Jurnar peneritian perihanqn Indonesia vor.Il No.s
rahun
Igg6UJI
PATOGENISITAS BAKTERT VibTio YANG
DOMINAN
DI
PANTI
BENIH
SKALA
RUMAH TANGGA
TERHADAP LARVA
BANDENG
(C&o
nos
chanos
Forsskal)
.
.
Des Roza',
Titik
Aslianti', Zafran{,dan
Imam
Taufik.
ABSTRAK
Kematian masal lar.va bandeng cli panti benih skala rumah tangga sering terjadi dan penyebabnya diduga akibat serangan bakteri Vibrio. Penelitian
ini
untuk mengetahui jenis bakteri vibrio yangdoyil{
serta tingkat patogenisitasnya terhadaplarva bandeng dilakukan di Gondol dari bulan Juli 1994 - Januari t9gs. Penelitian dilakukan dengan cara pengambilan sampel air dari beberapa panti benih untuk selanjutnya diinokulasikai
p"a"
*"aii icsse
(Thiosulphate citrate Bile<
sucrose).Bakteri denian bentuk koloru yang dominan selanjutnya
dimurnikan pada media
\A
(Marine Agor) untuk selanjutnya diidentifikasidan diuji tingkat
patogenisitasnya terhadap larva bandeng. Bakteri vibrio"yang dominan terdapat
aif.rrti
lurr*,adalah vibrio alginott_!!:":, v. parahaimoryticus, dan v.
nirr"ii.
oui
hasil uji patogenisiras ternyata ketiga jenis Vibrio tersebut tidak patogen terhadaf'l.irr"l".ra"rrg.r-plit*"-pJ"t""
bakteri lOe cfu/ml.ABSTRACT:
Pathogenicity Test of Predominantvibrio
Bacteriato
the Larvae
of
Milkfish
(Chanos chanos Forsskal)in
Baekyard Hatcheries at Gondol Area. By.. Des Roza,Titih
Astianh" Zafran onat^o* Taufih.
.'
Mass mortality of milkfish larvae.in backyarcl hatcheries are mainly due to bacterialdiseases caused by Vibrio. Experiment
-on pathogenicity of predom inant Vibrrioin backyard hatcheries at
Gondol area was conducted from July* 1994 to January 199b. water samples from backyard
hatcheries were inoculatetl on TCBS (Thios,tphate citrate Btle sartsrr"r,r""; Agar
and incubated at 27'c for 24 hours' predominant bacteria was purified using MA (Marine A.gar) medium. Three
species of vibrio were found to be dominant in backyard
ha;he;i;i,'
i.".
vibrio alginolyticus, v. parahaentolvrjcas and v. harue1,i. Results of pathogeni"ity;;;;
;;;ealed rhat a number of 10y
cftr/ml of the three species of vibrio were not pathogenic to the milkfish larvae.
KEYWORDS: Milhfish raruae, pathogenicity,
v.
arginoryticus,v.
harueyi, v. parahae_ molyticus.PENDAHULUAN
Berdasarkan data kebutuhan dan ketersedia_
an
neneralam
maka
kekurangansekitar
2,b milyar nener per siklus dapat dipasok dari panti benih (Prijono, I g9B). Namun ,"nduhrry" tingkatsintasan nener baik di panti benih
lengi"p
(b}o/o) seperti yang dikemukakan Ahmad etal.
(lggl)
dan- Prijono et aI. (199J), maupun di panti benihs-ka f a.ru mah tangga (ZO - 4O%)
-"rrrr,rt
Su m iarsadan Ahmad
(lgg4)
merupakan kendala utamadalam siklus produksi
."."..
penyebab rendah_ nva tingkat sintasan dan angka kematian yangtinggi
bahkan mencapai l00izo disebabkan oleh kekurangan pakanalami tetapi
tidak
lertutup
kemungkinan akibat adanya serangan penyakit.
Beberapa
informasi tentang
pu"y"t
it
pada bandeng sudah terungkap,di
antaranya yang disebut dengan "red.spot disease', yangdisebab-kan oleh Vibrio anguillarum (Huang,
tg77), parasit Achanthocepala, Copepod.adai
Isopoda (Velasquez, l98g).-
Untuk
mengantisipasiterjadinya
kerugiankarena'
kematian
masal
perlu-
dilakukan pemantauan penyakit di panti benih skala rumah tangga.Untuk
tahap pertama penelitian hanya difokuskan pada Vi,brio mengingatbakteri ini
merupakan ancaman
serius
di
panti
benih maupun di tambak udang (Baticados etal.,lgg};
Karunasagar et
al.,
l9g4;
Lavilla-pitago et aI.,-'
Rozo, D.; Aelianti, T.;
hfron
dan Taufih,I
1992; Rukya ni et a1.,1992; Roza dan Zafran, 1992;
Zaftandan Roza, 1993). BAHAN DAN METODE
Isolasi dan
ldentlfikad
Dari beberapa panti benih skala rumah tangga dilakukan pengambilan eampel air pemeliharaan
larva
I
kali
seminggu.Air
ter8ebut diinokulasi'kan
pada mediaTSA
(typtic
SoyAgar)
dan TCBSA, kemudian diinkubaeikan pada suhu 27oC selama 8-12jam.
Setelahitu
dilakukan
peng' hitungan koloni bakteri yang tumbuh, selaniut' nya terhadap koloni tersebut dilakukan pemurni'an
dengan menggunakan mediaMA dan di'
simpan padasuhu
27"C. Kemudian terhadap isolat tersebut dilakukan identifikaei dengan ber' pedoman pada hasil penelitian Holt et ol. (f994)'Untuk
mengetahui
toleranei
masing'masingisolat
terhadapNaCl,
maka digunakan media pepton cair dengan kadar NaCl 096, 3o/o,60/o,8Voi"tr
rOy"dan
diinkubasikan padaeuhu
25"C selama 48jam.
Sedangkanuntuk
uii
toleranei terhadap suhu digunakan media pepton cair yang mengandungl%
NaCl dan diinkubasi selama 48 jam pada suhu 20,40, dan 5dC.Uji
Patogenisitas
leolat
Bakterl
Vlbrto
terhadap Larva
Bandeng (Chanoe ehanosForsskal)
Untuk
mengetahui patogenisitas
masingmasing
isolat
Vibrio
yang diperoleh terhadaplarva
bandengdilakukan
infeksi buatan meng' gunakan wadah pemeliharaan botol kaca dengan volume 2liter
air laut steril.
Ke dalam masing' masing botol kaca dimasukkantelur
sebanyak100 butir. kemudian dipelihara aampai menetas'
Setelah
larva
menetasdiinfeksikan
masing' masingisolat bakteri
den-gan kepadatan yang b"rbud"",yaitu
lOe, 10 8,lo
t,lo t,
lo
b cfu/ml dankontrol (tanpa infeksi bakteri)' dengan Rsncang' an Acak Lengkap dan tiga ulangan. Lama peme' liharaan 7 hari. Pengamatan terhadap larva yang mati dilakukan setiaP
hari'
HASIL DAN
PEMBAHASANIsolasi dan
ldentifikasi
Dari sampel air pemeliharaan larva di panti' panti benih
stala
rumah tangga diisolaei 5 isolatLakbri
Vibrio yang dominan. Selanjutnyater'
hadap ke 5 isolat tersebut dilakukan identifikasidengan uji biokimia dan biologi berpedoman pada Holt et ol. (1994) seperti disajikan pada Table
l.
Hasil uji biokimia dan biologi terhadap 5 isolat
bakteri
Vibrio tersebut ternyataisolat
1 dan 2menunjukkan hasil yang sama dan diidentifikasi sebagai V. olginolyticus, isolat 3 dan 5 sebagai V. parahaemolyticus dan isolat 4 sebagai V. harueyi. Dengan demikian bakteri yang dominan pada air pemeliharaan larva
di
panti benih skala rumah tangga adalahbakteri
V. alginolyticus, V.para'
hoemolyticue dan V. harueyi.
Patogenisitas
Tiga
Isolat
Vibrio terhadap
Larva
Bandeng (Chanos chonos Forsskal) Untuk mengetahui sejauh mana patogenisitasketiga isolat
bakteri
Vibrio
tersebut terhadaplarva
bandeng,
maka
dilakukan
percobaandengan cara infeksi buatan.
Hasil
lengkap dari percobaan ini dapatdilihat
pada Table 2, 3 and 4. Dari hasil percobaan diketahui bahwa ketigajenis isolat
Vibrio
tersebuttidak
patogen ter-hadaplarva
bandeng. Dibanding dengan larva udang windu, larva bandeng resistensinya lebih tinggi terhadap infeksi Vibrio, di mana pada larva udang windu dengan kepadatan V. harueyi 8,35 x10a cfu/ml sudah mengakibatkan kematian 100%
dalam waktu 24 iam (Zaftan dan Roza, 1993).
