• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSEDUR PENDIRIAN RUMAH IBADAT. Pusat Kerukunan Umat Beragama Sekretariat Jenderal Kementerian Agama R.I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROSEDUR PENDIRIAN RUMAH IBADAT. Pusat Kerukunan Umat Beragama Sekretariat Jenderal Kementerian Agama R.I"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Pusat Kerukunan Umat Beragama

Sekretariat Jenderal

Kementerian Agama R.I

(2)

KEMENTERIAN AGAMA

A. Latar Belakang

1. Tinjauan Historis

2. Peraturan Pendirian Rumah Ibadat

B. Usulan Pendirian Rumah Ibadat

1. Pedoman Pendirian Rumah Ibadat

2. Izin Pendrian Rumah Ibadat

3. Izin Sementara Pemanfaatan Gedung

C. Proposal Pendirian Rumah Ibadat

D. Rekomendasi Tertulis

1. Lembaga Berwenang

2. Pertimbangan Rekomendasi

E. Perselisihan

1. Bentuk Perselisihan

2. Penyebab Perselisihan

3. Penyelesaian

OUTLINE

(3)

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

Masalah pendirian rumah ibadat menjadi salah

satu sebab yang dapat mengganggu hubungan

antar umat beragama sehingga perlu diatur.

Dalam SKB No. 1 Tahun 1969 terdapat

kalimat-kalimat yang multitafsir.

SKB No. 1 Tahun 1969 tidak memuat penjelasan

syarat pendirian rumah ibadat dan pelayanan

terukur untuk meresponi permohonan pendirian

rumah ibadat.

PBM dirumuskan oleh wakil majelis-majelis agama

tingkat pusat; MUI, PGI, KWI, PHDI dan WALUBI.

A. LATAR BELAKANG

(4)

KEMENTERIAN AGAMA

1. TINJAUAN HISTORIS

3

Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No. 01/BER/mdn-mag/1969 tentang Pelaksanaan Tugas Aparatur Pemerintah Dalam Menjamin Ketertiban dan Kelancaran Pelaksanaan Pengembangan dan Ibadat Agama oleh Pemeluk-Pemeluknya.

Banyak kalangan menilai bahwa Keputusan Bersama perlu pada peninjauan (dicabut atau dipertahankan).

Kementerian Agama melakukan kajian ulang terhadap Keputusan Bersama.

Munculnya masalah terkait dengan pendirian suatu rumah ibadat di sejumlah wilayah di Indonesia.

Rapat bersama antara Menteri Dalam Negeri, Menteri Agama dan Jaksa Agung, Kapolri, Menteri Hukum dan HAM, dan sejumlah pejabat lainnya untuk membahas penyempurnaan Keputusan Bersama tersebut (7 September 2005 ).

(5)

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

Lanjutan...

4

Penyelenggaraan rapat-rapat setingkat eselon I Departemen Agama dan Departemen Dalam Negeri kala itu, guna menyusun draf penyempurnaan. Draf ini kemudian dihasilkan Departemen Agama dan Departemen Dalam Negeri dan siap dibahas dengan majelis-majelis agama, yang masing-masing diwakili oleh 2 (dua) orang. (awal Oktober 2005)

Pembahasan draf berlangsung sebanyak sebelas kali, sepuluh kali diantaranya berlangsung mulai Oktober 2005 sampai dengan 30 Januari 2006.

Pembahasan kesebelas (terakhir) dilakukan dengan majelis-majelis agama tanggal 21 Maret 2006 dan dihadiri langsung oleh Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri.

(6)

KEMENTERIAN AGAMA

90 % dari draf yang disiapkan pemerintah mengalami perubahan yang sangat mendasar, baik dari segi substansi maupun formulasi rumusannya, yang disepakati pada 21 Maret 2006 dan ditandatangani oleh Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri pada tanggal yang sama, sebagai Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 dan 8 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama, dan

Pendirian Rumah Ibadat.

Dengan berlakunya Peraturan Bersama ini, maka Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No. 01/BER/mdn-mag/1969 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

(7)

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

B. USULAN PENDIRIAN RUMAH

IBADAT

6

Pedoman tentang pendirian rumah ibadat

diatur dalam Peraturan Bersama Menteri

Agama dan Menteri Dalam Negeri

Nomor 9 dan 8 Tahun 2006

(8)

KEMENTERIAN AGAMA

1. PEDOMAN PENDIRIAN RUMAH

IBADAT

 Pendirian

rumah

ibadat

didasarkan

pada

keperluannyata

berdasarkan

komposisi

jumlah

penduduk di wilayah Kelurahan/Desa.

 Pendirian rumah ibadat memperhatikan kerukunan

umat beragama, tidak mengganggu ketenteraman dan

ketertiban umum dan mematuhi peraturan

perundang-undangan.

 Bila keperluan nyata bagi pelayanan umat beragama di

wil. Kelurahan/Desa tidak terpenuhi, komposisi jumlah

penduduk digunakan batas wil. Kecamatan atau

Kabupaten/Kota atau Provinsi

 Pendirian rumah ibadat harus memenuhi persyaratan

(9)

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

Lanjutan...

8

1. Daftar nama dan KTP pengguna rumah ibadat

minimal

90 orang

disahkan oleh pejabat setempat

sesuai dengan tingkat batas wilayah.

2. Dukungan masyarakat setempat minimal

60 orang

yang disahkan oleh Lurah/Kades.

3. Rekomendasi tertulis Kepala Kantor Kementerian

Agama Kabupaten/Kota.

4. Rekomendasi tertulis FKUB Kabupaten/Kota.

5. Bila

persyaratan

poin

(1)

terpenuhi

dan

persyaratan

poin (2)

belum terpenuhi, maka

Pemda berkewajiban memfasilitasi tersedianya

lokasi pembangunan rumah ibadat.

(10)

KEMENTERIAN AGAMA

Memahami situasi dan kondisi lingkungan dan masyarakat sekitar dengan mengedepankan kearifan bahwa rumah ibadat yang akan dibangun akan bermanfaat untuk agamanya serta masyarakat di sekitarnya

Menjaga kerukunan umat beragama dan tidak mengganggu ketenteraman dan ketertiban umum serta mematuhi peraturan perundang-undangan.

Membuat daftar nama dan Kartu Tanda Penduduk (KTP) pengguna rumah ibadat dan disahkan oleh lurah/camat di wilayah rumah ibadat akan dibangun.

menunjukkan bukti dukungan pembangunan rumah ibadat dari sekelompok agama lain dengan menunjukkan KTP sekurang-kurangnya 60 (enam puluh) orang dan disahkan oleh lurah/camat di wilayah di mana rumah ibadat akan dibangun.

(11)

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

Memperoleh rekomendasi tertulis dari kepala kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota.

Memperoleh rekomendasi tertulis FKUB Kabupaten/Kota.

Menulis surat permohonan izin pendirian rumah ibadat dan proposal pembangunan rumah ibadat kepada Bupati/Walikota setempat dengan melampirkan bukti-bukti persyaratan yang diperlukan.

Menyerahkan surat permohonan izin pendirian rumah ibadat dan proposal pembangunan rumah ibadat kepada bupati/walikota untuk memperoleh IMB rumah ibadat.

Lanjutan...

(12)

KEMENTERIAN AGAMA

3. IZIN SEMENTERA

PEMANFAATAN GEDUNG

 Pemanfaatan bangunan gedung bukan rumah ibadat sebagai

rumah ibadat sementara harus mendapat surat keterangan pemberian izin sementara dari Bupati/Walikota.

 Mengacu pada peraturan perundang-undangan tentang

bangunan gedung.

 Pemeliharaan kerukunan umat beragama dan ketertiban

masyarakat dengan:

a. Izin tertulis pemilik bangunan.

b. Rekomendasi tertulis Lurah/Kades.

c. Laporan tertulis kepada FKUB Kabupaten/Kota. d. Laporan tertulis kepada Kepala Kantor

(13)

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

C. PROPOSAL PENDIRIAN RUMAH

IBADAT

12

Latar Belakang

Menjelaskan latar belakang perlunya pendirian rumah ibadat dengan gambaran kondisi sosial masyarakat terkait pelayanan keagamaan.

Dasar Hukum

Menuliskan dasar hukum terkait serangkaian regulasi dan

perturan perundang-undangan dan aturan teknis administratif pendirian rumah ibadat. (Salah satunya adalah PBM Nomor 9 dan 8 Tahun 2006).

Tujuan

Menjelaskan tujuan-tujuan didirikannya rumah ibadat yang sekiranya dapat menunjang kualitas pengamalan agama umat beragama yang mengacu kepada Pancasila dan UUD 1945 terkait kehidupan agama dan keagamaan warga negara.

(14)

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

Lanjutan...

13

Nama dan Lokasi Rumah Ibadat

Menuliskan dengan jelas nama rumah ibadat yang akan didirikan berikut lokasi (alamat) yang jelas dan bila perlu mencantumkan nama dan nomor telpon panitia.

Kondisi Rumah Ibadat

Menjelaskan kondisi rumah ibadat yang sudah ada dan kondisi rumah ibadat yang akan didirikan serta berbagai dukungan baik sosial, moral dan finansial bagi kemungkinan kelancaran

pendirian rumah ibadat.

Dukungan Administratif dan Teknis

Menjelaskan dukungan definitif yang telah diperoleh panitia terhadap pendirian rumah ibadat (90 orang pengguna rumah ibadat 60 orang dukungan dari warga sekitar dengan bukti-bukti Kartu Identitas Penduduk yang dilampirkan dan persyaratan

teknis ini seperti telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang bangunan gedung.

(15)

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

Lanjutan...

14

Kepanitiaan

Menyebutkan dengan jelas organisasi dan identitas nama-nama personil yang duduk sebagai panitia pembangunan rumah

ibadat dengan jelas berikut asal organisasi yang diwakilinya, dan bila perlu mencantumkan pula alamat dan nomor telpon masing-masing personil yang turut andil dalam kepanitiaan.

Pembiayaan

Menyebutkan dan menjelaskan sumber-sumber pembiayaan untuk mendanai pembangunan rumah ibadat, termasuk

menyebutkan nama sponsor bila memang diperlukan.

Nama dan Lokasi Rumah Ibadat

Menuliskan dengan jelas nama rumah ibadat yang akan didirikan berikut lokasi (alamat) yang jelas dan bila perlu mencantumkan nama dan nomor telpon panitia.

(16)

KEMENTERIAN AGAMA

1) Lembaga berwenang pemberi rekomendasi tertulis atas pendirian rumah ibadat adalah Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) tingkat Kabupaten/Kota (bukan FKUB tingkat Provinsi).

2) Pertimbangan Pemberian Rekomendasi:

Ketua FKUB Kabupaten/Kota telah menerima surat

permohonan pemberian rekomendasi tertulis yang dilampirkan persyaratan-persyaratan teknis dan administratif dari panitia pembangunan rumah ibadat.

Ketua FKUB memperlajari surat permohonan, apakah

persyaratan-persyaratan pendirian rumah ibadat sudah sesuai dengan PBM Nomor 9 dan 8 Tahun 2006.

Ketua FKUB mengundang pihak pemohon untuk

melakukan presentasi dan klarifikasi terhadap usulan rekomendasi berikut dengan persyaratan-persyaratannya.

(17)

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

FKUB melakukan pengecekan lapangan dan mencari

informasi tentang keberatan atau dukungan warga sekitar terhadap rencana pembangunan rumah ibadat yang diusulkan.

Rapat pleno FKUB yang membahas keseluruhan aspek

yang menjadi pertimbangan dalam pemberian rekomendasi tertulis secara komprehensif dengan prinsip musyawarah dan mufakat.

Ketua FKUB mengeluarkan keputusan dan rekomendasi

tertulis terhadap usulan pendirian rumah ibadat. Langkah ini merupakan tindak lanjut dari kesimpulan akhir rapat pleno anggota FKUB setelah dilakukan sejumlah langkah-langkah penting dan pertimbangan dari berbagai sisi secara komprehensif.

Lanjutan...

(18)

KEMENTERIAN AGAMA

E. PERSELISIHAN

Perselisihan pendirian rumah

ibadat diatur dalam Pasal 21 dan

22 yang dipandang sangat efektif

dalam penyelesaian perselisihan

rumah ibadat.

(19)

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

Penolakan warga masyarakat sekitar

atau

masyarakat

sewilayah

karena

sejumlah alasan.

Protes warga masyarakat sekitar atau

masyarakat

sewilayah

karena

digunakannya fasilitas umum sebagai

rumah ibadat.

Pencabutan Izin Mendirikan Bangunan

(IMB) dengan berbagai alasan.

Pengerusakan rumah ibadat

1. BENTUK PERSELISIHAN

(20)

KEMENTERIAN AGAMA

Tidak adanya komunikasi yang baik antara panitia

pembangunan rumah ibadat dengan masyarakat dan FKUB.

Tidak adanya kesepakatan antara pemerintah setempat

dengan warga sekitar tentang kejelasan wewenang penggunaan fasilitas-fasilitas umum ataupun fasilitas sosial untuk difungsikan sebagai rumah ibadat.

Lokasi pembangunan satu rumah ibadah dianggap tidak tepat

karena sebagian besar anggota umat dari rumah ibadat tersebut adalah tidak bermukim di wilayah di mana suatu rumah ibadat akan dibangun.

Adanya alih-alih rekayasa agar tampak anggota umat telah

memenuhi apa yang menjadi persyaratan dalam PBM.

Tidak mematuhi aturan (PBM Nomor 9 dan 8 Tahun 2006)

(21)

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

Perselisihan rumah ibadat diselesaikan dengan cara-cara yang

adil, tidak memihak dan keterlibatan aktif pihak pemerintah dan masyarakat secara bersama untuk melakukan dialog dan musyawarah.

Keterbukaan dan komitmen semua pihak yang berselisih untuk

bertekad pada penyelesaian dan perdamaian serta ketenteraman umat beragama

Mediator:

Pemerintah Daerah

Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) POLRI

Badan Intelejen Negara dan Komunitas Intelijen Daerah Kementerian Agama RI

3. PENYELESAIAN

(22)

KEMENTERIAN AGAMA

Referensi

Dokumen terkait

belum mematuhi standar operasional prosedur (SOP) yang dibuat untuk memperlancar penyelesaian pelayanan. selain itu badan Lingkungan Hidup Kota Semarang belum dalam

Data – data hasil pengukuran akan tersimpan pada data base yang dapat di gunakan untuk analisa udara di ruang kontrol panel.. Data analisa digunakan untuk perawatan

dibandingkan dengan materi yang dicakup soal bentuk uraian; dapat mengukur jenjang kemampuan berpikir tingkat tinggi (analisis, evaluasi, mencipta) yang umumnya sulit

Jika tahun sebelumnya Anda sudah melaporkan daftar harta dalam e-filing, Anda dapat menampilkan kembali dengan klik “Harta Pada SPT Tahun Lalu”. Simulasi

Kesimpulan dari hasil analisis dan hasil pengujian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Ada perbedaan minat berwirausaha siswa yang pembelajarannya menggunakan

Pemertahanan bahasa yang dimaksud penulis adalah upaya-upaya mempertahankan bahasa Jawa ngoko dan krama inggil sekelompok minoritas keluarga Pacitan yang ada di

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi perkembangan ilmu komunikasi, khususnya mengenai komunikasi persepsi remaja dari keluarga

Disisi lain, terlepas apakah otoritas pajak suatu negara ikut berperan secara aktif dalam penyusunan besaran target pajak, dalam menjalankan operasinya otoritas