• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan."

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

PROVINSI SUMATERA UTARA

TRIWULAN II-2009

BANK INDONESIA MEDAN

2009

(2)

yang rendah dan stabil”. Misi Bank Indonesia:

“Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”.

Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia:

“Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak dan atau berprilaku yang terdiri atas Kompetensi, Integritas, Transparansi, Akuntabilitas dan Kebersamaan”.

Visi Kantor Bank Indonesia Medan:

“Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan”.

Misi Kantor Bank Indonesia Medan:

“Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan pelaksanaan tugas bidang ekonomi moneter, sistem pembayaran, pengawasan bank serta memberikan saran kepada pemerintah daerah dan lembaga terkait lainnya”.

Kalender Publikasi

Periode Publikasi Publikasi

KER Triwulan I Pertengahan Mei

KER Triwulan II Pertengahan Agustus

KER Triwulan III Pertengahan November

KER Triwulan IV Pertengahan Februari

Penerbit:

Kantor Bank Indonesia Medan Jl. Balai Kota No.4

MEDAN, 20111 Indonesia Telp : 061-4150500 psw. 1729, 1770 Fax : 061-4152777 , 061-4534760 Homepage : www.bi.go.id www.d-bes.net Email : KBIMedan@bi.go.id

(3)

Kecenderungan membaiknya perekonomian global telah memberikan dampak positif terhadap kinerja perekonomian Sumatera Utara pada triwulan II-2009. Ekonomi Sumut pada triwulan II-2009 menunjukkan perkembangan yang cukup baik, sebagaimana tercermin pada laju pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan tumbuh 4,74%(yoy),lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,67% dan didominasi oleh tiga sektor ekonomi non primer, yaitu sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor keuangan dan sektor jasa-jasa. Sektor keuangan tumbuh paling pesat, yaitu sebesar 7,51% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2009 (6,70%). Tingginya pertumbuhan sektor keuangan antara lain disebabkan oleh kegiatan usaha sektor riil yang kian dinamis serta meningkatnya nilai tambah sektor keuangan karena peningkatan pendapatan kotor (gross output) perbankan.

Kondisi inflasi di Sumut juga cukup terkendali. Perkembangan harga barang dan jasa secara triwulanan menunjukkan deflasi 0,18% (qtq). Deflasi tersebut terjadi antara lain oleh karena melimpahnya pasokan volatile food, terutama beras dan cabe merah, serta didukung pula oleh rendahnya tekanan inflasi yang bersumber dari sisi permintaan serta membaiknya ekspektasi masyarakat terhadap inflasi. Secara tahunan(yoy),Sumut mengalami inflasi sebesar 2,52%.

Sejalan dengan membaiknya perekonomian dan terkendalinya tingkat inflasi, fungsi intermediasi perbankan juga menunjukkan perkembangan positif. Penyaluran kredit/pembiayaan dan penghimpunan dana masyarakat mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi daripada triwulan sebelumnya dengan LDR tercatat sebesar 75,01%, lebih tinggi dibandingkan LDR triwulan I-2009 sebesar 73,94%.

Membaiknya kinerja perekonomian Sumut tersebut juga telah mendorong penyerapan tenaga kerja Sumut. Jumlah penduduk yang bekerja pada Februari 2009, meningkat 436.357 jiwa (266.144 perempuan dan 170.213 laki-laki). Peningkatan tenaga kerja terjadi khususnya di sektor pertanian (48,35%) dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran (21,21%).

Pada triwulan III-2009, perekonomian Sumut diperkirakan masih tumbuh positif yang disertai dengan inflasi yang relatif stabil seiring dengan stabilnya harga-harga kebutuhan pokok.

Demikian sekilas gambaran perkembangan ekonomi Sumatera Utara triwulan II-2009 yang uraiannya secara lengkap dicakup dalam buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2009.

Akhir kata, kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Agustus 2009 BANK INDONESIA MEDAN

Gatot Sugiono S. Pemimpin

(4)

ii

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ...ii

Daftar Tabel ...iv

Daftar Grafik ... v

Daftar Lampiran ...vi

Tabel Indikator Ekonomi Terpilih RINGKASAN EKSEKUTIF ... viii

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL ... 1

1.1. Kondisi Umum ... 1

1.2. Sisi Permintaan ... 3

1. Konsumsi ...4

2. Investasi ...7

3. Ekspor dan Impor ...9

1.3. Sisi Penawaran ... 12

1. Sektor Pertanian ... 12

2. Sektor Industri Pengolahan ... 15

3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ... 17

4. Sektor Keuangan dan Jasa Perusahaan... 19

5. Sektor Bangunan ... 19

6. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ... 20

7. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih... 22

8. Sektor Jasa-jasa ... 22

BOKS 1 Ekspor Crude Palm Oil (CPO) BOKS 2 Perkembangan Revitalisasi Perkebunan BOKS 3 Hasil Quick Survey Dampak Krisis Ekonomi Global Terhadap Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Kota Medan BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH ...24

2.1. Kondisi Umum ... 24

2.2. Perkembangan Inflasi ... 25

2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi ... 32

BOKS 4 Pengendalian Inflasi dan Kegiatan Percontohan UMKM oleh KBI Medan BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH ... 37

3.1. Kondisi Umum ... 37

3.2. Intermediasi Perbankan ... 38

1. Penghimpunan Dana Masyarakat ... 38

2. Penyaluran Kredit ... 39

3. Kredit UMKM ... 40

3.3. Stabilitas Sistem Perbankan ...42

1. Resiko Kredit ... 42

2. Resiko Likuiditas ... 43

3. Resiko Pasar ... 43

(5)

iii BOKS 5 Kredit Usaha Rakyat (KUR)

BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH ... 48

4.1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Sumut 2009 ... 49

4.2. Realisasi APBD Pemerintah Provinsi Sumut Tahun 2009 ... 50

BAB 5 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ... 52

5.1. Kegiatan Transaksi BI-RTGS Perbankan Sumatera Utara ...52

5.2. Transaksi Kliring ... 53

5.3. Perkembangan Aliran Uang Kartal (Inflow dan Outflow) ...54

5.4. Temuan Uang Palsu ... 56

5.5. Penyediaan Uang Yang Layak Edar ... 57

5.6. Transaksi Jual Beli UKA dan TC Pada PVA Non Bank ...57

BAB 6 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN ... 59

6.1. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah ... 59

6.2. Perkembangan Kesejahteraan ...62

BAB 7 PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH ... 65

7.1. Perkiraan Ekonomi ... 65

7.2. Perkiraan Inflasi Daerah ... 67 LAMPIRAN

(6)

iv

1.1. Pertumbuhan Sektor Ekonomi Tahunan Provinsi Sumut (%) ...3

1.2. Pertumbuhan Ekonomi Sumut ...4

1.3. Nilai Ekspor Triwulan II-2009 ... 10

1.4 Nilai Impor Triwulan II-2009 ... 11

1.5. Produk dan Produktivitas Padi Sumut ... 15

1.6. Tingkat Penghunian Kamar Hotel di Sumut (%) ... 17

1.7. Perkembangan Arus Barang di Pelabuhan Belawan (ton) ... 18

1.8. Perkembangan Kegiatan Bank ... 19

1.9. Jumlah Penumpang Domestik dan Internasional di Bandara Polonia ...21

1.10. Jumlah Penumpang Dalam Negeri di Pelabuhan Belawan ... 21

2.1. Inflasi Tahunan Sumut menurut Kelompok barang dan jasa (%) ...26

2.2. Inflasi Triwulanan Sumut menurut Kelompok barang dan jasa (%) ...27

2.3. Inflasi Tahunan Sumut menurut kota ... 30

2.4. Inflasi Triwulanan Sumut menurut kota ...31

2.5. Inflasi Triwulanan Sumut menurut kota & kelompok barang & jasa Triwulan II-2009 ... 31

3.1. Indikator Utama Perbankan Sumut ... 37

3.2. Suku Bunga Giro, Tabungan, Deposito dan Kredit ... 44

4.1. Perkembangan APBD Sumut 2009 (dalam Rupiah) ... 49

4.2. Realisasi APBD Sumut tahun 2009 ... 51

5.1. Transaksi BI-RTGS Perbankan di Wilayah Sumut (RpMiliar) ... 52

5.2. Perkembangan Transaksi Kliring dan Cek/BG Kosong (RpMiliar) ...54

5.3. Perkembangan Aliran Kas di Wilayah Sumut (RpMiliar) ... 55

5.4. Perkembangan Temuan Uang Palsu di Sumut (Satuan Lembar) ...56

5.5. Perkembangan Transaksi Jual Beli UKA dan TC (Ribu USD) ... 58

6.1. Indikator Tenaga Kerja Sumut menurut Kegiatan Utama ... 66

6.2. Angkatan Kerja Sumut menurut Lapangan Pekerjaan Utama ... 66

6.3. Angkatan Kerja Sumut menurut Lapangan Pekerjaan Utama di Pedesaan dan Perkotaan...67

6.4. Angkatan Kerja Sumut menurut Status Pekerjaan Utama ... 67

6.5. Perkembangan Nilai Tukar Petani... 68

6.6. Jumlah Wisatawan Mancanegara yang Berkunjung ke Sumut... 70

(7)

v

1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Sumut ...2

1.2. Perkembangan Kegiatan Usaha di Sumut ...2

1.3. Indeks Keyakinan Konsumen ...5

1.4. Komponen Indeks Keyakinan Saat Ini ...5

1.5. Komponen Indeks Ekspektasi ...5

1.6. Pertumbuhan Penjualan Elektronik ...5

1.7. Pertumbuhan Penjualan BBM ...6

1.8. Penjualan Makanan dan Tembakau ...6

1.9. Penjualan Perlengkapan Rumah Tangga ...6

1.10. Penjualan Pakaian dan Perlengkapan ...6

1.11. Posisi Penyaluran Kredit Konsumsi oleh Bank Umum di Sumut ...7

1.12. Penyaluran Kredit Baru untuk Konsumsi oleh Bank Umum di Sumut ...7

1.13. Pengadaan Semen di Sumut ...8

1.14. Penjualan Bahan Konstruksi ...8

1.15. Posisi Penyaluran Kredit Investasi oleh Bank Umum di Sumut ...8

1.16. Perkembangan Nilai Ekspor Impor ... 10

1.17. Perkembangan Volume Ekspor Impor ...10

1.18. Perkembangan Nilai Ekspor Produk Utama ...10

1.19. Volume Muat Barang di Pelabuhan Belawan ... 12

1.20. Neraca Perdagangan Sumut ... 12

1.21. Nilai Tukar Petani Sumut ... 14

1.22. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Pertanian ...15

1.23. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Industri Pengolahan ... 16