Hasil
percobaanini
membuktikan
bahwa uibriobulian
penyebabutama
pada kasus ke' matian masal larva bandeng. Faktor lain sepertikekurangan
pakan
terutama
pakan
alami (Brachionus sp') perludilihat
karena faktorini
sangat mempengaruhi sintasan
larva
apalagi pada masa kritis, yakni saat umur larva di bawahiO nari. Faktor lain adalah kualitas pakan, dalam
arti
pakan yang diberikantidak
memenuhi zat gizi yang dibutuhkan larva untuk tumbuh' Akibat["ttlg.lt"utt
pakan berkualitas rendah adalahs"ri"i
dijumpainya kasus
larva
yang
bagian kepalanya lebih besar dibandingkan bagian tu-buir laln atau dikenal oleh pengelola panti benih dengan "nener kepala gentong". Selainitu,
yang menjadi kendaladi
panti
benih skala
rumah tangga adalahpenyakit
mata perak,di
mana pada kondisi ini larva tidak melakukan aktivitas makan karenatidak
berfungsinya mata akibat energidari
matahariterlalu tinggi
(Bagarinao,199li.
Larva tersebut cenderung bergerak ber-putar tidak beraturan dan biasanya setelah 24-48jam akat
mengalami kematian (Ahmad et al', r994).Jurnal Penelitian Perihanan Indonesia Vol.II No.J Tahun lgg6
Table
1'
Biochemical and biological characteristics of5
isolates collectedfrom rearing water of milhfish laruae (Chanos chanos Forsshal) in comparison
with
thoseVibrio
harueyi, V.
ginolyticus
and V.
parahaemolyticus
by Holt et al. (1994).Isolates
Holt
etal.
(199a)Characteriatics
3
2
V.har
V.alg
V.par
Grant stain Swarming on MA Oxidase Catalase O-F test
Kligler
testMotility
Indole H"SGas from glucose Acid
from:
Cellobiose Glueose Sucrose Arginine dehydrolase Lysine decarboxylase Ornithine decarb Growth on TCBSA NaCl tolerance : 0% 3% 6% 8o/o 10% Growth at ( "C) 20 40 50 Sensitiuity to : o/ 129 Nouobiocin + + +F
+ + + + + +F
+ + + + +F
+ + + + +F
+ + + + +F
+ + + T +F
+ + + + +F
+ + + + + + + + + + + + + + + + + + + 1-+ + -r + + Y + + Y G +-d+
G/Y Y
G;
+ + + + + + + + + + + + + + T + + + + + Abbreuiation: +=positiue;'=negatiue;F=fermentatiue;G=6!reen; Y=yellow;Nt=notest;fl,=differentreaction;S=serwitiue; v'har = vibrio harueyi; v.arg = vibrio arginoryticus; v.pai = vibrio parahaemolytic.us+ + T
F
T '1-TN'
++
++
tl
+ + G Gs
s
+ + d cls
s
ssss
ssss
s
s
s
s
Roza, D.; Aelianti, T.; Zafran' dan Taufih,
I
Tabte
Z.
Pathogenicity ofVibrio olginolyticus
on laruae of milhfish (Chonos chanoe Forsshal) for 24, 48, and 72 hours obseruation'Treatment
(cfu/rnl)
Mortality
(%)*
24
hours
48 houre 72houra
3.1x
Id
3.1x
108 3.1 x 1073.1x
Id
3.1x
1A Control 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0I
I
0 2 o 0 0Abbreuiation: * -- Mean of three replicate's
Table
3.
Pathogenicityof
vibrio
parahaemolitycus on
laruaeof milhfish (chonos
ehanoeForsshal) for 24, 48, and 72 hours observation'
Treatrnent
(cfu/rnl)
Mortality
(%)*
24
hours
48hours
72hours
2.4 x 1O' 2.4
x
Id
2.4 x 107 2.4x
ld
2.4x
lO' Corttrol 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 I 0 3 0 0 0 0Abbreuiation: * = Mean of three replicates
Table
4.
pathogenicityof
Vibrio harveyi
on laruaeof
nr.ilhfish (Chanoschanos
Forsshal) for 24, 48, and 72 hours obseruation.Mortality
(%)*
Treatment
(cfu/ml)
24
hours
48hours
72hours
1.3
x
I}s
1.3 x10
1.3 x 107 1.3x
ld
1.3 xld
Control 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vot.II No.J Tahun Igg6
KESIMPULAN
Dari
pemantauanbakteri Vibrio
pada
air pemeliharaan larva di panti benih bandeng skalarumah
tangga dapat disimpulkan bahwa yang dominan adalah V. alginolyticus, V. harueyi dan V. parahaentolyticus, tetapi jenis bakteri ini tidak patogen bagilarva
bandeng sampai kepadatan l0f'cfu/ml.Berdasarkan hasil tersebut harus
diteliti
lagi faktor lain yang menyebabkan kematian larva di panti benih ikan bandeng misalnya kualitas dan kuantitas pakan.DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, T., T. Aslianti dan D. Rohaniawan. 1994. Laju pertumbuhan
dan
kelangsungan hidup nener,Chanos chanos dalam berbagai nuansa warna
wadah. J. Penel. Budidaya Pantai 10(f): 123-134.
Bagarinao, T.U. 1991. Biology of milkfish (Chanos
chanos Forsskal). Aquacult. Dept. SEAFDEC,
Tigbauan, Iloilo. Philippines. 94 p.
Baticados, M.C.L., F.R. Cruz-Lacierda, M.C. de Ia
Cruz, R.C.Duremdez F'ernandez, R.R. Gacutan, C.R.
Lavilla.Pitogo, and G.D. Lio-Po. 1990. Diseases of penaeid shrimp
in
the Philippines. Aqua. Ext.Manual No.l6, SIIAFDEC. 46 p.
Holt. J.G, N.R. Krieg. P.tI.A. Sneath. J.T. Staley. anrl S.T. Williams. 1994. Bergey's Manual of l)et.er.mi_
native Bacteriolog.y Ninth Edition. 7g? p.
[h.rang, Y.H. 197?. Preliminary report of the studies on bacterial diseases
of
milkfish,
Chan.os chantts during winter. .ICRR Fish. Series, No.29:b0-54.Karunasagar,
I.,
R.Pai,
G.R. Malathi, and
I. Karunasagar..l994. Mass mortalitvof
penat,usntorutdon larvae due to antibiotic-resistant Vibrio
h o r Lu' y i i n fecti on. Aq u ar: tr I ture . I 28:20:l - 2Ol)
Lavilla-Pitogo, C-R., L.C. Albrighr, M.C. paner and
N.A.
Sunaz. 1992. Studieson the
sources of luminescent Vibrio harueyiin
penaeus monod,on hatcheries.In
Shariff,,M., R.p. ,subasinghe, and J.R. Arthur (Eds.), Diseases in Asian AquacultureI.
Fish Health Section, Asian Fisheries Societv. Manila, Philippines. tS7 -t64Prijono A. 1993. Peran induk bandeng, Chanos chanos
Forsskal dalam menunjang pembenihan bandeng
skala rumah tangga Dalam prosiding Simposium Perikanan I. Jakarta, 2b-2T Agustus l9gB.
Prijono, A., T. Aslianti dan D. Rohaniawan. 19g3. Pengaruh
waktu
pemberianrotifer
terhadapkelangsungan hidup larva bandeng, Chanos chanos Forsskal. J. Penel. Budidaya pantai 9(l):62_71.
Roza, D. dan Zafran. 1992. Karakteristik beberapa
isolat bakteri bercahaya yang diisolasi dari larva udang windu, Penaeus monod,on. J. penel.
Budi-daya Pantai 8(3):93-98.
Rukyani, A., P. Taufik, dan Taukhid. 1992. penyakit
kunang-kunang (Luminescent vibriosis) dan cara penanggulangannya
di
hatchery udang windu. Dalam Prosiding Seminar Sehari Upaya penang_gulangan Penyakit Benur pada Hatchery Udang,
Surabaya. 2O Februari lgg2.47-60.
Sumiarsa, G. dan T. Ahmad. 1g94. Tinjauan beberapa aspek ekonomi dan hasil dalam rintisan pengem-bangan usaha hatchery bandeng skala rumah tangga
di
Bali Utara. Makalah pada KursilokaNasional Managemen I{amparan perikanan pantai
dan
PenyampaianHasil
penelitian. Unibraw, Malang, I I - t3 Juti t994. lb hal.Velasquez, C.C. 1983. pest/parasites and disease of
milkfish in the Philippines In proceeding of Second International
Milkfish
Aquaculture Conference (Eds.)by
J.V. Juario. R.p. Ferraris and L.V.Benitez. Iloilo. Philippines. 4-g October. lb5_160. Zafran dan D. Roza. 1g93. Upaya penanggulangan
penyakit bakteri bercahaya pada larva udang
windu (Penaeus monodon).
