• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TEKANAN PENDUDUK DAN PENDAPATAN PETANI TERHADAP KONSERVASI LAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI WALIKAN HULU KABUPATEN KARANGANYARTAHUN 2012 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH TEKANAN PENDUDUK DAN PENDAPATAN PETANI TERHADAP KONSERVASI LAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI WALIKAN HULU KABUPATEN KARANGANYARTAHUN 2012 SKRIPSI"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH TEKANAN PENDUDUK DAN PENDAPATAN PETANI TERHADAP KONSERVASI LAHAN

DAERAH ALIRAN SUNGAI WALIKAN HULU KABUPATEN KARANGANYARTAHUN 2012

SKRIPSI

Oleh:

YULIANA DWI NINGSIH K5408056

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2012

(2)

ii

PENGARUH TEKANAN PENDUDUK DAN PENDAPATAN PETANI TERHADAP KONSERVASI LAHAN

DAERAH ALIRAN SUNGAI WALIKAN HULU KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2012

Oleh:

YULIANA DWI NINGSIH K5408056

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2012

(3)
(4)
(5)

v

ABSTRAK

Yuliana Dwi Ningsih. PENGARUH TEKANAN PENDUDUK DAN PENDAPATAN PETANI TERHADAP KONSERVASI LAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI WALIKAN HULU KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2012.Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Universitas Sebelas Maret Surakarta. Oktober2012.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk: (1) Mengetahui tekanan penduduk di DAS Walikan Hulu tahun 2012. (2) Mengetahui produktivitas lahan dan pendapatan petani di DAS Walikan Hulu tahun 2012. (3) Mengetahui kondisi konservasi lahan di DAS Walikan Hulu tahun 2012. (4) Mengetahui pengaruh tekanan penduduk terhadap konservasi lahan dan pendapatan petani terhadap konservasi lahandi DAS Walikan Hulu tahun 2012.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Unit analisis tekanan penduduk dengan batasan administratif, sedangkan produktivitas lahan, pendapatan petani dan konservasi lahan dengan batasan satuan lahan. Penelitian ini dilakukan pada setiap satuan lahan, pengambilan sampel petani secara purposive sampling dengan snow ball. Teknik pengumpulan data dengan observasi, dokumentasi, dan wawancara. Teknik analisis data untuk mengetahui tekanan penduduk dengan pengkelasan, produktivitas lahan dan pendapatan petani dengan overlay-pengkelasan, dan konservasi lahan dengan overlay-skoring-pengkelasan, sedangkan pengaruh tekanan penduduk terhadap konservasi lahan dan pendapatan petani terhadap konservasi lahan dengan tabulasi data.

Kesimpulan penelitian ini adalah: (1) Tekanan penduduk di DAS Walikan Hulu bervariasi yaitu Desa Wonorejo memiliki tekanan penduduk tinggi, sedangkan Desa Wonokeling memiliki tekanan penduduk sedang. (2) Produktivitas lahan dan pendapatan petani di DAS Walikan Hulu bervariasi, sebagai berikut: (a) Produktivitas lahan daerah penelitian bervariasi, produktivitas lahan rendah 7,57%, produktivitas lahan sedang 79,85%, dan produktivitas lahan tinggi 12,58%,(b) Pendapatan petani daerah penelitian bervariasi, petani berpendapatan rendah 61,54%, petani berpendapatan sedang 38,06%, dan petani berpendapatantinggi hanya 0,40%. (3) Kondisi konservasi lahan di DAS Walikan Hulu bervariasi, konservasi lahan rendah 49,80%, konservasi lahan sedang 45,32% dan konservasi lahan tinggi 4,88%. (4) Pengaruh tekanan penduduk terhadap konservasi lahan dan pendapatan petani terhadap konservasi lahan di DAS Walikan Hulu adalah: (a) Tekanan penduduk tidak mempunyai pengaruh secara langsung terhadap konservasi lahan, (b) Petani berpendapatan rendah cenderung melakukan konservasi lahan rendah dan petani berpendapatan tinggi cenderung melakukan konservasi tinggi.

(6)

vi ABSTRACT

Yuliana Dwi Ningsih. THE EFFECT OF POPULATION PRESSURE AND INCOME OF FARMERS TOWARD THE LAND CONSERVATION IN WALIKAN UPSTREAM WATERSHED KARANGANYAR REGENCY 2012. Thesis. Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education.Sebelas Maret University. Oktober 2012.

The purposes of this research are: (1) To know the population pressure in Walikan Upstream Watershed 2012. (2) To know the land productivity and income of farmers in Walikan Upstream Watershed 2012. (3) To know the condition of land conservation in Walikan Upstream Watershed 2012. (4) To know the effect of population pressure toward the land conservation and income of farmers toward the land conservation in Walikan Upstream Watershed 2012.

This study used a qualitative descriptive method. The analysis unit of population pressure was taken by administrative boundaries, whereas the land productivity, income of farmers and land conservation were taken by land unit boundaries. This study was performed on each unit of land, farmers sampling was taken by snow ball purposive sampling. Data collection techniques used observation, documentation and interviews. Data analysis techniques to determine population pressure was taken by classification, land productivity and income of farmers with classes, and land conservation with an overlay-scoring-classes,while effect of population pressure on the land conservation and income of farmer on the land conservation with data tabulation.

The conclusions of this study were: (1) The pressure of population in Walikan Upstream Watershed is varying that is ,Wonorejo village has a highest population pressure, while the Wonokeling village has a middle population pressure. (2) Land productivity and income of farmers in Walikan Upstream Watershed is varying, as follows: (a) The area of land productivity research is varies, 7,57% low land productivity, 79,85% middle land productivity, and 12,58% highland productivity, (b )Income Farmer research is varies, 61,54% of low-income farmers, 38,06% middle-income farmers, and high-income farmers is only 0,40%. (3) The condition of land conservation in Walikan Upstream Watershed is varies, 49,80% low land conservation, 45,32% middle land conservation and 4,88% high land conservation. (4) Effect of population pressure toward the land conservation and income of farmers toward the land conservation is: (a) Population pressure has no directly influence toward the land conservation, (b) Farmers with low income tend to conserve the land at the low level and high income farmers tend to conserve the land at the high level.

(7)

vii

(8)

viii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Bapak dan Ibu atas kasih sayang, doa, dan motivasinya Kakak, Kakak Ipar, dan Keponakan Tersayang

Adikku tersayang

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kami sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi sebagian persyaratan mendapat gelar Sarjana Pendidikan. Selama pembuatan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin penulisan skripsi;

2. Drs. Syaiful Bakhri, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan persetujuan skripsi;

3. Dr. Moh. Gamal Rindarjono, M.Si., Ketua Program Pendidikan Geografi yang telah memberikan ijin penulisan skripsi;

4. Drs. Sugiyanto, M.Si, M.Si., Pembimbing I yang sabar memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan lancar;

5. Dra. Inna Prihartini, MS., Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi dalam penulisan skripsi ini, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan lancar;

6. Rahning Utomowati, S.Si, M.Sc., Pembimbing Akademik yang telah memberikan arahan dan motivasi kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Program Studi Pendidikan Geografi FKIP UNS;

7. Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Geografi yang secara tulus memberikan ilmu kepada penulis;

8. Sudrajat, S.Kes., Kepala Desa Wonorejo yang telah memberi ijin penelitian; 9. Bapak Sukadi, Kepala Desa Wonokeling yang telah memberi ijin penelitian; 10. Bupati, Kepala Kesbang dan Linmas, BAPEDA, BPS, dan Instansi Kedinasan

(10)

x

11. Kedua Orang Tua dan Saudara-saudaraku yang telah memberikan motivasi moral maupun spiritual dalam penulisan skripsi ini;

12. Teman-teman seperjuangan DAS Walikan (Khoim, Lilis, Dayat, Probo, Yosef, dan Desta), atas kerjasama dan motivasinya selama penyusunan skripsi ini;

13. Gembul members (Yetty, Eka, Indah, Nurul L, dan Nina) atas motivasi, kebersamaan dan hiburan-hiburannya;

14. n satu-satu, terimakasih atas

mahasiswa dan dalam penyusunan skripsi;

15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah membantu kelancaran penulis dalam penyusunan skripsi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca.