1.24. Nilai dan Penjualan Pedagang Besar dan Eceran ... 18

1.25. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor PHR ...18

1.26. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Konstruksi ...20

1.27. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Pengangkutan & Komunikasi ...22

1.28. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Jasa-Jasa ...23

2.1. Inflasi Tahunan Sumut dan Nasional ... 24

2.2. Inflasi Triwulanan Sumut dan Nasional ...24

2.3. Inflasi Bulanan Sumut dan Nasional ... 25

2.4. Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan di Sumut ... 28

2.5. Inflasi Triwulanan Kelompok Sandang di Sumut ... 29

2.6. Inflasi Triwulanan Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga di Sumut ... 29

2.7. Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi, minuman, rokok & Tembakau di Sumut ... 30

2.8. Perkembangan Harga Barang dan Jasa Menurut Pengusaha ... 32

2.9. Ekspektasi Pengusaha Terhadap Harga Barang dan Jasa ... 32

2.10. Perkembangan Volume Produksi ... 34

3.1. Perkembangan DPK ...38

3.2. Perkembangan Struktur DPK ... 38

3.3. Perkembangan Kredit Sumut ... 39

3.4. Struktur Kredit Sumut ...39

3.5. Perkembangan Kredit menurut sektor ekonomi ... 40

3.6. Perkembangan Kredit UMKM ... 40

3.7. Struktur Kredit UMKM ... 41

3.8. Struktur Kredit Mikro, Kredit Kecil dan Kredit Menengah ... 42

(8)

vi

3.13. FDR Perbankan Syariah ... 45

3.14. Perkembangan Aset, Kredit, DPK BPR ... 46

3.15. LDR BPR... 46

3.16. Perkembangan Aset, Kredit, DPK Bank Berkantor Pusat di Medan ...47

3.17. LDR Bank Berkantor Pusat di Medan ... 47

5.1. Perkembangan Transaksi Kliring ... 53

5.2. Grafik Penolakan Cek/BG kosong ... 53

5.3. Perkembangan Aliran Uang Kartal ... 55

5.4. Perkembangan Aliran Kas... 55

5.4. Perkembangan Jumlah PTTB di Sumut ...57

7.1. Ekspektasi Konsumen 6 bulan yad ... 66

7.2. Ekspektasi Kegiatan Usaha Triwulan II-2009 ...66

(9)

vii

A. PDRB Triwulanan Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha

(10)

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II - Medan 167.66 109.92 111.25 113.76 112.80 112.61 - Pematangsiantar 161.40 110.11 111.62 113.11 112.88 112.99 - Sibolga 166.68 109.68 113.04 115.55 114.95 114.94 - Padangsidempuan 171.55 112.34 113.77 115.55 115.52 114.28 - Medan 7.01 10.86 10.30 10.63 6.37 2.45 - Pematangsiantar 8.48 11.09 10.27 10.16 6.89 2.62 - Sibolga 8.37 10.10 12.03 12.36 7.88 4.80 - Padangsidempuan 8.71 14.34 12.62 12.34 8.50 1.73 - Pertanian 6,398.93 6,248.74 6,410.88 6,242.09 6,660.22 6,423.50 - Pertambangan & Penggalian 314.65 327.82 330.66 331.21 321.70 322.11 - Industri Pengolahan 6,033.65 5,900.70 6,145.05 6,225.82 6,196.40 6,182.50 - Listrik, Gas, dan Air Bersih 187.15 190.41 196.03 199.36 200.18 200.46 - Bangunan 1,720.47 1,752.13 1,784.87 1,833.17 1,785.57 1,795.75 - Perdagangan, Hotel, dan Restoran 4,818.59 4,718.62 4,960.52 5,017.79 5,053.84 5,008.54 - Pengangkutan dan Komunikasi 2,428.92 2,421.32 2,495.44 2,537.56 2,574.99 2,555.95 - Keuangan, Persewaan, dan Jasa 1,838.20 1,841.99 1,885.12 1,914.53 1,941.29 1,980.29 - Jasa-Jasa 2,532.72 2,594.71 2,661.07 2,731.46 2,761.58 2,760.76 5.35 5.51 7.73 6.97 4.63 4.74 2,333.02 2,406.09 2,417.65 1,769.72 1,256.45 1,032.14 2,102.33 1,906.94 2,076.85 2,214.16 1,711.36 1,369.66 635.70 708.26 843.66 666.59 419.91 332.33 1,346.56 1,358.95 1,371.47 1,086.02 879.43 673.65

Ket. : Data Ekspor-Impor s.d Mei 2009

Pertumbuhan PDRB (yoy %)

2009

PDRB - harga konstan (Rp miliar) Laju Inflasi Tahunan (yoy %) Indeks Harga Konsumen MAKRO

INDIKATOR 2008

Volume Impor Nonmigas (ribu ton) Nilai Impor Nonmigas (USD juta) Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) Nilai Ekspor Nonmigas (USD juta)

(11)

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II 87.49 90.20 92.87 97.46 108.08 114.55 109.52 71.30 72.08 75.72 77.97 84.29 88.82 89.56 - Giro (Rp Triliun) 14.48 15.08 16.09 14.87 15.07 16.25 17.04 - Tabungan (Rp Triliun) 26.41 27.18 28.73 28.58 30.58 31.08 31.97 - Deposito (Rp Triliun) 30.42 29.82 30.90 34.52 38.64 41.49 40.55 - Modal Kerja 30.98 30.90 36.69 37.72 36.03 34.49 35.10 - Konsumsi 11.17 10.74 11.17 12.16 14.38 16.48 17.14 - Investasi 12.06 13.14 14.48 15.99 16.31 14.82 14.94 - LDR 76.01% 76.01% 82.33% 84.48% 79.03% 73.94% 75.01% 22.43 24.72 27.69 30.42 30.17 30.02 31.36 1.03 1.17 1.28 1.53 1.61 1.68 1.71 - Kredit Modal Kerja 0.31 0.36 0.38 0.41 0.42 0.45 0.46 - Kredit Investasi 0.10 0.10 0.12 0.15 0.16 0.16 0.19 - Kredit Konsumsi 0.62 0.72 0.78 0.97 1.03 1.07 1.06 7.46 8.17 9.23 10.57 10.46 10.63 10.98 - Kredit Modal Kerja 3.42 3.69 4.03 4.40 4.52 4.58 4.25 - Kredit Investasi 0.70 0.76 1.01 1.19 1.18 1.25 1.39 - Kredit Konsumsi 3.34 3.72 4.19 4.98 4.76 4.80 5.34 13.62 15.05 17.18 18.32 18.11 17.71 18.67 - Kredit Modal Kerja 8.48 9.03 10.17 10.75 10.57 10.29 11.06 - Kredit Investasi 1.54 1.73 2.06 2.33 2.37 2.39 2.58 - Kredit Konsumsi 3.92 4.61 4.95 5.24 5.17 5.03 5.03 22.43 24.72 27.69 30.42 30.17 30.02 31.36 3.88% 3.96% 3.57% 3.29% 2.85% 3.76% 4.05% 0.42 0.45 0.43 0.49 0.53 0.51 0.53 0.31 0.33 0.31 0.34 0.35 0.37 0.39 - Tabungan (Rp Triliun) 0.13 0.15 0.13 0.14 0.14 0.16 0.17 - Deposito (Rp Triliun) 0.18 0.18 0.18 0.20 0.21 0.21 0.22 0.32 0.33 0.33 0.38 0.38 0.39 0.40 8.49% 8.67% 7.88% 6.61% 7.26% 7.95% 7.75% 101.68% 100.00% 106.45% 111.76% 108.57% 105.41% 102.56% Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU), KBI Medan

Kredit Mikro

Kredit UMKM (Rp Triliun)

Kredit (Rp Triliun) berdasarkan lokasi proyek

NPL MKM gross (%) Total Kredit MKM (Rp Triliun) Kredit Menengah

Kredit Kecil

LDR

Total Aset (Rp Triliun) DPK (Rp Triliun) Kredit (Rp Triliun) Rasio NPL Gross (%) BPR: 2007 DPK (Rp Triliun) Total Aset (Rp Triliun) Bank Umum : PERBANKAN

(12)
(13)

Perekonomian Sumut triwulan II-2009 diperkirakan tumbuh 4,74% (yoy). G GGAAAMMMBBBAAARRRAAANNNUUUMMMUUUMMM

Memasuki pertengahan tahun 2009, perekonomian Sumatera Utara mengalami pertumbuhan sebesar 4,74% (yoy). Pencapaian ini menunjukkan peningkatan dibandingkan periode sebelumnya. Kondisi ini menunjukkan adanya harapan perbaikan ekonomi (recovery) ke depan, terkait dengan situasi perekonomian global yang sudah mulai mengalami proses pemulihan. Pada triwulan I-2009, perekonomian Sumut tumbuh sebesar 4,67%. Sementara itu, pada triwulan yang sama tahun lalu (triwulan II-2008), pertumbuhan tercatat sebesar 5,50%.

Laju inflasi di Sumut hingga triwulan II-2009 semakin menunjukkan penurunan. Inflasi Sumut pada triwulan II-2009 tercatat sebesar 2,52% (yoy) atau jauh lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 6,58%. Angka inflasi Sumut ini masih lebih rendah dibandingkan dengan inflasi Nasional sebesar 3,65%. Sementara itu, secara triwulanan, Sumut mengalami deflasi 0,18%. Angka ini merupakan posisi terendah dari pola historisnya.

Perkembangan perbankan di Sumut pada triwulan II-2009 mengindikasikan adanya peningkatan. Hal ini tercermin dari beberapa indikator utama seperti kredit, Dana Pihak Ketiga (DPK), dan LDR triwulan I2009 yang lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2009. Fungsi intermediasi perbankan yang salah satunya ditunjukkan melalui Loan to Deposit Ratio (LDR) juga mengalami peningkatan dari 73,94% pada triwulan I-2009 menjadi 75,01% pada triwulan II-2009.