J.
penel. Btrdidava Pantai 9Q\:127-132.Yunus; Suwirya, K.; Kaspriio dan Setyadi, I'
PENGARUH PENGI(AYAAN
ROTIFER
(Broehionus
plicatiliel
DENGAN MENGGUNAI{AN
MINYAK
HATI
II(AN
COD
TERHADAP
SINTASAN
I,ARVA
KEPITING BAI(AU
(Scylla
sematal
Yunus'),
Ketut
Suwirya'),
Kasprijol
dan
Irwan
Setyadi')
ABSTRAKStudi pengkayaan rotifer dengan menggunakan minyak hati ikan cod telah dilakt'Lan dengan
tujuan
untui
mendapatkan mutu rotifer yang dapat meningkatkan sintasan larva kepitingbaiau.
Penelitian dilakukan2
tahap,yaitu
mencari dosis minyakikan
cod dan lamapengkayaannya. Penelitian tahap pertama digunakan 5 dosis minyak sebagai perlakuan (fO. 20,
lO, iO
j""
bog). Seriap perlakuan diperkaya dengan 20 g kuning telur ayam ditambah 5 g ragiroii
dalam tOOliter
mediaair
laut dengan kepadatan rotifer 500 ind./ml' Setelah 3 jampengkayaan, rotifer dipanen dan diberikan kepada larva kepiting dalam bak polikarbonat warna iritam uerisi 100 liter air laut bersih dengan kepadatan 20 ind.Aiter. Larva diberi pakan rotifer selama lima hari. Penelitian tahap kedua perlakuannya berupa lama pengkayaan (0, 2, 4, 6 dan
g jam) dengan menggunakan dosis minyak ikan terbaik yang diperoleh dari penelitian tahap pertama dan menggunakan kepadatan larva 30 ind.A. Kedua penelitian dirancang dengan
i"rr.".rgu'
acak lengkap dengan lima perlakuan dan tiga kali ulangan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada penelitian tahap pertama sama halnya Eeperti
pada peneiitian tahap kedua, perlakuan penelitian berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap sintasan iarvaiepiting bakau. Pengkayaan mtifer dengan menggunakan 10 g minyak hati ikan cod dengan
lama pengkayaan 2 jam menghasilkan sintasan larva kepiting bakau yang terbaik'
ABSTRACT: The
Effect
of
CodLiver
Oil
Enrichment
of
Rotifeta
(Brachlonuaplicotilicl
onthe Survival of
Mud Crab (Scytla eerratal Larvae. By: Yunue, Ketut Suwlrya, Kaepriio, andlrwon
Setyadl'Study on rotifers enrichment using cod liver oil had been conducted with the aim of obtaining
cod oil enriched rotifers that could enhance the survival of mud crab larvae. The study was carried
out in two stages. In the frrst experiment, five dosages of cod oil as treatment6 were prepared, i.e.,
10. 20, 30, 40, and 50 g. Each dosage was mixed with 20 g chicken egg yolk and 5 g baker's yeast and was used for nutriiional enrichment of rotifers at a density of 500 ind./ml cultured in the tank containing 100 liters filtered seawater. After 3 hours of the enrichment culture, the rotifers were harvested antl fed to the mud crab larvae cultured in coated polycarbonale tanks filled with 100 liters of filtered, aerated seawater with a density of 20 ind./liter for 5 days.
In
the second experiment, rotifers treated with cod oil (the best result obtained from experiment 1) were supplied to the larvae at five different enrichment periods (o,2, 4,6, and 8 hours) at larval densityof 30 ind.A. The two experiments wele set in a completely randomized design with three replicates per treatment.
Results showed that in experiment 1 as the same with experiment 2, there were signilicant differences (P<0.0b) in the suivival of larvae among the treatments. Nutritional enrichment of rotifers with the use of 10 g cod oil for period of 2 hours shows the best survival of larval mud crab'
KEYWORDS: Mud. crab,
rotifer,
enrichment, cod'oll'
PENDAHULUAN
Percobaan pemeliharaan larva kepiting bakau telah dirintis sejak tahun 1992 di l-oka Penelitian
i p"""titi
pada [,oka Penelitian Perikanan Pantai Gondol. Bali'Perikanan Pantai Gondol, Bali (Rusdi el oJ., 1993;
Zafran et a1.,1993), namun masih menghadapi kendala. Satu
di
antara
kendala dalam peme-liharaan larva kepiting adalah rendahnya tingkatJurnal Penelitian Perihanan Indonesia Vol.II No.J Tahun 1996
sintasan yang diduga sebagai akibat dari rendah-nya mutu
rotifer
sebagai pakan alami yang di-berikan kepada larva.Rotifer
(Brachionus
plicatilis)
merupakan jenis pakan alami yang banyak digunakan dalam pemeliharaqn larva kepiting bakau (Brick, lg?4; Motoh et al., 1977; Marichamy dan Rajapackiam,1992; Zainoddin, lgg2; Yunus, t99A). Rotifer di samping mempunyai
ukuran
yangrelatif
kecil sehingga sesuai dengan bukaan mulut.larva, juga mudah diperkaya asam lemaknya (purba, lggs). Oleh karena itu, agar rotifer rnemiliki mutu yangbaik
sebagaipakan alami bagi larva
tepitinl
maka perluditingkatkan
gizinya,yaitu
dengan meningkatkan kandungan asam lemak esensial,seperti
eikosapentaenoat(EpA) dan
dokosa-heksaenoat (DHA), karena asam lemak esensial sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan sintasan larvaikan
dan krustase (Watanabe el o/., 1983; Kanazawa et aL,lggS;Lubzens, lgg7). Kekurangan asam lemak esensial dalam pakan larva dapat mengakibatkan pertumbuhan yang lambat dan meningkatkan angka kematian larva ikan (Purba, l99b).Rotifer
(B.plicatilis)
mempunyai kandunganprotein 42,5Uyo,lemak 8,92%, abu 25,lgo/o. serat 6,340/o, nitrogen free extract lT,B4o/o dan kadar
air
'1,88o/u
(Villegas,
1990).Rotifer yang dikultur
dengan
Nannochloropsisoculata
mempunyai kandungan EPA dan DHA sebesar 1,25 dan O,SI% (Tamaru etal.,lggl),
sedangkan kandungan EpA dan DHA dari rotifer yangdikultur
dengan ragi roti adalah sebesar 1,0 dan 0.1% (Watanale et at., 1984dalanr Rejeki
et
aI.
t99g).
pengkayaanrotifer
dapat
meningkatkannilai
gizi
rotifer, yakni dengan kandungan protein 52,ggo/o,lemak 17,'l7o/o,BPA tO,97o/o dan DHA 9,64% (pechmanee dan Assavaaree, 19gB).Peningkatan
gizi rotifer
dalam
kandungan asam lemak esensial dapatdilakukan
dengan menggunakan ragi omega,yaitu
campuran ragi dengan omega-3 (asam lemak esensial) (Imada elal.,
1979dalam
Teshimaet
al., tggf).
Rotifer yang diberi pakan ragi dan omega memilikinilai
gizi
yang
tinggi
(Teshima
et al.,
f ggt).Penggunaan ragi dan omega dengan pengkayaan asam lemak esensial yang berasal
dari
minyak ikan, cumi-cumi berhasil baik untuk pembenihan ikan faut (Fukuhara, lg87 dalant Waspacla el o/., 1991). Waspadaet
al.
(1991)telah
mencobabeberapa
macam
minyak
ikan
(cumi-cumi.lemuru dan cod) untuk me-ningkatkan gizi rotifer dan ternyata yang
paling
baik
adalah minyakikan cod.
Selanjutnya
purba
(199b) mengemukakan bahwa peningkatan gizi rotiferdengan pemberian
minyak
ikan
cod
dapat meningkatkannilai
gizi rotifer
yang lebih baik dibanding minyak ikan lain atau alga laut.-
Bahanyang
digunakanpada
proses peng_kayaan
rotifer
dapat beruparagi roti,
minyakikan
dankuning
telur
(Waspad.a etal.,
l99I).
Ragi roti dapat berperan sebagai sumber vitamin B komplek (Jennings, lg72), minyak ikan sebagai sumber omega-3dan
kuning telur
dapat ber_ fungsi sebagai sumber protein/asam amino.Dalam
pemeliharaanlarva
kepiting
bakau, kematian yang tinggi umumnya terjadi pada fase zoea (Ong, 1964; Motoh,lg77;
Marichamy danRajapackiam,
t992;
Zainoddin,
1992).
