• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN. Konsep Diri pada remaja: Faktor yang memengaruhi. -Citra Tubuh Positif Konsep Diri:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 3 KERANGKA PENELITIAN. Konsep Diri pada remaja: Faktor yang memengaruhi. -Citra Tubuh Positif Konsep Diri:"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1. Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian dalam penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan

konsep diri remaja di SMP Swasta Sultan Iskandar Muda Medan. Konsep diri

terdiri dari 5 komponen, diantaranya: citra tubuh, ideal diri, harga diri, peran diri

dan identitas diri.

Konsep Diri pada remaja: Faktor yang

-Citra Tubuh

Positif memengaruhi

Konsep Diri: Negatif

-Lingkungan -Ideal Diri Realistis

-Pengalaman masa Tidak Realistis

lalu -Harga Diri Tinggi

-Tingkat tumbuh Rendah

kembang -Peran Diri Baik

Tidak Baik

-Identitas Diri Baik

Tidak Baik

Skema 3.1. Kerangka penelitian konsep diri remaja di SMP Swasta Sultan Iskandar Muda Medan.

32

(2)

3.2. Defenisi Operasional

Tabel 3.1. Variabel Penelitian, Defenisi Operasional, Alat Ukur, Hasil Ukur, Skala Ukur

No Variabel Defenisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Penelitian Operasional Ukur

1. Variabel

Independen:

Konsep Diri Cara remaja Jumlah Positif: Ordinal

Remaja menggambarankan seluruh jika skor

atau menilai pernyataan 75-125

dirinya sendiri. berjumlah Negatif :

25 jika skor

pernyataan 25-74

a. Citra Sekumpulan sikap Kuesioner Positif:

Tubuh remaja terhadap terdiri dari jika skor

tubuhnya sendiri, 5 16-25

termasuk komponen Negatif:

penampilan fisik, jika skor

struktur, dan 5-15

fungsinya.

b. Ideal Persepsi remaja Kuesioner Realistis:

Diri tentang bagaimana terdiri dari jika skor

ia harus berperilaku 5 16-25

berdasarkan komponen Tidak

beberapa standar, Realistis:

cita-cita dan jika skor

harapan yang ingin 5-15

dicapai.

c. Harga Pandangan remaja Kuesioner Tinggi:

Diri untuk melakukan terdiri dari jika skor

evaluasi diri secara 5 16-25

keseluruhan atau komponen Rendah:

rasa keberhagaan jika skor

diri. 5-15

(3)

34

d. Peran Diri Serangkaian Kuesioner Baik: jika

perilaku remaja terdiri dari skor 16-25

yang diharapkan 5 Tidak

oleh masyarakat komponen Baik: jika

agar sesuai skor

dengan fungsi 5-15

yang ada dalam kelompok.

e. Identitas Penilaian remaja Kuesioner Baik: jika

Diri tentang dirinya terdiri dari skor 16-25

sebagai suatu 5 Tidak

kesatuan yang komponen Baik: jika

utuh. skor 5-15

(4)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif yang bertujuan

untuk menggambarkan bagaimana konsep diri remaja di SMP Swasta Sultan

Iskandar Muda Medan.

4.2. Populasi, Sampel dan Tehnik Sampling

4.2.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti. Objek

tersebut dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, benda-benda mati

lainnya, serta peristiwa dan gejala yang terjadi di dalam masyarakat atau di dalam

alam (Notoadmodjo, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII,

dan VIII di SMP Swasta Sultan Iskandar Muda Medan dengan jumlah populasi

401 orang.

4.2.2. Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi

(Notoadmodjo, 2012). Pemilihan sampel dilakukan dengan proportionate stratified

random sampling yaitu pengambilan sampel bila populasi anggotanya tidak

homogen dan berstrata secara proporsional (Setiadi, 2013).

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 200 orang yang diperoleh dari

rumus Slovin (Setiadi,2013) :

35

(5)

36

Keterangan :

n = Besar Sampel

N = Besar Populasi

d = Derajat akurasi yang diinginkan (5%=0,05)

= 200,24 = 200

Dari jumlah sampel tersebut maka didapatkan sampel tiap kelas :

Jumlah sampel tiap kelas (jumlah

Kelas siswa/total siswa x jumlah sampel

kelas) VII-A (45 siswa) 22 VII-B (43 siswa) 22 VII-C (45 siswa) 22 VII-D (40 siswa) 20 VII-E (44 siswa) 22 VIII-A (48 siswa) 24 VIII-B (45 siswa) 22 VIII-C (48 siswa) 24 VIII-D (43 siswa) 22 Total 200 4.2.3. Tehnik Sampling

Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan tehnik

probability sampling dengan proportionate stratified random sampling. Setiap unit

yang mempunyai karakteristik umum yang sama, dikelompokkan pada suatu

strata, kemudian dari masing-masing strata diambil sampel yang mewakilinya.

(6)

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

4.3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Swasta Sultan Iskandar Muda Jalan Tengku

Amir Hamzah Lk. XI Pekan Sunggal, Kec. Medan Sunggal, Kota Medan, Prov.

Sumatera Utara.

4.3.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2017.

4.4. Pertimbangan Etik

Proses pengumpulan data pada penelitian ini tetap mempertimbangkan

prinsip-prinsip etik dalam penelitian. Sebelum melakukan penelitian, peneliti

menunjukkan surat permohonan ke bagian pendidikan Fakultas Keperawatan

USU untuk mendapat persetujuan penelitan. Setelah mendapat persetujuan dari

Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan USU, peneliti

memberikan surat izin pengambilan data awal meliputi jumlah siswa di SMP

Swasta Sultan Iskandar Muda Medan kebagian kemahasiswaan SMP tersebut.

Selanjutnya, peneliti akan menjelaskan kepada calon responden tujuan penelitian

ini dan responden memiliki hak untuk menerima atau menolak untuk menjadi

responden dalam penelitian ini.