Pada Februari 2009, jumlah angkatan kerja Sumatera Utara (Sumut) mencapai 6.322.414 jiwa, naik 227.612 jiwa dibandingkan Agustus 2008 atau meningkat 391.522 jiwa dibandingkan bulan yang sama tahun 2008. Penyerapan tenaga kerja Sumut selama kurun waktu setahun (Februari 2008-Februari 2009) mengalami peningkatan. Jumlah penduduk yang bekerja pada Februari meningkat 436.357 jiwa (266.144 perempuan dan 170.213 laki-laki).

Perekonomian Sumut triwulan III-2009, diperkirakan masih tumbuh positif meskipun terdapat kecenderungan menurun. Hal ini dapat dikonfirmasi dari hasil SKDU, dimana pada triwulan III-2009 diperkirakan indeks akan mencapai 27,62. Faktor internal yang masih menjadi kendala yang berpotensi menurunkan angka pertumbuhan antara lain adalah masalah cuaca, yang dapat mempengaruhi produksi beberapa komoditas, terutama pada tanaman perkebunan. Pada triwulan III-2009, pertumbuhan ekonomi Sumut diproyeksikan akan tumbuh pada kisaran 4,35% - 4,50% (yoy). Dengan perkembangan tersebut, laju pertumbuhan ekonomi Sumut pada

RINGKASAN EKSEKUTIF

(14)

Laju inflasi tahunan Sumut pada triwulan III diperkirakan cenderung menurun seiring dengan makin stabilnya harga-harga kebutuhan pokok. Inflasi Sumut triwulan III-2009 diperkirakan berada pada kisaran 2,5±1% (yoy). Penurunan laju inflasi tersebut terutama akibat pengaruh sejumlah komoditas penting seperti beras belum menunjukkan kenaikan harga yang berarti meskipun sudah melewati puncak panen. Sementara itu, inflasi triwulanan diperkirakan sedikit meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, yakni dari deflasi 0,18% (qtq) menjadi inflasi antara 0,50±1%. Peningkatan terutama akibat pengaruh musiman yaitu masa liburan sekolah, persiapan tahun ajaran baru dan hari raya keagamaan.

P

PPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNNEEEKKKOOONNNOOOMMMIIIMMMAAAKKKRRROOO

Memasuki pertengahan tahun 2009, perekonomian Sumatera Utara mengalami pertumbuhan sebesar 4,74% (yoy). Pencapaian ini menunjukkan peningkatan dibandingkan periode sebelumnya. Kondisi ini menunjukkan adanya harapan perbaikan ekonomi (recovery) ke depan, terkait dengan situasi perekonomian global yang sudah mulai mengalami proses pemulihan. Pada triwulan I-2009, perekonomian Sumut tumbuh sebesar 4,67%. Sementara itu, pada triwulan yang sama tahun lalu (triwulan II-2008), pertumbuhan tercatat sebesar 5,50%.

Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Sumut didorong oleh konsumsi pemerintah dan konsumsi rumah tangga yang masing-masing tumbuh sebesar 11,07% dan 9,91%. Selain itu, investasi juga masih tetap mengalami pertumbuhan meskipun relatif rendah, yaitu sebesar 0,60%. Dilihat dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi pada sektor keuangan dan jasa perusahaan yang mencapai 7,51%, sementara sektor pertanian sebagai sektor yang paling mendominasi pangsa perekonomian Sumut, mampu tumbuh sebesar 2,80% mengalami penurunan dibandingkan periode sebelumnya yang mencapai 4,08%. Sementara itu, sektor industri pengolahan yang juga memiliki pangsa cukup tinggi, mengalami pertumbuhan sebesar 4,78% lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 2,70%.

Dari sisi penawaran, seiring dengan peningkatan pertumbuhan sektor industri pengolahan yang cukup signifikan, sektor jasa perusahaan sebagai pendukung, juga mengalami pertumbuhan yang relatif baik. Sub sektor bank dan lembaga keuangan lainnya mengalami pertumbuhan tertinggi, diikuti oleh sub sektor jasa perusahaan. Sektor jasa-jasa juga masih mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, terutama didorong oleh sub sektor jasa pemerintahan. Pengeluaran Pemilu dan stimulus fiskal yang lebih besar dikucurkan, telah memberikan dampak yang relatif baik terhadap pertumbuhan sub sektor ini, meskipun pertumbuhannya tidak setinggi triwulan sebelumnya. Sektor perdagangan hotel dan

(15)

dibandingkan triwulan sebelumnya.

Pada triwulan III-2009, pertumbuhan ekonomi Sumut diproyeksikan akan tumbuh pada kisaran 4,35% - 4,50% (yoy). Dengan perkembangan tersebut, laju pertumbuhan ekonomi Sumut pada tahun 2009 diproyeksikan masih berada pada kisaran 5±1% (yoy).

P

PPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNNIIINNNFFFLLLAAASSSIII

Laju inflasi di Sumut hingga triwulan II-2009 semakin menunjukkan penurunan. Inflasi Sumut pada triwulan II-2009 tercatat sebesar 2,52% (yoy) atau jauh lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 6,58%. Angka inflasi Sumut ini masih lebih rendah dibandingkan dengan inflasi Nasional yang sebesar 3,65%. Sementara itu, secara triwulanan, Sumut mengalami deflasi 0,18%. Angka ini merupakan posisi terendah dari pola historisnya.

Harga barang dan jasa di Sumut pada triwulan III-2009 relatif stabil karena peningkatan tekanan dari faktor eksternal serta kenaikan harga kelompok bahan makanan dapat diimbangi dengan turunnya harga yang diatur oleh pemerintah (administered price), serta penurunan ekspektasi inflasi. Tekanan kenaikan harga di luar negeri (imported inflation) meningkat setelah melewati level terendah pada triwulan sebelumnya. Dari sisi barang yang bergejolak (volatile

foods), terjadi kenaikan harga akibat belum terjadi puncak panen

padi serta adanya gangguan cuaca. Sementara, pelemahan tekanan inflasi didorong oleh penurunan harga BBM dan cenderung melambatnya tekanan permintaan. Kedua faktor tersebut yang selanjutnya menyebabkan penurunan ekspektasi inflasi dibandingkan triwulan sebelumnya.

Laju inflasi tahunan Sumut pada triwulan III diperkirakan cenderung menurun seiring dengan makin stabilnya harga-harga kebutuhan pokok. Inflasi Sumut triwulan III-2009 diperkirakan berada pada kisaran 2,5±1% (yoy). Penurunan laju inflasi tersebut terutama akibat pengaruh sejumlah komoditas penting seperti beras belum menunjukkan kenaikan harga yang berarti meskipun sudah melewati puncak panen. Sementara itu, inflasi triwulanan diperkirakan sedikit meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, yakni dari deflasi 0,18% (qtq) menjadi inflasi antara 0,50±1%. Peningkatan terutama akibat pengaruh musiman yaitu masa liburan sekolah, persiapan tahun ajaran baru dan hari raya keagamaan.

(16)

Perkembangan perbankan di Sumut pada triwulan II-2009 mengindikasikan adanya peningkatan. Hal ini tercermin dari beberapa indikator utama seperti kredit, Dana Pihak Ketiga (DPK), dan LDR triwulan I2009 yang lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2009.

Fungsi intermediasi perbankan yang salah satunya ditunjukkan melalui Loan to Deposit Ratio (LDR) mengalami peningkatan dari 73,94% pada triwulan I-2009 menjadi 75,01% pada triwulan II-2009. Berbeda dengan indikator perbankan lainnya, NPL Sumut justru meningkat dari 3,63% pada triwulan I-2009 menjadi 3,86% pada triwulan II-2009.

Dari sisi risiko yang dihadapi, perbankan perlu mulai mencermati risiko kredit dan risiko likuiditas, mengingat NPL dan cash ratio mengalami tren yang menurun.

P

PPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNNKKKEEEUUUAAANNNGGGAAANNNDDDAAAEEERRRAAAHHH

Anggaran Pendapatan Pemerintah Provinsi Sumut tahun 2009 ditetapkan sebesar Rp3,25 triliun, meningkat 0,93% (yoy) dibandingkan pendapatan pada tahun sebelumnya yang sebesar Rp3,22 triliun. Perolehan utama atas pendapatan daerah berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp2,10 triliun dengan kontribusi terbesar berasal dari pajak daerah yang diproyeksikan Rp1,95 triliun lebih. Dibanding dengan APBD 2008, alokasi pendapatan yang berasal dari PAD mengalami peningkatan sebesar 10,89%. Kenaikan tersebut diperoleh terutama dari kenaikan pajak daerah yang objek pajaknya terkait dengan keberadaan bahan bakar minyak (BBM).

Hingga semester I-2009, realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) baru tercapai sebesar Rp1.503,43 miliar dari total pendapatan yang dianggarkan untuk tahun 2009 sebesar Rp3.249,00. Belanja Pemprovsu sepanjang semester I-2009 sebesar Rp583,05 miliar dari total belanja yang dianggarkan sepanjang tahun 2009 sebesar Rp3.615,98 miliar. Berdasarkan pendapatan dan belanja tersebut, Pemprovsu mengalami surplus sebesar Rp920,38 miliar.

P

PPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNNSSSIIISSSTTTEEEMMMPPPEEEMMMBBBAAAYYYAAARRRAAANNN

Perkembangan transaksi pembayaran non tunai Bank Indonesia Real

Time Gross Settlement (BI-RTGS) perbankan Sumatera Utara pada

triwulan II 2009 mengalami penurunan baik nilai maupun jumlah transaksi. Nilai transaksi BI-RTGS di Provinsi Sumatera Utara yang meliputi wilayah kerja KBI Medan, KBI Pematang Siantar dan KBI Sibolga pada triwulan II 2009 tercatat sebesar Rp.112.324 milyar

(17)

sebelumnya yang tercatat sebesar Rp.140.204 milyar, dengan jumlah transaksi BI-RTGS yang juga mengalami penurunan sebesar -18,71% dari 179.993 transaksi pada triwulan II 2008, menjadi 146.310 transaksi.

Aktivitas transaksi non tunai melalui transaksi kliring di wilayah perbankan Sumatera Utara pada triwulan II 2009 mengalami penurunan baik nilai maupun jumlah transaksi. Nilai transaksi kliring di Provinsi Sumatera Utara yang meliputi wilayah kerja KBI Medan, KBI Pematang Siantar dan KBI Sibolga pada triwulan II 2009 tercatat sebesar Rp.27.569 milyar atau turun -13,81% bila dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp.31.985 milyar.

P

PPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNNKKKEEETTTEEENNNAAAGGGAAAKKKEEERRRJJJAAAAAANNNDDDAAANNNKKKEEESSSEEEJJJAAAHHHTTTEEERRRAAAAAANNN

Pada Februari 2009, jumlah angkatan kerja Sumatera Utara (Sumut) mencapai 6.322.414 jiwa, naik 227.612 jiwa dibandingkan Agustus 2008 atau meningkat 391.522 jiwa dibandingkan bulan yang sama tahun 2008.

Penyerapan tenaga kerja Sumut selama kurun waktu setahun (Februari 2008-Februari 2009) mengalami peningkatan. Jumlah penduduk yang bekerja pada Februari meningkat 436.357 jiwa (266.144 perempuan dan 170.213 laki-laki). Peningkatan jumlah penduduk yang bekerja disertai dengan penurunan jumlah pengangguran. Pada Februari 2009, jumlah pengangguran sebesar 521.643 jiwa yang berarti menurun 32.896 jiwa dibandingkan Agustus 2008 atau menurun 44.835 jiwa dibandingkan Februari 2008.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Sumut pada Februari 2009 sebesar 69,98%, atau meningkat sebesar 2,54% dibandingkan TPAK pada Februari 2008. TPAK penduduk perempuan pada Februari 2009 sebesar 57,26%, atau meningkat signifikan dibandingkan Februari 2008 sebesar 3,96%, sedangkan TPAK penduduk laki-laki pada Februari 2009 sebesar 83,06%, hanya meningkat sebesar 0,98% dibandingkan Februari 2008. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurun dari 9,55% pada Februari 2008 menjadi 8,25% pada Februari 2009. TPT penduduk perempuan pada Februari 2009 sebesar 10,38% dan TPT penduduk laki-laki sebesar 6,74%. Jumlah penganggur yang berada di perkotaan sebesar 56,50%, sisanya sebesar 43,50% berada di pedesaan.

P

PPRRROOOSSSPPPEEEKKKPPPEEERRREEEKKKOOONNNOOOMMMIIIAAANNN Perkiraan Ekonomi

Perekonomian Sumut triwulan III-2009, diperkirakan masih tumbuh positif meskipun terdapat kecenderungan menurun. Hal ini dapat dikonfirmasi dari hasil SKDU, dimana pada triwulan III-2009

(18)

menjadi kendala yang berpotensi menurunkan angka pertumbuhan antara lain adalah masalah cuaca, yang dapat mempengaruhi produksi beberap akomoditas, terutama pada tanaman perkebunan. Sebagaimana dirilis oleh Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo), produksi karet diperkirakan akan mengalami penurunan. Penurunan ini disebabkan oleh dampak perubahan iklim sehingga berpotensi menyebabkan munculnya dua kali musim gugur daun. Hal ini masih ditambah dengan adanya ancaman El Nino yang kemudian berubah menjadi La Nina dengan konsekuensi akan merusaka musim tanam dan produksi berbagai komoditas pertanian lainnya, termasuk perikanan.

Di sisi lain, pada triwulan III-2009 terdapat hari raya keagamaan, sehingga diperkirakan permintaan dalam negeri juga akan banyak meningkat. Peningkatan ini terutama untuk konsumsi bahan makanan, makanan jadi, sandang dan peningkatan komunikasi serta transportasi.

Pada triwulan III-2009, pertumbuhan ekonomi Sumut diproyeksikan akan tumbuh pada kisaran 4,35% - 4,50% (yoy). Dengan perkembangan tersebut, laju pertumbuhan ekonomi Sumut pada tahun 2009 diproyeksikan masih berada pada kisaran 5±1% (yoy).

Perkiraan Inflasi Daerah

Laju inflasi tahunan Sumut pada triwulan III diperkirakan cenderung menurun seiring dengan makin stabilnya harga-harga kebutuhan pokok. Inflasi Sumut triwulan III-2009 diperkirakan berada pada kisaran 2,5±1% (yoy). Penurunan laju inflasi tersebut terutama akibat pengaruh sejumlah komoditas penting seperti beras belum menunjukkan kenaikan harga yang berarti meskipun sudah melewati puncak panen. Sementara itu, inflasi triwulanan diperkirakan sedikit meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, yakni dari deflasi 0,18% (qtq) menjadi inflasi antara 0,50±1%. Peningkatan terutama akibat pengaruh musiman yaitu masa liburan sekolah, persiapan tahun ajaran baru dan hari raya keagamaan.

(19)

BAB I

Perkembangan Ekonomi

Makro Regional

(20)

1.1. KONDISI UMUM

Memasuki pertengahan tahun 2009, perekonomian Sumatera Utara mengalami pertumbuhan sebesar 4,74% (yoy). Pencapaian ini menunjukkan peningkatan dibandingkan periode sebelumnya. Kondisi ini menunjukkan adanya harapan perbaikan ekonomi (recovery) ke depan, terkait dengan situasi perekonomian global yang sudah mulai mengalami proses pemulihan. Pada triwulan I-2009, perekonomian Sumut tumbuh sebesar 4,67%. Sementara itu, pada triwulan yang sama tahun lalu (triwulan II-2008), pertumbuhan tercatat sebesar 5,50%.

Perbaikan ekonomi yang pada awalnya diharapkan akan terjadi pada triwulan III atau IV 2009, nampaknya dapat tercapai lebih cepat. Meskipun demikian, berbagai tantangan dan risiko eksternal masih cukup tinggi. Kondisi ini antara lain terkait dengan fluktuasi harga komoditas ekspor, sehingga menambah resiko faktor ketidakjelasan dan ketidakpastian usaha. Selain itu, kegiatan ekonomi di negara maju dan negara-negara tujuan utama ekspor Sumatera Utara juga belum pulih sepenuhnya sehingga masih memberikan tekanan pada rendahnya permintaan ekspor. Serangkaian kondisi di atas, masih menyisakan kerentanan pada sub sektor perkebunan, terutama pada komoditas karet dan kelapa sawit, sebagai komoditas andalan ekspor Sumatera Utara. Di sisi lain, harapan terang muncul dari masih baiknya pertumbuhan ekonomi beberapa negara mitra dagang di kawasan Asia, seperti India dan Cina.

Dilihat dari faktor internal, perbaikan ekonomi terjadi karena masih baiknya permintaan domestik yang berimbas pada terserapnya hasil produksi. Kapasitas utilisasi manufaktur masih dapat dipertahankan pada level yang cukup baik, meskipun sempat terjadi pengurangan pada beberapa periode sebelumnya. Laju inflasi juga terus membaik, dengan sentimen penurunan yang cukup signifikan. Bahkan, terjadi tren deflasi selama beberapa bulan terakhir. Di sisi lain, tidak terdapat faktor seasonal yang cukup berarti dalam memberikan tekanan harga, sehingga pada triwulan II-2009, inflasi relatif terkendali.

Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Sumut didorong oleh konsumsi pemerintah dan konsumsi rumah tangga yang masing-masing tumbuh sebesar 11,07%

B

(21)

dan 9,91%. Selain itu, investasi juga masih tetap mengalami pertumbuhan meskipun relatif rendah, yaitu sebesar 0,60%. Dilihat dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi pada sektor keuangan dan jasa perusahaan yang mencapai 7,51%, sementara sektor pertanian sebagai sektor yang paling mendominasi pangsa perekonomian Sumut, mampu tumbuh sebesar 2,80% mengalami penurunan dibandingkan periode sebelumnya yang mencapai 4,08%. Sementara itu, sektor industri pengolahan yang juga memiliki pangsa cukup tinggi, mengalami pertumbuhan sebesar 4,78% lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 2,70%.

Grafik 1.1. Grafik 1.2.

Laju Pertumbuhan Ekonomi Sumut Perkembangan Kegiatan Usaha

8.37 8.55 6.68 4.18 5.35 5.51 7.73 6.97 4.67 4.74 0 2 4 6 8 10 I II III IV I II III IV I II 2007 2008 2009 % -20 -10 0 10 20 30 40

I II III IV I II III IV I II III IV I II 2006 2007 2008 2009 %

Sumber : BPS Sumut & KBI Medan Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), KBI Medan

Kegiatan konsumsi masih menjadi penggerak utama ekonomi, dengan pangsa sebesar 73,09%. Tingginya kontribusi tersebut, saat ini menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi, di tengah masih lemahnya permintaan ekspor akibat faktor ekternal. Konsumsi terutama berupa konsumsi rumah tangga yang porsinya mencapai 63,84%. Sementara itu, konsumsi pemerintah relatif stabil pada kisaran 9%. Rendahnya laju inflasi selama triwulan I-II 2009, diharapkan akan menjadi trigger peningkatan konsumsi, terutama konsumsi rumah tangga. Hal ini menjadi salah satu pendorong utama perbaikan ekonomi. Keyakinan konsumen yang relatif membaik, juga memberikan harapan bahwa konsumsi berbagai barang tahan lama (durable goods) juga akan meningkat.

Meskipun lambat, investasi masih tetap tumbuh. Terkait dengan realisasi anggaran yang masih rendah, pertumbuhan investasi pemerintah masih relatif tidak banyak mengalami

(22)

perubahan yang berarti. Sesuai dengan siklus anggaran, seharusnya pada pertengahan tahun realisasi investasi sudah mulai dikucurkan. Namun, nampaknya kebijakan anggaran yang diambil masih belum banyak memberikan peluang bagi realisasi yang lebih cepat. Masih terdapat hambatan struktural yang menyebabkan realisasi anggaran terkendala dan tidak merata pada setiap triwulan. Kecenderungan penumpukan realisasi pada semester II masih terus terjadi.

Dari sisi penawaran, seiring dengan peningkatan pertumbuhan sektor industri pengolahan yang cukup signifikan, sektor jasa perusahaan sebagai pendukung, juga mengalami pertumbuhan yang relatif baik. Sub sektor bank dan lembaga keuangan lainnya mengalami pertumbuhan tertinggi, diikuti oleh sub sektor jasa perusahaan. Sektor jasa-jasa juga masih mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, terutama didorong oleh sub sektor jasa pemerintahan. Pengeluaran Pemilu dan stimulus fiskal yang lebih besar dikucurkan, telah memberikan dampak yang relatif baik terhadap pertumbuhan sub sektor ini, meskipun pertumbuhannya tidak setinggi triwulan sebelumnya. Sektor perdagangan hotel dan restoran juga mengalami pertumbuhan yang relatif baik, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya.

Tabel 1.1. Pertumbuhan Sektor Ekonomi Tahunan Provinsi Sumut (%)

Sumber : BPS Sumut dan KBI Medan

1.2. SISI PERMINTAAN

Perekonomian Sumut pada triwulan II-2009 tumbuh sebesar 4,74%, meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (4,67%). Sumber pertumbuhan ekonomi berasal dari peningkatan konsumsi dan investasi. Kegiatan ekspor impor juga memberikan pengaruh bagi peningkatan pertumbuhan.

(23)

Tabel I.2. Pertumbuhan Ekonomi Sumut (% yoy)

Sumber : BPS Sumut dan KBI Medan

1. Konsumsi

Pada triwulan II-2009 konsumsi Sumut tumbuh 10,06%, relatif tidak jauh berbeda dibandingkan dengan triwulan sebelumnya 10,24%. Penurunan daya beli dan ekpektasi konsumsi yang sempat dialami oleh konsumen akibat sentimen gejolak keuangan global, terjawab dengan peningkatan pasokan barang dan jasa yang memadai. Bahkan terjadi berbagai skema penurunan harga yang berimbas pada terjaganya tingkat konsumsi masyarakat. Efek ini juga terlihat dari tren deflasi yang terjadi pada beberapa bulan belakangan selama semester I-2009. Saat ini, keyakinan konsumen juga terus menguat dan telah berada pada level optimis. Indeks untuk konsumsi barang-barang tahan lama, yang biasanya selalu sangat rendah, kali ini menunjukkan adanya peningkatan yang cukup berarti. Pembiayaan konsumsi yang diperoleh dalam bentuk kredit dari bank juga sedikit mengalami peningkatan dibandingkan triwulan lalu.

Salah satu indikator konsumsi yang cukup menggembirakan adalah, Indeks keyakinan konsumen telah berada pada level yang optimis (nilai indeks di atas 100), sejak awal triwulan II-2009. Indeks ini terakhir kali berada pada level optimis pada bulan Mei 2007. Selama tiga bulan berturut-turut, nilai indeks adalah 102,83 di bulan April, 104,29 di bulan Mei dan 109,79 di bulan Juni.

Optimisme konsumen terutama didorong oleh keyakinan akan peningkatan penghasilan, perbaikan kondisi ekonomi dan ketersediaan lapangan kerja di masa mendatang yang akan semakin memadai. Keberhasilan Pemilu legislatif yang relatif aman dan tidak menimbulkan dampak sosial luas, juga menjadi pemicu peningkatan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi yang semakin kondusif. Sementara 2 (dua) indikator lain yang masih berada pada level pesimis adalah ketepatan waktu pembelian

(24)

barang tahan lama dan ketersediaan lapangan kerja saat ini. Meskipun demikian, kedua indikator tersebut relatif membaik dibandingkan periode sebelumnya.

Grafik 1.3. Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 1.4. Komponen Indeks Keyakinan Saat Ini 0 20 40 60 80 100 120 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 2007 2008 2009 0 50 100 150 200 250 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 12 1 2 3 4 5 6 2007 2008 2009 Penghasilan saat ini Pembelian brgtahan lama

Sumber : Survei Konsumen, KBI Medan

Sementara itu, indeks ekspektasi konsumen maupun indeks kondisi perekonomian menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan posisi triwulan sebelumnya. Semenjak akhir Desember 2008 hingga Juni 2009, keyakinan konsumen akan kondisi perekonomian terkini menunjukkan optimisme yang kian menguat. Di tengah kondisi perekonomian global yang masih belum sepenuhnya pulih, kedua indikator ini menjadi kabar gembira yang diharapkan akan berimbas pada peningkatan perilaku konsumsi dan perbaikan daya beli masyarakat.

Grafik 1.5. Komponen Indeks Ekspektasi Grafik 1.6. Pertumbuhan Penjualan Elektronik

0 50 100 150 200 250 300 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 12 1 2 3 4 5 6 2007 2008 2009

Ekspektasi penghasilan Ekspektasi kondisi perekonomian

-40 -20 0 20 40 60 80 100 120 140 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 2007 2008 2009 Rp Juta 0 50 100 150 200 250 300 % Pertumbuhan (yoy)

Penjualan Elektronik Pertumbuhan (yoy)

Sumber : Survei Konsumen, KBI Medan Sumber : Survei Penjualan Eceran, KBI Medan

Meskipun masih berada pada level pesimis, konsumsi barang tahan lama (durable goods) seperti elektronik masih menunjukkan pertumbuhan pada triwulan laporan. Hal ini diindikasikan oleh perkembangan penjualan elektronik di Sumut yang mulai meningkat

(25)

setelah mengalami penurunan pada Agustus 2008. Meskipun perkiraan penjualan elektronik pada bulan Juni 2009 mengalami penurunan dibandingkan dengan bulan Juni 2008, namun terdapat kecenderungan menguat sejak Februari 2009.

Grafik I.7. Pertumbuhan Penjualan BBM Grafik I.8. Penjualan Makanan&Tembakau

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 2007 2008 2009 % 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 Rpjuta

Pertumbuhan (yoy) Penjualan BBM

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 2007 2008 2009 Rp juta -20 0 20 40 60 80 100 120 140 %

Penjualan Makanan dan Tembakau Pertumbuhan (yoy)

Sumber : Survei Penjualan Eceran, KBI Medan

Sementara itu, konsumsi non durable goods (makanan dan non makanan) mengalami sedikit penurunan. Berdasarkan Survei Penjualan Eceran (SPE) di Kota Medan, penjualan kelompok makanan dan tembakau tumbuh -0,25% (qtq), namun jika dibandingkan tahun sebelumnya tercatat mengalami peningkatan sebesar 0,05%. Sementara, penjualan BBM dan penjualan perlengkapan rumah tangga tumbuh masing-masing sebesar 2,07% dan 0,18%. Penjualan pakaian dan perlengkapannya justru mengalami penurunan sebesar 24,48% (qtq). Hal ini terkait dengan pola seasonal, di mana peningkatan pembelian pakaian akan terjadi menjelang tahun ajaran baru dan hari raya keagamaan.

Grafik I.9. Penjualan Perlengkapan RT Grafik I.10. Penjualan Pakaian&Perlengkapan

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 2007 2008 2009 % 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 Rp Juta

Pertumbuhan (yoy) Penjualan Perlengkapan RT

0 500 1000 1500 2000 2500 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 2007 2008 2009 Rp Juta -50 0 50 100 150 200 250 300 350 400 %

Penjualan Pakaian & Perlengkapannya Pertumbuhan (yoy) Sumber : Survei Penjualan Eceran, KBI Medan

(26)

Dari sisi sumber pembiayaan yang berasal dari bank umum di Sumut, penyaluran kredit baru untuk jenis penggunaan konsumsi pada triwulan II-2009 mencapai Rp893,46 miliar, atau turun sekitar 29,97% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Meskipun demikian, nilai outstanding kredit konsumsi tetap meningkat, saat ini tercatat sebesar Rp17,14 triliun.

Grafik I.11. Posisi Penyaluran Kredit Konsumsi Grafik I.12. Penyaluran Kredit Baru untuk oleh Bank Umum di Sumut konsumsi oleh Bank Umum di Sumut

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 I II III IV I II III IV I II 2007 2008 2009 Rp Triliun -10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 % posisi kredit pertumbuhan (yoy) -60 -40 -20 0 20 40 60 80 100 120

I II III IV I II III IV I II III IV I II 2006 2007 2008 2009 Rp Miliar 0 200 400 600 800 1,000 1,200 1,400% jumlah kredit pertumbuhan (yoy)

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU), KBI Medan

2. Investasi

Total investasi pada triwulan II-2009 tumbuh 0,60% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan I-2009 sebesar 6,48% (yoy). Berdasarkan data dari Badan Promosi dan Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi dalam bentuk Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar USD127,3 juta dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp382,7 milyar. Sementara, pada triwulan laporan (data sampai dengan Februari) realisasi PMA tercatat sebesar USD1,8 juta dan PMDN sebesar Rp14,4 milyar.

Rencana diterapkannya layanan terpadu satu pintu diharapkan akan menjadi daya tarik tersendiri sekaligus meningkatkan daya saing Sumut dalam menggaet investasi, baik domestik maupun asing. Selama ini, telah banyak keluahan yang timbul akibat prosedur yang cenderung berbelit dan membutuhkan waktu serta biaya yang tidak sedikit dalam pengurusan investasi.

(27)

Grafik I.13. Pengadaan Semen di Sumut Grafik I.14.Penjualan Bahan Konstruksi -10 -5 0 5 10 15 20 25 30 35 40 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 2007 2008 2009 % 0.0 50.0 100.0 150.0 200.0 250.0 Ribu Ton

Pengadaan Semen (kanan) Pertumbuhan (yoy)

-20 0 20 40 60 80 100 120 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 2007 2008 2009 Rp Juta 0 200 400 600 800 1000 1200% Penjualan Bahan Konstruksi

Pertumbuhan (yoy)

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Sumber : Survei Penjualan Eceran, KBI Medan

Investasi pada sektor bangunan terlihat mengalami peningkatan, antara lain tercermin pada penjualan semen di Sumut selama triwulan II-2009 yang mencapai 591 ribu ton, atau meningkat 7,93% (qtq). Hal tersebut juga terkonfirmasi melalui Survei Penjualan Eceran, di mana indeks penjualan bahan konstruksi mengalami peningkatan. Faktor yang menyebabkan peningkatan penjualan semen antara lain adalah makin tingginya kegiatan konstruksi dan properti di pertengahan tahun. Realisasi belanja pembangunan yang dianggarkan oleh pemerintah juga mengalami peningkatan, sehingga mulai memberikan pengaruh terhadap peningkatan permintaan bahan-bahan konstruksi.

Grafik I.15. Posisi Penyaluran Kredit Investasi oleh Bank Umum di Sumut

0 2 4 6 8 10 12 14 16 I II III IV I II III IV I II 2007 2008 2009 Rp Triliun -5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 % posisi kredit pertumbuhan (yoy)

(28)

Sementara itu, investasi yang saat ini menjadi perhatian Pemerintah Sumut ialah pembangunan bandara sekaligus jalan tol Kualanamu yang diharapkan dapat diselesaikan secara tepat waktu pada pertengahan 2010. Investasi lain yang sedang dilirik adalah pembangunan pembangkit listrik guna mengatasi defisit daya yang masih terus terjadi.