Oleh karenaitu,
permasalahan yang dihadapi dalam pembenihan kepiting bakau adalahmenanggu-langi
masakritis
pada fase zoea. Denganpe-ningkatan gizi rotifer yang menghasilkan rotifer derrgan kandungan asam lemak esensial yang
relatif tinggi
diharapkan dapat menunjang ke-berhasilan pembenihan kepiting bakau.Penelitian
ini
berkaitan dengan peningkatangizi rotifer
melalui pengkayaa.,,olifu.
d"rrg"., menggunakancampuran
minyak
ikan
cod,kuning telur dan ragi
roti
bertujuan untuk men-dapatkan mutu rotifer yang dapat meningkatkan sintasan larva kepiting bakau.BAHAN DAN METODE
Penelitian dilakukan
di
Loka
penelitian Perikanan Pantai Gondol, Bali. penelitianterdiri
atas dua tahap dan setiap tahapan penelitian dapat dikemukakan sebagai berikut.?enelitian
tahap pertama adalah pengujianterhadap dosis
minyak
ikan
cod dalam bahan pengkayauntuk rotifer.
Dalam
percobaanini
wadah
yang
digunakan
untuk
pemeliharaanlarva
berupabak
polikarbonatdilapisi
plastik berwarna hitam dengan jumlah bak slbanyaklb
buah. Setiap bak diisi air laut yang telah clisaring dengan kantongfilter
dan ditebai larva kepiting yangbaru
menetas dengan kepadatan 20 ind./ flt-e1. t3rv1
diberi pakan
beruparotifer
yangtelah
diperkaya dengan minyakhati
ikan
cod.Pergantian
air
dilakukan setiap dua
hari
se-banyak 25% dari volume total dan selama pene_Yunus; Suwirya, K.; Kasprijo dan Setyadi, I'
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan lima perlakuan dan setiap perlakuan diulang tiga kali. Perlaku' annya adalah lima macam dosis minyak ikan cod
(Scott's emulsion),
yaitu
10, 20, 30, 40 dan 50 g'Minyak
ikan
cod pada setiap perlakuan
di'
campur dengan 20 g kuningtelur
ayam dan 5 gragi
roti
(Saccharomyces cereuiseae) denganmeng-gunakan
alat
homogenizer. Campuran bahantersebut
merupakan dosis pengkayaan untukl00liter
media air laut dengan kepadatanrotifer dari strain
S sebanyak 500ind'/ml
dan lama inkubasi tiga jam. Pengkayaanini
bersifat adsorbsi nutriea pada sel rotifer. Setelah selesai inkubasi selanjut-nyarotifer
dipanen dan dicuciuntuk
menghilang-kanlarutan
pengkaya yang masih tersisa, kemudian diberikan kepada larva kepiting.Penelitian
tahap
kedua adalah
pengujian terhadap lama inkubasi rotifer di dalam larutan bahan pengkaya atau lama pengkayaan rotifer' Penelitian untuk pemeliharaan larvamengguna-kan
15 buahbak
polikarbonatdilapisi
plastik berwarna hitam, diisi air laut yang telah disaring dengan kantongfilter
masing'masing sebanyak 100liter
dan dilengkapi dengan aerasi. Larva kepiting yang baru menetas ditebar dengan ke-padatan 30 ind./liter. Pakan larva yang diberikan"dut^h
rotifer
dari
strain
S
yang
diperkayadengan bahan pengkaya sebagai hasil yang ter-baik pada penelitian tahap pertama. Kepadatan rotifei adalah 15-20 ind./ml. Rancangan
percoba-an
yang
digunakan adalah
rancangan acaklengtap
denganlima
perlakuandan
tiga
kali
ulangan. Perlakuannya adalah lima macam lama put gkuyoatt rotifer, yaitu 0, 2, 4,6 dan 8 jam'Parameter yang diamati pada penelitian tahap pertama dan kedua adalah sintasan
larva
dan Lualitasair
meliputi
suhu, salinitas,pH' nitrit
serta
amonia. Sintasandihitung
berdasarkan rumus Effendie (1979) dan data sintasan sebelum dianalisis, terlebih dahulu ditransformasikan ke dalam bentuk arcsin. Penelitian tahap pertama dan kedua masing-masing berlangsung lima hari'HASIL
DAN PEMBAHASANHasil penelitian tahap pertama dalam kaitan-nya dengan sintasan larva kepiting bakau pada akhir penelitian tertera pada Table I ' Dari tabel tersebut
terlihat
bahwa rata-rata sintasan larvatertinggi,
yaitu
38,88% dicapai pada perlakuan dosis 10 g minyak ikan cod, kemudiandiikuti
per. lakuan dosis 20, 30, 40 dan 50 g minyak ikan cod masing-masing 23,15; 13,88; 10,18 dan 10,18%.Analisis ragam
menunjukkan bahwa
per-lakuan
penelitian memberikan pengaruh yangnyata
(P<0,05)terhadap sintasan
larva.
Per' lakuan dosis 10 g minyak ikan cod berbeda nyata dengan perlakuan dosis 30, 4O dan 50 g minyakikan
cod,tetapi tidak
berbedanyata
dengan perlakuan dosis 20 g minyak ikan cod. Perlakuan dosis 20 g minyak ikan codtidak
berbeda nyata dengan perlakuan dosis 30, 40 dan 50 g minyakikan
cod, sedangkanantara ketiga
perlakuan yang tersebut terakhir tidak berbeda nyata.Hasil pengamatan
kualitas
air
dapatdilihat
pad.a Table
2.Dafi
tabel tersebutterlihat
bahwa kandungannitrit
pada perlakuan dosis 10 dan 20g
minyak
ikan
cod
adalah
relatif
rendah kemudian kandungannitrit
meningkat dengan drastis pada perlakuan dosis 30, 40dan
50 g minyak ikan cod. Dengan demikianmeningkat-nya
konsentrasiminyak
ikan
coddalam
per-Iakuan menyebabkan kandungannitrit
semakin meningkat. Demikianjuga
kandungan amonia cenderung meningkat dari perlakuan dosisl0
gminyak
ikan
cod ke arah perlakuan dosis 50 gminyak ikan cod. Hal
ini
diduga yang menyebab' kan pada perlakuan dosis 10 g minyak ikan coddapat mencapai sintasan
larva
yang tertinggi, karena mempunyai kandungannitrit
dan amonia yangrelatif
rendah dibandingkan dengan per' lakuan lainnya.Dari hasil penelitian tahap pertama ternyata bahwa bahan pengkaya
rotifer
yang baik dalam pemeliharaan larva kepiting bakau adalahl0
gminyak hati ikan cod ditambah 20 g kuning
telur
ayam dan 5 g ragi roti. Bahan pengkaya tersebut selanjut-nya digunakan sebagai bahan pengkaya rotifer pada penelitian tahap kedua.Hasil penelitian tahap ke dua dalam hubung' annya dengan sintasan larva kepiting bakau pada
akhir
penelitian disajikan
pada Table3.
Dari
tabel
tersebutterlihat
bahwa perlakuan lama pengkayaan 2 jam menghasilkan rata-ratasintas-an larva yang tertinggi,
yaitu
'74,O8o/o kemudianclisusul perlakuan lama pengkayaan 4, 6, 0 dan 8
jam
masing-masing memberikan sintasan larva 66.66; 54,62;48,16 dan 18,51%.Jurnal Penelitian Perihanan Indonesia Vol.II No.S Tahun Igg6
Tabel
1.
Suruiual rate of ntud crab (5. serrata) Iaruae fedwith
rotifers fortified.with
d,ifferent d.oso6es of cod liuer oil after S days culture.Dosage of cod.
liuer
oil
G)
Replicate
Surviuol rate
(%) 10* 20" 30* 50,, 40"
I
2 3 Auerage**
I
2 J Auerage**
I
I 3 Auerage**
I
2 3 Auerage**
I
2 3 Auerage** 47.20 25.00 44.45 38.99 " 33.35 16.65 I 9.45 23.I5
"b 19.45 16.65 5.55 13.88 b o.oa 19.45 d.Da10.r9
5.55 19.45 A.DD 10.1 g b Note:"
yind
with 20 g chichen egg yoth andi
g baker,s yeast**
Meens followed by similarletters are noi significintly different (p>0.0s).
