue dari genus Flavivirus, family Flaviviridae. DBD ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk

Aedes yang terinfeksi virus Dengue. Virus Dengue penyebab Demam

Dengue (DD), Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Dengue Shock

Syndrome (DSS) termasuk dalam kelompok B Arthropod Virus (Arbovirosis) yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviride, dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu: Den-1, Den-2, Den-3,

Den-4 (Kemenkes RI, 2010).

Menurut Dinkes Jateng (2005), Penyebab penyakit DBD ada 4 tipe (Tipe 1, 2, 3, dan 4), termasuk dalam group B Antropod Borne

Virus(Arbovirus). Dengue tipe -3 merupakan serotip virus yang dominan

yang menyebabkan kasus yang berat. Masa inkubasi penyakit demam berdarah dengue diperkirakan < 7 hari. Penularan penyakit demam berdarah dengue umumnya ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

Aegepty meskipun dapat juga ditularkan oleh Aedes Albopictus yang hidup

dikebun.

Penyakit demam berdarah dengue mengenai seseorang melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk yang menularkan penyakit adalah nyamuk betina dewasa. Nyamuk betina memerlukan darah manusia atau binatang untuk hidup dan berkembang biak. Apabila disekitar tempat

(3)

sarang nyamuk tersebut dijumpai seseorang yang sedang sakit demam berdarah penyakit demam berdarah dengue ringan atau berat. Sebaliknya, apabila daya tahan tubuh rendah seperti pada anak-anak, penyakit infeksi dengue ini dapat menjadi berat bahkan dapat mematikan (Misnadiarly, 2009).

3. Tanda dan Gejala

Menurut Hastuti (2008) tanda dan gejala pada penderita penyakit demam berdarah adalah sebagai berikut :

a. Demam

b. Perdarahan/bintik-bintik merah pada kulit c. Perdarahan lain: mimisan, perdarahan gusi d. Keluhan pada saluran pernapasan: batuk, pilek

e. Keluhan pada saluran pencernaan ataupun sakit waktu menelan.

Sedangkan menurut Dinas Kesehatan DKI dalam Misnadiarly (2009) gejala penyakit DBD antara lain :

a. Mendadak panas tinggi selama 2-7 hari, tampak lemah lesu, suhu badan antara 38-40° C.

b. Tampak bintik-bintik merah pada klulit dan jika kulit ddirenggangkan maka bintik merah itu tidak hilang.

c. Kadang-kadang perdarahan di hidung (mimisan). d. Mungkin terjadi muntah darah atau berak darah. e. Tes tourniquet positif.

(4)

g. Kadang-kadang nyeri ulu hati karena terjaddi perdarahan di lambung. h. Bila sudah parah, penderita gelisah, ujung tangan dan kaki dingin,

berkeringat, perdarahan selaput lender mukosa, alat cerna/gastro intestinal tempat suntukan atau di tempat lainnya.

i. Hematemesis atau melena.

j. Trombositopenia (± 100.000 per mm³).

k. Pembesaran plasma yang erat hubungannya dengan kenaikan permeabilitas dinding pembuluh darah. Ditandai dengan munculnya atau lebih dari:

1) Kenaikan nilai 20% hematokrit atau lebih tergantung umur dan jenis kelamin.

2) Menurunnya hematokrit dari nilai dasar 20% atau lebih sesudah pengobatan.

l. Tanda-tanda pembesaran plasma yaitu efusi pleura, asites, hipa-proteinanemia.

4. Derajat dan Klasifikasi Penyakit Demam Berdarah

Menurut World Health Organization (1997), DBD diklasifikasikan menjadi 4 tingkat keparahan.

Derajat I : Demam disertai dengan gejala konstitusional non-spesifik, satu-satunya manifestasi perdarahan adalah tes torniket positifdan muntah memar.

Derajat II : Perdarahan spontan selain manifestasi pasien pada DerajatI, biasanya pada bentuk perdarahan kulit atau perdarahan lain.

(5)

Derajat III : Gagal sirkulasi dimanifestasikan dengan nadi cepat dan lemah serta penyempitan tekanan nadi atau hipotensi,

dengan adanya kulit dingin dan lembab serta gelisah.