Penelitian ini menyertakan sebuah lembar persetujuan (informed consent)

yang akan diberikan kepada calon responden, peneliti tidak akan memaksa dan

menghormati hak responden. Peneliti juga menjaga kerahasiaan identitas

responden (confidentialy) dengan cara tidak menuliskan nama responden pada

lembar pengumpulan data hanya inisial nama responden (anonimyti). Penelitian

(7)

38

yang digunakan juga tidak mengandung unsur bahaya apalagi sampai mengancam

jiwa responden (nonmalaficience).

4.5. Instrumen Penelitian

4.5.1. Kuesioner

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini dimodifikasi dari kuesioner

yang sudah baku oleh Robson (1989) dan sudah diterjemahkan oleh Sigalingging

(2015) dengan judul penelitian Gambaran Konsep Diri pada Mahasiswa

Keperawatan USU.

4.5.2. Data Demografi

Kuesioner data demografi responden terdiri dari nama responden, jenis

kelamin, usia, kelas dan pendidikan orangtua.

4.5.3. Konsep Diri

Kuesioner konsep diri terdiri dari 25 pernyataan dengan 7 pernyataan

negatif, 2 pernyataan negatif pada komponen citra tubuh (no. 2,5), 1 pernyataan

negatif pada komponen ideal diri (no.6), 2 pernyataan negatif pada komponen

harga diri (no.12,14), ), 1 pernyataan negatif pada komponen peran diri (no. 16) 1

pernyataan negatif pada komponen identitas diri (no.23) dan 18 pernyataan

positif, 3 pernyataan positif pada komponen citra tubuh, 4 pernyataan positif pada

komponen ideal diri, 3 pernyataan positif pada komponen harga diri, 4 pernyataan

positif pada komponen peran diri, dan 4 pernyataan positif pada komponen

identitas diri. Pengisian kuesioner dilakukan dengan cara memberi tanda cheklist

(√) pada salah satu pilihan yang tersedia dari pernyataan yang ada. Pernyataan

konsep diri terdiri dari 5 pilihan jawaban yaitu: sangat setuju bernilai 5, setuju

(8)

bernilai 4, netral bernilai 3, tidak setuju bernilai 2, sangat tidak setuju bernilai 1

untuk pernyataan positif dan sebaliknya untuk pernyataan negatif. (Likert, dalam

Fraenkel & Norman, 2008).

4.6. Validitas dan Reabilitas

4.6.1. Validitas

Instrumen ini telah dinyatakan valid oleh dosen ahli pada bidang jiwa dan

dasar di Fakultas Keperawatan USU. Validitas adalah suatu indeks yang

menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo,

2012). Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas tinggi dan dapat

mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Uji validitas ini

dilakukan oleh Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep dengan menggunakan

Content Validity yaitu mengukur sejauh mana kuesioner yang dibuat mewakili

semua aspek sebagai kerangka konsep. Sebuah alat ukur dianggap valid jika CVI

> 0,6 (Polit & Beck 2012). Nilai validitas untuk instrumen konsep diri adalah

0,96.

4.6.2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan

sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua

kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang

sama (Notoatmodjo, 2012). Uji reliabilitas ini menggunakan rumus cronbach’s

alpha dan dinyatakan reliabel jika nilainya > 0,7 (Polit & Beck 2012). Uji

reliabilitas pada 30 siswa di SMP Swasta Sultan Iskandar Muda Medan diluar

(9)

40

sampel penelitian yang diasumsikan memiliki karakteristik yang sama dengan

kelompok sampel bernilai 0,825.

4.7. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui proses administrasi dengan cara

mendapatkan izin dari Institusi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Setelah mendapatkan izin penelitian, peneliti akan memberikan surat izin kepada

SMP Swasta Sultan Iskandar Muda Medan untuk melakukan pengumpulan data.

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode

proportionate stratified random sampling yaitu pengambilan sampel jika

populasinya tidak homogen dan berstrata. Setelah mendapatkan jumlah sampel,

peneliti akan membagi jumlah sampel tersebut sehingga jumlah sampel tiap kelas

terwakili secara rata.

Setelah mendapat calon responden kemudian peneliti menjelaskan tujuan,

manfaat dan prosedur pelaksanaan penelitian. Calon responden merupakan siswa

yang bersedia menandatangani surat persetujuan (informed consent) untuk ikut

serta dalam penelitian yang akan dilaksanakan. Peneliti mengambil data dari

responden dengan memberikan kuesioner kepada responden. Responden juga

diberi kesempatan untuk bertanya kepada peneliti jika tidak memahami

pernyataan dalam penelitian. Setelah responden selesai mengisi lembar kuesioner,

peneliti memeriksa apakah datanya sudah lengkap, jika belum agar segera

dilengkapi. Kemudian data tersebut dikumpulan dan akan dianalisa.

(10)

4.8. Analisa Data

Dalam suatu penelitian, pengolahan data merupakan salah satu langkah yang

penting. (Notoadmodjo, 2012). Setelah data terkumpul, tahap pertama yang

dilakukan peneliti adalah penyuntingan (editing) dimana peneliti akan melakukan

pengecekan dan perbaikan kuesioner apakah datanya ada yang belum lengkap.

Setelah melakukan penyuntingan, selanjutnya dilakukan pengkodean (coding)

yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau

bilangan. Selanjutnya peneliti akan memasukkan data (data entry) yakni

jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk kode ke dalam

program atau software komputer. Apabila semua data dari setiap responden telah

selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya

kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya, kemudian dilakukan

pembetulan atau koreksi (data cleaning). Data demografi disajikan dalam bentuk

tabel distribusi frekuensi, presentase, mean dan standart deviasi.

4.8.1. Analisis Univariat

Analisis ini bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian yaitu konsep diri yang meliputi citra tubuh

terbagi menjadi citra tubuh positif dan negatif, ideal diri terbagi menjadi ideal diri

realistik dan tidak ralistik, harga diri terbagi menjadi harga diri tinggi dan rendah,

peran diri terbagi menjadi peran diri baik dan tidak baik dan identitas diri terbagi

menjadi identitas diri baik dan tidak baik pada remaja di SMP Swasta Sultan

Iskandar Muda Medan. Analisis ini menghasilkan distribusi frekuensi dan

presentase yang akan disajikan dalam bentuk tabel.