Table
2'
Range of water quality uariables in the rearing tanhs of the mud crab(5.
sercata) laruae fed, with rotifersfortified
r,ith
different dosages o/ cod riuer oil.Variables
10* 20* g0* 40* 50* Tentperature SalinitypH
NO2-N NH j-Noc
25-33ppt
33-34 8.29-8.31pp,n
0.042-0.047pptn
0.049 0.06225-33
25-33 3334
33_348.26-8.30
8.24-8.320.033-0.048
0.042-0.1810.059-0.067
0.046-0.149 25-33 33-34 8.2s-8.28 0.050-0.199 0.046-0.061 25-33 33-34 8,24-8.32 0.046-0.270 0.054-0.109 Note:*
Dosage of cod liuer oit (g) mixedYunua; Suwirya, K.; Kasprijo dan &tyadi, L
Tabte
3.
Suruiualrote
of
mud crab
(5,
cerrata)
Iaruaefed with
rotifersfortified with
different enrichment period.Enric
hment perlod
(hours)
Replicote
Suraiual
(%)rate
Auerage * T 2 3 Auerage * 1 2 3 Auerage *
I
2 3 Auerage *I
2 3 Auerage * 55.57 47.23 41.67 48.16b 72.23 66.67 83.33 74.08 " 58.33 69.43 72.23 66.66 "b 52.77 66.67 44.43 54.62 "b 8.33 36.10 11.10 18.51"I
2 3 2 6 Nole:*
Mcans follotocd by similar letlers are not significantlv different (P>0'05)'Berdasarkan analisis ragam ternyata bahwa
terdapat
pengaruhyang nyata
(P<0,O5) dari perlakuan terhadap sintasanlarva.
Perlakuan lama pengkayaan 2jam
berbeda nyata dengan perlakuan lama pengkayaan 0 dan 8 jam, tetapitidak
berbedanyata
denganperlakuan
lama pengkayaan4
dan 6
jam.
Selanjutnya antara perlakuan lama pengkayaan 4, 6 dan 0 jam tidakberbeda nyata, tetapi masing'masing perlakuan tersebut berbeda nyata dengan perlakuan lama pengkayaan 8 jam.
Rotifer
yang diperkaya denganlama
peng' kayaan 2 jam memberikan sintasan larva yanglebih tinggi
dibandingkan denganrotifer
vang tidak diperkaya (lama pengkayaan O jam). Hal inidisebabkan
karena
proses pengkayaan clapat menambahjumlah
asamlemak
esensial padatubuh rotifer sehingga dengan sendirinya rotifer yang mempunyai nilai gizi yang lebih tinggi akan memberikan
sintasan
larva yang lebih
baik.Villegas
(1990)
mengemukakanbahwa
hasil analisis gizirotifer
(8.
plicatilis)
yangdikultur
dengan
ragi
roti
dan Chlorella uulgaris
me' nunjukkan kandungan asam lemak esensial EPA dan DFIA sebesar 0,6 dan 0 %. Selanjutnya Rejekie, of. (1993) menyatakan bahwa B. plicatilis yang dibudidaya dengan
Chlorella
sp.umur 8
hari
mempunyai kandungan FIPA danDllA
scbcsar3,25
dan
O,85%. Sedangkanhasil
penelitian Waspada etal.
(1991) menunjukkan bahwa B. plicatilis yang diperkaya dengan 2Oml
minyak ikan cod dan kttning telur (diambil dari satubutir
telur ayam) ditarnbah 5 g ragi roti dalam 100liter mediaair
lau[
dengan kepadatanrotifer
Jurnal Penelitian Perihanan Ind.onesia Vol.II No.S Tahun l9g6
mempunyai kandungan
EPA dan DHA
yang meningkat sebesar 8,9 dan 5,5%. Hasil penelitian Pechmanee dan Assavaaree (19g3) menyebutkanbahwa
kandungan
EPA
dan DHA
dari
B.plicatilis
yang diberi pakan Chlorella sp. adalah1,27
dan 0%,
sedangkanB.
plicatilis
yang diperkaya dengan minyakikan + kuning
telur selama 3jam
mempunyai kandungan EPA danDHA
sebesar10,97
dan
g.G4%.Dari
hasil penelitian Hagiwara et al. (lgg3) ternyata bahwaB. plicatili.s
dari hasil
kultur
masal dengan N. oculata setelah diperkaya dengan minyak ikan cumi-cumi + N. oculata memiliki kandungan EpA danDHA
sebanyak 11,0 dan b,T%o. Sedangkan sebelum diperkaya kandunganEpA dan
DHA dari rotifer tersebut adalah 9,0 dan 0,5%.Di samping itu, proses pengkayaan juga dapat meningkatkan kandungan protein dan vitamin B komplek pada
tubuh
rotifer
yang berasal dari kuning telur dan ragi. Protein merupakan nutriea yang sangatpenting
untuk
pertumbuhan dan pemeliharaantubuh bagi
semua
organisme. Larva udang penaeid yang kekurangan protein dalam pakannya dapat menyebabkan pertumbuh-an ypertumbuh-ang lambat dpertumbuh-an kematian larva yang tinggi (Kanazawa, 1985).Demikian
juga vitamin
Bkomplek
mempunyai
peranan
yang
sangatpenting dalam pakan.
Larva
udang
penaeid memerlukan vitamin B komplek dalam pakannvadi
antaranya adalah
vitamin
Bl,
B-6, biotin,cholin, inositol,
riboflavin dan folic
acid.
Ke-kurangan vitamin tersebut dapat mengakibatkan terganggunya proses gantikulit
dan meningkat-kan kematian larva (Kanazawa, f ggs).Selanjutnya rotifer yang diperkaya lebih dari 2 jam ternyata memberikan sintasan larva yang semakin
menurun.
f)alam
proses pengkayaan diduga penambahanjumlah
u""- i.-"k
padatubuh rotifer
yangefektif terjadi
selama2
jam sehingga memberikannilai
gizi
rotifer
yangtinggi.
Sedangkanapabila
proses pengkayaan berlangsunglebih
dari 2
jam,
maka- didugajumlah
asamlemak pada
tubuh rotifer
akansemakin berkurang sehingga
nilai
gizi
rotifer menjadi semakin menurun.Hal
ini
disebabkan karena adanya penggunaan energi yang semakintinggi
secaraterus
menerus dengan semakin lamanya waktu pengkayaan. Energiini
diperlukan
olehrotifer untuk
proses metabolisme danaktivitas
tubuh
lainnya
sehingga pen€agunaanenergi dapat berakibat menurunnya kandungan
lemak pada
tubuh rotifer. Azwar (Igg2
d.atamAnwar,
1996) menyatakan bahwa lemak yang terkandung dalam cadangan lemak pada jaringanadipose selalu terpakai dalam penyediaan energi bagi tubuh
jika
kebutuhan energi meningkat. Di sampingitu,
dengan semakin lamanya waktu pengkayaan kemungkinan dapat terjad'i oksidasi omega-3 karena adanya aerasi yang lebih lama.Hasil penelitian pechmanee dan Assavaaree (1993)
menunjukkan bahwa kandungan
o-B HUFA dari rotifer(8.
pticatitis) yang diperkayadengan minyak ikan + kuning telur selama B jam
adalah
17,9yo, sedangkan denganlama
peng-kayaan
6
jam
kandungan
<o-3HUFA
turun
menjadi 13,8%. Anwar (1996) dalam penelitian_ nya mengenai pengkayaan
rotifer
(8.
pticatitis) dengan menggunakan N. oculata dengan lama pengkayaan O, 2,4,6
dan gjam
mendapatkanhasil bahwa lama
pengkayaanyang
paling optimal untuk memper-olehnilai
glziB.'plicatitii
yang baik adalah 2 jam.
Hasil pengamatan kualitas
air
menunjukkan bahwa suhu,salinitas,
pH,
nitrit
dan
amonia masing-masing dalam kisaran ZS,S-BI,S.C; BJ-84ppt; 8,81-9,08; 0,021-0,140 ppm dan 0,10g-0,271 ppm. Pada penelitian tahap kedua tidak dilaku_ kan pergantian
air
dengan pertimbangan agarlarva
tidak
mengalami stres pada masa stadia awal (Zt-22). Namun demikian kandungannitrit
dan amonia seperti yang telah disebutkan di atas diduga dapat menyebabkan terjadinya kematian larva. Sugama etal.
(lgg})
menyatakan bahwakandungan
nitrit
dan amonia yang disarankan untuk pemeliharaan larva udang windu masing-masing adalah <0,02 dan <0,1 ppm. Sedangkan peubah kualitasair
lainnya masih dalam batas toleransi kehidupan larva kepiting bakau.KESIMPULAN
1.
Bahan
pengkayarotifer yang baik
dalam pemeliharaan larva kepiting bakau adalahl0
g minyak ikan cod ditambah 20 g kuning
telur
ayam dan 5 g ragiroti
dalam 100liter
mediaair laut
dengan kepadatanrotifer
sebanvak 500 ind./ ml.2.
Lama pengkayaanrotifer
yang dapat mem-berikan sintasanlarva
kepiting bakau yang baik adalah 2 jam.Yunua; Suwirya, K.; Kaspriio dan Setyad'i, L
DAFTAR PUSTANA
Anwar. E.H. 1996. Pengaruh lama pemberian Nonno' chloropsit oculola terhadap kandungan gizi Braciinnus plicatitis. Tesie' Fakultas Biologi' Universitas Atma Jaya Yogyakarta' Yogyakarta' 64
hal.
Brick. R.W. 19?4. Effects of water quality, antibiotics' phytoplankton and food on survival and
develop-ment
of
larvaeof
Scyllo eerrata (Crustacea:Portunidae). Aquaculture 3:231'244.
Effendie,
M.I.
l9?9'
Metode biologi perikanan'Yayasan Dewi Sri, Bogor. 112 hal'
Hagiwara, A., K. Hamada, A. Nishi, K' Imaizumi, and K. Hirayama. 1993. Dietary value of neonates from rotifer Broch ioruts plimtilde resting eggs for red sea
bream larvae. Nippon Suisan Gakkaishi 59(1):99'
104.
Jennings, J.B. 1972. Feeding, digestion, and
assimilat-ion in animals. The Macmillan Press Ltd.. London.
244 p.
Kanazawa, A.. 1985. Nutrition of penaeid prawns and
shrimps.
p.
123-130./n
Proceedings of the Iirstinternational conference on the culture of penaeid
prawns/shrimps,
Iloilo
City, Philippines. 1984. SEAFDEC Aquaculture Department, Iloilo' Philippines.Kanazawa, A., S. Teshima, and M. Sakamoto' 1985'
Effects of dietary lipids, fatty acids, and phospho-lipids on growth and survival of prawn (Penaeus j aponicus) larvae. Aquaculture 50:39-49.
Lubzens. E. 198?. Raising rotifers for use
in
aqua-culture. Hyclrobiologia | 47 : 245'255.
Marichamy, R. and S. Rajapackiam. 1992. Experiments
on larval rearing and seed production of the mud
crab, Scyllo serrato (Forskal). p. 135'142' /n C'A'
Angell (ed.), The mud crab. A report on the seminar
convened in Surat Thani, Thailand, November 5'8,
1991. Bay of Bengal Programme. Madras, India'
Motoh,
H.,
D.dela Pena,and
E.
Tampos. 1977.Laboratory breeding of the mud crab, Scyllc serralo (Forskal) through ihe zoea and megalopa stages to
the
crab stage. SEAFDEC Quarterly ResearchReport 1(4):14'18.
One, K.S. 1964. The early developmenial stages of Scylla serro,ta Forskal (Crustacea:Portunidae)
reared in the laboratory. Proc. Indo-Pacific Fish. Coun.11(2):135-146.
Purba, T. 1995. Peningkatan gizi rotifera pakan larva ikan kerapu macan. Warta Penelitian dan
Pengem-bangan Pertanian 17(f ):4-6.
Pechmanee, T. and M. Assavaaree. 1993. Nutritional value of rotifer, Braehionus plicatilie, fed with emulsified oils rich in w 3 HUFA. .In Proceeding of
the
seminaron
grouperculture,
Songkhla, November 30-December 1, 1993. National Institute of Coastal Aquaculture, Department of Fisheries,Thailand. 63-67.
Rejeki, S., R. Purba, dan P.T. Imanto. 1993.
Pengkaya-an rotifera untuk meningkatkan pertumbuhan dan
kelangsungan hidup larva kakap
putih
(trotescalcarifer). J. Penelitian Budidaya Pantai
9(5):65-rD.
Rusdi,
I.,
A.
Parenrengi, danD.
Makatutu. 1993.Pengaruh perbedaan salinitas terhadap penetasan dan kelangsungan hidup zoea awal kepiting bakau,
Scylla serrato. J. Penelitian Budidaya Pantai 9(1"):
141-146.
Sugama, K., Haryanti, M. Takano, dan C. Kuma' 1993. Panduan pembenihan udang
windu
(Penonusmonodon\. Proyek Penelitian Pembenihan Udang (ATA-379), Gondol, Bali. 43 hal.
Tamaru. C.S.. C.S. Lee, and H. Ako. 1991. Improving
the
larval
rearingof
stripedmullet
(Mugil ceph.alus) by manipulating quantity and quality of the rotifer, Brachionus plicatilis. -In W. Fulks andK.L. Main (eds.), Rotifer and microalgae culture systems. Proceedings of a U.S. - Asia workshop,
Honolulu, Hawaii, January 28'31, 1991. The
Oceanic Institute, Honolulu, Hawaii. 89- 104
Teshima. S.. A. Kanazawa, and M. Sakamoto. 1981.
Attemp
to
culture
the
rotifers
with
micro'encapsulated diets. Bulletin ofJapanese Society of Scientific Fisheries 47 (12):157 5 -157 8.
Villegas, C.T. 1990. The effects on growth and survival of feeding water fleas (Moina ttacroeopa Straus)
and rotifers (Brachionus plicatilis\
to
milkfish(Charuts chanos Forsskal) fry. The Israeli Journal of Aquaculture-Bamidgeh 42(1): 10- 1 7.
Waspada, Mayunar, dan
T.
Fatoni. 1991. Upayapeningkatan gizi rotifera, Brachionus untuk
me-nunjang keberhasilan pembenihan kerapu macan,
Epinephelus fuscogttttatus.
J.
Penel. Budidaya Pantai 7(2):73-80Watannbe,
T., C.
Kitajima,and S.
Fujita
198.3.Nutritional value of live organisms trsed in Japan for mass propagntion of fish : a rerriew. Atluaculttrrc
34:115-143.
Ytrnus. 1993. Pemeliharaan larva kepiting bakau,
Scylla serralo dengan beda kcpadatan rotifera, Brachionrts plicatil.is. J. Penel. Budidaya Pantai
8(2):9- 14.
Zafran, D.R. Boer. dan A. Parenrengi. 1g93.
Karak-Jurnol Peneliti.an Perihanan, Indl>nesia Vol.II No.J Tahun lgg6
teristik dan
penanggulangan penvakit jamurLagenidiu.m sp. pada larva kepiting bakau, Scylla
s(rrata. J. Penelitian Budidaya pantai g(4):2g 4O.
Zainoddin, J.1992. Preliminary studies on rearing the larvae of the mud crab (Scylla serrata) in Malaysia. InC.A. Angell (ed.), The mud crab. A report on the
seminar convened
in
Surat
Thani, Thailancl,November 5-8, 1991. Bay of Bengal programme, Madras, India. 143-147.
Suwirya, K.; Marzuqi, M. dan Haryanti
PENGARUH
LESITIN
DALAM
PAKAN
TERHADAP
PEMATANGAN GONAD DAN
PEMIJAHAN
UDANG
PUTIH
(Penaeus
indicus)
ASAL
TAMBAK
INTENSIF
Ketut
Suwirya'),
M.Marzuqil
dan
Haryanti')
ABSTRAK
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh lesitin dalam pakan pada pematangan
gonad dan pemijahan udang putih, Penoeus ind.icus yang berasal dari tambak intensif. Udang putih betina yang mempunyai bobot 18-25 g diberi pakan dengan kandungan lesitin 1,507o (A), 3,00% (B), 4,5O% (C) dan 0,00% (D) selama 75 hari.
Dari hasil percobaan terlihat bahwa udang putih yang diberi pakan
A
Qesitin f,50%) mempunyai indeks kematangan gonad2,54o/n, produksi telur/ind. 28.814 dan daya tetas telur yangterbaik (43,460/0). Peningkatan kadar lesitin dalam pakan >1,50o/o ternyata menurunkan indeks
kematangan telur, produksi telur dan daya tetas telur, yakni pada pakan B berturut-turut 1,49o/o,
14.004 dan 18,93% dan pada pakan C berturut-turut 1,43%, 15.430 dan 21,59%.
ABSTRACT:
Effectof
DietaryLecithin
on GonadalMaturation
and Spawningof
White
Shrimp, Penaeue indicus Broodstoclrfrom
Intensive Culture Pond. By: Ketut Suwiryo, M. Marzuqi and Horyanti.The experiment was conducted to find out the effect of dietary lecithin on gonadal maturation
and spawning of white shrimp, Penaeus indicus from intensive culture pond. The female weighing
l8-21g were fed with experimental diets containing lecithin of 1.50% (A), 3.00% (B),4.5oo/o (C) and 0.00% (D) for 75 days rearing.
The result of experiment indicated that the white shrimp fed with diet A (lecithin 1.50%) had highest gonadosomatic index (2.54%), eggs production/ind. (28.814) and hatching rate (43.46%).
Increasing the level of lecithin on diets >!.\O'/n reduced the gonadosomatic index, egg production,
as well as egg hatching rate up to 1.49'%, 14.004 and 18.93% for diet B and 1.43%, 15'430 and
21.59% for diet C respectively.
KEYWORDS: Lecithiry gonodal maturation, Penoeut
indicue-PENDAHULUAN
Saat
ini
pembenihan udang masih banyak menggunakan induk udang dari alam, baik udang windu (Penaeus monodon) maupun udang putih (Penaeus indicus).Untuk
mengantisipasi per-kembangan pembenihan dan pemanfaatan induk tersebut maka perluditeliti
penggunaan indukdari hasil
budidaya.Induk
udang
dari
alam sangat bergantung pada musim,jumlah
yangterbatas
dan harga yang cukup mahal.
Di samping itu, penggunaan induk alam secara terus menerus akan berakibat penurunan sumber daya karena terjadinya penangkapan yang berlebih. Di Indonesia masih belum banyak digunakan induk')
Peneliti pada l,oka Penelitian Perikanan Pantai Gondol, Baliudang asal tambak, namun penelitian
ke
arah tersebut sudah beberapakali
dilakukan khusus'nya
udang
windu
pada l,olitkanta
Gondol (Ruchimat et a\.,1992;Jufri
etol',
1993.Untuk
memperoleh caloninduk
udang tambak mutubaik, perlu
diketahui
jenis
pakan
yang berpengaruh terhadap pematangan gonad dan kesehatannya.Komposisi
pakan yang khusus
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi laju perkembangan gonad udang (Primavera' 1985). Fosfolipid memegangperanan penting
dalam fisiologi krustase khususnyalesitin'
Lesitin ber'Jurnal Penelitian Perihanan Indonesia Vot.II No.J Tahun 1g96
antar organ serta berperan sebagai pemacu
per-tumbuhan.
Kemampuanudang
untuk
men-sintesis lesitin sangat rendah sehingga diperlu-kan dalam padiperlu-kanuntuk
menunjang pertumbuh-an (DAbramo et a|.,1982).Lemak
pakan
merupakan sumber
energi,asam lemak
esensial
dan
fospolipid
untuk pertumbuhannya (Kanazawaet
al.,
1979 dan Kanazawa, 1992). Komposisidan
jumlahnya dalam pakan diduga mempunyai peranan penting dalam proses perkembangan gonad udang.Dari
permasalahandi
atasterlihat
perlunya mengetahuikadar
lesitin
dalam pakan
indukudang
putih untuk
memacu
perkembangan gonad.Hasil
ini
diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas induk udangputih
asal tambak.BAHAN DAN METODE
Dalam percobaan
ini
digunakan induk udang putih yang telah dipelihara di tambak selama 110hari
dan
mempunyaiukuran l8-2b
g
untuk betina danjantan
16-21 g untuk jantan. Selamapercobaan
induk
tersebut dipelihara dalam bak ukuran 3,75x3,75x1,20 mB dan dasar pasir dengan sistem dasar ganda. Kepadatan induk adalah 20 ekor betina dan 20 ekorjantan dalam setiap bak. Setiap individu induk betina di-beri nomor untuk mengetahui perkembanganbobot
dan
gonad selama percobaan.Sebelum percobaan dimulai calon induk udang
putih
tambak
diadaptasikan dengan
kondisi laboratorium dan pakan buatan selama 7 hari setelahitu
baru dimasukkan ke dalam bak-bak percobaan. Pemeliharaaninduk
ini
dalambak-bak
percobaan menggunakanair
dengan per-gantian sebanyak S0% perhari.
Jumlah pakan yang diberikan per hari adalah B% bobot udang.Percobaan
ini
mengunakan rancangan acak lengkap dengan melihatindividu
sebagaiulang-an.
Kadar
lesitin
dalampakan
adalah O,OOyo,1,50%, 3, 00% dan 4,50,r/,. Untuk m enyeimba ngka n
kadar
energi yang bersumberdari
lemak, di_ tambahkan minyak hati cumi dengan kadar yang disesuaikan dengan kadar lesitin yang diberikan sehinggaformulasi pakan
percobaan menjadi seperti tertera pada Table 1.Table
I.
Formulation of experirnental diets.Ingredients
(%)Diets
(%)D
CB
A Cctsein Fish nteal Stluid nteal Shri.ntp nteal Cholesterol Vit. ntix. Mineral mix. Dextrin Sucrose a-starch Gluten Lecithin Squid liueroil
10.00 20.00 13.00 16.00 1.00 2.05 8.00 3.00 9.00 2.45 8.00 1.50 5.50 10.00 20.00 t3.00 16.00 1.00 2.05 8.00 3.00 9.00 2.45 8.00 3.00 4.00 10.00 20.00 13.00 16.00 1.00 2.05 8.00 3.00 9.00 2.45 8.00 4.50 2.50 r0.00 20.00 13.00 r 6.00 r.00 2.05 8.00 3.00 9.00 2.45 8.00 0.00 7.00 Total 100.00 100.00
r00.00
100.00Suwirya, K.; Marzuqi, M. dan HarYanti
Percobaan ini berlangsung selama 75 hari dan ablasi dilakukan pada
hari
ke 60. Sepuluh hari setelah ablasi diambil 8 ekorinduk
betina dari masing-masingperlakuan
untuk
pengamatanindeks
gonad
somatik (GSI)
dan
indekshepatopankreas
somatik
(HSI),
sedangkan sisanya dibiarkan sampai bertelur' Dari dataini
diketahui
jumlah
telur per
individu
yang dihasilkan dan daya tetasnya dari masing-masing perlakuan. Data yang diperoleh diuji denganuji
F.
Selanjutnyaditeruskan
dengan LSD untuk melihat perlakuan yang terbaik.HASIL
DAN PEMBAHASANSelama percobaan ternyata udang putih pada masing-masing
perlakuan
mengalami pertum-buhan rata-rata 24,37'28,27%o, namun dariuji
Fclapat dikatakan bahwa lesitin tidak berpengaruh
terhadap pertumbuhan
induk
udang
putih. Walaupun demikian, perkembangan gonad induk udangputih
tambak
dipengaruhioleh
kadarlesitin
dalam pakan.Hal
ini
dapatdilihat
dari indeks gonad somatik (GSI) dari setiap perlakuan pad.a Table 2. Kadarlesitin
pakan l,5oo/o mem-berikan GSI yang tertinggi, yaitu 2,54o/o, sedang peningkatan kadar lesitin pakan menjadi 3,OOo/odan 4,50% dengan menurunkan kadar minyak
hati
cumi
menjadi
4,OOo/"dan
2,5OYo,justru
menyebabkan
penurunan
GSI,
yaitu masing-masing I,49Vo dan 1,43% (F>0,05).PadaTable 2 juga terlihat bahwa penambahan lesitin dalam pakan sebanyak l,\Oyo menyebab-kan HSI yang terbaik.
Hal
ini
memperlihatkan bahwa lesitin berfungsi dalam transportasi lemak dan kholesterol ke hepatopankreas dan selanjut-nya diteruskan ke gonad.7'able
2.
Growth, GSI,
HSI, egg produ.etions/ind and hatching rateof
whiteshrintp
after
75 days rearing.I*cithin
in the
diets
Parameters
A
(r,50%)B
(3,00%)c
(4,50%) D (0,00%) Groutth GS/ HSI Egg production/ind. Hatclting ratc (o/r) (%) (%) 28.2T', 2.54u 3.97', 28.814" 43.46t' 24.27' 1.49 3.1 6', 14.004" 18.93" 24.46',r.4y
3.27', 15.430"b 2L59" 25.07', 1.49' 3.49 21.74/" 24.8y ("/o)', Values ini rcws folknued by sirnilar superscript u)ere not significantly different (P>0.05).
Keterkaitan antara GSI dan
HSI
sepertiterlihat
pada Table 2, bahwa pada kadar lesitin l,5O% dalam pakan akan menyebabkan fungsihati
maksimum
(HSI paling tinggi) dan
ke-matangan paling cepat (GSI paling tinggi). Kadar
lesitin
pakan optimum akan menyebabkan GSI dan HSI maksimum. Penurunan atau kenaikan dari kadar tersebut akan menyebabkan menllrun-nya GSI dan HSI.Dalam
percobaanini
minyak
hati
cumi merupakan sumber energi dan HUFA n-3, namun dengan pengurangan minyakhati
cumi
1,5O"/"' 3,00% pada penggunaankadar
lesitin
>1,50'Zuakan
menyebabkanpenurunan
GSI dan
HSI(Table 2).