Derajat IV :Syok hebat dengan tekanan darah atau nadi tidak terdeteksi.

Klasifikasi DBD menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2010) yaitu:

a. Dengue tanpa tanda bahaya dan dengue dengan tanda bahaya (dengue

without warning signs). Kriteria dengue tanpa tanda bahaya dan dengue

dengan tanda bahaya:

1) Bertempat tinggal di atau bepergian ke daerah endemik dengue. 2) Demam disertai 2 dari hal berikut :Mual, muntah, ruam, sakit dan

nyeri,uji torniket positif, lekopenia,adanya tanda bahaya.

3) Tanda bahaya adalah Nyeri perut atau kelembutannya, muntah berkepanjangan, terdapat akumulasi cairan, perdarahan

mukosa,letargis, lemah, pembesaran hati > 2 cm, kenaikan hematokrit seiring dengan penurunan jumlah trombosit yang cepat.

4) Dengue dengan konfirmasi laboratorium (penting bila bukti kebocoran plasma tidak jelas)

b. Dengue berat (severe dengue). Kriteria dengue berat :Kebocoran plasma berat, yang dapat menyebabkan syok (DSS), akumulasi cairan dengan

(6)

klinisigangguan organ berat, hepar (AST atau ALT ≥ 1000, gangguan kesadaran, gangguan jantung dan organ lain). Untuk mengetahui adanya kecenderungan perdarahan dapat dilakukan uji tourniquet.

5. Cara Pencegahan Penyakit

Beberapa metode pengendalian vektor telah banyak diketahui dan digunakan oleh program pengendalian DBD di tingkat pusat dan di daerah yaitu:

a. Manajemen lingkungan

Manajemen lingkungan adalah upaya pengelolaan lingkungan untuk mengurangi bahkan menghilangkan habitat perkembangbiakan nyamuk vektor sehingga akan mengurangi kepadatan populasi. Manajemen lingkungan hanya akan berhasil dengan baik kalau dilakukan oleh masyarakat, lintas sektor, para pemegang kebijakan dan lembaga swadaya masyarakat melalui program kemitraan. Sejarah keberhasilan manajemen lingkungan telah ditunjukkan oleh Kuba dan Panama serta Kota Purwokerto dalam pengendalian sumber nyamuk. b. Pengendalian Biologis

Pengendalian secara Biologis merupakan upaya pemanfaatan agent biologi untuk pengendalian vektor DBD. Beberapa agenbiologis yang sudah digunakan dan terbukti mampu mengendalikan populasi larva vektor DB/DBD adalah dari kelompok bakteri, predator seperti ikan pemakan jentik dan cyclop (Copepoda).

(7)

c. Pengendalian Kimiawi

Pengendalian secara kimiawi masih paling populer baik bagi program pengendalian DBD dan masyarakat. Penggunaan insektisida dalam pengendalian vektor DBD bagaikan pisau bermata dua, artinya bisa menguntungkan sekaligus merugikan. Insektisida kalau digunakan secara tepat sasaran, tepat dosis, tepat waktu dan cakupan akan mampu mengendalikan vektor dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan organisme yang bukan sasaran.

d. Partisipasi masyarakat

Partisipasi masyarakat merupakan proses panjang dan memerlukan ketekunan, kesabaran dan upaya dalam memberikan pemahaman dan motivasi kepada individu, kelompok, masyarakat, bahkan pejabat secara berkesinambungan. Program yang melibatkan masyarakat adalah mengajak masyarakat mau dan mampu melakukan 3 M plus atau PSN dilingkungan mereka.

e. Perlindungan Individu

Untuk melindungi pribadi dari risiko penularan virus DBD dapat dilakukan secara individu dengan menggunakan repellent, menggunakan pakaian yang mengurangi gigitan nyamuk. Baju lengan panjang dan celana panjang bisa mengurangi kontak dengan nyamuk meskipun sementara. Untuk mengurangi kontak dengan nyamuk di dalam keluarga bisa memasang kelambu pada waktu tidur dan kasa anti nyamuk. Insektisida rumah tangga seperti semprotan aerosol dan

(8)

repellent: obat nyamuk bakar, vaporize mats (VP), dan repellent oles

anti nyamuk bisa digunakan oleh individu. Pada 10 tahun terakhir dikembangkan kelambu berinsektisida atau dikenal sebagai insecticide

treated nets (ITNs) dan tirai berinsektisida yang mampu melindungi

gigitan nyamuk.

Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2011), carapencegahan DBD yaitu dengan PSN BDB melalui 3M Plus.

1) Menguras tempat penampungan air sekurangnya seminggu sekali 2) Menutup rapat-rapat tempat penampungan air

3) Mengubur, mengumpulkan, memanfaatkan atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan seperti kaleng bekas, plastik bekas, dll

4) Plus

(a) Ganti air vas bunga, tempat minuman burung dan tempat lainya seminggu sekali

(b) Perbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar atau rusak (c) Tutup lubang pada potongan bambu, pohon, dan lainya

misalnya dengan tanah

(d) Menaburi racun pembasmi jentik (larvasidasi) khususnya bagi tempat penampungan air yang sulit dikuras atau daerah sulit air (e) Menebar ikan pemakan jentik seperti kepala timah, gepi,

ditempat penampungan air yang ada disekitar rumah (f) Tidur memakai kelambu

(9)

(g) Memakai obat nyamuk

(h) Memasang kawat kasa pada lubang angin di rumah

Sedangkan menurut Misnadiarly (2009), pencegahan penyakit demam berdarah mencakup antaara lain:

a. Terhadap nyamuk perantara

Pemberantasan nyamuk aedes aegypti induk dan telurnya b. Terhadap diri kita

Memperkuat daya tahan tubuh dan melindungi dari gigitan nyamuk.

c. Terhadap lingkungan

Mengubah perilaku hidup sehat terutama kesehatan lingkungan. 6. Tempat perkembangbiakan

Menurut Depkes RI (2008), Jenis tempat perkembang-biakan nyamuk Aedes aegypti dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a. Tempat penampungan air (TPA) untuk keperluan sehari-hari, seperti: drum, tangki reservoir, tempayan, bak mandi atau wc, dan ember. b. Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari seperti:

tempat minum burung, vas bunga, perangkap semut dan barang-barang bekas (ban, kaleng, botol, plastik dan lain-lain).

c. Tempat penampungan air alamiah seperti: lobang pohon, lobang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, pelepah pisang dan potongan bambu.

(10)

B. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD)

1. Agen (Penyebab)

Menurut Dinkes Jateng (2005), Penyebab penyakit DBD ada 4 tipe (Tipe 1, 2, 3, dan 4), termasuk dalam group B Antropod Borne

Virus (Arbovirus). Dengue tipe 3 merupakan serotip virus yang

dominan yang menyebabkan kasus yang berat. Penularan penyakit demam berdarah dengue umumnya ditularkan melalui gigitan nyamuk

Aedes Aegepty meskipun dapat juga ditularkan oleh Aedes Albopictus

yang hidup dikebun. Selain itu, spesies Aedes polynesiensis dan beberapa spesies dari kompleks Aedes scutellaris juga dapat berperan sebagai vektor yang mentransmisikan virus dengue (Djunaedi, 2006) b. Host(Penjamu)

a. Umur

Menurut Djunaedi (2006), selama tahun 1986-1973 sebesar kurang dari 95% kasus DBD adalah anak dibawah umur 15 tahun. Selama tahun 1993-1998 meskipun sebagian besar kasus DBD adalah anak berumur 5-14 tahun, namun nampak adanya kecenderungan peningkatan kasus berumur lebih dari 15 tahun. Dengan kata lain, DBD banyak dijumpai pada anak berumur 2-15 tahun. DBD lebih banyak menyerang anak-anak, tetapi dalam dekade terakhir ini terlihat adanya kecenderungan kenaikan

(11)

proporsi penderita penyakit DBD pada orang dewasa (Dinkes Jateng, 2005).

