• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bentukan Arsitektur Rumah Tinggal “Tradisional” Pantura Dikaji Dari Aspek Tektonika dan Stilistika, Studi Kasus Rumah Tradisional di Demak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bentukan Arsitektur Rumah Tinggal “Tradisional” Pantura Dikaji Dari Aspek Tektonika dan Stilistika, Studi Kasus Rumah Tradisional di Demak"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul : BENTUKAN ARSITEKTUR RUMAH

TINGGAL, "TRADISIONAL " PANTURA DIKAJI DARI ASPEK TEKTONIKA DAN STILISTIKA, STUDI KASUS : RUMAH "TRADISIONAL" DI DEMAK

2. Ketua Tim

a. Nama : Dr. Dra. B. TYAS SUSANTI, M.A.

b. NPP : 5811990083

c. Program Studi : Arsitektur

d. Perguruan Tinggi : Unika Soegijapranata e. Alamat Kantor/Telp/Faks/surel : santi@unika.ac.id 3. Anggota Tim

a. Jumlah Anggota : Dosen 1 orang Mahasiswa 0 orang

4. Biaya Total : Rp. 2.900.000,00

Mengetahui,

Dekan Ars. Dan Desain,

Semarang, 14 Juli 2020 Ketua Tim Pengusul

Dr. Dra. B. TYAS SUSANTI, M.A. NPP : 5811990083

Dr. Dra. B. TYAS SUSANTI, M.A. NPP : 5811990083

Menyetujui, Kepala LPPM

Dr. BERTA BEKTI RETNAWATI, S.E., M.Si.

Catatan:

- UU ITE No. 11 Tahun 2008 Pasal 5 ayat 1 :

'Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah'

(2)

BERITA ACARA REVIEW

Program Studi Arsitektur - Ars. Dan Desain Universitas Katolik Soegijapranata Semarang

Pada hari ini, 13 Juli 2020 telah diadakan review kegiatan penelitian/pengabdian dengan judul: BENTUKAN ARSITEKTUR RUMAH TINGGAL, "TRADISIONAL " PANTURA DIKAJI DARI ASPEK TEKTONIKA DAN STILISTIKA, STUDI KASUS : RUMAH

"TRADISIONAL" DI DEMAK

Dengan catatan review sebagai berikut: ok. sgas beurat tugas belum ada Ok. Surat tugas belum ada sesuai format program studi

Reviewer 1

Ir. IM. TRI HESTI MULYANI, M.T.

Reviewer 2

Dr. Ir. KRISPRANTONO, MA

Catatan:

- UU ITE No. 11 Tahun 2008 Pasal 5 ayat 1 :

'Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah'

- Dokumen ini telah diberi tanda tangan digital, tidak memerlukan tanda tangan dan cap basah - Dokumen ini dapat dibuktikan keasliannya dengan menggunakan qr code yang telah tersedia

(3)
(4)

LAPORAN PENELITIAN

BENTUKAN ARSITEKTUR

RUMAH TINGGAL “TRADISIONAL” PANTURA

DIKAJI DARI ASPEK TEKTONIKA DAN STILISTIKA,

Studi Kasus: Rumah “Tradisional “ Di Demak

Tim Peneliti:

B Tyas Susanti 0626076501

Yulita Titik Sunarimahingsih 0612066201

FAKULTAS ARSITEKTUR DAN DESAIN

UNIKA SOEGIJAPRANATA SEMARANG

(5)

HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Penelitian : Bentukan Arsitektur Rumah Tinggal “Tradisional” Pantura Dikaji Dari Aspek Tektonika dan Stilistika, Studi

Kasus Rumah Tradisional di Demak 2. Ketua Peneliti

a. Nama : Dra.B.Tyas Susanti, MA. PhD b. NIDN 0626076501

c. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli

d. Bidang Keahlian : Anthrophologi Arsitektur e. Nomor HP 081326279547

f. Alamat surel : santi@unika.ac.id

3. Anggota Peneliti

a. Nama : Ir. Yulita Titik Sunarimahingsih MT b. NIDN 0612066201

c. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala

d. Bidang Keahlian : Teori dan Sejarah Arsitektur 4. Fakultas : Arsitektur dan Desain 5. Program Studi : Arsitektur