(11)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian tentang Konsep Diri Remaja di

SMP Swasta Sultan Iskandar Muda Medan yang dilaksanakan pada bulan Juni

2017. Penyajian analisa data dalam penelitian ini diuraikan berdasarkan data

demografi yang terdiri dari jenis kelamin, usia, kelas dan pendidikan orangtua dan

data konsep diri yang terdiri dari citra tubuh, ideal diri, harga diri, peran diri dan

identitas diri remaja di SMP Swasta Sultan Iskandar Muda Medan.

5.1.1. Data Demografi

Responden yang terlibat di dalam penelitian ini merupakan remaja kelas

VII dan VIII di SMP Swasta Sultan Iskandar Muda Medan. Jumlah responden

yang terlibat dalam penelitian ini adalah 200 siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan jenis kelamin, kelompok

remaja dengan jenis kelamin laki-laki adalah kelompok yang terbanyak jumlahnya

yaitu 109 siswa (54,5 %). Berdasarkan kelompok usia, kelompok yang berusia 13

tahun adalah yang paling banyak jumlahnya yaitu 95 siswa (47,5 %). Berdasarkan

kelas, kelompok remaja yang duduk dikelas VII adalah yang terbanyak jumlahnya

yaitu 108 siswa (54 %). Berdasarkan pendidikan orangtua, SMA adalah

pendidikan orangtua yang paling banyak yaitu 125 siswa (62,5 %). Hasil

karakteristik responden dapat dilihat pada Tabel 5.1 dibawah ini:

42

(12)

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi dan presentase data demografi remaja di SMP Swasta Sultan Iskandar Muda Medan (n=200)

Data Demografi Jumlah (n) Presentase (%)

Jenis Kelamin Laki-laki 109 54,5 Perempuan 91 45,5 Usia 12 Tahun 39 19,5 13 Tahun 95 47,5 14 Tahun 59 29,5 15 Tahun 7 3,5 Kelas Kelas VII 108 54 Kelas VIII 92 46

Pendidikan orang tua

SD 3 1,5 SMP 19 9,5 SMA 125 62,5 D3 5 2,5 S1 36 18 S2 12 6

5.1.2. Konsep Diri Remaja di SMP Swasta Sultan Iskandar Muda Medan

Variabel utama penelitian ini adalah konsep diri yang dimiliki oleh remaja

di SMP Swasta Sultan Iskandar Muda Medan. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa sebanyak 191 siswa (95,5 %) remaja di SMP Swasta Sultan Iskandar Muda

Medan memiliki konsep diri positif dan hanya 9 siswa (4,5 %) dari remaja

tersebut memiliki konsep diri negatif. Hasil tingkatan konsep diri dapat dilihat

pada Tabel 5.2 dibawah ini:

(13)

44

Tabel 5.2. Distribusi frekuensi dan presentase Konsep Diri Remaja di SMP Swasta Sultan Iskandar Muda Medan (n=200)

Konsep Diri Jumlah (n) Presentase (%)

Positif 191 95,5

Negatif 9 4,5

5.1.3. Distribusi Citra Tubuh

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 181 siswa (90,5 %) remaja

memiliki citra tubuh yang positif dan 19 siswa (9,5 %) dari remaja tersebut

memiliki citra tubuh yang negatif. Hasil tingkatan citra tubuh remaja dapat dilihat

pada tabel 5.3 dibawah ini:

Tabel 5.3. Distribusi frekuensi dan presentase Citra Tubuh Remaja di SMP Swasta Sultan Iskandar Muda Medan (n=200)

Citra Tubuh Jumlah (n) Presentase (%)

Positif 181 90,5

Negatif 19 9,5

Berdasarkan hasil pengukuran dari citra tubuh yang terdiri dari 5

pernyataan dapat dilihat bahwa sebanyak 96 siswa (48 %) setuju untuk menerima

bentuk tubuhnya. Sebanyak 51 siswa (25,5 %) tidak setuju untuk mengubah

bentuk tubuhnya seandainya bisa. Hal tersebut sejalan dengan 82 siswa (41 %)

yang menyatakan bangga dengan bentuk tubuhnya. Sebanyak 99 siswa (49,5 %)

menyukai penampilan tubuhnya walaupun oranglain tidak menyukainya.

Sebanyak 59 siswa (29,5 %) menyatakan tidak khawatir dengan persepsi orang

lain tentang tubuhnya. Rincian mengenai sebaran frekuensi dan presentase item-

item citra tubuh pada remaja di SMP Swasta Sultan Iskandar Muda dapat dilihat

pada tabel 5.4 dibawah ini:

(14)

Tabel 5.4. Distribusi frekuensi dan presentase item Citra Tubuh Remaja di SMP Swasta Sultan Iskandar Muda Medan (n=200)

Item Sangat Setuju Netral Tidak Sangat

Setuju Setuju Tidak

Setuju

n n n n n

(%) (%) (%) (%) (%)

1.Saya dapat menerima 67 96 33 3 1

bentuk tubuh saya. (33,5) (48) (16,5) (1,5) (0,5)

2. Seandainya saya bisa ada 18 40 60 51 31

banyak hal yang ingin saya (9) (20) (30) (25,5) (15,5)

ubah dari tubuh saya

(misalnya bentuk wajah,

warna kulit,ukuran tubuh)

3. Saya merasa bangga 66 82 48 3 1

dengan bentuk tubuh saya. (33) (41) (24) (1,5) (0,5)

4. Saya menyukai penampilan 52 99 39 10 -

saya walaupun orang lain (26) (49,5) (19,5) (5)

tidak menyukainya.

5. Saya mengkhawatirkan 5 36 84 59 16

persepsi orang lain tentang (2,5) (18) (42) (29,5) (8)

tubuh saya.