b. Jenis Kelamin

Sejauh ini tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap serangan DBD dikaitkan dengan perbedaan jenis kelamin (gender). Di Philiphines dilaporkan bahwa rasio antara jenis kelamin adalah 1:1. Demikin pula di Thailand dilaporkan tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap serangan DBD antara anak laki-laki dan perempuan (Djunaedi, 2006).

c. Faktor internal manusia (Perilaku manusia)

Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktifitas yang timbul karena adaya stimulus dan respon serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung (Sunaryo, 2004). Menurut Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (2007) perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku manusia merupakan salah satu faktor yang banyak memegang peranan dalam menentukan derajat kesehatan suatu masyarakat (Noor, 2008).

Bentuk perilaku dibagi menjadi: 1) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

(12)

penting dalam membentuk tindakan seseorang (over

behaviour). Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan

lebih baik daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan, biasanya pengetahuan seseorang diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber (Notoatmodjo, 2003).

2) Sikap

Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorangterhadap stimulus atau objek, baik yang bersifat interen maupun eksteren sehingga manifestasi dari sikap tidak dapat langsungdilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yangtertutup tersebut. Tingkatan sikap adalah menerima, merespon, menghargai, dan bertanggung jawab. Sikap seseorang sangat mempengaruhi perilaku baik sikap positif maupun negatif (Sunaryo, 2004). 3) Praktik atau tindakan

Menurut Notoatmodjo (2007), praktik atau tindakan adalah sesuatu yang dilakukan atau perbuatan. Tindakan terdiri dari empat tingkatan yaitu:

(a) Perception (Persepsi), mengenal dan memilih berbagai object sehubungan dengan tindakan yang akan diambil (b) Guided response (Respon terpimpin), melakukan sesuatu

(13)

(c) Mechanism (Mekanisme), apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.

(d) Adoption (Adopsi), suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembangdengan baik. Tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan.

Hasil penelitian Tedi (2005), membuktikan bahwa pengetahuan, sikap, dan praktik (tindakan) ada hubungan yang signifikan dengan kejadian Demam Berdarah Dengue.

c. Environment(lingkungan)

a. Lingkungan fisik yaitu keadan fisik sekitar manusia yang berpengaruh terhadap manusia baik secara langsung, maupun terhadap lingkungan biologis dan lingkungan sosial manusia (Noor, 2008). Faktor lingkungan fisik yang berpengaruh terhadap kejadian DBD antara lain: suhu udara. Nyamuk dapat bertahan pada suhu udara rendah, tetapi metabolismenya menurun atau bahkan berhenti bila suhunya turun dibawah suhu krisis. Pada suhu yang lebih tinggi 350C juga mengalami perubahan dalam arti lebih lambat proses-proses fisiologis, rata-rata suhu optimum untuk pertumbuhan nyamuk adalah 250C – 300C. Pertumbuhan nyamuk akan berhenti sama sekali bila suhu kurang 100C atau lebih dari 400C (Depkes RI, 2008).

(14)

b. Lingkungan Biologis yaitu terdiri dari makhluk hidup yang bergerak, baik yang dapat dilihat maupun tidak (manusia, hewan, kehidupan akuatik, amuba, virus, plangton). Makhluk hidup tidak bergerak (tumbuhan, karang laut, bakteri, dll). Faktor lingkungan biologis yang berpengaruh terhadap kejadian DBD antara lain, (Keberadaan jentik, kontainer, tanaman hias atau tumbuhan, indeks jentik (host indeks, container indeks, breatu indeks).

c. Lingkungan sosial yaitu bentuk lain selain fisik dan biologis. Faktor lingkungan sosial yang berpengaruh terhadap kejadian DBD adalah kepadatan penduduk dan mobilitas. Kepadatan penduduk yang tinggi akan mempermudah terjadinya infeksi virus dengue, karena daerah yang berpenduduk padat akan meningkatkan jumlah insiden kasus DBD tersebut. Mobilitas penduduk memegang peranan penting pada transmisi penularan infeksi virus dengue. Salah satu faktor yang mempengaruhi penyebaran epidemi dari

Queensland ke New South Wales pada tahun 1942 adalah

perpindahan personil militer dan angkatan udara, karena jalur transportasi yang dilewati merupakan jalul penyebaran virus

(15)

C. PENGETAHUAN

1. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra yang terdiri dari pengindraan penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan perabaan. Sebagian dapat diperoleh dari indra penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan merupakan dominan yang sangat penting dalam terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2007).

