• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI DESA TEGALLINGGAH, SUKASADA, BULELENG BALI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI DESA TEGALLINGGAH, SUKASADA, BULELENG BALI"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Tuty Maryati1, Anantawikrama T. Atmadja2, Nengah Bawa Atmadja3

ABSTRACT

ABSTRAK

PENDAHULUAN

Sampah selalu menjadi masalah dalam penanggulangannya. Sampah, baik sampah organik dan nonorganik merupakan salah satu

sumber pencemaran lingkungan. Meskipun masyarakat menyadari bahayanya, namun perilaku mereka susah berubah, tetap membuang sampah sembarangan. Sampah yang dibuang secara sembarangan dan tidak dikelola

PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI DESA

TEGALLINGGAH, SUKASADA, BULELENG BALI

1 Jurusan Sejarah Sosiologi Perpustakaan FHIS UNDIKSHA;2Jurusan Ekonomi dan Akuntansi FE UNDIKSHA; 3 Jurusan

Sejarah Sosiologi Perpustakaan FHIS UNDIKSHA Email: tuty.maryati@undiksha.ac.id

This community service (PkM) was motivated by a situation analysis, namely the urgent waste management problem to be handled in Tegallinggah Village. This waste problem arises due to the lack of knowledge and literacy of the community about waste processing which starts at the smallest scale - household waste. This lack of knowledge and literacy has an impact on environmental pollution and flooding on the main roads of the village. Based on this situation analysis, this community service aims to (1) provide knowledge and literacy to the community regarding household waste management, (2) provide training on household waste management so that it has economic value, (3) instill awareness in the community to protect the environment in the long term. long through the application of science and technology. The activity method used in this service is counseling and providing information about the dangers of waste to human life and the natural environment as well as training to process waste into objects of economic value. The result of this service is an increase in public awareness in managing and processing household waste in order to create a clean and healthy environment in accordance with the Tri Hita Karana philosophy. The activities on this service includes making organic fertilizers with composter contributed by the team, making liquid fertilizer using waster mixed with mollases and other olternatives, making biopori in the society’s farm.

Keywords: management, household waste, Tegallinggah village

Pengadian kepada Masyarakat (PkM) ini dilatarbelakangi oleh analisis situasi yakni permasalahan pengelolaan sampah yang sangat mendesak ditangani di Desa Tegallinggah. Permasalahan sampah ini muncul dikarenakan kurangnya pengetahuan dan literasi masyarakat tentang pengolahan sampah yang dimulai pada skala terkecil yaki sampah dapur atau sampah rumah tangga. Kurangnya pengetahuan dan literasi ini menjadi berdampak pada pencemaran lingkungan dan banjir di jalan-jalan utama desa. Berdasarkan pada analisis situasi tersebut, pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk (1) memberikan pengetahuan dan literasi kepada masyarakat terkait pengelolaan sampah rumah tangga, (2) memberikan pelatihan pengolahan sampah rumah tangga sehingga bernilai ekonomi, (3) menanamkan kesadaran pada masyarakat untuk menjaga lingkungan jangka panjang melalui penerapan Iptek. Metode kegiatan yang digunakan dalam pengabdian ini adalah penyuluhan dan pemberian informasi mengenai bahaya sampah bagi kehidupan manusia dan lingkungan alam serta pelatihan mengolah sampah menjadi benda-benda bernilai ekonomis. Hasil yang diharapkan dari pengabdian in adalah peningkatan kesadaran masyarakat dalam mengelola dan mengolah sampah rumah tangga demi terwujudnya lingkungan yang bersih dan sehat sesuai dengan falsafah Tri Hita Karana. Kegiatan pengabdian terdiri dari membuat pupuk organik menggunakan komposter yang disumbangkan oleh tim pengabdian, membuat pupuk cair dan pakan ternak menggunakan sampah yang dicampur dengan molase atau bahan lain, serta membuat biopori dari alat yang disumbangkan oleh tim pengabdian.

(2)

secara baik dan benar, menyebabkan terjadinya bencana banjir dan pencemaran lingkungan, termasuk pencemaran air.