3. Ekspor – Impor

Perlambatan laju perekonomian dunia, berimbas antara lain terhadap laju perdagangan internasional. Penurunan daya beli masyarakat negara-negara maju, menjadi salah satu faktor utama yang mempengaruhi pola ekspor impor negara-negara berkembang, sebagaimana Indonesia. Penurunan daya beli tersebut, juga berimbas pada permintaan komoditas asal Sumut.

Pada tahun 2008, nilai ekspor Sumut mampu tumbuh 31,51%, namun pada triwulan II-2009 diperkirakan mengalami kontraksi sampai dengan -31,76% (yoy). Pencapaian tersebut membaik dibandingkan triwulan I-2009 sebesar -46,14%. Di sisi lain, volume ekspor triwulan II-2009 justru mengalami peningkatan sebesar 14,54% (yoy) dari 1,19 ribu ton menjadi 1,36 ribu ton. Memperhatikan kondisi tersebut, kinerja ekspor Sumut dapat dinilai relatif membaik meskipun masih terkendala oleh harga berbagai komoditas yang sangat fluktuatif yang berdampak pada nilai ekspor.

Sebagaimana periode-periode sebelumnya, ekspor terbesar disumbangkan oleh produk minyak hewan, nabati dan Crude Palm Oil (CPO), dengan nilai mencapai USD518,96 juta (50,28% dari total ekspor), diikuti oleh ekspor karet yang mencapai USD139,53 juta atau 13,52% dari total ekspor. Komoditas lainnya seperti kelompok aluminium, kelompok kopi, teh dan rempah serta kelompok kayu masing-masing memberikan sumbangan sebesar 3,96%, 3,26% dan 3,01% terhadap total nilai ekspor Sumut.

Mulai membaiknya kinerja ekspor, meskipun masih lebih lambat dibandingkan kinerja tahun lalu, disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia yang masih belum sepenuhnya pulih. Salah satu produk yang masih mengalami tekanan cukup besar adalah produk-produk manufaktur. Meskipun kapasitas utilisasi semakin ditingkatkan, namun belum mencapai maksimum. Kendala permintaan yang belum sepenuhnya normal, harga bahan baku impor dan persaingan usaha merupakan rangkaian kendala yang dominan dihadapi. Menyikapi hal tersebut maka industri manufaktur telah

(29)

menerapkan berbagai efisiensi dan sangat terbantu dengan harga BBM yang tidak mengalami kenaikan. Di sisi lain, isu PHK dan perumahan karyawan yang sempat merebak beberapa waktu lalu, tidak lagi terjadi.

Grafik I.16. Perkembangan Nilai Ekspor & Impor Grafik I.17. Perkembangan Volume Ekspor & Impor

0 100,000,000 200,000,000 300,000,000 400,000,000 500,000,000 600,000,000 700,000,000 800,000,000 900,000,000 1,000,000,000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 1 1 2 3 4 5 2007 2008 2009

USD Nilai Ekspor Nilai Impor

0 100,000,000 200,000,000 300,000,000 400,000,000 500,000,000 600,000,000 700,000,000 800,000,000 900,000,000 1,000,000,000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 1 1 2 3 4 5 2007 2008 2009

Kg Volume Ekspor Volume Impor

Sumber : BI

Produk utama ekspor masih didominasi oleh produk manufaktur dengan pangsa hingga 82,92% dari total nilai ekspor. Komoditas ekspor produk manufaktur yang utama tetap berupa produk makanan dan minuman (pangsa 54,94%) , diikuti produk-produk kimia (pangsa 10,04%).

Grafik I.18. Perkembangan Nilai Ekspor Tabel I.3. Nilai Ekspor Triwulan II-2009* Produk Utama 0 100,000,000 200,000,000 300,000,000 400,000,000 500,000,000 600,000,000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 2006 2007 2008 2009 USD Mnyk hwn,nabati,CPO Karet Alumunium Kayu Kopi,Teh,Rempah *data s/d Mei 2009 Sumber : BI

Impor Sumut mengalami penurunan terkait dengan menurunnya impor bahan baku industri manufaktur. Nilai impor Sumut triwulan II-2009 (April-Mei 2009) mencapai

(30)

USD332,33 juta, atau menurun -35,49% (yoy). Impor Sumut didominasi oleh impor barang modal/bahan baku dengan nilai mencapai USD298,30 juta.

Bahan baku yang diimpor terutama yang berguna untuk mendukung kegiatan produksi dengan komponen impor tinggi seperti industri kimia dan industri barang dari logam. Sebagaimana periode-periode sebelumnya, maka produk-produk yang mendominasi impor Sumut pada triwulan II-2009 ini yaitu Kimia dan Bahan dari Kimia (pangsa 19,32%), Logam Dasar (pangsa 11,80%) dan Produk Makanan dan Minuman (pangsa 16,86%).

Sementara itu, nilai impor produk-produk pertanian Sumut periode April-Mei 2009 tercatat sebesar USD22,51 juta atau setara dengan 8,46% dari total impor. Di sisi lain, impor dari barang-barang tambang relatif cukup kecil dengan nilai sebesar USD5,78 juta setara dengan 1,78% dari total impor Sumut.

Tabel I.4. Nilai Impor Triwulan II-2009*

Sumber : BI

*data sampai dengan Februari 2009

Selain penurunan nilai, volume impor juga mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun 2008.

Menyikapi kondisi perdagangan internasional saat ini, sudah saatnya Sumut melakukan pembenahan internal terhadap rantai produksi, terutama untuk produk-produk unggulan. Selain perubahan pada orientasi pemasaran, diperlukan juga perubahan struktural dan mendasar pada aspek kualitas dan jaminan ketersediaan produk. Sebagaimana diketahui, Sumut memiliki keunggulan dalam produk-produk setengah jadi yang berasal dari perkebunan, misalnya karet dan produk olahan dari kelapa sawit.

(31)

Untuk itu, perlu dilakukan upaya peningkatan nilai tambah dengan melakukan peningkatan standar produk dan pengolahan lebih lanjut menjadi barang jadi.

Ancaman persaingan dari kawasan regional semakin menguat, misalnya pada produk kelapa sawit, di mana saat ini Malaysia dan Vietnam juga tengah gencar melakukan pengembangan komoditas kelapa sawit. Jika tidak dilakukan program pengembangan perkebunan terpadu maka daya saing produk sawit asal Sumut akan menurun dan kalah bersaing dengan produk-produk negara tetangga tersebut. Pengembangan dapat dilakukan dalam skema revitalisasi perkebunan (revbun) yang diharapkan akan berdampak luas pada peremajaan tanaman dan perbaikan struktur bisnis.

Meskipun dengan kecenderungan penurunan baik pada komponen ekspor maupun impor, neraca perdagangan (trade balance) Sumut masih berada dalam kondisi surplus. Nilai neraca perdagangan pada Maret 2009 tercatat sebesar USD324,4 juta, sementara pada Mei 2009 tercatat sebesar USD375,50 juta.

Grafik I.19. Volume Muat Barang di Grafik I.20. Neraca Perdagangan Sumut Pelabuhan Belawan 0 100,000 200,000 300,000 400,000 500,000 600,000 700,000 800,000

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr May

2008 2009 0 20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000

Bongkar Muat (Axis kanan)

0.0 100.0 200.0 300.0 400.0 500.0 600.0 700.0 800.0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 2007 2008 2009 JutaUSD

Sumber : BPS Sumut dan BI

1.3. SISI PENAWARAN

Perekonomian Sumut triwulan II-2009 pada sisi penawaran masih didominasi oleh tiga sektor non primer yaitu sektor jasa keuangan, sektor jasa-jasa, sektor pengangkutan dan komunikasi yang masing-masing tumbuh 7,51%, 6,40% dan 5,56 % (yoy). Sementara itu, sektor dengan pangsa tertinggi yaitu sektor pertanian pada triwulan laporan menunjukkan penurunan pertumbuhan menjadi sebesar 2,80% (yoy).

(32)

Sektor lainnya tumbuh cukup variatif, seperti sektor perdagangan, hotel dan restoran yang tumbuh sebesar 6,14%, sektor Listrik Gas dan Air (LGA) tumbuh 5,28% serta sektor industri pengolahan tumbuh sebesar 4,78%. Sejalan dengan sektor pertambangan dan penggalian yang terkontraksi, pertumbuhan sub sektor industri migas juga mengalami kontraksi sebesar -1,82%. Sementara sub sektor industri non migas masih mampu tumbuh sebesar 4,81%. Dari sub sektor industri non migas, pertumbuhan masih bersumber dari pertumbuhan industri kertas dan barang cetakan, terkait dengan pelaksanaan kampanye dan Pemilu 2009. Industri tekstil dan sablon juga mengalami peningkatan yang diakibatkan oleh kegiatan tersebut.

Sementara itu, sektor yang mengalami pertumbuhan negatif adalah sektor pertambangan dan penggalian, yaitu sebesar -1,74%. Penyebab utamanya adalah penurunan pada sub sektor minyak dan gas bumi.

1. Sektor Pertanian

Pertumbuhan sektor pertanian mengalami perlambatan, yaitu menjadi 2,80%, setelah pada periode sebelumnya mencapai 4,08%. Sebagaimana triwulan sebelumnya, kinerja sub sektor peternakan masih yang tertinggi, dengan pertumbuhan mencapai 6,23%. Sementara itu, subsektor perkebunan juga mengalami pertumbuhan meskipun hanya sebesar 1,48%.Harga jual tandan buah segar (TBS) kelapa sawit dan karet mentah yang masih cukup fluktuatif menyebabkan sub sektor ini masih belum mampu menunjukkan pertumbuhan yang optimal.

Di sub sektor tanaman bahan makanan, berakhirnya masa panen raya padi menyebabkan pertumbuhan secara triwulanan terkontraksi -12,38%. Meskipun demikian, jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, sub sektor ini masih mampu tumbuh sebesar 2,34%. Masih tingginya curah hujan di Sumut berakibat pada bergesernya musim tanam serta meningkatnya serangan berbagai hama penyakit.

Meningkatnya pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan II-2009, mulai diikuti dengan peningkatan tingkat kesejahteraan petani, yang tercermin dalam nilai tukar petani (NTP). NTP digunakan sebagai salah satu pendekatan mengukur kesejahteraan

(33)

petani. NTP pada bulan Mei 2009 tercatat sebesar 100,96 yang merupakan pencapaian tertinggi sepanjang tahun 2009.