Jadi
pakaninduk
udangputih
asal tambak yang baik dalam percobaanini
adalah yang mengandung 5,50% minyakhati
cumi dan1,50% lesitin.
Produksi
telur
perindividu juga
cenderung meningJkat dengan penambahanlesitin
l,\Oyo dalam pakan, namun tidak berbeda nyata dengantanpa
penambahanlesitin
dalam pakan.
Pe-nambahan lesitin 3,00% dan 4,50o/o dalam pakan menghasilkan
jumlah telur
per individu
yang lebih rendah (Table 2). Dari hasil percobaanini
tampaknva ada keterkaitan antara kandungan lesitin clan minyak hati
cumi
dalam pakan. OlehJu.rnal Penelitian Perihanan Indonesia
vot.Il
No.J Tahun Igg6secara
tersendiri
dalam pakan seharusnya di-gunakankadar minyak
hati
cumi
yang sama.Untuk
penyeimbangenergi dapat
digunakan sumberlemak yang
tidak
mengandung asam lemak esensial seperti asam lemak oleat (16:0).Beberapa
penelitian
menunjukkan
bahwa pematangan gonad dan pemijahan dipengaruhi oleh kandungan lesitin dalam pakan untuk udangP. setifents sebesar S,OOy" (Lawrence et aI., lgTg; Midleditch etaI.,l98O), dan p. japonicus sebesar 3,00% (Teshima dan Kanazawa, lgg3;Teshima et
o/., 1989, Alava et
al.,lgg}l
KESIMPULAN
Kandungan lesitin sebesar I,EOo/odalam pakan
induk
udang
putih
dapat
memperceparpe-matangan gonad dan meningkatkan daya tetas
telur
yang dihasilkan. Namun hasilini
juga di_ pengaruhi olehkadar minyak
hati
cumi
yang ditambah dalam pakan, sehingga penambahan lesitin harus mempertimbangkan dengan cermat jenis dan komposisi bahan-bahan penyusun yang lain.DAFTAR PUSTAKA
Alava, V.R., A. Kanazawa, S. Teshima, and S. Koshio.
1993. Effect of dierary phospolipid and n-B highly
unsaturated fatty acids on ovarion development of kuruma prawn. Bull.Jap.Soc. Sci.Fish. bg:SaS_aSt.
D'Abramo, L.R., C.E. Conclin and N. Baum. l9gl. Essentiality of dietary phospati_dylcholin for the survival ofjuvenile lobsters. J. Nutr.
llt:
42b-4J1.Jufri, M. Marzuqi, N. A.
Giri
dan C. Kuma. 1993. Pengaruh penambahanvitamin
E
terhatlapperkembangan gonad udang windu,
p.
monod,onasal tambak. J. Penelit. Budidaya pantai, Maros. 9(2\:127-126.
Kanazawa, A., S. Teshima and M. Ondo. 1g?9.
Re-quirement of prawn, P. japonicus for essential fatty
acid. Mem. Fac. Fish., Kagoshima Univ.. 2g:2?-33. Kanazawa,
A.
lgg2. Recent advancesin
penaeidnutrition in Japan. In G.L. Allan and W. Dall (Eds)
Proc. Aquacult. Nutrition Workshop, Australia. Lawrence,A.L.,
D.
Ward, S. Missler,A.
Brown. J.McVey and B.S. Midleditch. lg79. Organ indices and biochemical levels of ova from penaeid shrimp
maintained in captivity versus those captured in
wild.
Proccedingsof
the
World Maricult. Sci..l0:453-463.
Middledith, B.S., S.R. Missler, H.B. Hines, J.p. McVey, A. Brown, D.G. Ward and A.L. Lawrence. 19g0.
Metabolic profiles of penaeid shrimp: dietary lipids
and ovarian maturation. Journal
of
Chromato_graphy. 195:359-368.
Primavera, J.P.. lg85.
A
review of maturation andreproduction in penaeid. p.4T-64. proc.First Inter. Conf.
Cult.
Penaeid prawn/shrimp.Iloilo
city. Philippines.Ruchimat, T., Trijoko, T. Sutarmat dan S. Lante
. lgg}.
Pematangan ovari udang windu dengan
penyuntik-an
ekstrak torasik ganglion lobsler.J.
penel.Budidaya Pantai. 8(3): 9-14.
Teshima, S. and A. Kanazawa. 1gg3. Variation in lipid
composition during the ovarian maturation of the
prawn. Bull.,Ipn. Soc. Fish. 957_962.
Teshima, S., S. Koshio ancl K. Horinouchi. 19g9. Lipid metabolism
of
the
prawnp.
japonicus during maturation: variation in lipid profile of the ovarvand hepatopancreas. Comp. Biochem. physiol., 9d:
Rupawan; Nasution, Z. dan Arifin, Z'
ANALISIS FINANSIAL
PEMBBSARAN
II(AN
BETUTU
(Oxyeleotris
marrnorata
Blkr)
DALAM HAMPANG
DI
LAHAN
RAWA
LEBAK
SUMATBRA
SELATAN
Rupawan'\, Zahri Nasution') dan Zainal
Arifi
n') ABSTRAKpeningkatan pemanfaatan lahan rawa lebak untuk budidaya ikan harus didukung oleh keragaan aspek tetnis dan aspek ekonomi. Untuk mengetahui analisis frnansial pembesaran ikan betulu denlan pemberian jenis pakan berbeda telah dilakukan penelitian selama 6 bulan menggun"kan hampang di kolam lahan rawa Kertamulia Sumatera Selatan' Llkuran hampang
18 m-. sebanyak 2 unit ditebari 8 ekor/m. ikan betutu dengan rataan bobot 176,2 gtam' Perlakuan pemberian pakan tambahan ikan rucah dan moluska (daging keong sawah). Pakan diberikan
sebanyak 3% dari bobot badan ikan per hari pada waktu sore hari'
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditinjau dari aspek ekonomi kedua perlakuan pakan
tersebut cukup layak. Perlakuan pakan ikan rucah memberikan tingkat keuntungan dan efisiensi
usaha yang t"Uitt
l"if
dibanding perlakuan pakan moluska. Keuntungan yang didapat pada perlakuan pakan rucah adalah Rp1.062.000.- dengan RC ratio 2,44, rentabilitas 157,5%. Denganjangka
*rkt,t
pengembalian investasi selama 6,5 bulan atau 1,08 periode usaha.Di lain pihak keuntungan usaha pada perlakuan pakan moluska adalah Rp802.000, RC ratio
2,1 l, rentabilitas L24o/o. Dengan jangka waktu pengembalian investasi selama 7,9 bulan atau 1'31
priode usaha. Dengan informasi analisis frnansial usaha pembesaran ikan betutu sistem pen ini
diharapkan akan memberikan alternatif pemanfaatan lahan rawa atau pengembangan usaha
ke arah yang lebih luas.
ABSTRACT:
Financial Analysis of Sand Goby Pen Culture System at Swampy Area in South Sumatera. By: Rupawan,Zahri
Naeution andZoinal
Arifin.
A financial analysis of an experimental, culture of sand goby was conducted in Kertamulia,
South Sumatera in order to
".""r.
the feasibility of fish culture in swampy-area. The fish wascultured in 2 pen enclosures of 18 m2 each, stocked at a density of 8 fisvrfi . During 6 month "*perim"rrtul period the fish were fed with 2
different feeds; i.e' trash fish and mollusc meat at
the rate of 3o/o of bodY weight.
The result showed that rearing sand goby in pen system either fed with trash fish or mollusc
meat were economically feasible. Treatment
with
trashfish
gavea
highernet
profit of Rp1,062,000. with the R/b ratio of 2,44 and rentability of 151 ,5o/o, while in treatment with molluscmeat gave a net profit of Rp802,000, with the R/C ratio of 2,11 and rentability of 124%.
The frndings would support the development of fish culture as an alternative use of marginal land in swampy area.
KEYWORDS:
Sond Goby, swompy ares' pen systelnl"' financiolanalyeis'PENDAHULUAN
Lahan rawa di Indonesia diperkirakan lebih
kurang
33,4juta
hektar
yangterdiri
atas 20,1juta
hektar rawa pasang surut dan pantai serta selebihnyarawa
nonpasangsurut
atau
lebak' Berdasarkan karakternya ada5
tipologi lahan pasang surut dan rawa' salah satu di antaranya')
Peneliti pada Loka Penelitian Perikanan Air Tawar Palembangadalah rawa lebak,
yaitu
lahan rawa
yangdipengaruhi oleh luapan
air
sungai dan hujan ""hitrggu tergenang 3'12 bulan per tahun dengan kedalamanair
50 cm sampai 100 cm atau lebih'Rawa merupakan bagian dari perairan umum yang banyak