Sampah plastik merupakan salah satu jenis sampah yang paling mengkhawatirkan keberadaannya. Meskipun sudah disadari bahayanya, namun ketergantugan terhadap plastik masih sangat tinggi. Plastik dengan beragam produk dan memiliki beberapa kelebihan seperti fleksibel, murah, gampang dibawa dan lain sebagainya, membuat masyarakat seakan tidak bisa lepas dari pemakaian plastik dalam kesehariannya. Dengan semakin sempitnya ruang untuk membuang sampah, masyarakat semakin sembarangan dalam membuang sampah. Hal ini dapat dilihat dari seringnya banjir yang terjadi baik di kota maupun di desa.

Meskipun masyarakat desa di Bali memiliki tata pengelolaan sampah rumah tangga secara tradisional-yaitu membuang sampah di teba, namun keterbatasan ruang telah merubah pola hidup mereka. Sampah yang dulunya dibuang dan dimanfaatkan sebagai pupuk di teba, kini tidak ada lagi. Ruang teba

sudah digantikan dengan bangunan rumah sehingga mereka kehilangan tempat untuk membuang sampah. Selain hilangnya fungsi

teba, pembangunan perumahan hingga ke

pelosok desa juga mempersempit ruang masyarakat untuk mengelola sampah di tingkat rumah tangga. Hal ini menyebabkan perilaku sembarangan membuang sampah pada masyarakat mulai timbul. Mereka membuang sampah sesuka hati mereka. Kondisi ini dapat dilihat dari banyaknya sampah dibuang di pinggir jalan, di sungai, dan di got dan saluran air lainnya.. Hasilnya, udara semakin tercemar karena bau busuk yang ditimbulkan oleh sampah yang dibuang sembarangan. Banjir juga kerap terjadi terutama di pada awal-awal musim hujan.

Kondisi seperti ini dapat dijumpai di berbagai kota bahkan desa-desa di Bali, termasuk di kabupaten Buleleng. Salah satu desa yang paling memprihatinkan akibat pengelolaan sampah yang tidak benar adalah

Desa Tegallinggah, Kecamatan Sukasada, Buleleng, Bali. Akibat perilaku masyarakat dalam membuang sampah sembarangan, desa ini tidak saja menjadi kotor (terlihat dari sampah yang berserakan di pinggir jalan) dan berbau, tetapi yang lebih memprihatikan adalah terjadinya banjir setiap hari Kamis. Dari hasil wawancaara dengan seorang warga desa, Rivai (22 tahun; wawancara tanggal 7 Desember 2019), penyebab terjadinya banjir pada setiap hari Kamis, adalah karena hari Kamis adalah jadwal aliran air sungai Tegallinggh ke Subak

Tegallinggah, di mana aliran air ini melewati

celabah yang ada di pinggir jalan besar. Akibat

sampah yang menumpuk di celabah ini, maka aliran air terhambat dan akhirnya meluber ke jalan sehingga mengakibatkan banjir. Kondisi geografis desa yang menanjak membuat masyarakat yang tinggal di daerah yang lebih rendah mendapat kiriman banjir. Kondisi ini berlangsung secara berulang, dan hingga kini belum ada pemecahan.

Keadaan tersebut menjadi kegelisahan warga desa karena hal ini sudah berlangsung lama. Menurut Pjs. Kepala Desa Tegallinggah (Ketut Artaya; wawancara tgl. 7 Desember 2019), desa ini tidak memiliki lahan untuk membangun Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Desa ini juga tidak memiliki petugas yang mengangkut sampah rumah tangga ke pembuangan akhir. Hal ini memicu penduduk untuk membuang sampah sembarangan tanpa memedulikan masyarakat dan lingkungan sekitar yang terkena dampaknya. Di sisi lain lain, kondisi ini juga diperparah oleh kurangnya literasi atau pengetahuan masyarakat terhadap pengelolaan sampah, terutama sampah yang paling sederhana namum paling besar jumlahnya, yakni sampah dapur atau sampah rumah tangga.