6. Lama Penelitian : 8 (delapan ) bulan

7. Beaya : 2.900.000 (Dua Juta Sembilan Ratus Ribu Rupiah)

Semarang, Juli 2020 Mengetahui

Dekan Fakultas Arsitektur dan Desain Ketua Peneliti

Dra.B.Tyas Susanti. MA.PhD Dra.B.Tyas Susanti. MA.PhD NPP 058.1.1990.083 NPP 058.1.1990.083

Menyetujui Kepala LPPM

Dr. Berta Bekti Retnawati, NPP 058.1.1998.219

(6)

KATA PENGANTAR

Penelitian ini merupakan penelitian yang didanai oleh dana internal unika Soegijapranata. Karena situasi pandemic covid 19, indeep interview dengan tokoh kunci untuk mendapatkan makna dibalik bentukan dan ornamentasi bangunan belum terungkap dengan semestinya. Analisa dilakukan dengan menggunakan referensi dari literature baik prosiding, jurnal dan buku. Jika kondisi pandemic covid sudah mereda. Penelitian ini dapat ditindak lanjuti dengan penelitian penggalian makna melalui indeepinterview dengan tokoh kunci. Terimaksaih untuk Unika Soegijapranata yang telah mendanai penelitian ini.

Semarang, 11 Juli 2020

(7)

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI ABSTRAKSI BAB 1 PENDAHULUAN ii iii iv 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah 2 1.3 Tujuan 2 1.4 Manfaat Penelitian 2 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 3 2.1 Stilistika Dalam Arsitektur 3

2.2 Tektonika 4

2.3 Budaya dan Kosmologi 5 2.4 Fenomena Arsitektur Pesisir 6

BAB 3 METODOLOGI 7

3.1 Rancangan Penelitian 7 3.2 Meode Penelitian 7 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 9 4.1 Gambaran Umum Lokasi 9 4.2 Budaya Masyarakat Demak 10 4.3 Stilistika dan Tektonika Bentukan Arsitektur Tradisional Demak 13

BAB 5 Kesimpulan 22

(8)

ABSTRAKSI

Rumah tradisional adalah rumah yang terbentuk dengan nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh masyarakat pendukungnya. Hal ini karena rumah tradisional merupakan wujud fisik dari lingkaran kebudayaan yang dipengaruhi oleh nilai-nilai yang berlaku yang merupakan wujud abstrak dari suatu kebudayaan. Demikian juga dengan rumah tradisional di daeraj pantai utara Jawa Tengah (Demak) yang tidak lepas dari budaya dan kearifan lokal masyarakatnya.

Penelitian ini akan melihat aspek Tektonika maupun stilistika, yang sangat sarat dengan nilai budaya dan kearifan local masyarakatnya. Tektonika yang terkait dengan pengetahuan ketrampilan akan sangat erat terkait dengan stilistika yang terkait dengan symbol dan makna. Pemahaman terhadap kedua aspek ini akan memberi pemahaman yang utuh terhadap rumah tradisional di Demak. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan studi Pustaka dan data dari sumber yang didapat secara daring mengngat kondisi yang tidak memungkinkan untuk kelapangan, dan temuan dimaknai dengan teori yang sudah ada

Hasil yang didapatkan Secara umum bentukan rumah tradisional Demak mirip dengan rumah tradisional Jawa Joglo. Joglo pada rumah tradisional Jawa Dalam (Surakarta dan Yogyakarta) digunakan untuk para bangsawan. Di Demak dapatdigunakan oleh siapa saja. Ornamentasi digunakan sebagai simbol strata social, namun demikian dimungkinkan bahwa bentuk-bentuk ornamentasi ini mempunyai makna yang lebih dari sekedar pembeda strata social. Hal ini belum dapat diungkap karena tidak memungkinkan untuk melakukan indeep interview (mengingat situasi saat ini). Pengaruh Islam sangat kuat dalam kehidupan masyarakat Demak, ada kemungkinan penyesuaian dengan tatanan ruang serta ornamentasi juga mengkait dengan keyakinan mereka

(9)

BAB 1

PENDAHULULUAN

1.1. Latar belakang

Rumah tradisional ialah ungkapan bentuk rumah karya manusia yang merupakan salah satu unsur kebudayaan yang tumbuh atau berkembang bersamaan dengan tumbuh kembangnya kebudayaan dalam masyarakat (Yudohusodo, 2007). Rumah tradisional masyarakat dapat melambangkan cara hidup, ekonomi, budaya, dan kearifan dalam merespon alam. Rumah tradisional yang merupakan salah satu unsur kebudayaan yang tumbuh atau berkembang bersamaan dengan tumbuh kembangnya kebudayaan dalam masyarakat.(Sari,