Surakarta, Oktober 2012

(11)

xi DAFTAR ISI JUDUL i PENGAJUAN SKRIPSI ... ii PERSETUJUAN iii PENGESAHAN iv ABSTRAK v MOTTO vii PERSEMBAHAN viii KATA PENGANTAR ix DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL xiv

DAFTAR GAMBAR xvi

DAFTAR PETA xvii

DAFTAR LAMPIRAN xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah 3

C. Perumusan Masalah 4

D. Tujuan Penelitian 4

E. Manfaat Penelitian 4

BAB II LANDASAN TEORI . 6

A. Tinjauan Pustaka 6

1. Tekanan 6

2. Pendapatan Petani 7

a. Produktivitas Lahan 7

b. Pengertian Pendapatan Petani 8

3. Petani 9

4. Konservasi Lahan 10

a. Pengertian Konservasi Lahan 10

(12)

xii

c. Daerah Aliran Sungai 22

d. Satuan Lahan 24

B. Hasil Penelitian yang Relevan 26

C. Kerangka Pemikiran 32

BAB III METODE PENELITIAN 34

A. Tempat dan Waktu Penelitian 34

1. Tempat Penelitian 34

2. Waktu Penelitian 34

B. Metode Penelitian . 35

C. Populasi dan Sampling 35

1. Populasi Penelitian 35

2. Sampel Penelitian 36

D. Sumber Data 36

1. Data Primer 36

2. Data Sekunder ... 37

E. Teknik Pengumpulan Data 38

1. Observasi Lapangan 38

2. Wawancara 38

3. Analisis Dokumentasi 38

F. Teknik Analisis Data 39

1. 40

2. 41

3. Analisis Konservasi Lahan 44

4. Analisis Pengaruh Tekanan penduduk terhadap Konservasi Lahan dan Pendapatan Petani terhadap

44

G. Prosedur Penelitian 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .. 47

A. Kondisi Fisik Lokasi Penelitian 47

1. Letak, Batas, dan Luas 47

(13)

xiii 3. Geologi 54 4. Geomorfologi 58 5. Tanah 59 6. Kemiringan Lereng 64 7. Hidrologi 66 8. Penggunaan Lahan 67 9. Kependudukan 69

B. Hasil dan Pembahasan 70

1. Tekanan Penduduk 74

2. Produktivitas Lahan danPendapatan 82

3. Konse 95

4. Pengaruh Tekanan penduduk terhadap

Konservasi Lahan dan Pendapatan Petani terhadap

100

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN .. 106

A. Simpulan 106

B. Implikasi 107

C. Saran 107

DAFTAR PUSTAKA . 109

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel

1. Upaya Konservasi Lahan Secara Vegetatif . 20

2. Upaya Konservasi Lahan Secara Teknik 21

3. Klasifikasi Kem 24

4. Perbandingan Penelitian Sebelumnya dengan Penelitian yang

Dil 29

5. Rancangan Waktu Penelitian .. 34

6. Klasifikasi Nilai 41

7. Klasifikasi Nilai Produktivitas Lahan 42

8. Klasifikasi Nilai Pendapatan Petani . .. 43

9. Kelas Tindakan Konservasi Lahan . 47

10. Luas wilayah DAS Walikan Hulu .. 48

11. Rerata Curah Hujan, Hari Hujan, dan Intensitas Hujan

Tahun 2001-2011 .... 52

12. Tipe Curah Hujan Menurut Schmidt dan Ferguson 52 13. Tipe Curah Hujan Menurut Scmidt dan Ferguson pada

Setiap Stasiun Pengamatan .. 53

14. Luas Persebaran Litologi DAS Walikan Hulu Tahun 2012 56 15. Luas Persebaran Macam Tanah DAS Walikan Hulu Tahun 2012 61 16. Luas Persebaran Kemiringan Lereng DAS Walikan Hulu

Tahun 2012 .. 64

17. Luas Persebaran Penggunaan Lahan DAS Walikan Hulu

Tahun 2012 .. 67

18. Komposisi Penduduk DAS Walikan Hulu Tahun 2012 69 19. Matapencaharian Penduduk DAS Walikan Hulu Tahun 2012 69

20. 70

21. Jumlah Penduduk Desa Wonorejo Tahun 2007-2011 74 22. Perhitungan Nilai Rata-Rata Luas Lahan Minimal untuk

(15)

xv

23. Jumlah Penduduk Desa Wonokeling Tahun 2007-2011 77 24. Perhitungan Nilai Rata-Rata Luas Lahan Minimal untuk

Hidup Layak (Z) Desa Wonokeling 78

25. Harga Jual Komoditi Tanaman Yang Dibudidayaan Petani

DAS Walikan Tahun 2012 . 82

26. Kelas Produktivitas Lahan DAS Walikan Hulu Tahun 2012 83 27. Hasil Perhitungan dan Pengkelasan Produktivitas Lahan

DAS Walikan Hulu Tahun 2012 84

28. Hasil Perhitungan dan Pengkelasan Pendapatan Petani

DAS Walikan Hulu Tahun 2012 91

29. Hasil Pengkelasan Konservasi Lahan DAS Walikan Hulu

Tahun 2012 95

30. Hasil Observasi Konservasi Lahan DAS Walikan Hulu

95

31. 100

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar

1. Sketsa Penanam 14

2. Foto Pertanaman 15

3. Sketsa Bangunan Teras Saluran . 16

4. Sketsa Bangunan Teras Guludan . 17

5. Sketsa Bangunan Teras Kredit 17

6. Sketsa Bangunan Teras Bangku .. 18

7. Letak Saluran Pembuangan Pada Teras Bangku 19

8. Sketsa Bangunan Teras Datar .. 19

9. Zonasi Pembagian Daerah Aliran Sungai 23

10. Diagram Alir Kerangka Pemikiran . 33

11. Diagram Alir Penelitian ... 46

12. Tipe Curah Hujan Rata-Rata DAS Walikan Hulu

Tahun 2001-2011 . 53

13. Letak Fisiografis DAS Walikan ... 54

14. Bentuk Lahan Struktural Di Desa Wonorejo . 59

15. Foto Tanah Andosol Di Desa Wonorejo 60

16. Foto Tanah Latosol Di Desa Wonorejo . 61

17. Foto Sungai Walikan Hulu .. 66

18. Foto Kondisi Konservasi LahanKelas Rendah,

(17)

xvii

DAFTAR PETA

Peta

1. Administrasi DAS Walikan Hulu 49

2. Geologi DAS Walikan Hulu ... 57

3. Tanah DAS Walikan Hulu 63

4. Kemiringan Lereng DAS Walikan Hulu 65

5. Penggunaan Lahan DAS Wal 68

6. Satuan Lahan DAS Wal 72

7. Satuan Lahan Pertanian DAS Wal 73

8. Tekanan Penduduk Terhadap Lahan DAS Walikan Hulu 81

9. Produktivitas Lahan DAS Walikan Hulu . 89

10. Pendapatan Petani DAS Walikan Hulu . 94

11. Konservasi Lahan DAS Walikan Hulu .. 99

12. Pengaruh Tekanan Penduduk terhadap Konservasi Lahan

102 13. Pengaruh Pendapatan Petani terhadap Konservasi Lahan

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Data Curah Hujan Dan Hari Hujan di Stasiun Pengamatan 2. Data Perhitungan Produktivitas Lahan

3. Pendapatan Non Pertanian

4. Data Perhitungan Pendapatan Perkapita Petani

5. Kriteria Pengkelasan Konservasi Lahan Secara Teknik danVegetatif 6. Data Pangkelasan Konservasi Lahan

7. Daftar Isian Observasi Lapangan

8. Daftar Quisioner Wawancara Produktivitas danPendapatan Petani 9. Identitas Responden

10. Surat Keputusan Dekan FKIP

11. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi

12. Surat Permohonan Ijin Research/Try Out Ke Rektor UNS

13. Surat Permohonan Ijin Research/Try Out KeKESBANGPOLINMAS Kabupaten Karanganyar

14. Surat Permohonan Ijin Research/Try Out Ke BAPPEDAKabupaten Karanganyar

15. Surat Rekomendasi Research/Survey 16. Surat Tidak Keberatan (STB)

(19)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Definisi Daerah Aliran Sungai (DAS) berdasarkan UU No 7 tahun 2004 tentang Sumberdaya Air, DAS merupakan suatu wilayah daratan atau lahan yang mempunyai komponen topografi, batuan, tanah, vegetasi, air, sungai, iklim, hewan, manusia dan aktivitasnya yang berada pada, di bawah, dan di atas tanah.

DAS Walikan yang merupakan salah satu sub-DAS Bengawan Solo Hulu yang terletak di Kabupaten Karanganyar dan Wonogiri dengan kelerengan miring sampai terjal. Keadaan wilayah demikian ini sangat berpotensi terjadinya permasalahan lingkungan fisik seperti erosi. Selain keadaan lerengnya yang miring sampai terjal, terjadinya permasalahan lingkungan ini akibat dari penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya. Dari penelitian yang dilakukan sebelumnya diketahui bahwa satuan lahan dengan kemiringan lereng > 25% berpotensi terjadi longsor, satuan lahan dengan kemiringan lereng 2 25% berpotensi terjadi erosi dan pada satuan lahan dengan kemiringan lereng < 2% berpotensi terjadi sedimentasi (PPLH LPPM UNS, 2007).

Terjadinya erosi di DAS Walikan ini ditandai dengan adanya sedimentasi di daerah hilir. Keadaan air sungai yang keruh juga mengindikasikan bahwa telah terjadi erosi di DAS Walikan. Terjadinya erosi tidak hanya dipengaruhi oleh karakteristik lahan itu sendiri, tetapi juga dipengaruhi oleh masyarakat sebagai pengelola lahan. Upaya untuk mengurangi erosi adalah dengan melakukan praktik konservasi lahan terutama di daerah hulu.