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmojdo (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah :

a. Tingkat pendidikan

Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan, dengan pendidikan tinggi maka seseorang itu akan mudah menerima informasi yang ada sehingga dapat menumbuhkan perilaku yang positif.

b. Pengalaman

Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan dan dapat menjadi sumber pengetahuan yang bersifat informal.

(16)

c. Informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilakan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Sarana informasi dapat melalui surat kabar, radio, TV dapat menambah pengetahuan yang lebih luas.

d. Budaya

Budaya yang ada dalam masyarakat dan kondisi polotik juga mempengaruhi terhadap tingkat pengetahuan seseorang.

e. Pekerjaan

Pekerjaan berhubungan dengan sosial ekonomi seseorang. Semakin tingi tingkat sosial ekonomi seseorang akan menambah tingkat pengetahuan.

f. Umur

Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperoleh semkain membaik.

3. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010) secara garis besar pengetahuan dibagi menjadi 6 tingkatan yaitu ;

(17)

a. Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan kuisioner. Kata kerja untuk mengukur antara lain menyebut, mengurai, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang di ketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi di artikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenanya), aplikasi disini dapat diartikan dalam konteks atau situasi lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau obyek yang diketahui.

(18)

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku dimasayarakat.

D. Sikap

1. Pengertian

Sikap adalah merupkan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek. Sikap merupakan reaksi terhadap obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek (Notoatmodjo, 2003).

Sikap merupakan hubungan komponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu obyek (Azwar, 2011).

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap

Menurut Azwar (2011), ada bebrapa faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan sikap, antara lain :

(19)

a. Pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi akan ikut membentuk dan

mempegaruhi penghayatan terhadap stimulus sosial. Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman terjadi dalam situasi yang melibatkan emosional.

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Seseorang yang dianggap penting seperti orang tua, teman sebaya, teman dekat, dan lain-lain akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap seseorang.

c. Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan akan mewarnai sikap dalam masyarakat dan memberikan corak pengalaman individu pada kelompok masyarakatnya.

d. Media masa

Dalam penyampaian informasi, media masa membawa pesan-pesan yang berisi yang dapat mengarahkan opini seseorang. Dengan adanya informasi baru akan memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap.

e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.

(20)

f. Pengaruh faktor emosional

Selain ditentukan oleh lingkungan sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai penyaluran atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. 3. Tingkatan Sikap

Menurut Notoatmodjo (2010) sikap terdiri dari beberapa tingkat: a. Menerima (receiving) , diartikan orang mau menerima stimulus

yang diberikan (objek).

b. Menanggapi (responding), merupakan memberi jawaban

apabila di tanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

c. Menghargai (valuing), menghargai diartikan subyek atau

seseorang memberikan nilai yang positif terhadap obyek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain dan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespon.

d. Bertanggung jawab (responsible), sikap yang paling tinggi adalah bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

(21)

E. Praktik

1. Pengertian

Seseorang yang telah mengetahui stimulus/objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktikkan apa yang diketahui atau disikapinya (di nilai baik). Inilah yang disebut praktik (practice) kesehatan atau dapat dikatakan praktik kesehatan (overt behavior) (Notoatmodjo, 2003).

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut overt behavior, tindakan nyata/praktik (practice).

2. Faktor yang mempengaruhi praktik

Menurut Lowrence Green dalam Notoatmodjo (2005), mengemukakan bahwa untuk mencoba menganalisis praktik manusia dari tingkat kesehatan orang dapat dipengaruhi 3 faktor yaitu :

a. Faktor predisposisi

Terbentuknya suatu praktik baru, dimulai pada cognitive domain dalam arti subyek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada subyek tersebut selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap subyek terhadap pengetahuan. Pengetahuan dan sikap subyek terhadap diharapkan

(22)

akan membentuk praktik (psikomotor). Di bawah ini akan diuraikan tentang pengetahuan, sikap, dan praktik.

1) Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan hal ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap pengetahuan ini. Selain penginderaan juga dengan penciuman, perasaan dan perabaan. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan yang cukup di dalam cognitive domain mempunyai enam tingkatan, yaitu tahu (know) artinya mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Sedangkan memahami

(comprehension) mempunyai arti suatu kemampuan untuk menjelaskan atau mempraktikkan secara benar. Untuk aplikasi

(application) dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menggunakan pengetahuan. Sedangkan analisis (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menghubungkan dan menguraikan dalam seluruh materi tersebut. Evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap materi tersebut.

2) Sikap

Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu dalam kata lain fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi praktik (tindakan) atau (reaksi tertutup).

(23)

Sikap secara nyata menunjukkan konotasi atau arti tambahan adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Berbagai tindakan sikap yang barpengaruh terhadap pengetahuan antara lain menerima (receiving), merespon (responding) , menghargai (valuing), dan bertanggung jawab (responsible).

3) Praktik

Tingkatan-tingkatan praktik antara lain persepsi, respon terpimpin, mekanisme serta adaptasi. Dalam persepsi (perception), mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil merupakan praktik tingkat pertama sedangkan respon terpimpin (Guide Respons), dapat melakukan sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh merupakan indikator praktik tingkat dua. Untuk mekanisme (mechanism) artinya apabila seseorang telah melakukan dengan benar dan tanpa paksaan (dengan penuh kesadaran) maka sudah mencapai praktik tingkat ke tiga sedangkan adaptasi (adaptation) adalah suatu praktik (tindakan) yang sedang berkembang dengan baru artinya suatu itu sudah telah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

b. Faktor pendukung atau pemungkin

Hubungan antara konsep pengetahuan dan praktik, kaitannya dalam suatu materi kegiatan biasanya mempunyai anggapan yaitu adanya pengetahuan tentang manfaat suatu hal yang akan

(24)

menyebabkan orang mempunyai sikap positif terhadap hal tersebut. Selanjutnya sikap positif ini akan mempengaruhi untuk ikut dalam kegiatan ini. Niat ikut serta dalam kegiatan ini akan menjadi tindakan apabila mendapatkan dukungan sosial dan tersedianya fasilitas, kegiatan ini disebut praktik. Berdasarkan teori WHO menyatakan bahwa yang menyebabkan seseorang berpraktik ada tiga alasan diantaranya adalah sumber daya (Resources) meliputi fasilitas, pelayanan kesehatan dan pendapatan keluarga.

c. Faktor pendorong

Faktor yang mendorong untuk bertindak untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang terwujud dalam dukungan keluarga.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa (1) strategi yang digunakan oleh penerjemah adalah reduksi 34%, parafrasa 23%, kuplet 23%, perluasan 10%, shift 7%,

Tanaman yang memiliki pertumbuhan generatif terbaik terdapat pada perlakuan pemupukan 1.5 g NPK/polybag, karena tanaman tersebut memiliki jumlah bunga dan buah terbanyak,

Pada Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Tanah Datar dalam penyajian laporan keuangan sudah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor

Setelah masuk ke halaman Panel pilihan menu fantastico de luxe (ini fasilitas yang memungkinkan anda untuk menginstal CMS ke dalam situs anda hanya dengan beberapa kali

Sebagai hasil dari upaya dan minat dalam pelatihan medis ini ditandakan dengan adanya peningkatan dua kali lipat dari tahun ke tahun sejak tahun 1978 (Saudi

Dalam banyak kasus, sebuah perusahaan e-commerce bisa bertahan tidak hanya mengandalkan kekuatan produk saja, tapi dengan adanya tim manajemen yang handal, pengiriman yang tepat

Mitra Bestari adalah para ahli di bidang hukum yang berasal dari Universitas di Indonesia dan / atau dari luar negeri, yang mempunyai kompetensi untuk menelaah naskah sesuai