2010) Bentukan arsitektur rumah tradisional di daerah pantura Jawa Tengah, juga tidak lepas dari pengaruh budaya, alam dan kearifan lokal dari masyarakatnya. Demikian juga untuk bentukan arsitektur rumah tradisional di Demak. Proses bentukan arsitektur rumah tinggal tradisional juga dipengaruhi oleh budaya dan kearifan lokal masyarakatnya. Demak dipilih sebagai sampel penelitian, karena masih dijumpai relative banyak arsitektur rumah tradisional pantura.

Tektonika dalam arsitektur tradisional berkait dengan pengetahuan ketrampilan pertukangan. Kajian tektonika terhadap bentukan arsitektur tradisional pada umumnya dikaitkan dengan struktur dan konstruksi bangunan, proses konstruksi dan ritual (Gunawan, Yeny, dkk, 2017). Tektonika arsitektur tradisional bukan hanya sekedar struktur dan konstruksi. Arsitektur rumah tradisional sangat dipengaruhi oleh kosmologi masyarakatnya, dan kearifan lokal masyarakat dalam merespon alam untuk membangun rumahnya, sehingga sangat mungkin bahwa tektonika arsitektur rumah tinggal juga dipengaruhi oleh stilistika arsitektur. Stilistika arsitektur berkait dengan simbol, ornament dan makna yang terkandung di dalamnya kosmologi masyrakatnya. Bentukan arsitektur rumah tinggal tradisional terbentuk oleh alam, tektonika, stilistika, dan kosmologi masyarakatnya, yang menjadi dasar pengetahuan dan kearifan lokal masyarakatnya.

(10)

Kajian tektonika dan stilistika secara terintegrasi, menjadi penting untuk mendapatkan pemahaman secara utuh terhadap bentukan arsitektur rumah tradisional.

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, sapat dirumuskan permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:

Bagaimana keterkaitan antara tektonika, stilistika, alam dan kosmologi masyarakat pada bentukan arsitektur rumah tradisional di Demak.

1.3. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah menemukan keterkaitan antara tektonika, stilistika, alam dan kosmologi pada bentukan arsitektur rumah tradisional di Demak.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari hasil penelitian ini adalah unntuk memperkaya pembelajaran matakuliah Teori dan sejarah Arsitektur Nusantara. Dengan mengkaji prinsip yang membentuk bentukan arsitektur rumah tradisional, diharapkan pemahaman dan pengimplementasian “mengkinikan arsitektur tradisional” menjadi tidak hanya tempelan, tetapi berbasis pada roh yang membentuknya

(11)

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

2.1Stilistika Dalam Arsitektur

Stilistika adalah bagian ilmu linguistik yang membahas gaya dalam konteks kesusastraan, khususnya gaya bahasa yang mempunyai fungsi artistic (Hartono, 2003). Chvatik mengemukakan Stilistika sebagai kajian yang menyikapi bahasa dalam teks sastra sebagai kode estetik dengan kajian stilistik yang menyikapi bahasa dalam teks sastra sebagaimana bahasa menjadi objek kajian linguistik (Aminuddin :1995 :22). Karya sastra memiliki fungsi dulce et utile yang memiliki arti indah dan berguna, karya sastra dapat memberikan rasa keindahan dan sekaligus kegunaan untuk para penikmatnya. Sehingga, sebuah lirik seharusnya bukan hanya mengandung nilai keindahan yang tinggi, namun juga mengandung nilai kebermanfaatan bagi para penikmatnya. (Anindyarini, 2019)

Stilistika berkait dengan apa yang dinamakan sebagai style. Dalam ilmu bahasa, „Style’, „stail‟ atau „gaya‟, yaitu cara yang khas dipergunakan oleh seseorang untuk mengutarakan atau mengungkapkan diri gaya pribadi. menjelaskan bahwa stilistika

(stylistic) merupakan ilmu tentang gaya, sedangkan stil (style) adalah caracara yang khas,

bagaimana segala sesuatu diungkapkan dengan cara tertentu, sehingga tujuan yang dimaksudkan dapat dicapai secara maksimal. Ada beberapa hal yang dikaji dalam analisa

stilistika yaitu: gaya bahasa, pilihan kata, citra, nilai dan relevansi. Menurut Satoto (1995),

stilistika berkaitan dengan penggunaan symbol atau bentuk untuk mengungkapkan makna tertentu dan stilistika berkait dengan interpretasi.

