• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMATANGAN GONAD DAN PEMIJAHAN INDUK IKAN NAPOLEON (Cheilinus undulatus) DENGAN PERBANDINGAN SUMBER PROTEIN PAKAN YANG BERBEDA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMATANGAN GONAD DAN PEMIJAHAN INDUK IKAN NAPOLEON (Cheilinus undulatus) DENGAN PERBANDINGAN SUMBER PROTEIN PAKAN YANG BERBEDA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PEMATANGAN GONAD DAN PEMIJAHAN INDUK IKAN NAPOLEON

(C h Ei I i N U S u n d u

lafus) DENGAN PERBAN

DI

NGAN

SUM

BER

P

RoTEI

N

PAKAN YANG

BERBEDA

Tatam Sutarmat dan Bejo Slamet ABSTRAK

Untuk pengembangan budi daya ikan napoleon, Cheilinus undulatus perlu disiapkan teknologi perbenihannya. Pada penelitian ini dilakukan uji coba pematangan gonad dan pemijahan induk ikan napoleon dengan perbandingan sumber protein yang berbeda. induk napoieon -betina yang digunakan dengan kisaran antara

2,84,6

kg/ekor dan panjang 53-63 cm: serta induk jantan dengan bobot 4,98-5,8 kg/ekor dan panjang total 67-€8 cm. Wadah penelitian menggunakan tiga buah tangki beton volume 50 m3, yang masing masing diisi dengan S ekor betina dan 1 ekor

jantan. frakan yang diberikan untuk tiap perlakuan adalah perbedaan perbandingan sumber protein pakan tepung ikan dan tepung cumi-cumi yaitu perlakuan A= 2:1, B= 1:1, dan C= 1:2. Berdasarkan data perkembangan gonad yang dilakukan setiap bulan dan data pemijahan, perlakuan B memberikan hasil yang baik dengan tertingginya persentase tingkat pematangan gonad (80%)' frekuensi pemijahan dan jumlah telur yang dihasilkan. l{asil ini menunjukian bahwa komponen nutrien pakan yang terkandung dalam tepung cumi-cumi mempunyai peranan peritirrg dalam rnemacu pematangan gonad dan pemijatian induk serta telur yang rJiriasilkan.

ABSIRACI'

Gonad maturation and spawning of napoleon fish Cheilinus undulatgs hy dit-ferent ratios of food protein source. By: Tatam sutarmat and Bejo slamet Napoleon fish rs one of the most important marine species ,Jue

tu

its high ecanomie value. Aquaculturc activities for this species could not develop well because of constranrfs of unavail-able seed. I'hey experiment on maturation and spawning of napoleon fish used different ratias

sf

protein source: l:emales 2.8-4.6 kg body weigh with 52-63 cm total length artd males of 4.g&-S.g kg bctdy weight with 67-68 cm totat length were reared in three S0 nt3 concrete tanks. Five fe-rnales, and one male were kept together

in

each tank. The expeimental feeds experiment for broodstock were combinations of fish meal and squid with ratio of A= 2:.1

,

B= 1:1 and C= .i:2.

Based on ntonthly check gonad maturation and spawning, ratio of B (1 :1) gantea the best result in term of 80%o maturation stage and egg quatity. The result suggesls that iutrient content

of

squid meal has an impoftant role to speed up maturation and egg quantity.

KEYWORDS:

napoleon fish, gonad maturation, spawning, protein

PEND'AHULUAN

Tingkat kematangan dan kualitas gonad yang

Untuk memenuhi permintaan ekspor yan-s-tln9-sj

:i[:?lEl:ili;:l\:tli3";:"1X,,ilff

i::ilI:H

pada ikan

napoleon,

alternatif

yang-:?|9"J

lnr.rr1l"rgmerupakanfaktorpentingdatammendu-memungkinkan untuk dilaksanakan adalah

d.engan

kung keblrnasiran proses pematangan gonad dan membudidayakannya' Kendala utama

yangdjhadapi

p"r"i;"i''*

(primavere,

19g5). penetitian pematangan

dalam

pengembangan budi daya

ikan

n?pgleo!,

gon"d dan pemijahan induk ikan melaluipemberian

cheilinus undulatus adalah tersedianya benih

Untuk

;;k;;;puran

ikan rucah dan cumi-cumidari

bebe-pengembangan budi daya ikan ini perlu

d:iiL!?l

i"p"

j".ir

ir"n

terah dirakukan antara tain pada kakap

teknologi pembenihannya. Keberhasilan

:u?ty

putih'(tafes

catcarifer)dan kakap merah (Lutjanus

pembenihan sangat ditentukan oleh tersedianya

induk

Z,girii^irrt"fus)