Kerusakan lahan DAS Walikan dipengaruhi oleh masyarakat sekitar, dimana tingkat kesadaran dan pendapatan masyarakat petani yang rendah akan mendahulukan kebutuhan primer dan sekunder (sandang, pangan, dan papan) daripada konservasi lahan. Kalo (1983:2) menyatakan bahwa eksploitasi yang berlebihan akan merusak produktivitas lahan, berkurangnya penerimaan bersih petani dapat dijelaskan karena berkurangnya produktivitas lahan. Tingkat pendapatan petani lahan kering jauh lebih rendah dari tingkat pendapatan minimal yang diperlukan untuk dapat melaksanakan konservasi tanah (pembuatan teras) secara baik, apabila pendapatan dari usahatani semakin rendah berarti penyelamatan tanah akan semakin sulit dilakukan (Kalo, 1983:7).

(20)

Menurut Kalo (1983:1), dengan jumlah lahan yang terbatas seperti di Jawa, perkembangan penduduk merupakan tekanan penduduk terhadap lahan, demikian pula desakan kebutuhan pangan telah mendorong penduduk untuk mengeksploitir tanah sehingga melampaui batas kemampuan lahan tersebut, dan dalam banyak hal tanpa disertai oleh tindakan konservasi.

Seiring meningkatnya jumlah penduduk akan berakibat pada permasalahan lapangan kerja, pendidikan, pangan bergizi, kesehatan, dan degradasi lingkungan. Makin besar jumlah penduduk, makin besar pula kebutuhan akan sumberdaya sehingga tekanan terhadap sumberdaya yang ada juga meningkat (Peraturan Dirjen RLPS No.P.04/V-SET/2009:61). Di DAS Walikan Hulu ditemukan ketidaksesuaian fungsi kawasan, terdapat lahan yang seharusnya sebagai fungsi lindung menjadi tegalan.

Pendapat tersebut sejalan dengan penelitian Khoimah (2012:116) menyatakan bahwa:

Satuan Lahan 21 (KAcAck-Qvjl-V-Tg) dan 49 (LaCm-Qvjl-IV-Tg) di Desa Wonorejo dan Wonokeling penggunaan lahan di lapangan berupa tegalan, hal ini menunjukkan adanya ketidaksesuaian lahan. Kegiatan budidaya yang dilakukan di kawasan fungsi lindung dan penyangga ini akan berdampak pada penghilangan unsur hara tanah, terjadinya erosi akibat pengolahan tanah yang dilakukan secara terus menerus tanpa diimbangi dengan konservasi yang benar dan curamnya lereng sehingga solum tanah menjadi tipis yang berujung pada sangat kritisnya lahan.

DAS Walikan hulu terdiri dari 4 desa yaitu Desa Beruk, Desa Wonorejo, Desa Wonokeling dan Desa Jatiyoso, Kecamatan Jatiyoso. Desa yang dipilih untuk penelitian adalah desa Wonorejo dan Wonokeling karena kedua desa ini mempunyai karakteristik lahan yang bervariasi yang didominasi lahan dengan kemiringan lereng curam.

Sebagian besar penduduk di DAS Walikan Hulu yakni di Desa Wonorejo dan Desa Wonokeling Kecamatan Jatiyoso, merupakan masyarakat yang bekerja sebagai petani yang menggantungkan kehidupannya pada sektor pertanian. Sebagian besar petani tersebut dapat dikatakan sebagai petani subsisten karena hasil pertaniannya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup layak sehari-hari, tetapi ada juga sebagian kecil petani yang memiliki lahan yang luas dan modal cukup sehingga standar hidupnya lebih dari yang lain. Organisasi petani

(21)

yang terdapat pada daerah penelitian adalah Gapoktan dan Kelompok Tani. Organisasi petani tersebut merupakan program pemerintah untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pertanian. Melalui organisasi tersebut pemerintah melakukan penyuluhan pertanian kepada masyarakat.

Masyarakat sebagai pemakai lahan di DAS untuk mencukupi kebutuhan ekonomi hendaknya mengelola lahannya dengan baik dengan memperhatikan peraturan pengelolaan lahan agar DAS dapat berfungsi dengan baik dan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik. Pemanfaatan sumberdaya alam dalam DAS secara bijaksana dan berkelanjutan diharapkan dapat mensejahterakan masyarakat melalui barang dan jasa yang dihasilkan DAS.

Lahan pertanian di DAS Walikan Hulu berupa sawah dan tegalan. Kondisi lahan tersebut bergantung pada manusia sebagai pengelola, maka perlu diketahui partisipasai masyarakat petani sebagai pengolah lahan pertanian dalam melestarikan lahan garapannya seperti yang dapat diketahui dari tindakan konservasi lahan yang dilakukan para petani untuk mengurangi erosi.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Tekanan Penduduk dan Pendapatan Petani terhadap Konservasi Lahan Daerah Aliran Sungai Walikan Hulu Kabupaten

Karanganyar Tahun .

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah maka dapat di identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Semakin banyaknya jumlah penduduk dan jumlah petani menyebabkan besarnya tekanan penduduk terhadap lahan, akibatnya terjadi ketidaksesuaian fungsi kawasan. Kawasan yang seharusnya sebagai kawasan lindung dan penyangga digunakan untuk kawasan budidaya (tegal).

2. Sebagian besar petani yang mengelola lahan merupakan petani subsisten yang hasil produksi lahannya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan primer. 3. Petani kurang memperhatikan konservasi lahan.

(22)

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana tekanan penduduk di DAS Walikan Hulu tahun 2012?

2. Bagaimana produktivitas lahan dan pendapatan petani di DAS Walikan Hulu tahun 2012?

3. Bagaimana kondisi konservasi lahan di DAS Walikan Hulu tahun 2012? 4. Bagaimana pengaruh tekanan penduduk terhadap konservasi lahan dan

pendapatan petani terhadap konservasi lahan di DAS Walikan Hulu tahun 2012?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, maka penelitian ini mempunyai tujuan untuk :

1. Mengetahui tekanan penduduk di DAS Walikan Hulu tahun 2012.

2. Mengetahui produktivitas lahan dan pendapatan petani di DAS Walikan Hulu tahun 2012.

3. Mengetahui kondisi konservasi lahan di DAS Walikan Hulu tahun 2012. 4. Mengetahui pengaruh tekanan penduduk terhadap konservasi lahan dan

pendapatan petani terhadap konservasi lahan di DAS Walikan Hulu tahun 2012.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang kajian tekanan penduduk, produktivitas lahan, pendapatan petani dan konservasi lahan di daerah penelitian, dan pengaruh antara tekanan penduduk dan pendapatan petani terhadap konservasi lahan.

(23)

b. Untuk menambah dan mengembangkan wawasan dan ilmu pengetahuan serta mendukung teori-teori yang ada. Penelitian ini nantinya dapat digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya dan sebagai bentuk pertanggungjawaban ilmiah dari disiplin ilmu geografi.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan pertimbangan pemerintah untuk menetapkan kebijakan dalam pengelolaan DAS Hulu di daerah penelitian.

b. Bagi masyarakat DAS Walikan Hulu, dapat dijadikan masukan bagaimana memanfaatkan sumberdaya lahan dan lingkungan beserta cara mengelolanya dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.

c. Dapat mendukung materi pembelajaran Geografi di SMA pada materi antroposfer khususnya pada kompetensi dasar dampak dinamika penduduk.

(24)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka

1. Tekanan Penduduk

Adanya pertumbuhan penduduk, luas lahan per petani semakin lama semakin sempit, sehingga pada akhirnya tidak cukup lagi untuk keperluan hidupnya. Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, para petani dan anggota keluarganya mencari pendapatan tambahan dengan berburuh, berdagang, dll. Cara lain lagi adalah dengan memperluas lahan garapan misalnya dengan merambah lahan kehutanan. Gaya yang mendorong penduduk desa untuk memperluas lahan garapannya atau berimigrasi guna mencari sumber pendapatan merupakan definisi tekanan penduduk, (Soemarwoto, 1991:76).

Tekanan Penduduk adalah angka yang menunjukan berapa kali lipat penduduk harus mengeksploitasi lahannya agar mendapatkan hasil untuk mencapai hidup layak. Nilai numerik yang didapatkan dari perhitungan tekanan penduduk menunjukkan besarnya faktor yang menorong penduduk untuk memperluas lahannya, (Soemarwoto, 1991:77).

Soemarwoto (1994:188) menyatahan bahwa: Sifat petani Indonesia, di luar sektor perkebunan ialah petani kecil dengan luas lahan sempit. Rata-rata luas lahan kurang dari 0,5 Ha per petani. Karena pertumbuhan jumlah petani, luas lahan menunjukkan kecenderungan yang makin kecil. Makin banyak pula petani yang tidak mempunyai lahan. Keadaan ini menyebabkan meningkatnya tekanan penduduk. Artinya kebutuhan akan lahan garapan terus bertambah, tetapi luas lahan terbatas, sehingga kemampuan suatu daerah untuk mendukung kehidupan terbatas pula. Karena tekanan penduduk yang terus meningkat sedangkan kemampuan daerah untuk mendukung kehidupan terbatas maka petani membuka lahan baru, akan tetapi karena pendapatan petani rendah sehingga mereka tidak dapat mengambil tindakan pencegahan erosi tanpa bantuan.