Grafik I.21. Nilai Tukar Petani Sumut

-6.00 -4.00 -2.00 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 16.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 2007 2008 2009 % 85 90 95 100 105 110 Nilai Tukar Petani (axis kanan)

Pertumbuhan (yoy)

Sumber : BPS, Sumut

Berdasarkan sub kelompoknya, NTP pada pertanian hortikultura masih merupakan yang tertinggi yaitu sebesar 109,70 diikuti perikanan sebesar 102,71 serta perkebunan rakyat sebesar 101,98. Sementara, sub sektor lainnya masih berada di bawah 100, seperti tanaman pangan (97,21) dan peternakan (99,48).

Berdasarkan Angka Ramalan (ARAM) II 2009, produktivitas padi diperkirakan akan mengalami kenaikan dari 4,46 ton per hektar menjadi 4,48 ton per hektar. Di sisi lain, luas lahan pertanian padi juga mengalami peningkatan dari 748 ribu hektar menjadi 772 ribu hektar. Di seluruh wilayah Sumatera, lahan pertanian di Sumut adalah yang terluas, mencapai 22,39% dari total lahan. Dengan peningkatan luas lahan sekaligus produktivitas hasil tanaman, maka pada tahun 2009 diperkirakan produksi tanaman padi Sumut akan mencapai 3,46 juta ton atau mengalami peningkatan sebesar 3,71% dibandingkan tahun 2008. Angka ini sama dengan angka pertumbuhan nasional yang diperkirakan sebesar 3,71%.

Meningkatnya produksi beras tahun 2009, akan menjadikan jaminan adanya surplus beras di Sumut, mengingat kebutuhan seluruh penduduk Sumut diperkirakan hanya sebesar 1,78 juta ton (dengan asumsi kebutuhan 136,74 kg/kapita/tahun).

(34)

Tabel I.5. Produk dan Produktivitas Padi Sumut

2009 : Angka Ramalan II Sumber : BPS

Pertumbuhan sektor pertanian juga sejalan dengan penyaluran kredit perbankan ke sektor ini yang meningkat 7,37% (yoy). Nilai kredit ke sektor pertanian mencapai Rp9,76 triliun, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp9,09 triliun.

Grafik I.22. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Pertanian -20 -10 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2006 2007 2008 2009 % 0 2 4 6 8 10 12 Rp Triliun posisi kredit pertumbuhan (yoy)

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU), KBI Medan

2. Sektor Industri Pengolahan

Pada triwulan II-2009, sektor industri tumbuh 4,78% (yoy), meningkat dibandingkan dengan triwulan I-2009 (2,70%). Beberapa faktor yang diyakini berpengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan di sektor industri, antara lain adalah mulai membaiknya perekonomian internasional, yang berimbas pada peningkatan permintaan produk industri dan manufaktur Sumut. Situasi dalam negeri juga tidak seburuk yang diprediksi sebelumnya, bahkan telah nampak adanya perbaikan pertumbuhan yang cukup signifikan.

Meskipun kapasitas utilisasi belum mencapai 100%, namun tanda-tanda perbaikan ekonomi terus berlanjut. Bahkan, pada beberapa industri telah merencanakan untuk

(35)

menambah investasi berupa mesin dan peralatan guna meningkatkan kapasitas produksinya. Nuansa ini jelas sangat berbeda dibandingkan dengan triwulan IV-2008 maupun triwulan I-2009, di mana sebagian industri justru berencana untuk melakukan pengurangan karyawan, meskipun tidak secara masif.

Pertumbuhan pada sektor industri terutama disumbangkan oleh sub sektor industri non migas, yang mencapai 4,81%, sementara indutri migas justru terkontraksi sebesar 1,82%. Kontraksi ini sejalan dengan pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian yang juga terkontraksi. Pemilu Legislatif dan persiapan Pemilu Presiden 2009, telah memberikan efek meningkatnya permintaan barang-barang cetakan dan tekstil, seperti pamflet, poster, baliho, kaos dan lain-lain. Industri kertas dan barang cetakan, serta industri tekstil menjadi penyumbang terbesar pertumbuhan sub sektor industri non migas.

Grafik I.23. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Industri Pengolahan

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2006 2007 2008 2009 Rp Triliun -10 0 10 20 30 40 50 % posisi kredit pertumbuhan (yoy)

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU), KBI Medan

Meskipun sektor industri pengolahan mengalami pertumbuhan yang cukup baik, namun pada posisi triwulan II-2009, kredit bagi sektor industri pengolahan justru mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebeklumnya, dari Rp17,08 triliun menjadi Rp16,08 triliun. Penurunan ini, diyakini hanya bersifat sementara, mengingat beberapa industri masih mengutamakan konsolidasi berupa pembenahan internal dan efisiensi produksi, guna mencapai efisiensi. Ekspansi usaha masih bersifat terbatas dan penggunaan sumberdaya dan bahan baku cadangan lebih diutamakan.

(36)

3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Meskipun secara triwulanan sektor PHR pada triwulan II-2009 diperkirakan mengalami kontraksi sebesar 0,90% (qtq), namun secara tahunan sektor ini mampu tumbuh sebesar 6,14% (yoy). Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sub sektor restoran yang mencapai 12,67%. Sementara sub sektor hotel mencapai 7,76% diikuti sub sektor perdagangan 5,40%. Maraknya pembukaan restoran-restoran baru dan wisata kuliner, menjadi pemicu pertumbuhan sub sektor hotel melesat dibandingkan sub sektor lainnya. Fenomena ini telah terjadi sejak akhir tahun 2008, bahkan pada triwulan I-2009 pun, sub sektor restoran mengalami pertumbuhan sebesar 11,50% (yoy).

Tingkat hunian hotel rata-rata (hotel bintang) di Sumut selama bulan April-Juni 2009 berkisar antara 31,77% - 39,65%. Menurunnya tingkat hunian, disebabkan faktor musiman, di mana tidak terdapat hari raya keagamaan yang cenderung akan meningkatkan tingkat hunian hotel. Diperkirakan mulai triwulan III sampai dengan triwulan IV, tingkat hunian akan kembali membaik, seiring dengan kegiatan-kegiatan pertemuan, konvensi maupun eksibisi yang akan kembali marak. Selain itu, tingkat persaingan antar hotel yang semakin ketat juga menyebabkan tingkat hunian untuk sementara akan menurun.

Pertumbuhan sub sektor perdagangan dan eceran sebesar 5,40%, mengalami peningkatan dibandingkan periode sebelumnya sebesar 4,12%. Hasil Survei Penjualan eceran (SPE) menunjukkan bahwa pada triwulan II-2009 penjualan pedagang besar dan eceran meningkat sekitar 36,27% (yoy) atau mencapai Rp48,65 miliar.

Tabel I.6. Tingkat Penghunian Kamar Hotel di Sumut (%)

(37)

Grafik I.24. Nilai Penjualan Pedagang Besar Grafik I.25. Penyaluran Kredit oleh dan Eceran Bank Umum di Sumut ke Sektor PHR

0 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 2007 2008 2009 Rp Juta 0 20 40 60 80 100 120 %

Penjualan Pedagang Besar & Eceran Pertumbuhan (% yoy) 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

I II III IV I II III IV I II III IV I II 2006 2007 2008 2009 % 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 Rp Triliun

posisi kredit pertumbuhan (yoy)

Sumber : Survei Penjualan Eceran, KBI Medan Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU), KBI Medan Dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit ke sektor perdagangan, hotel, dan restoran tumbuh 18,89% (yoy), masih lebih rendah jika dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I-2009 dan triwulan IV-2008 yang masing-masing sebesar 34,12% dan 39,80%. Posisi kredit bank umum di Sumut ke sektor perdagangan, hotel, dan restoran pada Juni 2009 mencapai Rp16,87 triliun yang didominasi oleh kredit ke subsektor perdagangan eceran.

Tabel I.7. Perkembangan Arus Barang di Pelabuhan Belawan (Ton)

Sumber : BPS Sumut

4. Sektor Keuangan

Pada triwulan II-2009, sektor keuangan mengalami pertumbuhan sebesar 7,51% (yoy), meningkat dibandingkan dengan triwulan I-2009 (6,70%). Beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan di sektor ini adalah kegiatan usaha sektor riil yang kian dinamis serta meningkatnya nilai tambah sektor keuangan karena peningkatan pendapatan kotor (gross output). Di sisi lain, fungsi intermediasi perbankan relatif juga

(38)

membaik, sekaligus diikuti dengan penurunan kredit bermasalah (Non Performing

Loans/NPL ).

Tabel I.8. Perkembangan Kegiatan Bank

2009 I II III IV I* DPK Rp Triliun 72.08 75.72 77.97 84.29 87.08 Pertumbuhan (% yoy) - - 15.92 18.22 20.81 Kredit Rp Triliun 54.78 62.34 65.87 66.72 66.05 Pertumbuhan (% yoy) - - 34.13 23.10 20.57 UMKM Rp Triliun 24.72 28.02 30.42 30.17 29.49 Pertumbuhan (% yoy) - - 38.08 34.51 19.30 LDR % 76.01 82.33 84.48 79.03 75.73 NPL % 3.63 3.32 3.16 2.81 3.57 2008 Uraian 2008

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum, KBI Medan

Sistem keuangan di Sumut sampai saat ini relatif stabil, aman dan terjaga. Aset perbankan yang terus meningkat, diikuti dengan peningkatan dana pihak ketiga (DPK) sekaligus kredit, membuktikan bahwa kondisi perbankan sebagai tulang punggung sistem keuangan di Sumut terus membaik. Bahkan, DPK yang berhasil dihimpun oleh perbankan Sumut, merupakan yang terbesar di luar Pulau Jawa.

5. Sektor Bangunan

Pada triwulan I-2009, sektor bangunan tercatat mengalami pertumbuhan 2,49% (yoy). Sementara, pada triwulan I-2009 sektor ini mampu tumbuh 3,78% (yoy) dan pertumbuhan secara triwulanan mencapai 0,57%.

Pertumbuhan sektor bangunan yang relatif melambat, merupakan konsekuensi dari masih belum berjalannya ataupun tertundanya beberapa proyek konstruksi skala besar. Meskipun demikian, pengadaan semen untuk wilayah Sumut mengalami peningkatan 4,42% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Proyek pengembangan properti-properti baru, juga masih relatif sedikit, sampai dengan triwulan II-2009. Diperkirakan, setelah Pemilu legislatif dan presiden, sektor properti akan kembali marak seiring dengan keyakinan konsumen akan semakin stabilnya ekonomi.