5.1.4. Distribusi Ideal Diri

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 197 siswa (98,5 %) remaja

memiliki ideal diri yang realistis dan hanya 3 siswa (1,5 %) dari remaja tersebut

memiliki ideal diri yang tidak realistis. Hasil tingkatan ideal diri remaja dapat

dilihat pada tabel 5.5 dibawah ini:

Tabel 5.5. Distribusi frekuensi dan presentase Ideal Diri Remaja di SMP Swasta Sultan Iskandar Muda Medan (n=200)

Ideal Diri Jumlah (n) Presentase (%)

Realistis 197 98,5

Tidak Realistis 3 1,5

. Berdasarkan hasil pengukuran dari ideal diri yang terdiri dari 5

pernyataan dapat dilihat bahwa sebanyak 44 siswa (22 %) tidak setuju bahwa

(15)

46

orang lain lebih bahagia dari dirinya. Hampir seluruh remaja yaitu 141 siswa (70,5

%) sangat setuju bahwa yakin bisa mencapai harapan/cita-citanya. Fenomena

yang serupa juga terjadi bahwa sebanyak 147 siswa (73,5 %) sangat setuju ingin

lulus dengan nilai yang memuaskan. Sebanyak 95 siswa (47,5 %) mempunyai

solusi tersendiri dalam menyelesaikan masalah. Sebanyak 120 siswa (60 %)

sangat setuju ingin lebih baik seiring dengan bertambahnya waktu. Rincian

mengenai sebaran frekuensi dan presentase item-item ideal diri pada remaja di

SMP Swasta Sultan Iskandar Muda dapat dilihat pada tabel 5.6 dibawah ini:

Tabel 5.6. Distribusi frekuensi dan presentase item Ideal Diri Remaja di SMP Swasta Sultan Iskandar Muda Medan (n=200)

Item Sangat Setuju Netral Tidak Sangat

Setuju Setuju Tidak

Setuju

n n n n n

(%) (%) (%) (%) (%)

1.Saya merasa bahwa orang 8 40 84 44 24

lain lebih bahagia dari saya. (4) (20) (42) (22) (12)

2. Saya yakin bisa mencapai 141 52 7 - -

harapan/cita-cita saya. (70,5) (26) (3,5) - -

3. Saya ingin lulus dengan 147 52 1

nilai yang memuaskan. (73,5) (26) (0,5)

4. Saya mempunyai solusi 51 95 45 8 1

tersendiri dalam menyelesai- (25,5) (47,5) (22,5) (4) (0,5)

kan masalah.

5. Saya berharap semakin 120 64 15 1 -

bertambahnya waktu, saya (60) (32) (7,5) (0,5)

menjadi lebih baik.

(16)

5.1.5. Distribusi Harga Diri

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 187 siswa (93,5 %) remaja

memiliki harga diri yang tinggi dan hanya 13 siswa (6,5 %) dari remaja tersebut

memiliki harga diri yang rendah. Hasil tingkatan harga diri remaja dapat dilihat

pada tabel 5.5 dibawah ini:

Tabel 5.7. Distribusi frekuensi dan presentase Harga Diri Remaja di SMP Swasta Sultan Iskandar Muda Medan (n=200)

Harga Diri Jumlah (n) Presentase (%)

Tinggi 187 93,5

Rendah 13 6,5

Berdasarkan hasil pengukuran dari harga diri yang terdiri dari 5

pernyataan dapat dilihat bahwa sebanyak 93 siswa (46,5 %) sangat setuju bahwa

teman, sahabat, keluarga selalu menyanyanginya. Sebanyak 56 siswa (28 %) tidak

setuju merasa malu menyampaikan pendapat dikelas. Hal tersebut sejalan dengan

95 siswa (47,5 %) yang setuju bahwa pendapatnya dihargai oleh orang lain.

Sebanyak 88 siswa (44 %) sangat tidak setuju jika orangtua kurang perhatin

terhadap mereka. Sebagian besar responden sebanyak 107 siswa (53,5 %)

menyatakan bahwa sangat setuju untuk menjadikan kegagalan sebagai awal dari

kesuksesan yang akan didapatkan. Rincian mengenai sebaran frekuensi dan

presentase item-item harga diri pada remaja di SMP Swasta Sultan Iskandar Muda

dapat dilihat pada tabel 5.8 dibawah ini:

(17)

48

Tabel 5.8. Distribusi frekuensi dan presentase item Harga Diri Remaja di SMP Swasta Sultan Iskandar Muda Medan (n=200)

Item Sangat Setuju Netral Tidak Sangat

Setuju Setuju Tidak

Setuju

n n n n n

(%) (%) (%) (%) (%)

1.Teman, sahabat, keluarga 93 72 35 - -

selalu menyayangi saya. (46,5) (36) (17,5)

2. Saya merasa malu men- 12 31 87 56 14

yampaikan pendapat dikelas (6) (15,5) (43,5) (28) (7)

3. Saya merasa pendapat saya 26 95 73 4 2

dihargai oleh orang lain. (13) (47,5) (36,5) (2) (1)

4. Saya merasa orangtua 1 9 30 72 88

kurang perhatian terhadap (0,5) (4,5) (15) (36) (44)

saya.

5. Saya berpikir dengan 107 76 11 5 1

kegagalan merupakan awal (53,5) (38) (5,5) (2,5) (0,5)

dari kesuksesan yang akan

saya dapatkan.

5.1.6. Distribusi Peran Diri

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 187 siswa (93 %) remaja

memiliki peran diri yang baik dan hanya 14 siswa (7 %) dari remaja tersebut

memiliki peran diri yang tidak baik. Hasil tingkatan peran diri remaja dapat dilihat

pada tabel 5.9 dibawah ini:

Tabel 5.9. Distribusi frekuensi dan presentase Peran Diri Remaja di SMP Swasta Sultan Iskandar Muda Medan (n=200)

Peran Diri Jumlah (n) Presentase (%)

Baik 186 93

TidakBaik 14 7

Berdasarkan hasil pengukuran peran diri yang terdiri dari 5 pernyataan

dapat dilihat bahwa sebanyak 82 siswa (41 %) tidak setuju untuk menyatakan

kurang peduli terhadap kegiatan-kegiatan sosial. Sebanyak 81 siswa (40,5 %)

setuju untuk mengerjakan tugas sendiri dan mandiri. Hampir sebagian responden

(18)

yaitu 94 siswa (47 %) setuju dan mampu untuk bekerja sama dengan orang lain.