Tekanan penduduk terhadap lahan sangat ditentukan oleh jumlah petani pemakai lahan, luas lahan pertanian serta luas lahan minimal untuk dapat hidup layak. Makin banyak jumlah petani, maka makin menurun luas lahan minimal

(25)

untuk dapat hidup layak serta makin sempit lahan pertanian, sehingga makin besar tekanan penduduk terhadap lahan. Luas lahan minimal untuk dapat hidup layak ditentukan oleh jenis komoditi, pola tanam dan adanya usaha intensifikasi.

Agar ekosistem didalam suatu DAS berada dalam keadaan seimbang, perlu diadakan usaha-usaha agar nilai Tekanan Penduduk (TP) terhadap lahan < 1, usaha yang perlu dilakukan adalah merubah luas lahan minimal untuk dapat hidup layak dengan memberikan masukan teknologi usahatani dan konservasi tanah serta usaha-usaha kependudukan seperti penekanan laju pertumbuhan dan usaha-usaha penyebaran penduduk.

Menurut Kalo (1983:1), dengan jumlah lahan yang terbatas seperti di Jawa, perkembangan penduduk akan merupakan tekanan penduduk terhadap lahan, demikian pula desakan kebutuhan pangan telah mendorong penduduk untuk mengeksploitir tanah sehingga melampaui batas kemampuan lahan tersebut, dan dalam banyak hal tanpa disertai oleh tindakan konservasi.

Dalam penelitian ini tekanan penduduk dibatasi pada nilai tekanan penduduk dan bagaimana pengaruhnya terhadap tindakan konservasi lahan yang dilakukan petani di daerah penelitian.

2. Pendapatan Petani

Kalo (1983:2) menyatakan bahwa berkurangnya penerimaan bersih petani dapat dijelaskan karena berkurangnya produktivitas lahan. Jadi produktivitas lahan mempengaruhi pendapatan petani.

a. Produktivitas Lahan

Menurut ILEIA dalam Sukoco (1999:33), produktivitas merupakan hasil persatuan lahan, tenaga kerja, modal (misalnya ternak, uang, waktu) atau input lainnya (misalnya uang tunai, energi, air dan unsur hara). Pendapat tersebut sejalan dengan Sinungan (2003:12) bahwa secara umum produktivitas adalah ukuran efisiensi produktif diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata maupun fisik (barang-barang atau jasa) dengan masukan yang sebenarnya.

Produktivitas menurut Mubyarto (1989:68) merupakan penggabungan antara konsepsi efisiensi usaha (fisik) dengan kapasitas tanah. Menurut Hernanto

(26)

(1991:204-205), pendapatan per unit areal usaha tani merupakan produktivitas tanah usahatani, dihitung dari pendapatan usaha tani dibagi dengan luas areal.

Berdasarkan uraian di atas, produktivitas lahan adalah kemampuan lahan produktif untuk menghasilkan produk hayati yang dihitung dengan hasil produksi dari usaha tani dibagi dengan luas areal. Dalam penelitian ini Indikator produktivitas terdiri dari luas lahan, modal, tenaga kerja, dan pendapatan usaha tani.

b. Pengertian Pendapatan Petani

Sebagai tolok ukur kesejahteraan petani jumlah pendapatan petani dihitung dari gabungan pendapatan yang diperoleh dari hasil usaha tani dan hasil di luar usahatani dibagi jumlah anggota keluarga yang ada dalam tanggungannya. Untuk mendapatkan gambaran tingkat pendapatan per kapita dalam perhitungan ini diuraikan pengertian-pengertian sebagai berikut (sumber: www.danautondano_1 Pendahuluan _ Konservasi Danau Tondano.htm):

1) Pendapatan Usaha Tani

Pendapatan petani dapat diperhitungkan dengan mengurangi pendapatan kotor dengan harga alat-alat luar dan bunga modal dari luar. Pendapatan kotor adalah seluruh pendapatan yang diperoleh dari semua cabang dari sumber di dalam usaha tani selama satu tahun yang dapat diperhitungkan dari hasil penjualan, penukaran, atau penafsiran kembali. Biaya-biaya alat-alat luar semua pengorbanan yang diberikan oleh usaha tani untuk memperoleh pendapatan kotor, kecuali bunga seluruh aktiva yang digunakan dan biaya untuk kegiatan si pengusaha (keuntungan pengusaha) upah tenaga sendiri.

2) Pendapatan Luar Usaha Tani

Pendapatan luar usaha tani dimaksudkan adalah tambahan penghasilan atau pendapatan dari usaha di luar usahatani mereka. Pendapatan dari luar usaha tani didapat dari hasil sampingan ataupun pemberian dari pihak lain yang sifatnya tidak tetap atau pendapatan tak terduga.

3) Pendapatan Per Kapita

Pendapatan per kapita dihitung dengan menjumlahkan pendapatan usahatani per tahun, pendapatan sampingan per tahun dan pendapatan tak terduga

(27)

dalam satu keluarga per tahun dibagi jumlah anggota keluarga yang ada dalam tanggungannya.

Tingkat pendapatan petani dipergunakan untuk menentukan tingkat kesejahteraan petani. Dengan demikian dapat dijadikan pedoman/dasar dalam pemberian bantuan kepada petani setempat, apakah diberikan dalam bentuk bantuan penuh, subsidi atau cukup dengan pemberian kredit (Peraturan Dirjen RLPS No.P.04/V-SET/2009).

Kalo (1983:7)menyatakan bahwa tingkat pendapatan petani lahan kering jauh lebih rendah dari tingkat pendapatan minimal yang diperlukan untuk dapat melaksanakan konservasi tanah (pembuatan teras) secara baik, apabila pendapatan dari usahatani semakin rendah berarti penyelamatan tanah akan semakin sulit dilakukan.

Dalam penelitian ini, tingkat pendapatan petani dibatasi pada pendapatan usaha tani, pendapatan luar usaha tani, dan jumlah tanggungan keluarga yang digunakan untuk menghitung per kapita petani. Jadi pendapatan petani dalam penelitian ini adalah pendapatan per kapita petani untuk kemudian dianalisis pengaruhnya terhadap tingkat konservasi lahan yang dilakukan petani

c. Petani

Petani adalah orang yang melakukan kegiatan bercocok tanam hasil bumi atau memelihara ternak dengan tujuan untuk memperoleh kehidupan dari kegiatannya, (Adiwilaga, 1982:1).

Menurut Soetriono,dkk (2006:12), petani adalah orang yang berusaha mengatur atau mengusahakan tumbuh-tumbuhan dan hewan serta memanfaatkan hasilnya, dan mengubah tempat tumbuhan dan hewan serta lingkungannya agar dapat memenuhi kebutuhan manusia.

Menurut Hernanto (1991: 26) petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan kehidupannya di bidang pertanian dalam arti luas yang meliputi usahatani pertanian, peternakan, perikanan (termasuk penangkapan ikan), dan pemungutan hasil laut.

(28)

Jadi, petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup di bidang pertanian dengan cara bercocok tanam dan berternak. Petani pada penelitian ini dibatasi pada orang yang benar-benar mengelola lahan di lahan yang diteliti.

3. Konservasi Lahan a. Pengertian Konservasi Lahan

Konservasi lahan adalah usaha pemanfaatan lahan dalam usaha tani dengan memperhatikan kelas kemampuannya dan dengan menerapkan kaidah-kaidah konservasi tanah agar lahan dapat digunakan secara lestari, (Peraturan Menteri pertanian, Nomor:14/Permentan/P1.110/2/2009).

Menurut Arsyad (2006:41) konservasi tanah dalam arti yang luas adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Dalam arti yang sempit konservasi tanah diartikan sebagai upaya mencegah kerusakan tanah oleh erosi dan memperbaiki tanah yang rusak oleh erosi. Konservasi tanah mempunyai hubungan yang sangat erat dengan konservasi air. Setiap pelakuan yang diberikan kepada sebidang tanah akan mempengaruhi tata air pada tempat itu dan tempat-tempat di hilirnya. Oleh karena itu, konservasi tanah dan konservasi air merupakan dua hal yang berhubungan erat sekali , berbagai tindakan konservasi tanah adalah juga konservasi air.

Menurut Suripin (2004:99), tujuan utama konservasi tanah adalah untuk mendapatkan tingkat keberlanjutan produksi lahan dengan menjaga laju kehilangan tanah tetap dibawah ambang batas yang diperkenankan, yang secara teoritis dapat dikatakan bahwa laju erosi harus lebih kecil atau sama dengan laju pembentukan tanah.

(29)

b. Teknik Konservasi Lahan

Berdasarkan cara yang dipakai, dikenal tiga macam metode rehabilitasi lahan dan konservasi tanah yaitu ; metode vegetatif, metode mekanik dan metode kimia.

1) Metode Vegetatif

Metode vegetatif adalah penggunaan tanaman atau tumbuhan dan sisa sisanya untuk mengurangi daya rusak hujan yang jatuh, mengurangi jumlah dan daya rusak aliran permukaan dan erosi

Metode vegetatif bertujuan untuk :

Melindungi tanah terhadap daya perusak butir butir hujan yang jatuh.

Melindungi tanah terhadap daya perusak terhadap aliran air di atas permukaan tanah.

Memperbaiki kapasitas infiltrasi tanah dan penahanan air yang langsung mempengaruhi besarnya aliran permukaan.

a) Jenis Tanaman Penutup Tanah

Tanaman penutup tanah adalah tumbuhan atau tanaman yang khusus ditanam untuk melindungi tanah dari ancaman kerusakan oleh erosi dan untuk memperbaiki sifat kimia dan sifat fisik tanah.

