• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada perilaku yang menyatakan suatu penafsiran pada perilaku tentang kejadian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada perilaku yang menyatakan suatu penafsiran pada perilaku tentang kejadian"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Makna Pesan Dalam Komunikasi 2.1.1. Definisi pesan

Pesan merupakan peristiwa simbolis yang menyatakan suatu penafsiran pada perilaku yang menyatakan suatu penafsiran pada perilaku tentang kejadian fisik baik oleh sumber maupun penerima.7

Pesan menurut ahli, yaitu:

1. Borden mengaitkan pesan dengan perilaku simbolis yang hanya dapat bersifat simbolis jika penafsiran pada perilaku terjadi dalam pikiran sumber ataupun penerima.8

2. Sementara Mortensen mendefinisikan pesan sebagai penafsiran yang mencakup dua buah persyaratan yang akan merangkum konsep pesan, yaitu stimuli perilaku harus tersedia untuk dikaji dan perilaku harus ditafsirkan berarti oleh setidak-tidaknya salah seorang di antara para anggota kelompok. Proses penafsiran memberikan arti kepada stimuli yakni memberi makna.9

8 Aubrey Fisher, Teori-Teori Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996. hal. 370 9 Ibid

(2)

Sementara secara semiotika, pesan adalah tanda (representamen); dan maknanya adalah interpretant. pesan adalah sesuatu yang dikirimkan secara fisik dari satu orang atau alat ke pasangannya. pesan bisa dikirimkan langsung secara langsung dari pengirim ke penerima melalui penghubung fisik atau bisa juga dikirimkan, secara sebagian atau seluruhnya, melalui media elektronik, mekanik, atau digital.10

Pesan merupakan produk utama komunikasi. Pesan dapat berupa gagasan, pendapat dan sebagainya yang dituangkan dalam bentuk dan melalui lambang komunikasi diteruskan kepada orang lain. Hanafi (1999:192) menyatakan bahwa ada tiga faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pesan, yaitu kode pesan, isi pesan dan wujud pesan yang memiliki keterkaitan dengan isi cerita dan materi yang ingin disampaikan kepada komunikator, sehingga dalam cerita tersebut akan tampak pesan yang ingin disampaikan kepada komunikan.

Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan mempunyai inti pesan atau tema sebagai pengaruh di dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan dapat disampaikan panjang lebar, namun yang perlu diperhatikan dan diarahkan adalah tujuan akhir dari pesan itu sendiri.

Isi pesan (content of message) terkadang bersumber dari pikiran maupun perasaan. Apa yang di ungkapkan, ucapkan dan lakukan, merupakan pesan yang

(3)

dilihat oleh orang lain (diterima) dan selanjutnya akan menimbulkan tanggapan (reaksi). Proses itulah yang seringkali disebut dengan proses komunikasi.

Komunikasi yang dilakukan sesuai dengan keinginan dan kepentingan para pelakunya. Lambang (symbol) yang umum digunakan adalah bahasa. Tetapi selain bahasa, ada pula yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan, seperti gambar, gesture tubuh, warna, isyarat dan lainnya.11

Pesan berupa lambang-lambang yang menjalankan ide/ gagasan, sikap, perasaan, praktik atau tindakan. Bisa berbentuk kata- kata tertulis, lisan, gambar-gambar, angka-angka, benda, gerak-gerik atau tingkah laku dan berbagai bentuk tanda-tanda lainnya, dapat terjadi dalam diri seseorang, antara dua orang, diantara beberapa orang atau banyak orang.

2.1.2. Jenis-jenis Pesan dalam Komunikasi

Pesan adalah sesuatu yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan melalui proses komunikasi.12 Pesan (message) dalam proses komunikasi, tidak lepas dari simbol dan kode, karena pesan dikirim komunikator kepada penerima terdiri atas rangkai simbol dan kode.

