59 1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat yaitu: lapangan atletik Brangbiji Sumbawa dan di SMA Negeri 3 Sumbawa Besar.
2. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini berlangsung selama 9 minggu dengan frekuensi latihan 3 kali seminggu. Fox, Bower dan Foss (1993: 296) menyatakan latihan untuk latihan interval anaerob durasi latihan 8-10 minggu, dengan frekuensi 3 kali seminggu. Penentuan waktu latihan dengan frekuensi 3 kali per minggu sesuai dengan pendapat Brooks dan Fahey (1984: 405) menyatakan bahwa latihan dengan frekuensi 3 kali seminggu akan terjadi peningkatan kualitas latihan, karena dengan latihan 3 kali seminggu akan memberikan kesempatan bagi tubuh untuk beradaptasi terhadap beban pelatihan yang diterima.
Latihan dilakukan di luar jam pelajaran, yaitu pada sore hari mulai pukul 15:30 WITA sampai dengan 17:30 WITA. Secara keseluruhan latihan ini dilakukan selama 9 minggu dengan 27 kali pertemuan, ditambah pelaksanaan pre-test dan post-test sebanyak 2 pertemuan.
B. Metode dan Rancangan Penelitian
Metode Penelitian ini adalah eksperimen lapangan dengan menggunakan rancangan faktorial 2 x 3. Menurut Sutrisno Hadi (2000: 462) menjelaskan desain faktorial adalah suatu pola yang menyediakan kemungkinan bagi peneliti untuk sekaligus meneliti pengaruh dari dua jenis variabel eksperimen atau lebih.
Menurut Sudjana (2002: 148) eksperimen faktorial adalah eksperimen yang menyangkut sejumlah faktor dengan banyak taraf. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen dua faktor dan tiga taraf. Sebuah dikombinasikan atau disilangkan dengan semua taraf yang ada dalam eksperimen. Desain faktorial dua atau lebih variabel dimanipulasi secara simultan untuk mengetahui pengaruh masing-masing terhadap variabel terikat.
Rancangan faktorial 2 x 3 ini berdasarkan jumlah variabel yang ada, yaitu: (1) variabel independent manipulatif, yaitu metode latihan interval anaerob (A) dan rasio panjang telapak kaki dan tinggi badan (B). latihan interval anaerob dibedakan menjadi dua taraf, yaitu latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan istriahat 1:5 (A1), dan latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan istirahat 1:10 (A2). (2) variabel independent atributif, yaitu rasio panjang telapak kaki dan tinggi badan dibedakan dalam tiga taraf, yaitu rasio panjang telapak kaki dan tinggi badan besar (B1), rasio panjang telapak kaki dan tinggi badan sedang (B2), rasio panjang telapak kaki dan tinggi badan kecil (B3). (3) Variabel dependent, yaitu peningkatan kecepatan lari 100 meter.
Rancangan faktorial 2 x 3 ini dapat digambarkan dalam tabel 3.1, sebagai berikut: Tabel 3.1 Rancangan Penelitian Faktorial 2 x 3
dan tinggi badan (B) Rasio waktu Kerja dan Istirahat (A)
Rasio 1:5 (A1) Rasio 1:10 (A2)
Besar (B1) a 1 b1 a 2 b 1
Sedang (B2) a 1 b 2 a 2 b 2
Kecil (B3) a 1 b 3 a 2 b 3
Keterangan:
a 1 b 1 : latihan interval anaerob rasio 1:5 dengan rasio panjang telapak kaki
dan tinggi badan besar.
a 2 b 1 : latihan interval anaerob rasio 1:10 dengan rasio panjang telapak
kaki dan tinggi badan besar.
a 1 b 2 : latihan interval anaerob rasio 1:5 dengan rasio panjang telapak kaki
dan tinggi badan sedang.
a 2 b 2 : latihan interval anaerob rasio 1:10 dengan rasio panjang telapak
kaki dan tinggi badan sedang.
a 1 b 3 : latihan interval anaerob rasio 1:5 dengan rasio panjang telapak kaki
dan tinggi badan kecil.