Tanaman penutup tanah berperan: (1) menahan atau mengurangi daya perusak butir-butir hujan yang jatuh dan aliran air di atas permukaan tanah, (2) menambah bahan organik tanah melalui batang, ranting dan daun mati yang jatuh, dan (3) melakukan transpirasi, yang mengurangi kandungan air tanah. Peranan tanaman penutup tanah tersebut menyebabkan berkurangnya kekuatan dispersi air hujan, mengurangi jumlah serta kecepatan aliran permukaan dan memperbesar infiltrasi air ke dalam tanah, sehingga mengurangi erosi.

Tumbuhan atau tanaman yang sesuai untuk digunakan sebagai penutup tanah dan digunakan dalam sistem pergiliran tanaman harus memenuhi syarat-syarat (Arsyad, 2006:232) sebagai berikut: (a) mudah diperbanyak, sebaiknya dengan biji, (b) mempunyai sistem perakaran yang tidak menimbulkan kompetisi berat bagi tanaman pokok, tetapi mempunyai sifat pengikat tanah yang baik dan tidak mensyaratkan tingkat kesuburan tanah yang tinggi, (c) tumbuh cepat dan

(30)

banyak menghasilkan daun, (d) toleransi terhadap pemangkasan, (e) resisten terhadap gulma, penyakit dan kekeringan, (f) mampu menekan pertumbuhan gulma, (g) mudah diberantas jika tanah akan digunakan untuk penanaman tanaman semusim atau tanaman pokok lainnya, (h) sesuai dengan kegunaan untuk reklamasi tanah, dan (i) tidak mempunyai sifat-sifat yang tidak menyenangkan seperti duri dan sulur-sulur yang membelit.

Tanaman penutup tanah atau tanaman pembantu dapat digolongkan dalam Arsyad (2006:234-245) sebagai berikut:

(1) Tanaman penutup tanah rendah: jenis rumput-rumputan dan tubuhan merambat/menjalar

(a) digunakan pada pola pertanaman rapat: Calopogonium muconoides Desv, Centrosema pubescens Benth, Mimosa invisa Mart, Peuraria phaseoloides Benth.

(b) digunakan dalam barisan: Eupatorium triplinerve Vahl (daun panahan, godong, prasman, jukut prasman), Salvia occidentalis Schwartz (langon, lagetan, randa nunut), Ageratum mexicanum Sims.

(c) digunakan untuk keperluan perlindungan tebing, talud teras, dinding saluran irigasi dan drainase: Althenanthera amoena Voss (bayem kremah, kremek), Indigofera endecaphylla jacq (dedekan), Ageratum conyzoides L (babandotan), Erechtites valerianifolia Rasim (sintrong), Borreria latifolia Schum (bulu lutung, gempurwatu), Oxalis corymbosa DC, Brachiaria decumbens, Andropogon zizanoides (akar wangi), Panicum maximum (rumput benggala), Panicum ditachyum (balaban, paitan), Paspalum dilatum (rumput Australia), Pennisetum purpureum (rumput gajah) . (2) Tanaman penutup tanah sedang: berupa semak

(a) Dipakai dalam pola pertanaman teratur di antara baris tanaman pokok: Clibadium surinamense var asperum baker, Eupatorium pallessens DC (Ki Dayang, Kirinyuh)

(b) Digunakan dalam pola pertanaman pagar: Lantana camara L (tahi ayam, gajahan, seruni), Crotalaria anagyroides HBK, Tephrosia candida DC, Tepherosia vogelii, Desmodium gyroides DC (kakatua, jalakan). Acacia

(31)

villosa Wild (lamtoro merah), Sesbania grandiflora PERS (turi), Calliandra calothyrsus Meissn (kaliandra merah), Gliricidia maculata (johar cina, gamal), Flemingia congesta Roxb, Crotalaria striata DC., Clorataria juncea, L. Crotalaria laurifolia Poir (urek-urekan, kacang cepel), Cajanus cajan Nillst (kacang hiris, kacang sarde) dan Indigofera arrecta Hooscht.

(c) Penggunaan di luar areal pertanaman utama dan merupakan sumber pupuk hijau dan mulsa, untuk penghutanan dan perlindungan dinding jurang: Leucaena glauca (L) Benth (pete cina, lamtoro, kemelandingan), Tithonia tagetiflora Desp, Graphtophyllum pictum Gries (daun ungu, handeuleum), Cordyline fruticosa Backer, Eupatorium riparium REG.

(3) Tanaman penutup tanah tinggi: jenis pohon-pohonan

(a) Digunakan dalam pola teratur di antara baris tanaman utama: Albizia falcata (sengon laut, jeunjing), Grevillea robusta A Cum, Pithecellobium saman benth (pohon hujan), Erythrina sp (dadap), Gliricidia sepium

(b) Dipakai dalam barisan: Leucaena glauca atau Leucaena leucocephala (c) Penggunaan untuk melindungi jurang, tebing atau untuk penghutanan

kembali: Albizia falcata dan Leucaena glauca, Albizia procera Benth, Acacia melanoxylon, Acacia mangium, Eucalyptus saligna, Cinchona succirubra, Gigantolochloa apus (bambu apus), Dendrocalamus asper, Bambusa bambos.

(4) Tumbuhan rendah alami

(5) Rumput pengganggu (tumbuh-tumbuhan itu tidak disukai karena sifat-sifatnya yang merugikan tanaman pokok dan sulit diberantas atau dibersihkan dari lahan usaha pertanian): Imperata cylindrical (alang-alang), Panicum repens (lampuyangan), Leersia hexandra (kalamento), Saccharum spontaneum (gelagah), Anastrophus compressus dan Paspalum compressum (rumput pahit).

(32)

b) Teknik Pertanaman

Pertanaman berganda (multiple cropping) berguna untuk meningkatkan produktifitas lahan sambil menyediakan proteksi terhadap tanah dan erosi. Jenis-jenis pertanaman berganda antara lain (Departemen pertanian, 2007):

(1) Pertanaman beruntun

Menggunakan dua atau lebih jenis tanaman pada sebidang tanah, dimana tanaman kedua dan berikutnya ditanam bersamaan dengan pemanenan tanaman pertama.

(2) Tumpangsari

Menggunakan dua atau lebih jenis tanaman yang ditanam bersamaan pada sebidang tanah, baik ditanam secara serentak, campuran, maupun terpisah-pisah. Pada kemiringan 1-15% tumpangsari ketela pohon dan jagung dapat mengurangi erosi dibanding monokultur (Suripin, 2004:109).

(3) Tumpang bergilir

Sistem penanaman dua atau lebih tanaman pada sebidang tanah, dimana tanaman kedua ditanam setelah tanaman pertama berbunga, sehingga pada waktu tanaman pertama panen tanaman kedua sudah tumbuh.

(4) Pertanaman lorong

Pertanaman lorong (alley cropping) adalah sistem bercocok tanam dan konservasi tanah dimana barisan tanaman perdu leguminosa ditanam rapat (jarak 10-25 cm) menurut garis kontur (nyabuk gunung) sebagai tanaman pagar dan tanaman semusim ditanam pada lorong di antara tanaman pagar.

Gambar1. Tumpangsari dan Foto Rumput Pakan Ternak dalam Tumpangsari Sumber: Petunjuk Teknik Konservasi Tanah dan Air tahun 2007. Departemen

(33)

Dalam penelitian ini, konservasi lahan metode vegetatif dibatasi mengenai bagaimana tanaman penutup tanahnya dan bagaimana teknik pertanaman yang digunakan petani.

2) Metode Mekanik

Metode mekanik adalah semua perlakuan fisik mekanis yang diberikan terhadap tanah dan pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi dan meningkatkan kemampuan penggunaan tanah.

Metode mekanik bertujuan untuk : Memperlambat aliran permukaan.

Menampung dan menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang tidak merusak.

Memperbaiki dan memperbesar infiltrasi ke dalam tanah dan memperbaiki aerasi tanah, dan penyediaan air bagi tanaman.

Teras adalah bangunan konservasi tanah yang terbentuk saluran, guludan atau kombinasi keduanya yang dibuat sejajar dengan garis kontur (SCSA, 1978 ) dalam Hartono (2008: 61). Atas dasar pengertian tersebut di atas maka bangunan teras dibedakan menjadi lima, yaitu :

Gambar 2. Foto pertanaman lorong

Sumber: Petunjuk Teknik Konservasi Tanah dan Air tahun 2007. Departemen Pertanian

(34)

a) Teras saluran.

Teras ini berbentuk saluran, dibuat khusus ataupun sambil mengerjakan lahan. Dalam dan lebarnya dibuat 30 cm meskipun sebenarnya harus disesuaikan dengan jumlah air yang ditampung dari daerah di atasnya. Sebagaimana dijelaskan dalam gambar berikut ini.

Jarak antar teras disesuaikan dengan derajat kemiringan, intensitas hujan dan ukuran saluran. Besarnya dibuat antara 5 10 meter. Agar air di dalam saluran dapat tersalur ke saluran pembuangan, maka dasar saluran dibuat miring ke saluran pembuangan dengan gradien 1 permil hingga 1 persen. Apabila saluran tersebut dimaksudkan untuk permanen, maka dinding saluran dapat diperkuat dengan tanaman rumput atau tatanan batu.

b) Teras Guludan.