Menurut Cangara (2006:95) bahwa simbol adalah suatu proses komunikasi yang dipengaruhi oleh kondisi sosial yang berkembang pada suatu masyarakat. Sebagai makhluk sosial dan makhluk komunikasi, manusia dalam hidupnya

11 Nurani Soyomukti, Komunikasi Politik. Jatim; Intrans Publishing, 2013. hal. 49

(4)

diliputi oleh berbagai macam simbol, baik yang diciptakan oleh manusia itu maupun yang bersifat alami.13

Pesan dapat diartikan pernyataan yang dikode dalam bentuk lambang atau simbol - simbol yang mempunyai arti. Secara umum, jenis simbol dan kode pesan terbagi menjadi dua, yaitu:

1. Pesan verbal

Pesan verbal adalah pesan dengan menggunakan kata-kata dengan lisan ataupun tulisan. Pesan verbal ini paling banyak dipakai dalam hubungan antar manusia. Melalui kata-kata manusia dapat mengungkapkan perasaan emosi, pemikiran, gagasan, atau menyampaikan fakta, data, dan informasi serta menjelaskannya dengan saling bertukar perasaan dan pemikiran, saling berdebat, dan bertengkar.14 Pesan Verbal adalah jenis pesan yang penyampaiannya menggunakan kata-kata, dan dapat dipahami isinya oleh penerima berdasarkan apa yang didengarnya. Unsur pesan verbal paling penting dalam pemakaiannya menggunakan bahasa dan kata. Bahasa adalah suatu sistem lambang yang memungkinkan orang berbagi makna. Lambang bahasa yang digunakan ialah bahasa verbal lisan, tertulis pada kertas ataupu elektronik. Sementara kata merupakan lambang yang mewakili sesuatu hal, berupa barang, kejadian, atau keadaan.15

13

Ibid. hal. 95

14 Agus Hardjana, Komunikasi Intrapersonal dan Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta:

Kanisius, 2003. hal. 22

(5)

2. Pesan Non-Verbal

Pesan nonverbal menurut Cangara (2006:99) bahwa pesan non-verbal adalah jenis pesan yang penyampaiannya tidak menggunakan kata-kata secara langsung, dan dapat dipahami isinya oleh penerima berdasarkan gerak-gerik, tingkah laku, mimik wajah, atau ekspresi muka pengirim pesan.16 Secara sederhana pesan non verbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata. Pada pesan non-verbal mengandalkan indera penglihatan sebagai penangkap stimuli yang timbul. pesan nonverbal bisa disebut bahasa isyarat atau gesture atau bahasa diam (silent languange).17

2.2 Ambisius

Ambisius merupakan individu yang sangat bergairah dan mempunyai keinginan atau hasrat yang kuat dalam mencapai penghargaan atau prestasi dalam satu lingkungan tertentu.18

Induvidu memulai hidup dengan kelemahan yang kemudian mengaktifkan perasaan atau dorongan yang menggerakan orang untuk berjuang menjadi sukses. Menjadi sukses agar terus menerus berusaha menjadi lebih baik, menjadi semakin dekat dengan final.19

16 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo, 2006. hal. 99 17 Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008. hal.

343

18 Gruber, J., & Johnson, "Positive Emotional Traits And Ambitious Goals Among People At Risk

For Mania: The Need For Specificity". Journal of Cognitive Therapy. vol. 2 no 2. 2009: 176

(6)

Ambisius merupakan kata sifat dari ambisi. Kata ambisi umumnya dimengerti sebagai keinginan untuk mencapai sukses. Ambisi dalam cita-cita atau impian seseorang akan menentukan karya yang ingin dicapai, dan kemudian harus berjuang merealisasikannya.

Ambisi merupakan langkah pertama untuk bisa bersungguh-sungguh menjalankan keinginan dan cita-cita. Ambisi ditunjukkan lewat tujuan yang spesifik untuk menuju kesuksesan.

Menurut Alfred Adler, ambisi adalah keinginan yang bersifat alamiah untuk mencapai tahap kelengkapan atau pencapaian yang lebih tinggi.20 Ambisi seseorang lahir dari situasi yang serba ada untuk mencapai kesempurnaan dalam hidupnya.