Berdasarkan gambaran kondisi di atas, maka dipandang sangat penting dan urgen untuk dilakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Desa Tegallinggah, dengan fokus kegiatan memberikan pengetahuan dan literasi kepada masyarakat tentang pengelolaan sampah rumah tangga. Dari pengetahuan dan literasi

(3)

yang mereka miliki, kegiatan ditujukan kepada pemberian keterampilan langsung kepada masyarakat untuk mampu mengelola sampah rumah tangga secara baik dan benar.

Berdasarkan pemikiran tersebut, maka yang diharapkan dari kegiatan pengabdian ini adalah sebabai berikut:

(1) Mengembangkan sikap mengurangi dan memilah sampah organik dan nonorganik dimulai dari skala rumah tangga.

(2) Mengembangkan kreatifitas dengan menciptakan produk daur ulang dari sampah.

(3) Memanfaatkan sampah sebagai sumber ekonomi (sumber nafkah) tambahan bagi rumah tangga.

Rumusan Masalah

Permasalah yang muncul di Desa Tegallinggah disebabkan oleh beberapa masalah sepert:

(1) Rendahnya kesadaran masyarakat Desa Tegallinggah dalam menangani sampah rumah tangga sehingga mereka tidak merasa bersalah ketika membuang sampah ke tempat umum (tepi jalan) dan ke sungai atau celabah.

(2) Rendahnya pengetahuan dan literasi masyarakat Desa Tegalinggah tentang pengelolaan sampah rumah tangga,

(3) Rendahnya pengetahuan, penguasaan iptek dan kemampuan masyarakat dalam mengolah sampah agar bernilai ekonomi. METODE

Metode kegiatan yang digunakan oleh tim dalam kegiatan pengabdian ini adalah penyuluhan atau pemberian informasi tentang pengelolaan sampah rumah tangga baik organik, non organik dan lainnya. Setelah penyuluhan, akan diadakan pelatihan memilah dan memanfaatkan sampah menjadi barang yang bernilai ekonomi.

1. Tahapan Kegiatan

Tahapan-tahapan pelaksanaan kegiatan pelatihan dan pendampingan pengelolaan sampah rumah tangga secara sistematis dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

(1) Tahap penyuluhan dan pemberian informasi mengenai bahaya sampah bagi kehidupan manusia dan lingkungan alam; (2) Tahap penyuluhan dan pemberian informasi mengenai sampah yang dapat bernilai ekonomi dan meningkatkan pendapatan masyarakat;

(3) Tahap pendampingan dan pelatihan dalam pengolahan sampah organik dengan relawan dari Yayasan Sahabat Bumi Bali di Kota Singaraja.

2. Keberhasilan Kegiatan Pengabdian Keberhasilan kegiatan pengabdian ini dapat diukur dari:

(1) Respon masyarakat yang sangat antusias dengan kegiatan ini, terbukti dari tindak lanjut dari masyarakat yang langsung mempraktekkan teknik pengelohan dan pembuangan sampah dapur ke alat pengolahan limbah.

(2) Pembuatan biopori di lingkungan rumah masing-masing dan lingkungan sekitar Banjar Bukit Sari.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan pengabdian pada masyarakat di desa Tegallinggah direncanakan berlangsung di bulan Juli 2020, namun karena masih di masa pandemi akhirnya pengabdian masyarakat dilaksanakan pada bulan September 2020. Sebelum kegiatan ceramah dan pelatihan membuat pupuk organik dilaksanakan, sebanyak dua kali tim datang ke pihak desa untuk mendiskusikan teknis pelatihan di masa pandemi. Hal ini dilakukn mengingat desa Tegallinggah adalah desa yang bebas dari Covid 19. Pihak desa khususnya kepala des tidak ingin tim pengabdian pada masyarakat (P2M) menjadi pembawa virus bagi warga desa

(4)