(Slamet

ef a/., 1 993); kerapu macan

yang cukup, baik jumlah, kualitas, dan

keseragaman

1,e"p-nipiausfuscoguftatus) (Mayunar, 1995); kerapu (Hardjamulia, 1988). Kualitas induk merupakan

satah

feUef<'lCiom iteptes attivetis)

(Tridjoko ef a/., 1999); satu faktor yang sangat menentukan

keberhasilan

f"i"pr'Ortik

(Epinephelus microdon) (Giri

et

at.,

produksi

benih'

Dalam kegiatan

pembenih.an,

tggsi);

dan

pada napoleon

(cheitinus

undulatus) ketersediaan induk matang gonad fiantan,

belina)

isnr{LiJ"/.,

1993; 1999). Hasirpenetitian

ikan na-sangat diperlukan, hal ini untuk menjamin

kesinam-

ior"on

t"nr"

l ggg/1ggg menunjukkan bahwa

formu-bungan pasok benih untuk usaha budi

daya'

lasipakan buatan

moist peiletdengan perbandingan

') Peneliti pada Balai Besar Riset perikanan Budidaya

(2)

T. Sutarmat dan B. Slamet

tepung ikan dan tepung cumi52:15 yang digunakan mampu menyetimulir perkembangan gonad ikan na-poleon sampai memijah. Penelitian ini bertujuan untuk mempercepat proses pematangan gonad dan pemijah-an induk ikpemijah-an napoleon, serta memperbaiki mutu telur melaluiperbaikan mutu pakan induk ikan napoleon. BAHAN DAN METODE

Penelitian dilakukan selama tujuh bulan di Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol, Bali. Induk didapatkan dari hasil penangkapan nelayan di sekitar perairan Madura, Kepulauan Kangean, dan NTB dengan kisaran bobot antara 3-€ kg. Calon induk yang digunakan dalam percobaan dipilih yang tidak cacat dan dalam kondisi sehat. Wadah penelitian menggunakan bak beton volume 50 m3 yang

masing-mineral didasarkan atas komposisi yang dibuat oleh Shimeno et al. (1992).

Untuk merangsang nafsu makan, pada formulasi pakan buatan ditambah stimulan (Takeda, 1981). Sebagai bahan perekat digunakan CMC-Na dan tepung kanji. Formulasi dan komposisi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.

Pemberian pakan dilakukan 2 kaliseharipada pagi dan sore harisampai kenyang. Setiap hari dilakukan pembersihan dasar bak dengan cara disipon. Setiap bulan dilakukan pengamatan terhadap bobot dan panjang induk serta perkembangan tingkat

kematang-an

gonad melalui kanulasi menggunakan selang kateter, selanjutnya diamati di bawah mikroskop.

Peubah yang diamati meliputi perkembangan kematangan gonad, waktu pemijahan, diameter, dan Tabel

1.

Komposisi bahan dasar dan analisis proksimat dari pakan yang digunakan dalam penelitian Table 1

.

Contposition and proximate analysis of ingredient used in the experiment

Bahan

(lngredientl

Pakan A (Diet

Al

Pakan B (Diet

Bl

Pakan C (Diet Cl Tepung ikan (Fish meal)

Tepung cumi-cumi (Squid meal) Minyak ikan (Fish oil)

Tepung terigu (Wheat flour) Vitamin (Vitamin mix) Mineral (Mineral mix) Stimulan

Binder CMC-Na Tepung kanji (Sfarch)

46 23 10 10 3 2.5 0.5 1.5 3.5 34.5 34.5 10 10 3 2.5 0.5 1.5 3.5 23 46 10 10 3 2.5 0.5 1.5 3.3 Total 100 100 100

Komposisi pakan uji (% bobot kering) (Feed composrtion) (% dry basic) Protein (Prctein)

Lemak kasar (Crude fat) Serat kasar (Crude fiber) Abu (Ash)

E nergi (E ne rgy )(kkal/k g diet) Kalori (Cal oie/prctei

n ntio)

44.5 14.52 6.07 11.78 3358 75.46 46.1 0 13.3 5.98 9.75 3356

72.U

47.5 11.21 5.56 9.86 3262 68.67

masing diisidengan 5 ekor betina dan 1 ekor jantan, dengan sistem sirkulasi air sebanyak 150%-300%

total volume

per

hari dan diaerasi.

Pakan yang digunakan

adalah

moist pellet dengan campuran tepung ikan dan tepung cumi-cumi (hasil terbaik penelitian tahun 1998-1999). Perlakuan perbedaan perbandingan sumber protein pakan tepung ikan dan tepung cumi-cumi yaitu A= 2:1, B= 1:1, dan C= 1:2 sebagai ulangan adalah individu induk. Sumber pro-tein pakan buatan berasaldaritepung ikan dan tepung cumi-cumi, sumber karbohidrat dari tepung terigu, sumber lemak dari minyak ikan dan vitamin, serta

jumlah telur, rasio pembuahan dan penetasan. Sebagai faktor penunjang, beberapa peubah kualitas air diukur satu kaliseminggu.

HASILDAN BAHASAN

Hasil

analisis

komposisi pakan menunjukkan bahwa pakan C mempunyai kadar protein tertinggi (47,5%); disusul pakan

B

(46,1%);

dan

pakan A

(44,5o/o). Kadar lemak tertinggi adalah pada pakan A (14,52%); diikuti pakan B (13,3 %); dan pakan C (11,21 To).

(3)

Energi tertinggi terdapat pada pakan A (3.358), selanjutnya pakan B (3.356 kkat/kg), dan pakan C (3.262 kkal/kg ). Dilihat dari keseimbangan unsur-unsur nutrisi (protein, lemak) maka pakan B memilikinilai nutrisiterbaik, sedangkan pakan C walaupun memiliki nilai protein cukup tinggitetapi ditinjau dari keseim-bangan nilai nutrisinya adalah kurang seimbang.

Perkembangan gonad selama penelitian dapat dilihat pada Tabel

2.

Pada penelitian sebelumnya diperlakukan induk napoleon saat gonad belum telihat (negatif)dan belum nampak seltelur maupun sperma.

Hasil

pengamatan selama

6

bulan

percobaan berlangsung pada masing-masing perlakuan ternyata bervariasi. Laju perkembangan gonad perlakuan C lebih cepat dibandingkan dengan perlakuan A dan B, terlihat pada bulan ketiga (7 Oktober 1999) persentase

yang matang mencapai

40%, sedangkan pada perlakuan A dan B masing-masing 10o/o. pada bulan

Desember jumlah induk betina yang matang telur pada perlakuan B dan C sebanyak 80% dengan di-ameter

telur

berkisar antara

225431

pm,

maka perlakuan menunjukkan

hasil yang terbaik

bila dibandingkan dengan perlakuan

A,

yang matang telurnya hanya 60% dengan diametertelur 168-328 pm. Sedangkan pada akhir percobaan (bulan Februari) jumlah induk matang gonad terbanyak pada perlakuan A dan B yaitu mencapai 100%, sedangkan perlakuan C mencapaiB0%.

Pemijahan terjadipada bulan Desember dimulai pada hari kelima - kedelapan bulan baru (tanggal

13-16 ) dan bulan Januari dimulai pada hari ketiga

-

ketiga bulan baru dan pada bulan terang (tanggalg-20) pada perlakuan B dengan jumlah telur mencapai 1.084.000 butir (12 kali memijah), pada perlakuan C mencapai 610.000 butir (6 kali memijah), dan pada pertakuan A

yaitu 225.000 butir

(3 kali

pemijahan),

untuk

Tabel2.

Persentase induk betina matang gonad dan diametertelur/oesff(nrm)induk ikan napoleon selama percobaan

Table

2.