Pada dasarnya kajian stilistika adalah melihat bagaimana unsur-unsur digunakan untuk melahirkan pesan-pesan dalam sebuah karya. Stilistika berarti studi gaya bentuk yang memberi arti, dan berhubungan dengan pola. Dalam Arsitektur juga dikenal adanya style atau gaya. Style atau gaya berkait dengan langgam. Langgam ini dapat ditunjukkan melalui bentuk maupun ornament. Style berkait juga dengan periode dimana arsitektur berkembang. Dapat

dikatakan style muncul dari sejarah masyarakat. Gaya/style dalam arsitketur lebih banyak

(12)

akhirnya dapat menjadi identitas, yang merefleksikan pemilik/ penciptanya (Suardana, 2015). Gaya atau style dalam arsitektur berkaitan erat dengan dinamika sosial, dinamika budaya dan dinamika nilai-nilai. Sehingga dapat dikatakan, Style dalam arsitektur tidak hanya berifat teraga (dalam bentuk) namun juga bersifat tak teraga dimana didalamnya terkandung nilai-nilai dari kehidupan social dan budaya masyarakatnya.

2.2Tektonika

Tektonika berasal dari kata tekton yang berarti tukang, dari kata kerja tektainoami yang berarti kriya atau ketukangan dan seni bangunan, yang pada proses pembuarannya diasosiasikan dengan alat, teknologi an pembentukan material. Tektonika mencoba mengaitkan dengan kebenaran sebagi sumber pancaran keindahan sehingga secara sederhana tektonika dapat diartikan sebagai the art of construction.(Framtom, dalam Fauzy, 2017). Yang kemudian secara umum dalam arsitektur dikatakan sebagai seni dalam konstruksi.

Selanjutnya, tektonika ternyata bukan hanya bagian dari bangunan tetapi juga obyek atau sebagai karya seni pada arti yang lebih sempit. Tektonika pada Arsitektur sering kali dilakukan karena ingin memberikan penekanan pentingnya suatu bagian tertentu dari bangunan dan keinginan mengekspresikan sesuatu perasaan yang mendalam pada bangunan. Sedang pada bukunya The Tektonic of Helen 1843 dan 1852, Karl Botticher (Juniwati,2003) menginterpretasikan kata tektonik sebagai pemberi arti pada sistim ikatan yang lengkap dari semua bagian kuil Yunani menjadi keseluruhan yang utuh, termasuk rangka dari sculpture dalam segala bentuk. Pada tahun 1973 Eduard Sekter dalam Structure, Construction and Tectonics mendefinisikan tektonik sebagai ekspresi yang ditimbulkan oleh penekanan struktur dari bentuk konstruksi, dengan demikian hasil ekspresi tektonika tidak dapat diperhitungkan hanya sebagai istilah pada struktur dan konstruksi saja.

Tektonika pada Arsitektur sering kali dilakukan karena ingin memberikan penekanan pentingnya suatu bagian tertentu dari bangunan dan keinginan mengekspresikan sesuatu perasaan yang mendalam pada bangunan. Tektonika menyangkut teknik dan seni. Tektonika diungkapkan dalam 2 apek yaitu: material dan

(13)

system struktur & konstruksi. Menurut Bowaire, telaah terhadap tektonika dapat dilaihat dari elemen,yaitu:

• Tektonika pada kolom, balok dan lantai

• Tektonika pada pada pondasi/umpak

• Tektonika pada dinding

• Ektonika pada atap

Menurut Mangunwijaya (dalam Mahatmanto, 1999), budaya menganyam, menenun, merajut, menebar dalam mengolah bahan bangunan menjadi bentuk konstruksional. Kondisi menjadikan arsitektur tradisional bersifat eksploratif dalam penentuan sistem konstruksi untuk penanganan berbagai kasus desain. Tektonika Nusantara, pada setiap ragamnya dihiasi dengan cerita sejarah. Hal ini menjadikan antara ragam hias dan tektonika menjadi terkait. Eksploratif terhadap pemakaian dan cara pengolahan bahan bangunan dari sumber daya alam, menjadikan permainan tektonika mampu melahirkan identitas arsitektur yang kaya akan buadaya menceeminkan lokalitas yang kuat.