a 2 b 3 : latihan interval anaerob rasio 1:10 dengan rasio panjang telapak
kaki dan tinggi badan kecil.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisai yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008: 61). Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa putra SMA Negeri 3 Sumbawa Besar tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 120 siswa.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka penelitian dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Apa yang dipelajari dari sampel, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili) (Sugiyono, 2008: 62). Didalam penelitian ini yang menjadi sampel penelitian adalah siswa putra SMA Negeri
3 Sumbawa Besar sebanyak 60 orang. Dalam penelitian ini penetuan sampel menggunakan purposive random sampling yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan rangking atau kebutuhan yang diperlukan dalam penelitian. Arikunto, (2008: 125) mengatakan bahwa untuk penelitian yang sifatnya eksperimental, jumlah sampel lebih dari 30 orang merupakan sampel yang besar. Hal ini berarti dengan banyaknya sampel 60 orang sudah cukup representatif (mewakili) banyaknya populasi dalam penelitian ini.
Penentuan sampel sebanyak 60 orang dari populasi yang berjumlah 120 orang dilakukan penelitian pendahuluan dengan mengukur panjang telapak kaki dengan menggunakan penggaris dan tinggi badan dengan mengunakan alat pengukur tinggi badan untuk mengetahui rasio panjang telapak kaki dan tinggi badannya, sehingga jumlah keseluruhan sampel menjadi 60 sampel. Penentuan sampel tersebut diambil secara acak (random) dengan ± ISD (standar deviasi) dari rata-rata pengukuran rasio panjang telapak kaki dan tinggi badan dari populasi. Sampel yang berada pada daerah ± ISD adalah sampel yang memiliki rasio panjang telapak kaki dan tinggi badan sedang, sampel yang berada pada daerah dibawah ± ISD adalah sampel yang memiliki rasio panjang telapak kaki dan tinggi badan kecil, sedangkan sampel yang berada pada daerah diatas ISD adalah sampel yang memiliki rasio panjang telapak kaki dan tinggi badan besar. Pada masing-masing daerah tersebut kemudian diambil secara acak sampel berjumlah 20 orang, yang akan mewakili masing-masing kategori rasio panjang telapak kaki dan tinggi badan. Selanjutnya untuk menentukan kelompok mana yang
mendapatkan latihan interval anaerob dengan rasio 1:5 dan rasio 1:10 dilakukan dilakukan dengan cara diundi.
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian
a. Variabel Independen Manipulatif
Metode latihan interval anaerob waktu kerja dan istirahat (A) dibedakan menjadi dua taraf, yaitu
(A1) Latihan interval anaerob dengan rasio kerja dan istirahat 1: 5 (A2) Latihan interval anaerob dengan rasio kerja dan istirahat 1:10
b. Variabel Independen Atributif
Rasio panjang telapak kaki dan tinggi badan (B) dibedakan dalam tiga taraf, yaitu
(B1) Rasio panjang telapak kaki dan tinggi badan besar (B2) Rasio panjang telapak kaki dan tinggi badan sedang (B3) Rasio panjang telapak kaki dan tinggi badan kecil c. Variabel dependen, yaitu peningkatan kecepatan lari 100 meter.
2. Defenisi Operasional Variabel Penelitian
Tujuan defenisi operasional dalam penelitian adalah untuk menjelaskan masing-masing variabel dalam penelitian ini, agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda. Maka perlu dijelaskan defenisi variabel-variabel penelitian sebagai berikut:
a. Kecepatan Lari 100 Meter
Kecepatan lari 100 meter adalah kecepatan maksimal yang dilakukan pelari pada jarak 100 meter dengan capaian satuan detik. Kecepatan lari 100 meter merupakan salah satu nomor olahraga atletik, yang tergolong mengunakan sistem energi utama yaitu sistem energi anaerob alaktasid.
b. Latihan Interval Anaerob Rasio 1:5
Latihan interval anaerob dengan rasio 1:5 adalah latihan lari cepat yang di antara seri pengulangannya diselingi dengan periode istirahat dengan
perbandingan waktu kerja dan waktu istirahat 1:5. Contoh: jarak latihan 50 meter, waktu tempuhnya 7 detik. Jika rasio kerja dan istirahatnya 1:5, maka waktu kerja 7 detik diperlukan waktu istirahat 35 detik dan seterusnya.
c. Latihan Interval Anaerob Rasio 1:10
Latihan interval anaerob dengan rasio 1:10 adalah latihan lari cepat yang di antara seri pengulangannya diselingi dengan periode istirahat dengan
perbandingan waktu kerja dan waktu istirahat 1:10. Contoh: jarak latihan 50 meter, waktu tempuhnya 7 detik. Jika rasio kerja dan istirahatnya 1:10, maka waktu kerja 7 detik diperlukan waktu istirahat 70 detik dan seterusnya.
d. Rasio panjang Telapak Kaki dan Tinggi badan
Rasio panjang telapak kaki dan tinggi badan merupakan perbandingan antara panjang telapak kaki dan tinggi badan. Perbandingan atau rasio tersebut didapat dengan membagi panjang telapak kaki dan tinggi badan dikali 100%. Panjang telapak kaki dan tinggi badan diukur dalam centimeter.