Sebanyak 74 siswa (37 %) setuju dan aktif memberikan pendapat dalam

kelompok belajar. Sebanyak 81 siswa (40,5 %) sangat setuju untuk membantu

orang lain yang membutuhkan pertolongan. Rincian mengenai sebaran frekuensi

dan presentase item-item peran diri pada remaja di SMP Swasta Sultan Iskandar

Muda dapat dilihat pada tabel 5.10 dibawah ini:

Tabel 5.10. Distribusi frekuensi dan presentase item Peran Diri Remaja di SMP Swasta Sultan Iskandar Muda Medan (n=200)

Item Sangat Setuju Netral Tidak Sangat

Setuju Setuju Tidak

Setuju

n n n n n

(%) (%) (%) (%) (%)

1.Saya kurang peduli dengan 1 22 69 82 26

kegiatan-kegiatan sosial (0,5) (11) (34,5) (41) (13)

2. Saya mengerjakan tugas 45 81 67 7 -

sendiri dan mandiri. (22,5) (40,5) (33,5) (3,5)

3. Saya mampu bekerja sama 55 94 46 4 1

dengan orang lain. (27,5) (47) (23) (2) (0,5)

4. Saya aktif dalam memberi- 37 74 81 6 2

kan pendapat dalam (18,5) (37) (40,5) (3) (1)

kelompok belajar.

5. Saya membantu oranglain 81 70 47 2 -

yang membutuhkan (40,5) (35) (23,5) (1)

pertolongan saya.

5.1.7. Distribusi Identitas Diri

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 187 siswa (94,5 %) remaja

memiliki identitas diri yang baik dan hanya 14 siswa (5,5 %) dari remaja tersebut

memiliki identitas diri yang tidak baik. Hasil tingkatan identitas diri dapat dilihat

pada tabel 5.11 dibawah ini:

(19)

50

Tabel 5.11. Distribusi frekuensi dan presentase Identitas Diri Remaja di SMP Swasta Sultan Iskandar Muda Medan (n=200)

Identitas Diri Jumlah (n) Presentase (%)

Baik 189 94,5

Tidak Baik 11 5,5

Berdasarkan hasil pengukuran dari identitas diri yang terdiri dari 5

pernyataan dapat dilihat bahwa sebanyak 98 siswa (49 %) setuju mampu

menyesuaikan diri dengan teman-teman. Fenomena yang sama juga bahwa hampir

seluruh responden sangat setuju yaitu 150 siswa (75 %) merasa bersyukur

dilahirkan sebagai laki-laki/perempuan. Sebanyak 68 siswa (34 %) tidak setuju

melakukan tindakan tanpa berpikir terlebih dahulu. Sebanyak 89 siswa (44,5 %)

setuju dapat mengambil keputusan dalam kelompok belajar dan

mempertahankannya. Hal tersebut hampir sama jumlahnya dengan 84 siswa (42

%) yang setuju lebih suka belajar sendiri daripada ribut di dalam kelas. Rincian

mengenai sebaran frekuensi dan presentase item-item identitas diri pada remaja di

SMP Swasta Sultan Iskandar Muda dapat dilihat pada tabel 5.12 dibawah ini:

(20)

Tabel 5.12. Distribusi frekuensi dan presentase item Identitas Diri Remaja di SMP Swasta Sultan Iskandar Muda Medan (n=200)

Item Sangat Setuju Netral Tidak Sangat

Setuju Setuju Tidak

Setuju

n n n n n

(%) (%) (%) (%) (%)

1.Saya mampu menyesuaikan 55 98 40 6 1

diri dengan teman-teman (27,5) (49) (20) (3) (0,5)

2. Saya bersyukur saya 150 45 5 - -

dilahirkan sebagai laki-laki/ (75) (22,5) (2,5)

perempuan.

3.Saya sering bertindak tanpa 8 40 61 68 23

berpikir terlebih dahulu. (4) (20) (30,5) (34) (11,5)

4. Saya bisa mengambil 37 89 62 10 2

keputusan dalam kelompok (18,5) (44,5) (31) (5) (1)

belajar dan dapat mempertahan- kannya.

5. Saya lebih suka belajar sendiri 47 84 45 12 12

daripada ribut di dalam kelas. (23,5) (42) (22,5) (6) (6)

5.2. Pembahasan

5.2.1. Konsep Diri Remaja di SMP Swasta Sultan Iskandar Muda Medan

Hasil penelitian mengenai konsep diri remaja di SMP Swasta Sultan

Iskandar Muda Medan yang diperoleh dari 200 responden termasuk dalam

kategori remaja yang memiliki konsep diri positif yaitu sebanyak 191 siswa (95,5

%). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurliana (2015)

yang menunjukkan bahwa konsep diri remaja perempuan dan laki-laki positif dan

menggembirakan

Konsep diri terbentuk melalui proses belajar sejak masa pertumbuhan dari

kecil hingga dewasa. Berdasarkan penelitian dan teori, hadirnya orang tua akan

mempengaruhi seorang anak dalam membentuk dan perkembangan konsep

dirinya. Mayoritas responden di SMP Swasta Sultan Iskandar Muda memiliki

(21)

52

orangtua yang berpendidikan. Anak-anak yang tidak memiliki orang tua,

disia-siakan oleh orang tua akan memperoleh kesukaran dalam mendapatkan informasi

tentang dirinya sehingga hal ini akan menjadi penyebab utama anak-anak

memiliki konsep diri negatif (Calhoun F, Acocella, 1990).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja di SMP Swasta Sultan

Iskandar Muda 95,5 % memiliki konsep diri positif. Salah satu faktor yang

memengaruhi terbentuknya konsep diri adalah lingkungan sekitar (Hidayat, 2008).

Lingkungan yang dimaksud disini adalah lingkungan fisik dan lingkungan

psikologis. Lingkungan fisik adalah segala sarana yang dapat menunjang

perkembangan konsep diri, sedangkan lingkungan psikologis adalah segala

lingkungan yang dapat menunjang kenyamanan dan perbaikan psikologis yang

memengaruhi konsep diri.

Lingkungan fisik yang tampak di SMP Swasta Sultan Iskandar Muda

adalah sekolah menerapkan pendidikan multikultural. Strategi pendidikan

multikultural yang tampak yakni: membentuk kelompok diskusi multikultural dan

pengaturan tempat duduk yang berselang-seling; memberikan materi atau

melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kepedulian para siswa tentang

permasalahan sosial yang ada di masyarakat, menyelenggarakan

kegiatan-kegiatan ekstra-kurikuler seperti klub olahraga dan akademis, serta seminar untuk

memberikan motivasi dan memperluas wawasan siswa. Terdapat perpustakaan,

kantin sekolah yang dapat membuat siswa berinteraksi dengan siswa lain.

Lingkungan psikologis yang tampak di SMP Sultan Iskandar Muda adalah

mempunyai murid-murid dengan agama yang berbeda sehingga sekolah

(22)

memfasilitasi berkembangnya sikap menghargai dan menghormati antar umat

beragama yang berbeda dan sekolah juga menyediakan tempat peribadatan

masing-masing agama. Terdapat guru-guru yang ramah dan berpendidikan

sehingga mampu mendidik siswa dengan baik. Salah satu keistimewaan dari

Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda adalah memperlakukan semua anak

dengan adil dan setara dengan melakukan Program Anak Asuh. Hal ini bertujuan

walaupun anak tersebut dari keluarga miskin namun tetap dapat merasakan

pendidikan disekolah yang unggul.

Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa masih terdapat beberapa

remaja dengan konsep diri yang negatif. Syarif (2015) menyatakan bahwa terdapat

beberapa faktor yang memengaruhi konsep diri remaja yaitu: usia, penampilan

diri, nama julukan, hubungan keluarga, teman sebaya, kreativitas dan cita-cita.

McDevitt dan Ormrod (2002) mencatat dua fenomena yang menonjol

dalam perkembangan konsep diri pada masa remaja awal (10-14 tahun). Pertama,

kebanyakan anak-anak remaja awal percaya bahwa dalam situasi sosial, dirinya

menjadi pusat perhatian oranglain. Kedua, fenomena lainnya dalam

perkembangan konsep diri remaja awal adalah personal fable, yaitu perasaan akan

adanya keunikan pribadi yang dimilikinya. Remaja awal sering percaya bahwa

dirinya berbeda dengan orang lain. Mereka sering berpikir bahwa orang-orang

disekitar mereka tidak pernah merasakan apa yang ia alami.

5.2.2. Citra Tubuh pada Remaja di SMP Swasta Iskandar Muda Medan

Hasil penelitian citra tubuh pada remaja di SMP Swasta Sultan Iskandar

Muda Medan termasuk memiliki citra tubuh yang positif sebanyak 181 siswa

(23)

54

(90,5 %). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Catur,

2015) menunjukkan bahwa mayoritas remaja memiliki citra tubuh positif sebesar

73,9 %.

Penelitian tersebut menujukkan bahwa 96 siswa (48 %) menerima bentuk

tubuhnya dan 99 siswa (49,5 %) tetap menyukai penampilan tubuhnya walaupun

oranglain tidak menyukainya. Penelitian yang dilakukan oleh Fatwiani (2010)

menunjukkan bahwa remaja pada masa pubertas memiliki penerimaan yang

positif terhadap perubahan fisik, yaitu sebanyak 78,63 %. Pada masa remaja awal,

individu mulai meninggalkan peran sebagai anak-anak dan berusaha

mengembangkan diri sebagai individu yang unik dan tidak bergantung pada orang

tua. Fokus dari tahap ini adalah penerimaan terhadap bentuk dan kondisi fisik

serta lebih banyak berinteraksi dengan teman sebaya (Agustiani, 2006).

Remaja awal dapat mengalami perubahan fisik maupun psikologi. Setiap

perilaku tersebut dapat menjadi stressor yang mempengaruhi citra tubuh anak. Hal

ini sesuai dengan jawaban 40 siswa (20 %) yang menyatakan mereka ingin

mengubah bentuk tubuhnya seandainya bisa dan jawaban 36 siswa (18 %) yang

merasa khawatir tentang persepsi orang lain terhadap tubuhnya. Remaja yang

merasa memiliki kekurangan dalam penampilan fisiknya dapat menurunkan rasa

percaya dirinya dan merasa cemas tentang pikiran orang lain terhadap tubuhnya.

Namun, remaja tersebut tetap bangga dengan bentuk tubuh mereka hal ini sesuai

dengan jawaban 148 responden di SMP tersebut yang bangga dengan bentuk

tubuhnya.

(24)

Citra tubuh sangat dinamis karena secara konstan berubah seiring dengan

persepsi dan pengalaman-pengalaman baru. Citra tubuh harus positif karena

semakin dapat menerima dan menyukai tubuhnya, individu akan lebih bebas dan

merasa aman dari kecemasan (Suliswati dkk, 2005).

5.2.3. Ideal Diri pada Remaja di SMP Swasta Iskandar Muda Medan

Hasil penelitian ideal diri pada remaja di SMP Swasta Sultan Iskandar

Muda Medan termasuk memiliki ideal diri yang realistis sebanyak 197 responden

(98,5 %) sedangkan yang tidak realistis hanya sebanyak 3 siswa (1,5 %).

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku

berdasarkan beberapa standar personal. Ideal diri terdiri dari aspirasi, tujuan,

nilai-nilai dan standart perilaku yang dianggap ideal dan berusaha untuk mencapainya

(Stuart & Sudden, 1998).