Pemicu ambisi menurut Widarso ada dua, yaitu:21

1. Pemicu yang pertama adalah keadaan buruk pribadi seseorang, baik di lingkungan keluarga seseorang maupun di masyarakat sekitarnya. Keadaan buruk semacam ini akan merangsang pelaku untuk mengubah atau memperbaiki dirinya dengan membuat semacam tindakan. Dalam hal ini mengubah atau memperbaiki bisa bersifat individual atau berkelompok. 2. Pemicu kedua yang dapat menyuburkan ambisi adalah keadaan baik

pribadi seseorang, baik dalam diri seseorang maupun dalam lingkungan sekitarnya. Dengan kata lain keadaan baik itulah yang merangsang dirinya

20 Wisnhubroto Wodarso, Ambisi: Kawan atau Lawan. Yogyakarta: Kanisius, 2012. hal. 4 21 Ibid.

(7)

untuk meningkatkan diri lebih baik lagi, mendekati sempurna jika keadaan memungkinkan.

2.3 Perempuan Dalam Film 2.3.1 Perempuan

R.A. Kartini mengemukakan dari seorang perempuanlah manusia belajar tentang kehidupannya. Bertaruh dengan nyawa ketika perempuan melahirkan manusia baru. Nampak betapa berartinya peran sesosok “perempuan” dalam sebuah proses kehidupan bagi seorang manusia baru. Namun, dalam perjalanan sejarah kehidupan sosial perempuan, tidaklah mulus. Perempuan jarang sekali dilihat sebagai sosok yang memiliki kemampuan untuk berpikir, berkarya, berbuat dan mengambil keputusan, dan dapat memimpin.

Hal tersebut memotivasi perempuan untuk bergerak merubah hidupnya agar lebih baik manusia di dalam lingkungan sosial.

Semangat perwujudan perempuan yang bereksistensi terus berkembang, mulai muncul media - film yang mengangkat keberhasilan seorang perempuan mandiri dan sukses yang menjadi sesosok ideal.

Film mempunyai lebih banyak bahan untuk mengatakan sesuatu tentang perempuan secara langsung - yaitu bahwa banyak film secara sadar mulai membuat pernyataan tentang perempuan - kesadarannya, tempatnya di dalam

(8)

masyarakat. Apa yang dikatakan film tentang perempuan lebih menarik daripada bagaimana perempuan dimanfaatkan dalam media tersebut.22

2.3.2 Film

Film adalah serangkaian teks yang memuat citra fotografi yang mengakibatkan adanya ilusi gerak dan tindakan dalam kehidupan nyata.23 Film merupakan bentuk dominan dari komunikasi massa visual, dalam artian film mampu menjangkau populasi dalam jumlah yang besar dengan cepat.24

Film memiliki karakteristik unik, dengan gerakan kamera yang dinamis, sudut pengambilan gambar yang baik dan teknik editing yang baik.25

Pada tingkat tanda (representamen) film merupakan cermin kehidupan metaforis. Jelas bahwa topik dari film sangat pokok dalam semiotika.26 Hampir semua film fitur pada dasarnya adalah narasi visual.

Menurut para ahli semiotika film (seperti Metz 1974), itu semua dapat dilihat sebagai yang memiliki struktur sama dengan ciri struktural bahasa. Film yang secara alamiah bersifat campuran membuat representasi sinema menjadi kuat. Satu teknik bagaimana film secara khusus masuk ke dalamnya adalah 'post

modern' - topik diskusi yang diperdebatkan dalam semiotika.27

22 Liza Hadiz, Perempuan Dalam Wacana Politik Orde Baru. Jakarta: LP3ES, 2004. hal 295 23 Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media. Yogyakarta: Jalasutra, 2010. hal. 134 24 Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa McQuail. Jakarta: Salemba Humanika, 2011. hal. 35 25

Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala, dan Siti Karlinah, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2012. hal. 144

26 Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media. Yogyakarta: Jalasutra, 2010. hal. 134 27 Ibid.150

(9)

Ada dua cara penggunaan teknik post - modern oleh pembuat film, dengan membuat penggambaran yang menguatkan ironi atau nihilisme dunia modern dan hanya mempergunakan penggambaran untuk pesan.28

Pengaruh film sangat besar terhadap manusia, penonton tidak hanya terpengaruh saat menonton filmnya saja, tetapi terus sampai waktu yang cukup lama. Pesan yang termuat dalam adegan-adegan film akan membekas dalam jiwa penonton. Lebih jauh pesan akan membentuk karakter penonton.

2.4 Definisi Harapan dan Impian

Harapan merupakan sesuatu yang ingin di wujudkan. Harapan berarti mempercayai orang untuk tumbuh dalam kreatifitas, kepekaan dan semangat hidup. Dasar kehidupan seseorang adalah harapan.29

Harapan adalah suatu sasaran atau keputusan yang menjadi arah perilaku manusia.30 Harapan membuat manusia lebih mampu mengahadapi kehidupan. Harapan juga merupakan sebuah keputusan untuk berhenti berfikir bahwa orang lain dapat membuat hidup seseorang lebih baik.

Sementara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Harapan dan impian adalah sesuatu yang diinginkan, sesuatu yang didambakan. Karena manusia selalu memiliki kebutuhan maka hal tersebut dapat menjadi sebuah harapan dan impian bagi manusia sebagai induvidu.

28 Ibid.

29 Ken Olson, Psikologi Harapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005. hal. 343 30 Ibid. hal. 348

(10)

Seseorang akan berusaha memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi apabila kebutuhan yang lebih dasar sudah terpenuhi lebih dahulu. Pada dasarnya setiap induvidu ingin dipandang sebagai orang berhasil dalam hidupnya. Sebaliknya, tidak ada orang yang senang jika menghadapi kegagalan dalam hidupnya atau dikatakan sebagai orang gagal atau tidak berhasil. Hal tersebut merupakan cerminan bahwa didalam diri seseorang terdapat kebutuhan untuk berprestasi.31

Harapan dan impian memiliki peran yang sangat penting dalam prestasi. Tidak seorang pun dapat bekerja keras jika mereka berpikir bahwa hal tersebut adalah usaha yang sia-sia. Memiliki harapan dan impian membuat seseorang berani berjuang untuk menghadapi serta mengatasi rintangan dan hidup mandiri.

Harapan dan impian merupakan hal besar dalam langkah menuju kesuksesan. Impian menuntun seseorang untuk lebih fokus dengan segala tindakan yang akan di ambil, serta berperan sebagai motivator dalam diri seseorang untuk terus memacu semangat dalam kehidupannya.

Impian berbeda dengan imajinasi atau khayalan. Imajinasi merupakan kemampuan untuk menciptakan kesan, mental atau gambaran. Sementara impian, ada tindakan nyata untuk mencapai hal yang diinginkan.

Tindakan nyata merupakan salah satu bentuk perilaku induvidu. Dengan kata lain tindakan nyata adalah upaya atau usaha untuk mencapai suatu maksud atau tujuan tertentu.

(11)

2.5 Semiotika

2.5.1 Definisi Semiotika

Semiotika sebagai suatu model dari ilmu pengetahuan sosial, memahami dunia sebagai suatu sistem hubungan yang memiliki unit dasar dengan ‘tanda’.32 Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda. Tanda-tanda tersebut menyampaikan suatu informasi sehingga bersifat komunikatif. Semiotika menekankan perhatian pada lambang-lambang dan simbol-simbol.

Dalam hal ini, komunikasi dipandang sebagai suatu jembatan antara dunia pribadi tiap-tiap induvidu dengan sebuah ruang yang berfungsi mengolah lambang dan simbol untuk memproduksi makna-makna tertentu yang akan mereka sampaikan.33

Lambang mewakili objek tertentu dan memiliki peluang untuk dimaknai oleh beragam induvidu yang berbeda. Semiotik merupakan teori filsafat umum yang berkenaan dengan produksi tanda-tanda dan simbol-simbol sebagai bagian dari sistem kode yang digunakan untuk mengkomunikasikan informasi. Semiotik meliputi tanda-tanda visual dan verbal.34

Secara etimologis, istilah semiotika berasal dari kata yunani Semeion yang berarti tanda. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai suatu – yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya – dapat dianggap mewakili sesuatu

32

Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013. hal. 9

33 Nurani Soyomukti, Komunikasi Politik. Jatim: Intrans Publishing, 2013. hal. 52 34 Ibid.

(12)

yang lain. Tanda pada awalnya dimaknai sebagai suatu hal yang menunjuk pada adanya hal lain.35

Semiotika menurut beberapa ahli disebutkan:

1.Semiotika menurut Charles Sanders Pierce, bahwa tanda (representamen) merupakan contoh kepertamaan, objeknya adalah kekeduaan, dan penafsirnya (interpretant) adalah keketigaan. Keketigaan yang ada dalam konteks pembentukan tanda juga membangkitkan semiotika yang tak terbatas, selama suatu penafsir (gagasan) yang membaca tanda sebagai tanda yang lain (yaitu sebagai wakil dari suatu makna atau penanda) bisa ditangkap oleh penafsir lainnya. Bedasarkan objeknya Pierce membagi tanda atas ikon, indeks, dan simbol.36

2. Semiotika menurut Ferdinand De Saussure (1857-1913), dibagi menjadi dua bagian yaitu penanda (signifier) dan petanda (signified). Menurut Saussure setiap tanda kebahasaan pada dasarnya menyatukan sebuah konsep dan suatu citra suara, bukan menyatakan sesuatu dengan sebuah nama. Suara merupakan penanda, konsepnya adalah petanda.37

3. Roland Barthes (1915-1980), ahli semiotika yang mengembangkan kajian semiotika teks melontarkan konsep tentang konotasi dan denotasi sebagai kunci dari analisisnya. Konotasi adalah istilah yang digunakan

35

Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013. hal. 7

36 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009. hal.41 37 Ibid. hal 47

(13)

Barthes untuk menunjukkan signifikasi tahap kedua. Sementara denotasi disebut Barthes sebagai makna paling nyata dari tanda (sign).38

4. Menurut Umberto Eco, semiotikus terkenal dari Italia, semiotika menaruh perhatian pada apapun yang dapat dinyatakan sebagai tanda. Sebuah tanda adalah semua hal yang dapat diambil sebagai penanda yang mempunyai arti penting untuk menggantikan sesuatu yang lain. 39

2.5.2 Pendekatan Terhadap Tanda

Tanda merupakan sesuatu yang bersifat fisik, bisa dipersepsi indra kita; tanda mengacu pada sesuatu di luar tanda itu sendiri dan bergantung pada pengamatan oleh penggunanya sehingga bisa disebut tanda.40

Pierce (dalam Fiske 2004:62) melihat tanda (representamen), acuannya (objek) dan penggunaannya (interpretant) sebagai tiga titik dalam segitiga. Masing-masing terkait erat pada dua yang lainnya, dan dapat dipahami hanya dalam artian pihak lain.

Pierce menjelaskan modelnya secara sederhana. Representamen adalah sesuatu yang dikaitkan pada seseorang untuk sesuatu dalam beberapa hal atau kapasitas. Representamen menunjukkan pada seseorang, yakni menciptakan di benak orang tersebut tanda yang setara, atau barangkali suatu tanda yang lebih berkembang. Tanda yang diciptakannya dinamakan interpretant (penafsiran), dari tanda pertama. Tanda itu menunjukkan sesuatu yaitu objeknya.41

38 Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media,

2013. hal. 21

39 Ibid. hal. 25

40 Tommy Suprapto, Pengantar Teori Komunikasi. Yogyakarta: Media Pressindo, 2006. hal. 114 41 Ibid. hal. 115

(14)

Representamen

Interpretant Object

Gambar 2.1 Unsur Makna Pierce

Menurut Pierce, salah satu bentuk representamen adalah kata. Sedangkan

object adalah sesuatu yang dirujuk tanda. Sementara interpretant adalah tanda

dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda.42

Ketiga istilah Pierce tersebut menunjukkan panah dua arah yang menekankan bahwa masing-masing istilah dapat dipahami hanya dalam relasinya dengan yang lain. Yang dikupas teori segitiga makna adalah persoalan bagaimana makna muncul dari suatu tanda itu digunakan orang pada waktu berkomunikasi.43

Charles Sanders Pierce, menandaskan bahwa kita hanya dapat berfikir dengan medium tanda. Manusia hanya dapat berkomunikasi lewat sarana tanda. Tanda dalam kehidupan manusia bisa tanda gerak atau isyarat. Lambaian tangan yang bisa diartikan memanggil atau anggukan kepala dapat diterjemahkan setuju.

42 Ibid.

(15)

Tanda bunyi, seperti tiupan peluit, terompet, genderang, suara manusia, dering telpon. Tanda tulisan, di antaranya huruf dan angka.

Representamen mengacu kepada sesuatu diluar dirinya sendiri, yaitu objek dan dipahami oleh seseorang sehingga memiliki efek dibenak penggunanya, yaitu interpretant. Dari interaksi ketiga elemen; representamen, objek dan interpretant dalam benak seseorang, muncul makna tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut.

Merujuk teori Pierce, terdapat klasifikasi tanda (representamen) yang terbagi menjadi; qualisign, sinsign, legisign.

Qualisign adalah kualitas yang ada pada representamen, misalnya

kata-kata kasar, keras, lemah, lembut, merdu. Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda (representamen); misal, kata kabur atau keruh yang menandakan bahwa ada hujan di hulu sangai. Legisign adalah norma yang dikandung oleh tanda (representamen) misalnya rambu-rambu lalu lintas yang menandakan hal-hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan manusia.44

Sementara objek dalam gambar dapat dilihat dari jenis tanda yang digolongkan dalam semiotik, di antaranya: ikon, indeks dan simbol.

Ikon adalah tanda yang mirip dengan referennya dengan cara tertentu. Lukisan potret seseorang adalah ikon visual yang menunjukkan wajah orang yang sebenarnya dari perspektif seorang seniman.

(16)

Ikon berfungsi sebagai tanda yang serupa dengan bentuk objeknya.45 Dengan kata lain ikon ialah tanda memunculkan kembali benda atau realitas yang ditandainya. Misalnya, parfum adalah ikon penciuman yang menirukan bau-bau alam. Superman juga memiliki kualitas 'ikon pahlawan': yaitu ia dibuat menjadi seperti tokoh-tokoh pahlawan masa lalu; seperti Prometheus, Hercules, Achilles, dan Samson ia berotot, tinggi dan tampan.46

Indeks adalah ikon yang menggantikan atau merujuk ke sesuatu dalam hubungannya dengan sesuatu yang lain. Tidak seperti yang di lakukan ikon, indeks tidak sama dengan yang ditunjukkannya; indeks hanya mengindentifikasikannya atau menunjukkan dimana mereka berada. Indeksikalitas juga merupakan ciri pembentukan identitas.47

Indeks berfungsi sebagai tanda yang mengisyarakatnya tanda lainnya (hubungan sebab akibat). Indeks berhubungan langsung antara tanda dan objeknya. Asap adalah indeks api dan bersin adalah indeks flu.

Simbol adalah tanda yang mewakili sesuatu yang proses penentuan simbol itu tidak mengikuti aturan tertentu. Simbol berfungsi sebagai penanda yang oleh kaidah secara konvensi telah lazim digunakan dalam masyarakat.48

Secara umum, seperti banyak gerak tangan tertentu, kata-kata adalah tanda simbolik. Akan tetapi, penanda apa pun - objek, suara, gambar, warna, nada musik, dan sebagainya – bisa memiliki makna simbolik.49

45

Alex Sobur, Analisis Teks Media, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009. hal. 98

46 Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media. Yogyakarta: Jalasutra, 2010. hal. 47-48 47 Ibid. hal. 48

(17)

Bedasarkan interpretant, tanda (sign, representamen) dibagi atas: rheme,

dicent sign dan argument. Rheme adalah tanda yang memungkinkan seseorang

menafsirkan bedasarkan pilihan.50 Tanda bagi interpretant sebagai sebuah kemungkinan. Misalnya; orang yang matanya merah dapat menandakan bahwa orang tersebut menderita sakit mata atau baru saja menangis.

Dicent sign adalah tanda sesuai kenyataan. Tanda bagi interpretant

sebagai sebuah fakta.51 Misalnya; jika pada suatu jalan sering terjadi kecelakaan maka ditepi jalan dipasang tanda rambu lalu lintas yang menyatakan bahwa disitu sering terjadi kecelakaan.

Argument adalah tanda yang langsung memberikan alasan tentang

sesuatu.52 Tanda (representament) bagi interpretant adalah sebuah nalar.

2.5.3 Semiotika Film

Film merupakan bidang kajian yang amat relevan bagi analisis struktural atau semiotika. Seperti yang dikemukakan oleh van Zoest (van Zoest, 1993:109), film dibangun dengan tanda semata-mata. Tanda-tanda itu termasuk berbagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik untuk mencapai efek yang diharapkan. Gambar-gambar yang dinamis dalam film merupakan representamen bagi realitas yang dinotasikannya.53

49 Ibid.

50 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009. hal. 42 51 Ibid

52 Ibid

(18)

Film dalam konteks semiotik dapat diamati sebagai suatu upaya menyampaikan pesan dengan menggunakan seperangkat tanda dalam suatu sistem.

Dalam semiotik film dapat diamati dan dibuat berdasarkan hubungan antara representamen, objek dan interpretant, seperti halnya tanda (representamen) pada umumnya yang merupakan kesatuan yang tidak dapat dilepaskan antara representamen dan objek serta intrepretant.

Gambar dan simbol adalah bahasa rupa yang bisa memiliki banyak makna. Suatu gambar bisa memiliki makna tertentu bagi sekelompok orang tertentu, namun bisa juga tidak berarti apa-apa bagi kelompok lain. Begitu juga dengan tanda.

Tanda (representamen) adalah sesuatu yang mewakili sesuatu, apabila “sesuatu” disampaikan melalui tanda dari pengirim kepada penerima, maka sesuatu tersebut bisa disebut sebagai “pesan”. Tanda bukanlah suatu benda saja dan bukan pula maknanya saja, melainkan kedua-duanya sekaligus.

Kekhususan film adalah mediumnya, cara pembuatannya dengan kamera dan pertunjukkannya dengan proyektor dan layar.

Semiotika film untuk membuktikan hak keberadaannya – yang dalam hal-hal penting menyimpang dari (ilmu yang mempelajari tanda) teks dalam arti harfiah – harus memberikan perhatian khusus pada kekhususan tersebut.54

(19)

Menurut Amitabachan, film tidak hanya merupakan gambar hidup yang dipertontonkan, namun film merupakan ungkapan emosi, perasaan, refleksi budaya, dan ekspresi seseorang dalam seni dan sosial yang dikemas dengan cara yang unik.

Stuart Hall (dalam Eriyanto, 2000), mengatakan bahwa film sebagai media massa pada dasarnya tidaklah memproduksi, melainkan menentukan realitas melalui pemakaian kata-kata yang terpilih.55

Gambar

Gambar 2.1 Unsur Makna Pierce
Gambar dan simbol adalah bahasa rupa yang bisa memiliki banyak makna.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi Rokhmah yang menunjukkan mayoritas ODHA memiliki sikap yang positif terhadap HIV/AIDS dan

Tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan umur, masa kerja, pengetahuan dan motivasi bidan dengan pelaksanaan program Inisiasi Menyusus Dini di

Hasil ini mengindikasikan bahwa tingkat sanitasi dan sistem manajemen perkandangan yang baik dapat menekan angka kejadian kasus koksidiosis pada pedet sapi bali.. Kata kunci :

Dan dalam pemenuhan kebutuhan tersebut, perilaku yang dimunculkan akan berbeda dalam menghadapi sesuatu, untuk melakukan kebutuhan secara riligius membutuhkan niat

Berdasarkan observasi lapangan diketahui bahwa distribusi cahaya di ruangan perpustakaan yang tidak merata disebabkan oleh: banyak ruangan dengan lampu yang mati, memancarkan

Dengan penggunaan modul perkuliahan bahasa dan sastra Indonesia berbasis karakter pada mahasiswa PGSD, maka diharapkan: (1)Dapat menjadi stimulant bagi penggunaan

Sedangkan jika diberikan dalam bentuk HLS (diekstrak), tidak ada perbedaan pengaruh terhadap hasil biomassa di antara keempat bahan yang digunakan, meskipun demikian

Salah satu sikap Hugo Chavez dalam melawan neoliberalisme adalah kebijakan nasionalisasi perusahaan minyak swasta di Venezuela, hal ini sangat didukung oleh rakyatnya dimana