Precent gonadal maturation and diameter oocyte of napoleon fish durung experiment

Perlakuan

Seks

Treatment

Sex

BWTL

9-Aug

2-Sep

7-Oct 3-Nov

7-Des

2Jan

3-Feb

I

I

I

I

I

d

2.8t53 3.1/56 4.5t62 3.8/61 3.7t59 5.1/66 50 50 172 80 265 125 168 328 281

-

100

203

200

345

350

352

200

50

100 A Mature (%) 100

I

I

I

9

I

6

4.14160 4.52t63 3.14t56 3.02157 4.04159 5.18t67 187 203 430 421 274 250 250 390 430 359 150 350 400 B 400 350

93

100

: ':

':u

'1'

100 60 60 80 60 10 Mature (%) 200 300 350 320

t:

t:

-50

c

o

I

I

o

I

d

3.62t54 3.76t61 3.68/60 3.78157 3.16/56 5.25168

100

187

172

274

140

286 265 303 396

,:u

420 359 225 Mature (%) 40 60 80 80 80 80
(4)

T. Sutarmat dan B. Slamet

selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3. Dari

diame-ter telur

yang dihasilkan

terlihat

bahwa terdapat perbedaan diameter telur di antara beberapa perlakuan. Diameter telur terbesar diperoleh dari perlakuaan B yaitu antara 625--734 pm dan perlakuan C antara 640--703 pm. Demikian juga halnya dengan diameter butir minyak

di

mana perlakuan

B

menunjukkan yang tertinggiantara 125--172pm dan perlakuan C antara 140--154 pm. Dari hasil di atas dapat dilihat bahwa perlakuan B (perbandingan tepung ikan dan tepung cumi-cumi 1 :1) menunjukkan hasil yang terbaik. pada

perlakuan C (perbandingan tepung ikan dan tepung cumi-cumi 1:2) persentase induk betina matang

go-nad sama, tetapi

pemijahannya

lebih

kecil

dibandingkan dengan perlakuan

B.

Dibandingkan dengan perlakuan A (perbandingan tepung ikan dan tepung cumi 2:1), persentase induk betina matang lebih kecildan tidak memijah dibandingkan dengan kedua periakuan"

Dari kenyataan ini diduga komponen nutrien cumi yang berperan penting dalanr proses pematangan

gonad

dan

pemijahan

ikan

napoleon

ini

yaitu komponen protein yang terkandung dalam cumi-cumi. Kandungan protein pakan pada perlakuan B dan C

lebih tinggi dari

perlakuan

A

akibat

adanya penambahan tepung cumi,

di

tnana secara umum kandungan protein tepung cumi memang lebih tinggi dari kandungan protein tepung ikan. Dengan dernikian perlu diteliti lebih lanjut untuk menentukan apakah kualitas

atau

kandungannya yang lebih berperan dalam proses pematangan gonad dan kualitas telur ikan napoleon Hal yarrg sama menurut Tander ef a/.

(1995)

di

mana

fraksi

protein dari

tepung cumi berpengaruh nyata terhadap peningkatan kualitas telur gillhead seabream, Sparus aurata,yang diduga karena

adanya keseimbangan

komponen

asam

amino esensialnya.

lkan perlu

makan untuk memenuhi

kebutuhan energinya, sehingga

energi

pakan merupakan hal yang harus didahulukan daripada unsur-unsur lainnya dalam menentukan makanan yang masuk (feed intake) dan yang harus pertama dipenuhi. Oleh karena itu, jumlah energi pakan perlu diperhatikan, karena bila kebutuhan tidak dipenuhi maka jaringan tubuh akan dikatabolisme sebagai akibat dari keseimbangan energi yang negatif antara energi pakan dan pemakaian energi tubuh. Energi digunakan untuk keperluan di antaranya yaitu untuk

pemeliharaan (maintenance)

tubuh,

misalnya metabolisme basal, pergerakan, pengaturan suhu tubuh, dan lain-lain (Nationat Research Councit,19g1). Salah satu fungsi energi lainnya adalah untuk pertumbuhan dan produksi seksual/gonad (Smith, 1989). Umumnya ikan laut memerlukan

energi/pro-tein

yang

tinggi.

Tetapi

untuk

pertumbuhan,

keseimbangan antara unsur-unsur pakan adalah yang

paling berpengaruh. Disamping energi, asam amino dan asam lemak mempunyai peranan yang penting dalam perkembangan gonad, sehingga pakan A sumber proteinnya sedikit berasal dari cumi-cumi, pada pakan B sumber proteinnya seimbang antara cumi-cumidan ikan sedangkan pada pakan C sumber proteinnya sedikit, berasal dari ikan, sehingga susun-an asam amino pada pakan B dan C lebih seimbang, maka gonad ikan-ikan yang diberi perlakuan B dan C mampu berkembang dibandingkan perlakuan A.