Ideal diri remaja awal di SMP Swasta Sultan Iskandar Muda realistis, hal

ini terjadi karena mereka tinggal di lingkungan yang baik, tinggal bersama

orangtua yang berpendidikan dan memiliki pergaulan yang baik dengan teman

sebaya. Hal tersebut sesuai dengan jawaban dari 193 remaja yang yakin dapat

mencapai cita-cita/harapannya, 199 siswa ingin lulus sekolah dengan nilai yang

memuaskan dan 184 siswa yang mengatakan semakin bertambahnya waktu

mereka ingin menjadi lebih baik.. Hal ini menunjukkan bahwa mereka memiliki

pengharapan dan tujuan untuk mewujudkan harapan-harapan tersebut. Widayatun

(2009) menyatakan bahwa ideal diri berkembang dan terbentuk melalui proses

identifikasi pada orangtua, guru, teman dan lingkungan sekitar.

(25)

56

Namun,terdapat 40 siswa (20 %) merasa bahwa orang lain lebih bahagia

daripada dirinya. Hal ini terjadi karena remaja berkedudukan sebagai penilai

terhadap dirinya sendiri detiap hari. Penilaian terhadap diri sendiri adalah

pengukuran individu tentang kehidupannya saat ini dan hal tersebut dapat berubah

dan cenderung stabil pada usia remaja akhir. Untuk itu, selama masa

perkembangannya remaja awal harus lebih dimotivasi dan merubah pola pikir

yang negatif sehingga mereka akan berusaha untuk lebih berhasil.

5.2.4. Harga Diri pada Remaja di SMP Swasta Iskandar Muda Medan

Hasil penelitian harga diri pada remaja di SMP Swasta Sultan Iskandar

Muda Medan termasuk memiliki harga diri yang tinggi sebanyak 187 siswa (93,5

%) dan hanya 13 siswa (6,5 %) dari remaja tersebut memiliki harga diri yang

rendah. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yusuf (2012) dalam

penelitiannya tentang harga diri pada remaja bahwa 66,9% memiliki harga diri

yang tinggi

Sunaryo (2004) mengatakan bahwa individu akan merasa berhasil atau

hidupnya bermakna apabila diterima dan diakui orang lain atau merasa mampu

menghadapi kehidupan dan mampu mengontrol dirinya. Hal tersebut sesuai

dengan jawaban responden sebanyak 165 remaja mengatakan bahwa teman,

sahabat, keluarga selalu menyayangi mereka dan 121 siswa setuju jika

pendapatnya dihargai oleh orang lain.

Namun, terdapat 31 siswa (15,5 %) yang merasa malu menyampaikan

pendapat dikelas.. Hal ini disebabkan karena salah satu ciri-ciri remaja yaitu usia

yang mudah menimbulkan ketakutan sehingga remaja merasa takut jika

(26)

pendapatnya tidak diterima oleh orang lain. Untuk itu, remaja seharusnya lebih

mendapatkan perhatian dengan melatih kepercayaan diri mereka. Banyak stressor

yang mempengaruhi harga diri seorang remaja. Ketidakmampuan untuk

memenuhi harapan orangtua, kritik yang tajam, ketidakdisiplinan yang tidak

konsisten, persaingan antara saudara kandung yang tidak terselesaikan dan

kekalahan berulang dapat menurunkan tingkat nilai diri (Potter & Perry, 2009)

Harga Diri (self esteem) adalah evaluasi diri kita secara keseluruhan atau

rasa keberhagaan diri (Widyastuti, 2014). Harga diri bersifat positif saat seseorang

merasa mampu, berguna dan kompeten . Harga diri seorang anak berhubungan

dengan penilaian anak terhadap efektifitasnya disekolah, dalam keluarga dan

lingkungan masyarakat.

5.2.5. Peran Diri pada Remaja di SMP Swasta Iskandar Muda Medan

Hasil penelitian peran diri pada remaja di SMP Swasta Sultan Iskandar

Muda Medan termasuk memiliki peran diri yang baik sebanyak 186 siswa (93 %)

dan hanya 14 siswa (7 %) dari remaja tersebut memiliki peran diri yang tidak

baik.

Peran diri adalah serangkaian perilaku yang diharapkan oleh masyarakat

yang sesuai dengan fungsi yang ada dalam masyarakat atau suatu pola sikap,

perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya

dimasyarakat (Hidayat, 2008). Remaja di SMP Sultan Iskandar Muda menyadari

tugas dan tanggungjawab untuk belajar dengan baik. Hal tersebut sesuai dengan

jawaban responden yang menunjukkan bahwa 108 siswa peduli dengan

kegiatan-kegiatan sosial, 110 siswa mengerjakan tugas sendiri dan mandiri, 149 siswa

(27)

58

mengatakan mampu bekerja sama dengan orang lain dan sebagian besar remaja

yaitu sebanyak 151 siswa mengatakan membantu orang lain yang membutuhkan

pertolongannya. Hal ini dikarenakan SMP Sultan Iskandar Muda yang

menerapkan kegiatan yang dapat meningkatkan kepedulian para siswa tentang

permasalahan sosial, memiliki banyak ekstrakurikuler yang menuntut siswa untuk

mengambil peran dalam setiap kegiatan sehingga siswa mampu berperilaku sesuai

dengan fungsinya disekolah.

Namun, masih terdapat 80 siswa yang masih ragu-ragu bahkan 8 siswa

yang tidak setuju untuk aktif memberikan pendapat dalam kelompok belajar. Hal

tersebut terjadi karena masa remaja yang sering mengalami kondisi menegangkan

dan membingungkan sehingga harus diperhatikan oleh guru dan orangtua siswa

untuk meningkatkan rasa percaya diri mereka.. Remaja mendapat tekanan dari

orangtua, teman sebaya dan media untuk menerima peran seperti orang dewasa,

namun tetap dalam peran sebagai anak (Potter & Perry, 2009).

Agar dapat berfungsi secara efektif dalam peran, seseorang harus

mengetahui perilaku dan nilai yang diharapkan, harus mempuyai keinginan untuk

memastikan perilaku dan nilai ini, dan harus mampu memenuhi tuntutan peran.

(Potter & Perry, 2009).

5.2.6. Identitas Diri pada Remaja di SMP Swasta Iskandar Muda Medan

Hasil penelitian identitas diri pada remaja di SMP Swasta Sultan Iskandar

Muda Medan termasuk memiliki identitas diri yang baik sebanyak 189 siswa (94,5

%) dan hanya 11 siswa (5,5 %) dari remaja tersebut memiliki identitas diri yang

tidak baik.