(39)

Grafik I.26. Penyaluran Kredit Oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Konstruksi

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2006 2007 2008 2009 % -0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 Rp Triliun

posisi kredit pertumbuhan (yoy)

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum, KBI Medan

Sejalan dengan perkembangan di atas, pembiayaan yang dilakukan oleh bank umum di Sumut ke sektor bangunan dan konstruksi meningkat dari Rp1,90 triliun pada triwulan I-2009 menjadi Rp2,14 triliun pada triwulan laporan. Sementara menurut peruntukannya, sebagian besar kredit masih disalurkan kepada subsektor konstruksi lainnya dan subsektor perumahan sederhana.

6. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh sebesar 5,56% (yoy), sementara triwulan I-2009 sektor ini tumbuh sebesar 6,01%. Pertumbuhan sub sektor pengangkutan sebesar 5,71%, sementara sub sektor komunikasi tumbuh 4,94%. Terjadinya peningkatan angkutan udara, angkutan jalan raya (antar kota dalam dan luar provinsi) dan angkutan laut, mempengaruhi pertumbuhan pada sub sektor pengangkutan. Sementara, pada sub sektor komunikasi, mulai nampak adanya perlambatan, yang disebabkan oleh menurunnya investasi pada pembangunan sarana dan prasarana komunikasi.

Perlambatan pada sub sektor pengangkutan antara lain disebabkan dari pengurangan jumlah penerbangan, mengikuti menurunnya jumlah penumpang. Untuk tujuan domestik, jumlah kedatangan penumpang menurun hingga 7,78%, sedang keberangkatan penumpang menurun hingga 4,69% (yoy). Demikian juga untuk tujuan

(40)

internasional, kedatangan berkurang hingga 8,32% (yoy) dan keberangkatan berkurang hingga 9,37%.

Tabel I.9. Jumlah Penumpang Domestik dan Internasional Di Bandara Polonia

Sumber : BPS, Sumut

Sementara, arus penumpang melalui pelabuhan Belawan tetap mengalami kenaikan, meskipun jumlah kedatangan kapal berkurang. Kedatangan penumpang meningkat hingga 4,72% dan keberangkatan penumpang meningkat hingga 9,86%.

Tabel I.10. Jumlah Penumpang Dalam Negeri Di Pelabuhan Belawan

Sumber : BPS, Sumut

Dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit ke sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh signifikan yakni sebesar 25,56% (yoy). Nilai kredit sektor ini mencapai Rp1,13 triliun, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp0,90 triliun. Penyaluran kredit terbesar diperkirakan terutama terjadi di subsektor komunikasi.

(41)

Grafik I.27. Penyaluran Kredit Oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Pengangkutan & Komunikasi

-10 -5 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

I II III IV I II III IV I II III IV I II 2006 2007 2008 2009 % -0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 Rp Triliun posisi kredit pertumbuhan (yoy)

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum, KBI Medan

7. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih

Pertumbuhan sebesar 5,28% (yoy) dicapai oleh sektor Listrik, Gas, dan Air bersih (LGA) pada triwulan II-2009. Sementara, triwulan sebelumnya sektor LGA tumbuh sebesar 8,89%. Pertumbuhan kinerja sektor ini tidak lepas dari pertumbuhan di semua subsektor, terutama sub sektor gas kota. Sub sektor listrik tumbuh 3,70% (yoy), sub sektor gas kota tumbuh 17,49% (yoy) serta sub sektor air bersih tumbuh sebesar 5,87%

(yoy).

8. Sektor Jasa-Jasa

Sektor jasa-jasa pada triwulan II-2009 tumbuh 6,40% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I-2009 (8,25%). Jika dilihat trennya, maka sektor jasa-jasa selalu memberikan pertumbuhan yang relatif tinggi di antara sektor-sektor lainnya. Subsektor jasa pemerintahan dan subsektor jasa sosial dan kemasyarakatan masih mendominasi pertumbuhan sektor ini. Faktor yang mempengaruhinya antara lain adalah pelaksanaan Pemilu legislatif dan persiapan Pemilu presiden, sekaligus dikucurkannya stimulus fiskal sebagai upaya antisipasi imbas gejolak perekonomian global, telah menyebabkan sub sektor jasa pemerintahan tumbuh relatif baik, yaitu sebesar 6,67% (yoy). Sementara pertumbuhan sub sektor jasa swasta sebesar 5,88%, dengan sumber pertumbuhan berasal dari pertumbuhan hiburan dan rekreasi, sosial dan kemasyarakatan serta perorangan dan rumah tangga.

(42)

Grafik I.28. Penyaluran Kredit Oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Jasa-Jasa

-10 0 10 20 30 40 50 60 70

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2006 2007 2008 2009 % -0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 4.50 Rp Triliun posisi kredit pertumbuhan (yoy)

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum, KBI Medan

Meskipun terjadi pertumbuhan pada sektor ini, namun penyaluran kredit ke sektor jasa-jasa justru terkontraksi sebesar 0,49% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Meskipun demikian, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya maka telah terjadi peningkatan penyaluran, dari Rp4,03 triliun menjadi Rp4,04 triliun.

(43)

Sebagai salah satu wilayah yang memiliki lahan perkebunan kelapa sawit

terluas di Indonesia, Sumut juga menjadikan produk-produk berbasis kelapa sawit

sebagai salah satu komoditas andalan ekspor. Pangsa ekspor CPO terus mengalam

peningkatan dari tahun ke tahun. Jika pada tahun 2006, pangsanya mencapai

34,75%, maka pada triwulan I-2009 ekspor CPO kembali mendominasi, dengan

pangsa sebesar 47,36%.

Grafik. Harga, Volume dan Nilai Ekspor CPO Grafik. Pangsa Ekspor CPO

Sebagai daerah yang memiliki keunggulan dalam komoditas tersebut, sudah

selayaknya Sumut berkonsentrasi dalam pengembangan kelapa sawit dan

komoditas-komoditas turunan lainnya. Selama ini hanya ekspor dalam bentuk CPO yang

diutamakan. Pergerakan harga yang relatif fluktuatif, akan mengakibatkan

ketidakpastian hingga ke level petani. Sebagaimana terlihat dalam grafik, pergerakan

harga CPO di pasar internasional sangat emmpengaruhi tidak hanya nilai ekspor,

tetapi juga volume ekspornya.

Untuk mengatasi hal tersebut, sudah seharusnya Sumut memiliki cetak biru

(blue print) pengembangan bisnis kelapa sawit berikut produk-produk turunan

lainnya. Tidak cukup hanya industri hulu yang dikembangkan, namun juga diarahkan

pada pengembangan industri hilir yang berbahan dasar kelapa sawit, seperti sabun,

kosmetik, maupun produk-prouk lainnya yang memiliki nilai tambah tinggi.

(44)

Revitalisasi perkebunan merupakan program pemerintah yang memanfaatkan dana perbankan untuk mendorong pemberdayaan para petani yang memiliki lahan namun pemanfaatannya belum maksimal. Target pengembangan secara nasional, seluas 2 juta hektar sampai tahun 2010 untuk program perluasan, peremajaan dan rehabilitasi (kelapa sawit 1.500.000 ha, karet 300.000 ha dan kakao 200.000 ha).

Pembiayaan yang diberikan kepada petani adalah mulai dari pembelian bibit sampai dengan pasca panen, termasuk biaya pengurusan sertifikat lahan. Subsidi bunga dari pemerintah sebesar 3 s.d 4%, dimana petani hanya membayar bunga kredit 10% selama masa grace period, (sawit dan kakao 5 tahun, karet 7 tahun), besarnya bunga setelah masa tenggang adalah sesuai dengan ketentuan yang berlaku di bank. Sasaran dari setiap komoditi secara nasional adalah sebagai berikut :

Di Sumut, program revbun melibatkan 4 bank, diantaranya: Bank Sumut, BPD Aceh, BNI dan Bank Mandiri. Komoditi yang dikembangkan Kelapa Sawit dengan sistem kemitraan serta Karet dan Kakao dengan sistem non mitra komoditi.

Realisasi program yang telah dilaksanakan sampai dengan Mei 2009 adalah sebagai berikut: 1. Realisasi untuk kemitraan (Kelapa Sawit)

Gambar

Tabel I.2. Pertumbuhan Ekonomi Sumut (% yoy)
Grafik I.7. Pertumbuhan Penjualan BBM Grafik I.8. Penjualan Makanan&Tembakau
Grafik I.13. Pengadaan Semen di Sumut Grafik I.14. Penjualan Bahan Konstruksi -10-50510152025303540 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 2007 2008 2009% 0.0 50.0 100.0150.0200.0250.0Ribu Ton
Grafik I.19. Volume Muat Barang di Grafik I.20. Neraca Perdagangan Sumut Pelabuhan Belawan 0100,000200,000300,000400,000500,000600,000700,000800,000
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal konstruksi mesin perbedaan mesin bensin dan mesin diesel ini mesin diesel lebih cenderung simple tidak terlalu rumit seperti mesin bensin akan tetapi dari segi bobot

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dalam novel Surga Yang Tak Dirindukan karya Asma Nadia, didalamnya terkandung pesan moral yang

Sisanya (88%) adalah pikiran bawah sadar (unconscious) yang masih dapat dimaksimalkan untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik, menampilkan kemampuan terbaik setiap saat

Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Abiddin (2006) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara proses belajar, mentoring, dan

Paper bertujuan untuk mengetahui tegangan yang terjadi pada piston akibat tekanan yang terjadi akibat pembakaran pada ruang bakar, mengetahui distribusi temperatur

Nefron memiliki enam segmen yaitu kapsula glomerulus yang merupakan ujung buntu yang meluas pada nefron, tubuli konvoluti, tubuli rekti proksimalis, segmen tipis,

Penelitian ekstraksi bertingkat petroleum eter-kloroform-metanol dari daun, kulit akar, akar, kulit batang dan batang Fagraea racemosa terhadap pereaksi radikal

3) Membantu siswa memahami diri dengan tuntutan lingkungannya dan menjauhi melakukan hal-hal yang dilarang oleh sekolah. 4) Siswa belajar hidup dengan kebiasaan-