Tegallinggah. Setelah berdiskusi tentang lokasi dan jumlah warga yang dibolehkan untuk pelaksanaan kegiatan, maka kami menyepakati banjar Bukit Sari sebagai lokasi kegiatan dan tanggal 4 September 2020 sebagai hari pelaksanaan pengabdian pada masyarakat. Sebelum hari pelaksanaan, sesuai arahan kepala desa, tim meminta bantuan kepala dusun untuk menghubungi ibu-ibu yang akan mengikuti pelatihan. Kepala dusun yang bernama Bapak Ali Mansur sekaligus memutuskan berapa orang yang akan mengikuti kegiatan agar tetap dapat menjaga jarak antara peserta satu dengan lainnya. Kegiatan P2M ini adalah pelatihan membuat pupuk organik cair dan cara membuat biopori di halaman warga desa tegallinggah. Media yang digunakan adalah sampah rumah tangga atau sampah organik yang biasa ditemukan di dapur. Ibu-ibu peserta pelatihan diminta untuk membawa sampah dari rumah masing-masing. Dan benar saja ketika wktu pelatihan tiba, ibu-ibu banyak membawa buah-buahan busuk yang dikumpulkan dari kebun masing-masing. Sebelum pelatihan dimulai, kegiatan diawali dengan sambutan dari kepala dusun yang mewakili kepala desa. beliau menyampaiakan bahwa kegiatan kami sangat pas dengan visi misi desa mereka. seperti yang telah dikemukakan di latar belakang, sampah merupakan masalah yang tak berkesudahan di desa tegallinggah sehingga program seperti yang tim kami bawakan disambut dengan sangat baik oleh mereka. setelah sambutan dari kepala dusun, acara dilanjutkan dengan sambutan ketua tim pengabdia yang menyampaikan bahwa kegiatan pengabdian ini

adalah untuk membantu ibu-ibu

memberdayakan sampah yang selama ini menjadi masalah di desa mereka. tim pengabdian berharap apa yang dilatihkan kepada ibu-ibu di banjar bukit sari dapat mendatangkan keuntungan tidak hanya bagi lingkungan dan warga, tetapi juga mendatangkan keuntungan ekonomi bagi ibu-ibu. setelah sambutan oleh ketua tim pengabdian, acara dilanjutkan dengan paparan narasumber bapak gede praja mahardika dari

Yayasan Sahabat Bumi Bali yang sudah berpengalaman mengelola sampah mulai dari sampah medis hingga sampah rumah tangga. dalam paparannya, pak gede praja menjelaskan bahwa sampah di beberapa kota di jawa dan bali banyak yang diolah dan menghasilkan keuntungan ekonomi. beliau sangat berpengalaman mengatasi sampah plastik dan sampah medis yang berasal dari rumah sakit. beliau juga banyak bercerita tentang pengalaman beliau selama bekerja di jogjakarta dalam menangani sampah plastik dan sampah rumah tangga. beliau bertanya ke setiap ibu, sampah apa saja yang paling banyak ada disekitar lingkungan mereka. setelah acara ceramah selesai, acara dilanjutkan dengan pengenalan alat-alat yang sudah dibawa narasumber dan tim pengabdian dari singaraja. alat-alat tersebut merupakan media untuk membuat pupuk organik cair seperti komposter, molase, dll.

Gambar 1. (kiri) Kepala dusun memberikan gambaran kepada warga pentingnya kegiatan ini; (kanan) pelatih memberikan ceramah tentang memanfaatkan sampah rumah tangga sebagai produk bernilai ekonomis.

Gambar 2. Ibu-ibu peserta pelatihan mengatur jarak duduk untuk mengikuti protokol kesehatan. Semua perlengkapan protokol kesehatan seperti hand sanitizer, masker, dan tisu disediakan oleh tim bagi para peserta sekaligus disumbangkan untuk banjar Bukit Sari Desa Tegallinggah.

(5)

Saat pelatihan membuat pupuk organik dengan komposter, para ibu membawa sampah organik dari daur seperti sayur dan makanan basi. Sementara untuk pupuk cair menggunakan sampah kebun berupa buah-buahan yang busuk dan tidak bisa dipetik. Buah-buahan yang digunakan antara lain pepaya, jeruk, jambu biji, dan pisang. Bahan campuran yang digunakan berupa molase yang dijual oleh pihak Yayasan Sahabat Bumi Bali. Ketika pelatihan menggunakan molase, banyak ibu-ibu yang tertarik dan meminta kepada pelatih untuk berbagi tips apabila di desa mereka tidak ditemukan molase. Pelatih memberikan alternatif berupa gula merah yang diolah terlebih dahulu untuk menggantikan peran molase.

Gambar 3. Ibu-ibu bersama pelatih sedang praktek membuat pupuk organik menggunakan sampah yang dibawa dengan dicampur molase. SIMPULAN

Berdasarkan pantauan langsung terkait tindak lanjut atas respon masyarakat dengan adanya pelatihan pengelolaan sampah ini, dapat disimpulkan bahwa masyarakat Banjar Bukit Sari, Desa Tegallinggah sangat antusias dengan kegiatan ini, Terbukti dari tindakan langsung

masyarakat yang mempraktekkaan teknik pengelolaan sampah dapur dengan menggunakan peralatan yang sudah disediakan. Sedangkan hambatan yang ditemui adalah pembuatan biopori, di mana masyarakat agak kesulitan, karena bertepatan dengan musim kemarau.

Berdasarakan simpulan dan hambatan di atas maka saran yang tim pengabdi sampaikan kepada masyarakat adalah, agar pembuatan biopori tetap diupayakan, teruratama dengan mencari lahan yang lebih basah dan pada lingkungan sekitar dapat terus diupayakan, seiring akan datangnya musim hujan yang akan datang.

DAFTAR RUJUKAN

.Atmadja, NB., LPS Ariyani. 2016. Sosiologi

Media. Yogyakarta: Pustaka

Larasan.

Lauer, Robert. 1989. Perspectives on Social

Change. [Penerjemah. Alimandan].

Jakarta : Bina Aksara

Maryati, Tuty. NB Atmadja, dan LPS Ariyani. 2017. Sampah Sebagai Sumber Nafkah: Etnografi Kritis Tentang Pemulung sebagai subkultur pada TPA di Bali. Penelitian Fundamental tidak diterbitkan. Singaraja: Undiksha.

Sanderson, Stephen K. 1991. Sosiologi Makro

Sebuah Pendekatan Terhadap

Realitas Sosial. Jakarta: Rajawali

Gambar

Gambar  1.  (kiri)  Kepala  dusun  memberikan  gambaran  kepada  warga  pentingnya  kegiatan  ini;  (kanan)  pelatih  memberikan  ceramah  tentang  memanfaatkan  sampah  rumah  tangga  sebagai produk bernilai ekonomis
Gambar  3.  Ibu-ibu  bersama  pelatih  sedang  praktek  membuat  pupuk  organik  menggunakan  sampah yang dibawa dengan dicampur molase

Referensi

Dokumen terkait

Dari 47 tanaman Nipponbare mutan penanda aktivasi yang diuji, sembilan tanaman menunjukkan respons yang sama dengan tanaman Nipponbare non transforman, yaitu tidak

(1) Instansi Penerima berwenang dan bertanggung jawab untuk memproses Mutasi untuk mendapat Keputusan Mutasi dari pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan

Pengelolaan sampah rumah tangga yang kurang baik meliputi kurangnya kesadaran masyarakat desa Jehem untuk memisahkan sampah organik dan anorganik serta cenderung

(2) Sistem Pengangkutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Pelayanan Pengangkutan Sampah Rumah Tangga, sampah sejenis sampah Rumah Tangga, dan sampah B-3 Rumah Tangga

Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga yang selanjutnya disebut Jakstranas adalah arah kebijakan

Dalam hal ini adjusted r2 digunakan untuk menjelaskan seberapa besar variabel penelitian yang terdiri dari disiplin waktu, disiplin peraturan dan disiplin tanggungjawab

Teknik bimbingan yang digunakan melalui kegiatan bersama. Seperti kegiatan ceramah, diskusi, seminar, pelatihan, dan sebagainya. Pada bimbingan kelompok pembimbing memberikan

Dilihat dari segi teknis perlakuan dengan padat penebaran 2 ekor/liter merupakan perlakuan yang paling efisien, karena memiliki laju pertumbuhan pertumbuhan bobot harian,