(28)

Identitas diri adalah penilaian individu tentang dirinya sebagai suatu

kesatuan yang utuh meliputi perasaan internal dan individualitas, menyeluruh dan

konsistensi seseorang pada waktu dan situasi yang berbeda (Potter & Perry, 2009).

Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa 153 siswa mampu menyesuaikan diri

dengan teman-teman dan hampir seluruh siswa mengatakan bersyukur dilahirkan

sebagai laki-laki/perempuan yaitu sebanyak 195 siswa. Hal ini sesuai dengan

Agustiani (2006) yang menyatakan bahwa pertambahan usia dan interaksi

lingkungan menjadikan pengetahuan individu tentang diri juga bertambah,

sehingga dapat melengkapi keterangan tentang dirinya dengan hal-hal yang lebih

kompleks.

Status emosional remaja masih terombang ambing antara perilaku yang

sudah matang dengan perilaku seperti anak-anak. Remaja lebih mampu

mengendalikan emosinya pada masa remaja akhir. Mereka mampu menghadapi

masalah dengan lebih tenang dan rasional, sementara remaja awal bereaksi cepat

dan emosional (Wong, 2009). Hal ini sesuai dengan jawaban dari 40 siswa (20 %)

yang merasa sering bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu.

Pada masa remaja, mereka mulai melihat dirinya sebagai individu yang

berbeda, unik dan terpisah dari setiap individu yang lain (Wong, 2009). Stuart dan

Laraia (2005) mengatakan bahwa pencapaian identitas merupakan hal penting

dalam menjalin hubungan dekat, karena individu mengekspresikan identitas

mereka saat berhubungan dengan orang lain. Dalam proses pencarian identitas

remaja, tokoh orangtua sangat berpengaruh karena keluarga adalah lembaga

pertama yang dikenal oleh seorang anak sebagai tempat bersosialisasi.

(29)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini diuraikan kesimpulan dan saran yang diperoleh dari

penelitian tentang Konsep Diri Remaja di SMP Swasta Sultan Iskandar Muda

Medan.

6.1. Kesimpulan

Penelitian yang dilakukan terhadap 200 siswa di SMP Swasta Sultan

Iskandar Muda Medan menunjukkan bahwa konsep diri remaja termasuk dalam

kategori positif (95,5 %), dengan kelima komponennya sesuai dengan urutan

dimulai dari komponen tertinggi yaitu ideal diri, identitas diri, harga diri, peran

diri dan citra tubuh menunjukkan hasil yang positif.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa citra tubuh remaja di SMP

Swasta Sultan Iskandar Muda Medan memiliki citra tubuh positif sebanyak 181

siswa (90,5 %), ideal diri yang realistis sebanyak 197 siswa (98,5 %), harga diri

yang tinggi sebanyak 187 siswa (93,5 %), peran diri yang baik sebanyak 186

responden (93 %), dan identitas diri yang baik sebanyak 189 responden (94,5 %)

Kegiatan-kegiatan yang terdapat disekolah dapat membantu konsep diri anak usia

remaja menjadi lebih baik seperti club olahraga, kegiatan sosial yang dapat

mendekatkan diri dengan masyarakat, diskusi dengan teman sebaya dan seminar

yang dapat menambah wawasan anak.

60

(30)

6.2. Saran

1. Pelayanan Keperawatan

Bagi pelayanan keperawatan diharapkan agar memberikan penyuluhan

kepada remaja terkait dengan konsep diri agar konsep diri remaja tetap bagus dan

positif.

2. Pendidikan Keperawatan

Bagi pendidikan keperawatan terutama pada keperawatan jiwa agar lebih

mendalam memberikan materi tentang konsep diri remaja.

3. Penelitian Keperawatan

Bagi penelitian selanjutnya diharapkan untuk menambah data demografi

yang diperlukan terkait dengan konsep diri seperti budaya, pola asuh orang tua,

teman sebaya, tempat tinggal dan data lain dan menambah variabel penelitian

dengan melihat hal-hal yang berhubungan atau hal yang berpengaruh terhadap

perkembangan konsep diri remaja.

4. Lembaga SMP Swasta Sultan Iskandar Muda Medan

Bagi guru-guru yang mengajar di SMP Swasta Sultan Iskandar Muda

Medan untuk mempertahankan dan meningkatkan lingkungan fisik dan psikologis

disekolah agar konsep diri remaja tetap positif.

Gambar

Tabel 3.1. Variabel Penelitian, Defenisi Operasional, Alat Ukur, Hasil Ukur,  Skala Ukur

Referensi

Dokumen terkait

1 Saya puas dengan gaji pokok di perusahaan saya karena lebih baik daripada gaji di perusahaan PJTKI (Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia) lainnya, seperti PT Dewi

Adalah pasien yang tidak berobat 2 bulan berturut-turut atau lebih. sebelum masa

Abstrak : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pergaulan antar siswa dan persepsi tingkat pendidikan guru terhadap prestasi belajar siswa khusunya

• Hak Pakai diberikan untuk 25 tahun dan dapat diperpanjang selama 20 tahun serta diperbarui untuk jangka waktu 25 tahun. • Perpanjangan dan pembaruan HGB atau Hak Pakai

Unsur besar lain dari ekonomi campuran di Negara-negara sedang berkembang adalah penjajaran sumber daya dan alokasi produksi oleh pasar dengan harga harga yang

diterima, yang berarti “terdapat peranan yang signifikan antara insentif dalam meningkatkan motivasi kerja karyawan pada Pos Indonesia Palangka Raya ”.

Bersama ini saya mohon kesediaan teman-teman yang sedang menjalani siklus koas untuk berpartisipasi sebagai subjek penelitian saya tentang Perilaku Pembuangan

Oleh karena itu baik muhkam dan mutasyabih dengan memandang pengertian secara mutlak sebagaimana diatas tersebut tidak menafikan satu dengan yang