Dengan demikian keseimbangan antara unsur pakan yang berpengaruh terutama

asam

amino mempunyai peranan dalam perkembangan gonad. Waynorovich & Horvath dalam Hardjamutia (1988) menyatakan pertu m bu h an gonad terjad i j i ka terdapat

kelebihan energi untuk tumbuh. Selanjutnya dikatakan bahwa defisiensi nutrien terutama asam amino, vita-min, dan mineral dapat menyebabkan perkembangan telur terhambat dan akhirnya terjadi kegagalan ovulasi atau pemijahan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Induk ikan napoleon yang diberi pakan dengan perbandingan sumber protein pakan daritepung ikan

dan tepung cumi-cumi 1:1 (perlakuan B)

dapat memacu pematangan gonad, frekuensi pemijahan induk, serta meningkatkan jumlah telur.

Karena pada pertakuan pakan buatan perkem-bangan sperma tidak serentak dengan perkembangan gonad, maka perlu dilakukan penelitian kombinasi pakan buatan dengan tujuan memperoleh perkem-bangan gonad dan sperma dalam waktu bersamaan. UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada A. Gufron Arief, Ni Putu

Ari

Arsini, dan Ni putu Ayu Kenak, Teknisi Litkayasa Balai Besar Riset perikanan Budidaya Laut, Gondol, yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Giri, N .A., Bejo Slamet, dan Tridjoko. 1999. pematangan

gonad dan pemijahan induk

ikan

kerapu batik Epinephelus microdon dengan perbaikan nutrisi pakan. Prosiding Seminar Nasional penetitian dan Diseminasi Teknologi Budidaya Laut dan pantai, Jakarta

2

Desember 1999. Pusat penelitian dan Pengembangan Perikanan. p. 179-184.

Hardjamulia, A. 1988. Penyediaan induk untuk usaha pembenihan ikan

air

tawar. Prosiding Seminar Pembenihan lkan dan lJdang.26 pp.

Mayunar, 1995. Pemijahan alami ikan kerapu macan Epinephelus fuscoguttatus, dalam bak terkontrol dengan berbagai perbandingan pakan ikan rucah dan cumi-cumi. Prosiding Seminar Hasil penelitian

(5)

Tabel3.

Frekuensi pem|ahan, jumlah telur, dan gel. minyak pada ikan napoleon Table

3.

Spawning frequency, total number of eggs, and globula oil of napoleon fish

perlakuan Tanggal

Jumlah

telur

Treatment

_

pemijahan

Total number Date

qawning

of eggs

Diameter

Diameter

telur

(pm)

gel.

minyak (pm) Eggs

diameter

Globe

oil

diameter 09-3-2000 10-3-2000 15-3.2000 75,000 30,000 120,000 665 - 689 656 - 676 645 - 665 130-156 126-146 124-145 Total 225,000 B 14-12-1999 16-12-1999 09."12-2000 12-01-2000 1 3-01-2000 2041-2000 07-02-2000 08-02-2000 10-02-2000 09-03-2000 1 1-03-2000 16-03-2000 80,000 30,000 25,000 214,000 96,000 30,000 35,000 60,000 85,000 140,000 154,000 135,000 703 - 712 640 - 656 625 - 640 703 - 734 672 - 686 656 - 587 674 -704 652 - 656 634 - 687 678 - 702 664 - 686 645 - 678 140

-

156 125

-

140 125 - MA 156 - 172 124

-

142 125

-

140 123

-

142 142

-

145 124..146 140 - 150 130

-

142 125

-

146 Total 1,084,000 13-12-1999 20-01-2000 06-02-2000 08-02-2000 17-03-2000 20-03-2000 7s,000 80,000 110,000 120,000 96,000 1 20,000 640 - 703 642 - 689 645 - 668 654 - 676 643 - 687 654 - 680

lv

-

154 125

-

140 124

-

146 125

-

150 130

-

142 120

-

144 Total 601,000

Sub Balai Penelitian Perikanan Budidaya Pantai Bojonegara-Serang Cilegon, 11 Maret 1995. p.

84-89

National Research Council. 1981. Nutritional Energet-ics of Domestic Animals. National Academy Press, Washington, D.C.