Teras guludan pada dasarnya berfungsi seperti teras saluran tetapi bentuk penangkapannya berupa guludan atau anggelan. Guludan dapat dibuat dari tanah, batu, ataupun sisa-sisa tanaman.

Lebar dan tinggi guludan sama kurang lebih 30 cm atau disesuaikan dengan banyaknya air run-off yang ditampung seperti halnya teras saluran. Pada petak teras sedapat mungkin harus dijaga agar air jangan sampai meluap ke bawah, tetapi pelan pelan mengalir ke saluran pembuangan dan meresap ke dalam tanah, seperti gambar di bawah ini:

Gambar 3. Sketsa Bangunan Teras Saluran Sumber: Dwiatmo 1985 dalam Hartono (2008:61)

(35)

c) Teras kredit.

Teras kredit merupakan gabungan antara saluran dan guludan menjadi satu. Gabungan ini dimaksudkan untuk memperbesar daya tampung air dan endapannya. Penggabungan kedua jenis teras saluran dan guludan, maka daya tampung air menjadi dua kali lebih besar, sedang pengendapannya juga lebih besar.

Terdapatnya endapan yang tertampung di dalam saluran/di belakang teras yang berasal dari bagian atasnya yang tererosi (sheet erotion) akan terjadi penurunan tinggi permukaan lahan di bagian hulu, dan penambahan tinggi bagian yang di bawah. Akibatnya lama kelamaan akan terbentuk teras yang lebih sempurna yaitu teras bangku secara berangsur angsur atau kredit sehingga disebut teras kredit.

Gambar 4. Sketsa Bangunan Teras Guludan Sumber: Dwiatmo 1985 dalam Hartono (2008:62)

Gambar 5. Sketsa Bangunan Teras Kredit Sumber: Dwiatmo 1985 dalam Hartono (2008:63)

(36)

d) Teras bangku (Bench Terrace)

Teras bangku terdiri dari saluran dan guludan, tetapi letak saluran dan guludan dibuat terpisah oleh bidang tanaman semusim. Bidang olah dibuat miring ke belakang (ke hulu) agar air run-off mengalir menuju ke bidang tanah asli, bukan ke tanah urugan sehingga tidak mudah longsor. Seperti dijelaskan dalam gambar dibawah ini:

Adanya penggalian dan pengurugan, maka apabila tebal tanahnya dangkal akan dimungkinkan galian mencapai batuan induk yang tidak baik untuk tanaman. Sering juga guludan dalam teras bangku disebut sebagai lip (bibir) sedang taludnya disebut riser (timbulan). Talud teras harus ditanami rumput rumputan/ tanaman penutup lain agar terlindung dari erosi percikan maupun erosi permukaan.

Begitu pula pada guludan perlu diperkuat dengan tanaman penguat teras. Sedangkan aliran air yang terkumpul pada saluran peresapan di alirkan ke saluran pembuangan (outlet/ waterway), yang dibuat tegak lurus kontur dan dilengkapi dengan bangunan terjunan (drop structure). Bangunan terjunan dibuat dari batu, bambu atau beton. Teras bangku dibuat pada lahan miring di lahan kering untuk tanaman semusim. Sebaiknya teras bangku dibuat pada lahan yang tidak terlalu curam yaitu di bawah 45%. Karena pada lahan yang curam ada kemungkinan penggalian akan mengenai/sampai lahan yang padas yaitu batuan induk. Akibatnya lahan urugan hasil galian akan tertumpuk pada lahan keras yang

Gambar 6. Sketsa Bangunan Teras Bangku Sumber: Dwiatmo 1985 dalam Hartono (2008:64)

(37)

impermiabel. Bila hujan turun air yang meresap ke dalam tanah akan tetap berada di atas lapisan impermeabel, dan dapat berfungsi sebagai agen atau media peluncur yang menyebabkan tanah longsor (landslide), tanah longsor sering terjadi pula pada lahan dengan teras bangku yang dialiri untuk persawahan.

e) Teras datar

Teras datar pada dasarnya sama dengan teras bangku tetapi bidang olahnya dibuat datar sebagai bidang olah. Saluran dan bidang olah menjadi satu untuk tujuan penggenangan tanaman padi. Lebih jelasnya divisualisasikan dalam gambar berikut ini:

Seperti halnya teras bangku sedapat mungkin dihindari pembuatan teras datar untuk sawah di lahan yang curam, karena kemungkinan terjadi longsoran tanah.

Gambar 7. Letak Saluran Pembuangan Pada Teras Bangku Sumber: Dwiatmo 1985 dalam Hartono (2008:65)

Gambar 8. Sketsa Bangunan Teras Datar Sumber: Dwiatmo 1985 dalam Hartono (2008:65)

(38)

Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Departemen Kehutanan menetapkan arahan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (RLKT) untuk pengawetan tanah di Indonesia baik secara vegetatif maupun teknik sebagai berikut:

Tabel 1. Upaya Konservasi Tanah Vegetatif

Sim

bol Soil Conservation measures Teknis Konservasi Tanah

Lereng (%)

solum (cm) V1 pasture or grassland penanaman rumput semua > 15

V2

multiple crooping, including crop rotation, relay crooping mixed crooping and intercrooping

pertanaman campuran termasuk pergiliran tanaman, tumpang gilir, pertanaman campuran, tumpang sari

< 60 > 15

V3

contour crooping, strip crooping, alley crooping

penanaman menurut kontur penanaman menurut strip pertanaman lorong

< 60 > 15

V4

reduced tillage, including minimum tillage and no till (zero tillage)

pengolahan tanah minimum

tanpa olah tanah < 60 > 15

V5 grass strip/barrier strip rumput < 60 > 15

V6 cover crooping penanaman penutup tanah < 60 > 15

V7

organic matter management, including use of mulch and intercorporation of compost, animal manure, green manure and croop residues

manjemen bahan organik termasuk mulsa, pencampuran kompos, pupuk kandang, pupuk hijau dan sisa tanaman

< 60 > 15

V8 hedge row, live fence tanaman pagar, pagar hidup < 60 > 15

V9

protection forest, including recreational forest, forest park and forest research

hutan lindung, hutan

kemasyarakatan, suaka alam dan hutan wisata

> 80 > 15

V10

production forest including limited production forest and community forest

hutan produksi termasuk hutan produksi terbatas dan hutan rakyat

< 60 > 15

V11

permanent vegetation crops including industrial and estate crop, orchards

vegatasi permanen termasuk tanaman industri, perkebunan, kebun

< 60 > 15

V12 agroforestry including mixed gardens and home garden

agroforestri termasuk kebun

campuran,kebun rumah < 80 > 15 V13 replanting or clea felled

forest semua > 15

V14 regeneration of clear felled forest

suksesi alami

semua > 15

V15 protection of rivers and springs

perlindungan sungai dan mata

air semua > 15

V16 Silvopasture Silvopasture < 80 > 15

V17

planting of trees, shurbs and grasses primaliry for soil conservation purposes

semua > 15

(39)

Tabel 2. Upaya Konservasi Tanah Secara Teknik

Sim

bol Soil Conservation measures Teknis Konservasi Tanah

Lereng (%)

Solum (cm) T1 ridge terrace including

gradded contour bund

teras guludan termasuk

pematang kontur 15 - 60 > 30

T2 credit terrace teras kredit 5 - 30 > 30

T3

bench terrace, includes level bench terrace, reverse sloping bench terrace, forward sloping bench terrace, garden terrace, stone wall terrace, interupted bench terrace

teras bangku, termasuk teras bangku datar, teras bangku belakang, teras bangku miring, teras kebun, teras batu, teras bangku putus

10 - 40 > 30

T4 individiual terrace teras individu 15 - 60 > 30 T5 hiilside ditch or interception

ditch

teras gunung atau saluran

pegelak 10 - 60 > 15

T6 waterway saluran pembuangan air (SPA) > 15

T7 trash line barisan sisa tanaman 8-30 > 15

T8 silt pit with or without sloth mulch

rorak, mulsa tanaman

> 15

T9

drop structure ussualy of stone or bamboo supported by grasses, ( as part of water disposal in a terrace system)

bangunan terjunan biasanya bangunan terjunan dari batu atau

bamboo > 8 > 15

T10

sediment control uncluding check dams and detection dams

kontrol sedimen termasuk dam

pengendali dan dam penahan semua > 0

T11

gully control including gully head structures (flumes and chutes), gully plugs, check dams

sumbat jurang termasuk gully

head structures

semua > 10

T12 flood control and/or river bank protection

pengendali banjir dan / atau

perlindungan sungai semua > 0

T13 road protection perlindungan jalan semua > 0

T14

control of erotion and runoff from settlement areas including use of soak pits, absorbtion well, drop structures, drain

> 15

Sumber : Permen.No.P.32/Menhut-II/2009

Dalam penelitian ini, konservasi lahan dibatasi pada konservasi vegetatif dan mekanis. Konservasi lahan metode vegetatif dibatasi mengenai tanaman penutup tanah dan teknik pertanaman yang digunakan petani, sedangkan metode mekanis dibatasi mengenai bagaimana jenis teras yang diterapkan petani pada lahannya.