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan teknik tes dan pengukuran. Tes yang dilakukan untuk mengambil data penelitian ini adalah:
1. Data Rasio Panjang Telapak Kaki dan Tinggi Badan
Untuk Mengetahui rasio panjang telapak kaki dan tinggi badan dilakukan pengukuran terhadap panjang telapak kaki dan tinggi badan. Panjang telapak kaki diukur panjangnya dari ujung tumit sampai ujung jari terluar dengan menggunakan penggaris, dan diukur dalam centimeter. Tinggi badan diukur dengan menggunakan alat pengukur tinggi badan dalam centimeter, dengan cara mengukur tingginya pada posisi berdiri tegak lurus diukur dari tumit sampai bagian ujung kepala. Rasio panjang telapak kaki dan tinggi badan didapat dari, panjang telapak kaki dibagi dengan tinggi badan dikali 100%.
2. Data Kecepatan Lari 100 Meter
Data kecepatan lari 100 meter diperoleh dari tes lari cepat menempuh jarak 100 meter (Ismaryati, 2008: 58). Tes dilaksanakan 2 kali yaitu tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test).
F. Teknik Analisis Data
Untuk menganalisis perolehan data analisis deskriptif tentang metode latihan interval anaerob dengan rasio 1:5 dan 1:10 terhadap peningkatan kecepatan lari 100 meter yang ditinjau dari panjang telapak kaki dan tinggi badan adalah menggunakan uji
Analisis Varians (ANAVA) dengan rancangan faktorial 2 x 3 pada α = 0,05 (Sudjana: 278-279).
Untuk memenuhi asumsi dalam teknik ANAVA, maka dilakukan (Uji Lilliefors) dan Uji Homogenitas Varians (Uji Bartlet) (Sudjana, 2005: 261-264). Uji Normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah data yang digunakan dalam penelitian berasal dari sampel berdistribusi normal atau tidak, sedangkan Uji Homogenitas Varians dilakukan berasal dari populasi yang memiliki variansi homegen atau tidak.
Mengingat analisis data penelitian dilakukan dengan menggunakan ANAVA, maka sebelum sampai pada pemanfaatan ANAVA, perlu dilakukan adalah melakukan uji persyaratan. Urutan langkah-langkah analisis data penelitian ini adalah:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas data dalam penelitian ini mengunakan metode Lilliefors
(Sudjana, 2005: 466). Adapun prosedur pengajuan normalitas adalah sebagai berikut:
1) Pengamatan X1,X2,X3,………….Xn dijadikan bilangan baku
Z1,Z2,Z3,………..Zn, dengan menggunakan rumus :
Zi = { Xi – X }/ SD, dengan X dan SD berturut-turut merupakan rata-rata dan simpangan baku.
2) Data dari sampel tersebut kemudian diurutkan dari skor terendah sampai skor tertinggi.
3) Untuk tiap bilangan baku ini dan dengan menggunakan daftar distribusi normal baku kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z < Zi).
4) Menghitung perbandingan antara nomor subyek I dengan subyek n yaitu : S(Zi) = i/n.
5) Mencari selisih antara F(Zi) – S(Zi), dan ditentukan harga mutlaknya. 6) Menentukan harga terbesar dari harga mutlak diambil sebagai Lo.
Rumusnya : Lo = | F(Zi) – S(Zi) | maksimum. Kriteria :
Lo < Ltab : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Lo > Ltab : Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas dilakukan dengan Uji Bartlet. Langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut :
1) Membuat tabel perhitungan yang terdiri dari kolom – kolom kelompok sampel: dk (n-1), 1/dk, Sdi2, dan (dk) log Sdi2.
2) Menghitung varians gabungan dari semua sampel.