Primavera, J.H. 1985. A Review of maturation in class thelicum penaeid prawns shrimp. In. Taki Y., J.H. Primavera, and J.A. Llobrera (Eds.) Proceeding of the First lntemational Conference of Penaeid Prawns/ shrimps. EAFDEC Aquaculture Departement, lloilo, Phifippines. p. 18-22.

Slamet,

B., Mayunar, S. Diani, P.T. lmanto, dan A. Supriatna. 1993. Pengamatan pada perkembangan pematangan induk ikan lemak Cheilinus yang diberi

pakan

ikan

tembang

dan

cumi-cumi dengan perbandingan yang berbeda. Jurnal Penelitian Budidaya Pantai. lX(S): 91-98.

Slamet, B, Hersapto, dan Tridjoko. 1999. Pematangan induk ikan Napoleon Cheilinus undulatus dengan

pemberian

jenis

pakan segar berbeda. Dalam

Prosiding

Seminar Nasional

Penelitian

dan Diseminasi Teknologi Budidaya Laut dan Pantai, Jakarta

2

Desember 1999. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. p" 253--256.

Shimeno, S., H. Hosokawa, Morie, M.Takeda, and M. Uka-wa. 1992. Inclusion of defatted soybean meal to diet for young yellowtail. Suisanzoshoku, 40(1): 51-- 56.

Smith, R.R. 1989. NuritionalEnergetics ln. J.E. Halver (Editor), Fish Nutrition, 2nd ed. Academic Press, San Diego, California, p.2--29.

Takeda, M. 1981. Application of feeding stimulants for capture and culture fish. /n Japanese society

of

Scientific Fisheries (Editor). Chemical Sense

of

Fish and

Feeding

Stimulants.

Koseisya-Koseikaku, Tokyo. p. 109--118 (ln Japanise). Tandler, A., M. Harel, W.M. Koven, and S. Kolkovski.

1995. Broodstock and Larvae Nutrition in Giltbead Sea Bream, Sparus aurata. New findings on its

(6)

T. Sutarmat dan B. Slamet

mode of infolment in improving growth, survival, and swim infation. Bamidgeh, 47: g1-111r.

Tridjoko, B. Slamet, T. Setiadharma, dan N.A. Giri. 1999. Perkembangan gonad dan pemijahan kerapu bebek

Cromileptes altivelis melalui peningkatan nutrisi pakan dan hormon. Prosiding Seminar Nasional Penelitian. dan Diseminasi Teknologi Budidaya Laut dan Pantai, Jakarta 2 Desember 1999. pusat pene-litian dan Pengembangan Perikanan. p. 195-200.

Gambar

Table  2.  Precent gonadal  maturation  and  diameter  oocyte  of  napoleon  fish  durung  experiment

Referensi

Dokumen terkait

Guru melakukan apersepsi Guru memotivasi siswa dengan menjelaskan manfaat dari materi ayng dipelajari Guru memulai pembelajaran dengan menyajikan masalah kontekstual Guru

Fluorite sangat mudah untuk mengidentifikasi jika Anda mempertimbangkan belahan dada, kekerasan dan berat jenis. Ini adalah satu-satunya mineral umum yang memiliki empat arah

Dari hasil pengolahan data pada tabel 5 diperoleh nilai signifikan secara simultan sebesar 0,000 lebih kecil dari α 5% (0,05), dengan demikian berarti terdapat pengaruh secara

Dalam monografi tersebut juga dijelaskan bahwa berdasarkan prasasti yang disimpan di Pura Dalem Ratu Pingit disebutkan pada mulanya Desa Penglipuran bernama Desa

Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa pada ayam lokal baik ayam Kampung, Pelung, Sentul maupun Kedu Hitam mempunyai keragaman genetik cukup tinggi yang diperlihatkan

Artinya Ho ditolak, yaitu tidak ada perbedaan antara penilaian terhadap realita dengan harapan dari pemohon pembuatan paspor, terkait aspek tangible dalam

Aplikasi Siskeudes sebagai sistem informasi yang digunakan untuk mengatur pengelolaan keuangan desa telah sesuai dengan ketentuan yang diatur di dalam Surat Edaran

Perbandingan Income Taman Nasional Baluran sebelum dan setelah adanya smelter dengan validasi sebaran panas (asumsi 500 pekerja smelter )………...114 Gambar 4.54..