(40)

c. Daerah Aliran Sungai (DAS)

Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah yang dibatasi punggung-punggung gunung dimana air hujan yang jatuh pada daerah tersebut akan ditampung oleh punggung-punggung gunung tersebut dan dialirkan melalui sungai-sungai kecil ke sungai utama. (Asdak, 1995: 4). Departemen Kehutanan

daratan yang menerima menampung, dan menyimpan air hujan untuk kemudian

diketahui bahwa suatu DAS akan dipisahkan dari wilayah DAS yang lain disekitarnya oleh batas alam berupa punggung bukit dan gunung.

Asdak (1995: 11) menyatakan bahwa Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah air (punggung-punggung bukit) dan berfungsi sebagai penampung, penyimpan dan penyalur air

Dari definisi DAS di atas, dapat diketahui bahwa DAS merupakan suatu kawasan ekositem. Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terdiri atas komponen-komponen yang saling berintegrasi sehingga membentuk suatu kesatuan.

Dengan berpedoman pada ekosistemnya, maka Daerah Aliran Sungai dibagi menjadi tiga bagian yaitu : hulu, tengah dan hilir. Ekosistem di bagian hulu merupakan daerah tangkapan air utama dan pengatur aliran air, ekosistem bagian tengah merupakan daerah distributor dan pengatur air, sedangkan bagian hilir merupakan pemakai air.

Asdak (1995: 11-12) memberikan deskripsi tentang bagian-bagian ekosistem DAS sebagai berikut:

a. Daerah hulu DAS dicirikan oleh hal-hal sebagai berikut : merupakan daerah konservasi, mempunyai kerapatan drainase lebih tinggi, merupakan daerah dengan kemiringan lereng besar (lebih besar dari 15 %), bukan merupakan daerah banjir, pengaturan pemakaian air ditentukan oleh pola drainase.

b. Daerah hilir DAS dicirikan oleh hal hal sebagai berikut : merupakan daerah pemanfaatan, kerapatan drainase lebih kecil, kemiringan lereng kecil sampai

(41)

sangat kecil (kurang dari 8 %), pada beberapa tempat merupakan daerah banjir (genangan), dan pengaturan pemakaian air ditentukan oleh bangunan irigasi. c. Daerah aliran sungai bagian tengah merupakan daerah transisi dari kedua

keadaan DAS yang berbeda tersebut di atas.

Ekosistem DAS hulu merupakan bagian yang paling penting karena mempunyai fungsi perlindungan terhadap seluruh bagian DAS. Aktivitas perubahan tataguna lahan dan tindakan pengolahan lahan yang mengabaikan kaidah konservasi di daerah hulu DAS tidak hanya memberikan dampak di daerah hulu saja, melainkan juga akan memberikan dampak di daerah tengah dan hilir yang dapat berupa perubahan fluktuasi debit dan transpor sedimen serta material terlarut dalam sistem aliran air lainnya. Ilustrasi gambar tiga dimensi pembagian ekosistem DAS adalah sebagai berikut:

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konservasi lahan yang dilakukan petani dan hubungan antara aspek sosial, aspek ekonomi dengan konservasi lahan, sehingga daerah yang dijadikan daerah penelitian untuk penelitian ini adalah DAS Walikan bagian Hulu karena daerah hulu merupakan daerah konservasi.

Dalam penelitian ini, DAS dibatasi pada DAS hulu dengan indikator berupa daerah tangkapan air utama dan daerah konservasi dengan kemiringan lereng yang sebagian besar > 15%.

Gambar 9. Ilustrasi 3dimensi pembagian DAS Sumber: Miller 1990 dalam Hartono, 2008:70

(42)

d. Satuan Lahan

Satuan lahan dibuat dari hasil tumpangsusun (overlay) peta geologi, peta tanah, peta kemiringan lereng dan peta penggunaan lahan. Dari pengertian ini dapat dikatakan bahwa satuan lahan tersebut akan mencerminkan adanya pengaruh sifat batuan, tanah, relief dan lereng serta penggunaan lahan suatu wilayah (Muryono, 2008:7).

1) Lereng

Lereng atau kondisi topografi suatu wilayah merupakan hal yang penting dalam pembuatan peta satuan lahan. Kemiringan lereng dapat dihitung dari peta topografi. Besarnya indeks panjang dan kemiringan lereng dapat ditentukan dengan cara menghitung kerapatan garis kontur per satuan panjang. Kelas kemiringan lereng diklasifikasikan menurut Asdak (1995:415) dengan 5 klasifikasi kelas kemiringan lereng sebagai berikut:

Tabel 3. Klasifikasi Kemiringan Lereng No Besar Lereng

(%) Keterangan Simbol

1 0 8 Datar I

2 8 15 Landai II

3 15 25 Agak Curam III

4 25 45 Curam IV

5 Sangat Curam V

2) Geologi

Lahan sebagai subyek penggunaan lahan/aktivitas manusia terletak pada suatu batuan atau kelompok batuan dengan struktur geologi tertentu. Di permukaan bumi ini yang merupakan tempat bagi manusia melakukan hampir semua aktifitasnya terdapat berbagai tipe batuan dan struktur geologi. Tipe batuan dan struktur geologi yang bervariasi tersebut memiliki karakteristik tertentu sehingga responnya (tanggapannya) terhadap aktivitas manusia untuk setiap batuan itu berbeda-beda. Dalam melakukan evaluasi sumberdaya lahan sebagai

(43)

dasar untuk memanfaatkannya perlu memperhatikan fenomena geologi (Sutikno dan Sunarto, 1993:1).

Cakupan aspek geologi dalam evaluasi sumberdaya lahan menurut Sutikno dan Sunarto (1993:4) meliputi litologi, struktur, geologi dan stratigrafi. Hal ini didasarkan dari pengertian lahan dan fungsinya yaitu lahan mencakup semua interaksi aspek biofisik atau faktor-faktor dari permukaan bumi, seperti iklim, bentuklahan, tanah, aspek hidrologi, vegetasi, fauna dan perubahan lahan yang relatif permanen seperti teras. Lahan sebagai sumber bagi manusia yaitu sebagai penyedia air dan nutrisi untuk pertumbuhan tanaman, material dan pondasi untuk jalan, perumahan dan industri, tubuh air untuk rekreasi. Selain itu, lahan sebagai sumber dasar untuk berbagai tujuan diantaranya (1) untuk produksi primer seperti tanaman, padang rumput, serta produksi sekunder seperti peternakan, (2) untuk tujuan konservasi (pemeliharaan diversitas tanaman dan binatang, melindungi lingkungan dan tujuan ilmiah), (3) tempat untuk eksploitasi material sebagai sumber seperti mineral, material bahan konstruksi bangunan), (3) digunakan sebagai tapak (situs) suatu fungsi tertentu seperti jalan, permukiman, industri dan rekreasi (Sutikno dan Sunarto, 1993:3-4).

3) Tanah

Pengertian tanah menurut Darm

akumulasi tubuh alam bebas yang menduduki sebagian besar permukaan bumi yang mampu menumbuhkan tanaman dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan relief Faktor iklim dan organisme yang merupakan proses geomorfologi pada satuan bentuklahan tercermin pada proses pembentukan tanah. Proses geomorfologi merupakan hasil interaksi yang kompleks antara iklim, organisme, batuan serta relief. Pemahaman yang komprehensif mengenai satuan tanah akan menggambarkan persebaran lahan yang ada di suatu daerah.

(44)

4) Penggunaan Lahan

macam campur tangan manusia baik secara permanen ataupun secara siklis terhadap suatu kumpulan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan yang secara keseluruhannya disebut lahan, dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhannya baik kebendaan maupun spiritual ataupun kedua- Penggunaan lahan merepresentasikan campur tangan kegiatan manusia di lahan yang dapat mendegradasi ataupun mengagradasi suatu lahan. Dengan demikian, informasi mengenai penggunaan lahan merupakan faktor penting dalam pembuatan satuan lahan.

Pada penelitian ini, indikator satuan lahan terdiri dari geologi, tanah, kemiringan lereng dan penggunaan lahan.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Dewi subaktini, Jurnal (2002) dalam penelitiannya yang berjudul

Analisis Sosial Ekonomi Masyarakat di Zona Rehabilitasi Taman Nasional Meru Betiri, Jember, Jawa Timur . Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keadaan sosial ekonomi masyarakat dan pengaruhnya terhadap rehabilitasi hutan, sehingga dengan memperhatikan kondisi sosial ekonomi masyarakat kemudian ditentukan kegiatan rehabilitasi yang perlu diadakan. Data primer dilakukan dengan wawancara sedangkan data sekunder dari instamsi terkait. Kajian dilakukan dengan metode survey dengan unit analisis rumah tangga petani. untuk mengetahui sikap masyarakat terhadap rehabilitasi Taman Nasional mengguanakan analisis diskriptif kualitatif.

Hasil penelitian ini adalah: 1) Tekanan penduduk sekitar Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) cukup tinggi terbukti oleh mata pencaharian masyarakat yang umumnya petani (44,3%) dan buruhtani (31,5%), untuk memenuhi kebutuhan maka daerah penyengga dijadikan alternatif pemenuhan kebutuhan, 2) Faktor sosial dan ekonomi masyarakat di kawasan Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) masih tergolong rendah, hal ini terlihat dari besarnya pendapatan dari lahan pertanian dan diluar pertanian akan tergantung pada besar kontribusi

(45)

pengambilan hasil hutan terhadap pendapatan keluarga. Kontribusi pendapatan dari hutan oleh penduduk di kawasan penyangga rata-rata sebesar Rp 763.252,50 pertahun, berdasarkan kondisi sosial ekonomi masyarakat di kawasan penyangga, maka kegiatan rehabilitasi dengan pengembangan social forestry.

Husni Tamrin Kalo, jurnal (1983) melakukan penelitian dengan judul

. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat pendapatan petani dan bagaimana pelaksanaan konservasi tanah yang dilakukan petani. Metode penelitian menggunakan deskriptif kualitatif dengan penyajian tabulasi sederhana.

Hasil penelitiannya adalah: tingkat pendapatan petani lahan kering di Desa Cikupa yang merupakan salah satu desa di DAS Citandui Hulu memiliki pendapatan yang jauh lebih rendah dari tingkat pendapatan minimal untuk dapat melaksanakan konservasi tanah secara baik terutama dalam hal pembuatan teras. Kemampuan ekonomi petani untuk membuat teras yang baik akan semakin berkurang setiap tahunnya karena proses penurunan produktivitas lahan pertanian.

Nurul Hidayati (2008) melakukan penelitian dengan judul ubungan

pendidikan dan pendapatan dengan partisipasi penambang dalam konservasi . Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara : 1) pendidikan dan partisipasi penambang dalam konservasi lahan. 2) pendapatan dengan partisipasi penambang dalam konservasi lahan. 3) pendidikan dan pendapatan dengan partisipasi penambang dalam konservasi lahan.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif dengan pendekatan regresi ganda dan korelasi ganda dengan taraf kepercayaan 5%. Hasil penelitian menunjukkan: 1) ada hubungan positif yang signifikan antara pendidikan dan partisipasi penambang dalam konservasi lahan, dimana rhitung >

rtabel yaitu 0,418 > 0,361. 2) ada hubungan positif yang signifikan antara

pendapatan dengan partisipasi penambang dalam konservasi lahan, dimana rhitung

> rtabel yaitu 0, 590 > 0,361. 3) ada hubungan positif yang signifikan antara

pendidikan dan pendapatan dengan partisipasi penambang dalam konservasi lahan, dengan F hitung> F tabel, yaitu 13,12 >3,35.

(46)

Siti Khoimah Tingkat Kekritisan Lahan dan Araahan Rehabilitasi Lahan DAS Walikan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Wonogiri Tahun 2012

untuk mengetahui tingkat kekritisan lahan dan arahan rehabilitasi lahan DAS Walikan. Metode yang digunakan adalah metode analisis spasial. Hasil penelitian ini adalah: 1) tingkat kekritisan lahan terdiri dari (a) sangat kritis dengan luas 69,50 Ha (3,76 %), (b) tingkat kritis dengan luas 67,93 Ha (3,68 %), (c) tingkat agak kritis dengan luas 1.104,41 Ha (59,86 %), (d) tingkat potensial kritis dengan luas 603,13 Ha (32,7 %), hasil penelitian 2) terdapat 19 kelompok arahan rehabilitasi yang disarankan berdasarkan tingat kekritisan lahan, tingkat bahaya erosi, kelas kemiringan lereng, fungsi kawasan, dan penggunaan lahan dengan arahan rehabilitasi secara vegetatif yaitu penanaman tanaman penutup tanah pencegah erosi, mulsa, penghutanan kembali, tumpangsari, dan sistem agroforestry, dan secara teknis/mekanis yaitu dengan pembuatan teras, saluran pembuangan air, bangunan terjunan, rorak, dan barisan sisa tanaman.

(47)

2 9 T a b e l 4 . P er b an d in g an P en el it ia n S eb el u m n y a d e n g an P en el it ia n y a n g D il a k u k an N o P e n e li ti Ju d u l T u ju a n M e to d e H a si l 1 . D e w i su b a k ti n i (2 0 0 8 ) A n al is is S o si al E k o n o m i M a sy a ra k a t D i Z o n a R e h a b il it as i T a m a n N a si o n a l M er u B et ir i, Je m b e r, J a w a T im u r m e n g e ta h u i k e a d aa n so si a l ek o n o m i m a sy a ra k at d an p en g ar u h n y a te rh a d ap re h a b il it a si h u ta n A n al is is d is k ri p ti f k u a li ta ti f 1 ) T e k a n an p e n d u d u k se k it a r T a m an N as io n a l M e ru c u k u p t in g g i te rb u k ti o le h m a ta p e n c a h a ri a n m a sy a ra k at p et a n i (4 4 ,3 % ) d a n b u ru h ta n i (3 1 ,5 % ), u n tu k m e m e n u h i d ae ra h p e n y e n g g a d ij ad ik a n a lt e rn at if p e m e n u h a n k eb u tu so si a l d a n e k o n o m i m a sy a ra k a t d i k a w a sa n T a m a n N a si o (T N M B ) m a si h te rg o lo n g re n d ah , b er d a sa rk a n k o n d is i m a sy a ra k at d i k a w a sa n p e n y a n g g a, m ak a k e g ia ta n re h p en g e m b a n g an s o c ia l fo re st ry te p a t. 2 . H u sn i T a m ri n K a lo (1 9 8 3 ) H a m b at an E k o n o m is d a la m K o n se rv a si T an a h p a d a L a h a n K er in g M ir in g . T u ju a n p e n el it ia n in i u n tu k m e n g e ta h u i ti n g k a t p e n d a p a ta n p et an i d a n b ag a im a n a p el a k sa n a a n k o n se rv a si t an a h y an g d il ak u k an p et a n i D e sk ri p ti f k u a li ta ti f T in g k a t p en d a p a ta n p e ta n i la h a n k e ri n g d i D e sa m e ru p a k a n n s al a h s a tu d es a d i D A S C it an d u i H u lu m e m y an g ja u h le b ih re n d ah d a ri ti n g k a t p e n d ap a ta n m in im m e la k sa n ak a n k o n se rv a si ta n a h se c a ra b a ik te ru ta p em b u a ta n t e ra s. K e m a m p u a n e k o n o m i p e ta n i u n tu k m e m b ai k a k a n s e m a k in b e rk u ra n g s et ia p t a h u n n y a k a re n a p p ro d u k ti v it as l a h a n p e rt an ia n . 3 . N u ru l H id a y at i (2 0 0 8 ) H u b u n g a n p e n d id ik a n d an p en d a p at an d en g an p ar ti si p as i p en a m b a n g M e n g e ta h u i h u b u n g a n : 1 ) p e n d id ik a n d an p ar ti si p as i p en a m b a n g d a la m k o n se rv a si la h an . 2 ) p e n d a p a ta n d e n g a n p a rt is ip a si d es k ri p ti f k u a n ti ta ti f d en g a n 1 ) ad a h u b u n g an p o si ti f y a n g s ig n if ik a n a n ta ra p e n d id ik a > r ta b e l y a it u 0 ,4 1 8 > 0 ,3 6 1 . 2 ) ad a h u b u g a n p o si ti f y a n g s p en d a p at an d en g an p ar ti si p as i p e n a m b an g d a la m k o

Gambar

Gambar 3. Sketsa Bangunan Teras Saluran Sumber: Dwiatmo 1985 dalam Hartono (2008:61)
Gambar 4. Sketsa Bangunan Teras Guludan Sumber: Dwiatmo 1985 dalam Hartono (2008:62)
Gambar 7. Letak Saluran Pembuangan Pada Teras Bangku Sumber: Dwiatmo 1985 dalam Hartono (2008:65)
Tabel 2. Upaya Konservasi Tanah Secara Teknik
+7

Referensi

Dokumen terkait

According to statistics from CCSFC, every severe flood and storm that has occurred has resulted in many collapsed and damaged houses and public buildings, such as schools and

Bagian: DPLP 07 Revisi: 0 Tanggal: 16 Desember 2005 NO TYPE OF INSTRUMENT OR EQUIPMENT FREQUENCY OF CHECK. PARAMETERS TO BE

Jika PDN berdampak positif terhadap ROA, maka PDN meningkat akan terjadi peningkatan yang lebih besar dalam aktiva valas dibandingkan dengan pasiva valas,

Visual, Auditory, Kinesthetic (VAK) berbantuan video “Ragam Manfaat” ?.. 2) Bagaimanakah kemampuan siswa dalam menulis teks prosedur kompleks di. kelas kontrol tanpa

The purposes of this study are: (1) Expose the ability of students in writing a complex procedure text in class experiments before and after implementing the

4) Setiap kompetensi dasar yang disajikan itu terdapat materi, contoh, dan beberapa tugas guna menguji kemampuan peserta didik dalam KD tersebut. Tugas yang disajikan

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan, lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang

Kita secepatnya harus menyadari, bahwa manusia dalam praktek transfer ajaran Islam, hanya dicitrakan sebagai agen yang hanya menerima kewajiban agama, dan sangat kurang