Rumusnya :
U
U U
U
U U
1 1 ... ... 1 2 2 U U U n Sd n SD i B ULog Sd2U U
nU1 i 3) Menghitung X2Rumusnya : X2 = (Ln) B-(n-1) Log Sdi 1………(2)
Dengan (Ln 10) = 2,3026
Hasilnya ( X2 hitung ) kemudian dibandingkan dengan ( X2 tabel ), pada taraf signifikansi = 0,05 dan dk (n-1).
4) Apabila X2 hitung < X2 tabel, maka Ho diterima.
Artinya varians sampel bersifat homogen. Sebaliknya apabila X2 hitung > X2 tabel, maka Ho ditolak. Artinya varians sampel bersifat tidak homogen.
3. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesisis dalam penelitian ini meliputi beberapa langkah. Langkah-langkah pengujian hipotesis sebagai berikut:
a. ANAVA Rancangan Faktorial 2 x 3
1) Metode AB untuk perhitungan ANAVA dua Faktor
Tabel 3.2 Ringkasan ANAVA untuk Eksperimen faktorial 2 x 3
Variasi Rata – rata Perlakuan A B AB 1 a-1 b-1 (a-1) (b-1) Ry Ay By ABy R A B AB A/E B/E AB/E Kekeliruan ab(n-1) Ey E Keterangan :
A = Taraf faktorial A N = Jumlah sampel
B = Taraf faktorial B
Langkah- langkah perhitungan :
1) 2 1 1 2 ij b j a i U U U
U U 2) abn R b j a i y
U U U 1 1 3) bU U
ij y j a i R J JabU
U U U 2 1 1 4) aU
iU
y i y U U bn UR U
U / 2 1 5)U
iU
y b j y U U an UR U
U / 2 1 6) Uby UJabUUy UUy7) 2 ( ) y y y y y UU UR UU U U UUU U
2) Kriteria Pengujian Hipotesis
Jika F F
U UU
1Um V1UV2U
, maka hipotesis nol ditolak.Jika F UF
U UU
1Um V1 UV2U
, maka hipotesis nol di terima dengan : dkpembilang Vi
U U
U U1 dan dk penyebut V2 UU
n1U...nkUkU
m= taraf signifikan untuk pengujian hipotesis.b. Uji Rata-rata Rentang Newman-Keuls
Menurut Sudjana (1994:36) langkah-langkah untuk melakukan uji Newman–Keuls adalah sebagai berikut :
1) Susun k buah rata-rata perlakuan menurut urutan nilainya dari yang terkecil
sampai kepada yang terbesar.
2) Dari rangkaian ANAVA, diambil harga RJK disertai dk-nya.
3) Hitung kekeliruan buku rata-rata untuk setiap perlakuan dengan rumus:
U
U
N
Kekeliruan RJK
S E
y U RJK (Kekeliruan) juga didapat dari hasil
rangkuman ANAVA.
4) Tentukan taraf siknifikan , lalu gunakan daftar rentang student. Untuk uji
Newman – Keuls, diambil V = dk dari RJK (Kekeliruan) dan P = 2,3…,k. Harga – harga yang didapat dari bagian daftar sebanyak (k-1) untuk V dan P supaya dicatat.
5) Kalikan harga – harga yang didapat di titik…….. di atas masing – masing
y
S dengan jalan demikian diperoleh apa yang dinamakan rentang siknifikan
6) Bandingkan selisih rata – rata terkecil dengan RST untuk mencari P-k selisih rata – rata terbesar dan rata – rata terkecil kedua dengan RST untuk P = (k-dan seterusnya. Demikian halnya perbandingan selisih rata – rata terbesar kedua rata – rata terkecil dengan RTS untuk P = (k-1), selisih rata-rata terbesar kedua dan selisih rata-rata terkecil kedua dengan RST untuk P = (k-dan seterusnya. Dengan jalan begitu semua akan ada 1/2K
U U
kU1 pasangan yang harus dibandingkan. Jika selisih – selisih yang didapat lebih besar dari pada RST-nya masing – masing maka disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang siknifikan antara rata – rata perlakuan.c. Hipotesis Statistik
Untuk memudahkan dalam pengujian hipotesis, maka perlu dirumuskan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1) sebagai berikut:
Hipotesis 1 H0 :mU1UmU3 HA:mU1mU2 Hipotesis 2 H0: