• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wulan Novia Tresnaati, 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wulan Novia Tresnaati, 2013"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sudah seharusnya selalu berhubungan dengan tema-tema kemanusiaan, karena pada dasarnya belajar itu mempunyai tujuan agar siswa dapat meningkatkan kualitas hidupnya sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial. Kebanyakan sekolah selama ini menerjemahkan pendidikan IPA sebagai sekedar transfer of knowledge yang dimiliki guru kepada peserta didik dengan hapalan-hapalan teori maupun rumus-rumus, sekedar untuk bisa menjawab soal-soal ujian, tetapi sering kali tidak sanggup untuk menerjemahkannya ke dalam realitas yang ada di sekelilingnya. Oleh karena itu, diperlukan jembatan yang menghubungkan pendidikan dan teknologi terhadap kemasyarakatan.

Dewasa ini hampir setiap segi kehidupan manusia telah terkait dengan teknologi. Teknologi lahir karena adanya kebutuhan manusia. Penemuan teknologi ini terwujud dengan terciptanya alat-alat baru maupun penyempurnaan dari alat-alat lama. Penemuan maupun penyempurnaan alat ini berdampak pula pada penemuan dan pengembangan sains. Jadi meskipun sains itu berbeda dengan teknologi, namun antara sains dan teknologi terdapat kaitan yang erat. Sampai saat ini, perkembangan teknologi mememicu perkembangan sains, namun ada kalanya perkembangan sains memicu pula perkembangan teknologi. Oleh karena itu, kaitan antara sains dan teknologi merupakan suatu kaitan atau hubungan timbal balik yang saling menguntungkan. Namun, perkembangan teknologi dalam penggunaannya di masyarakat tidak hanya menimbulkan dampak positif bagi masyarakat tetapi dapat pula menimbulkan dampak negatif. Menurut Poedjiadi (2007) masyarakat yang memanfaatkan teknologi perlu memiliki pemahaman tentang sains yang dapat dijadikan bekal dalam upaya memelihara produk teknologi tersebut. Oleh karena itu, pendidik sudah seharusnya memberi bekal

(2)

di kehidupan yang serba teknologi atau agar siswa dapat memelihara produk teknologi. Selain itu, acuan penyusunan Kurikulum yang sekarang digunakan yaitu Tingkat Satuan Pendidikan pun salah satunya yaitu pembelajaran harus dikembangkan secara berkala dan berkesinambungan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Nugroho (2008). Pembelajaran yang menghubungkan antara teknologi dan sains yaitu dengan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) diharapkan menghasilkan masyarakat yang nantinya dapat menilai dampak perkembangan teknologi.

Saat ini, kemajuan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) sudah berkembang cukup pesat. Namun seiring perkembangan IPTEK yang terjadi saat ini tidak sedikit menimbulkan dampak pada kesetimbangan kehidupan, terutama kehidupan masyarakat. Penanaman penggunaan IPTEK dengan baik penting dilkukan untuk memberikan pemahaman akan dampak yang ditimbulkan dari produk IPTEK itu sendiri. Salah satunya, penerapan terhadap generasi muda dalam pembelajaran dari sekolah. Pembelajaran sebaiknya tidak hanya menyampaikan materi, tetapi dapat juga membuat peserta didik menjadi warga negara yang baik, tanggap terhadap perkembangan teknologi, dan dapat menilai secara kritis dampak positif dan dampak negatif kemajuan teknologi. Berdasarkan hal tersebut sudah seharusnya diadakan pembelajaran yang menghubungkan sains dan teknologi dengan kegunaannya di masyarakat. Model pembelajaran STM (Sains Teknologi Masyarakat) merupakan model pembelajaran yang berangkat dari isu-isu dan masalah yang berkembang di masyarakat akibat adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Adanya pembelajaran yang mengaitkan sains dengan teknologi serta kegunaan dan kebutuhan masyarakat, konsep-konsep yang telah dipelajari dan dikuasai peserta didik diharapkan dapat bermanfaat bagi dirinya dan dapat digunakan untuk menyelesaikan baik masalah yang dihadapinya maupun masalah lingkungan sosialnya (Poedjiadi, 2007).

Saat ini terdapat beberapa hasil produk dari IPTEK khususnya dalam bidang pangan dalam hal ini adalah produk makanan, dimana di dalam

(3)

komposisinya terdapat bahan-bahan yang apabila dikonsumsi secara berkelanjutan akan menimbulkan dampak yang tidak baik untuk kesehatan. Terkait hal tersebut, pada umumnya masyarakat termasuk para pelajar belum begitu paham mengenai dampak yang ditimbulkan bagi kesehatan jika secara berkelanjutan mengonsumsi produk makanan yang mengandung bahan tambahan makanan sintetis seperti antioksidan, antikempal, pengawet, pewarna alam dan sintetik, pemanis buatan, pengatur keasaman, pengeras, sekuestran, pemutih dan pematang tepung, pengemulsi, pengental, pemantap, penyedap rasa dan penguat rasa (Permenkes RI No. 772/Menkes/Per/IX/88). Mayoritas produk makanan hasil teknologi tersebut dibuat dengan kemasan yang menarik, penyajiannya lebih efesien, kemudian produk makanan tersebut dipromosikan/ diiklankan dengan menonjolkan kelebihan-kelebihannya. Dampaknya tidak jarang masyarakat yang mengonsumsi produk-produk makanan tanpa membaca komposisi produk makanan pada kemasannya. Pada umumnya masyarakat awam dan pelajar belum dapat membedakan makanan yang sehat untuk dikonsumsi dan makanan yang kurang baik untuk di konsumsi.

Pembelajaran mengenai sistem pencernaan dengan menggunakan model pembelajaran STM diawali dengan mengangkat isu/masalah makanan yang mengandung bahan berbahaya yang berkembang di masyarakat. Hal ini, diharapkan siswa tidak hanya dapat menjelaskan perjalanan makanan (pencernaan) dari mulut hingga anus dan sel-sel, tetapi juga memiliki pengalaman untuk menguji kandungan bahan berbahaya pada makanan sehingga siswa dapat mengidentifikasi ciri-ciri makanan yang mengandung bahan berbahaya. Jika siswa sudah mengetahui ciri-ciri makanan yang mengandung bahan berbahaya siswa dapat menilai dan memilih makanan yang baik untuk di konsumsi.

Menurut Poedjiadi (2007) pembelajaran yang manfaat langsungnya sudah diketahui, dapat menambah motivasi siswa untuk mempelajari suatu pelajaran/ilmu. Inilah salah satu alasan yang mendasari penggunaan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dalam penelitian ini. Alasan lainnya

(4)

adalah dengan mengangkat isu/masalah yang berkembang di masyarakat sebagai akibat hasil dari perkembangan teknologi, akan menambah wawasan siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimanakah pengaruh pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) terhadap penguasaan konsep siswa mengenai sistem pencernaan dan kesadaran siswa dalam memilih makanan?”

Berikut penjabaran dari rumusan masalah untuk memperjelas masalah penelitian yang dibuat dalam bentuk pertanyaan penelitian dibawah ini:

1. Bagaimanakah penguasaan konsep siswa mengenai sistem pencernaan sebelum dan setelah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM)?

2. Bagaimanakah kesadaran siswa dalam memilih makanan sebelum dan setelah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM)?

3. Bagaimanakah hubungan (korelasi) antara penguasaan konsep siswa tentang sistem pencernaan dengan kesadaran siswa dalam memilih makanan?

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini terarah pada ruang lingkup yang akan diteliti, maka penelitian dibatasi pada hal-hal di bawah ini

1. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran STM terdiri dari 5 tahap (Poedjiadi, 2007), yaitu; a. inisiasi/invitasi, yaitu “undangan” agar siswa memusatkan perhatian pada pembelajaran dengan mengeksplorasi pengetahuan siswa mengenai isu kekurangan dan kelebihan macam-macam vitamin, bahaya mengonsumsi produk makanan yang mengandung zat aditif secara berkelanjutan, serta bahaya mengonsumsi makanan yang mengandung boraks dan formalin; b. pembentukan konsep, menggunakan metode praktikum sederhana dan motede tanya jawab dengan bantuan media power

(5)

point dan video animasi; c. aplikasi, dilakukan dengan mengaplikasikan konsep yang didapat pada tahap pembentukan konsep untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan isu/masalah yang dipaparkan pada tahap inisiasi; d. pemantapan konsep, untuk mendeteksi adanya miskonsepsi; dan

e. evaluasi, dilakukan dengan memberi pertanyaan secara lisan kepada siswa.

2. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah sistem pencernaan yang terdiri dari beberapa subkonsep yaitu; a. zat makanan; b. struktur dan fungsi alat-alat pencernaan; dan c. proses pencernaan makanan; Subkonsep-subkonsep tersebut dibelajarkan dalam empat kali pertemuan.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengaji pengaruh model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) terhadap penguasaan konsep siswa tentang sistem pencernaan dan kesadaran siswa dalam memilih makanan serta keterkaiatan antara penguasaan konsep siswa tentang sistem pencernaan dengan kesadaran siswa dalam memilih makanan.

E. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan praktis sebagai salah satu alternatif dalam upaya perbaikan pembelajaran, antara lain: 1. Bagi siswa:

Siswa juga mendapatkan pengalaman belajar yang berbeda dengan pembelajaran yang biasa dilakukan di sekolah, menambah wawasan yang lebih luas tentang macam-macam zat aditif sintetis dan bahaya yang akan ditimbulkan jika dikonsumsi secara berkelanjutan, serta membantu siswa meningkatkan penguasaan konsep tentang sistem pencernaan.

2. Bagi guru:

Memberikan informasi mengenai variasi model pembelajaran dan media pembelajaran dalam membelajarkan konsep-konsep sistem pencernaan agar

(6)

terjadi peningkatan penguasaan konsep siswa dan kesadaran siswa memilih makanan.

3. Bagi peneliti lain:

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan untuk meneliti masalah yang berkaitan dengan penelitian ini. Penelitian ini juga dapat dijadikan inspirasi atau acuan dalam penelitian sejenis dengan topik yang berbeda dan dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut.

F. Asumsi

1. Pembelajaran dengan model yang bervariasi dapat menumbuhkan dan meningkatkan motivasi belajar siswa, karena siswa tidak jenuh dengan proses belajar yang sedang berlangsung (Anurrahman, 2009).

2. Model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) memiliki kekhasan yaitu pada pendahuluan pembelajaran dikemukakan isu-isu atau masalah yang ada di masyarakat sehingga siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dan terpacu untuk menilai sebuah tindakan atau teknologi (Peodjiadi, 2007).

3. Pembelajaran dengan model STM konsep yang diajarkan langsung dikaitkan dengan kegunaan dalam kehidupan sehari-hari sehingga akan dirasakan siswa bahwa konsep-konsep dan pengetahuan yang dibelajarkan tersebut bermanfaat untuk dipelajari dengan kesadaran bahwa ilmu yang siswa miliki adalah untuk kesejahteraan masyarakat. Apabila pengetahuan di sekolah dirasakan manfaatnya bagi kehidupan siswa, maka siswa tersebut akan termotivasi untuk mempelajarinya, bahkan ingin mencari tahu lebih banyak lagi (Poedjiadi, 2007).

4. Memperkenalkan siswa pada jenis-jenis zat aditif pada produk makanan dapat memotivasi siswa untuk lebih cermat lagi dalam memilih makanan yang baik untuk dikonsumsi.

(7)

G. Hipotesis

Berdasarkan asumsi yang telah dibuat, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H1 = Pembelajaran dengan model Sains Teknologi Masyarakat (STM) dalam

materi sistem pencernaan berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan penguasaan konsep siswa tentang sistem pencernaan

H2 = Pembelajaran dengan model Sains Teknologi Masyarakat (STM) dalam

materi sistem pencernaan berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan kesadaran siswa dalam memilih makanan.

H3 = Terdapat hubungan (korelasi) antara penguasaan konsep siswa tentang sistem

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan pengaturan hak kesehatan buruh yang diselenggarakan oleh Jamsostek dan BPJS Kesehatan adalah dari segi asas dan prinsip penyelenggaraan; sifat kepesertaan; subjek

Dengan hormat, saya Eva Oktavera Saragih, mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor mohon bantuan kepada rekan-rekan mahasiswa Gizi Masyarakat

Dalam upaya mencapai tujuan di atas, perpustakaan berkewajiban untuk mengolah bahan perpustakaan yang dimiliki, termasuk didalamnya adalah proses pembuatan katalog, sebagai

Proses pembuatan jamu yang dilakukan oleh ketiga penjual jamu di wilayah Ngawen dapat dikatakan sebagian besar prosedur pembuatannya telah sesuai dengan Cara Pembuatan

Jika setelah berakhirnya perjanjian kerja ke-2 ternyata PIHAK KEDUA tidak diajukan untuk pengangkatan sebagai karyawan tetap oleh PIHAK PERTAMA, maka perjanjian kerja kontrak

terapi musik instrumental 82% depresi ringan, 18% depresi berat, 2) setelah melakukan terapi musik instrumental 88% tidak depresi dan 12% depresi ringan, 3) hasil

Diisi dengan bidang ilmu yang ditekuni dosen yang bersangkutan pada

Variabel reliability (X 2 ), yang meliputi indikator petugas memberikan pelayanan yang tepat, petugas memberikan pelayanan yang cepat, petugas memberikan pelayanan