2.3Budaya dan Kosmologi

Kosmologi adalah gagasan batin atau visi batin (inner vision) yg mengkonstruksikan, mengatur, menyusun dan mengharmonisasi semua unsur kosmos yang serba rumit, unik dan kompleks dlm sebuah sistim yang utuh padu dan harmoni. Kosmologi mengandung nilai- nilai kearifan, membentuk primordial sentiment (sebuah perasaan yang diekspresikan pada kelompok sendiri) yg mempersatukan hidup masyarakat adat dalam laku hidup adati. (Mardiansyah 2001, dalam Watloli 2019).

Adat adalah berhubungan dengan konsep keselamatan, kebahagiaan, kesejahtaraan, ketenangan hidup, kedamaian dan keagungan hidup. Adat tidak dapat dilepaskan dari nilai- nilai yg diembannya sejak awal proses pembentukan maupun penerapannya. Segi Seluruh kehidupan masyarakat adat disusun oleh aturan-aturan dan norma- norma adat yang diungkapkan dalam kode-kode moral, adat kebiasaan, konvensi dan perintah suci. Adat

(14)

adalah nilai. Nilai menjadi dasar manusia dimana manusia dapat mengorientasikan atau mengarahkan jalan hidupnya serta bertindak dalam kehidupan.

Kearifan lokal adalah perilaku positif manusia ketika berinteraksi dengan alam dan lingkungan lokalnya yang berasal dari nilai adat religious mereka, nasihat nenek moyang atau budaya lokal, yang secara alami dibangun di dalam komunitas untuk beradaptasi dengan lingkungan lokalnya (Vitasurya 2016). Dengan demikian, kearifan local sedikit banyak juga berkait dengan budaya masyarakat setempat.

2.4Fenomena Arsitektur Pesisir

Fenomena perkembangan arsitektur pesisir terbentuk berdasarkan pengaruh budaya pendatang, dengan pengaruh tersebut kawasan pesisir memiliki ciri dan identitas spesifik dengan bentuk ragam percampuran gaya arsitektur yang beragam.(Bachtiar, 2017). Beradsarkan sejarah, masyarakat pesisir berasal dari berbagai daerah seperti Arab, Cina, dsb. Etnis Belanda ditengarai juga mempengaruhi perkembangan arsitektur pesisir tersebut. Dapat dikatakan, arsitektur pesisir merupakan akulturasi dari bebagai budaya. Hal ini disebabkan karena masyarakat pesisir yang bersifat terbuka. Dengan karakter masyarakat seperti ini memberi implikasi pada terbentuknya budaya baru melalui proses akultarasi budaya. Budaya baru ini terwujud dalam perilaku social buadaya dan akhirnya juga tercermin dalam bentukan arsitekturnya. Arsitektur Pesisir terbentuk dari perpaduan arsitektur Jawa (local) dan arsitektur pendatang.

Pada arsitektur pesisir Jawa, wujud tektonika dan ragam akulturasi arsitektur terbentuk melalui susunan elemen pelingkup bangunan, sehingga wujud tersebut akan membentuk ciri dan identitas arsitektur di kawasan Pesisir. Wujud tektonika dan ragam akulturasi arsitekturnya terkait dengan relasi yang terjalin antara fungsi, bentuk dan makna arsitektur dalam menentukan arah perkembangan arsitektur masyarakat kota Pesisir yang dinamis dan berkesinambungan

(15)

BAB 3. METODOLOGI

3.1 Rancangan Penelitian

Dalam penelitian ini, dilakukan beberapa Langkah yaitu:

a. Persiapan:

Mengumpulkan data awal yang telah dilakukan melalui survey lapangan pada penelitian sebelumnya. Tim telah melakukan penelitian sebelumnya di daerah Demak, dan data yang diambil pada waktu itu dibuka kembali sebagai awalan dari kegiatan penelitian ini. Selain itu, dengan kondisi pandemic yang tidak memungkinkan untuk melakukan survey dan kunjungan lapangan, maka data-data awal yang sudah ada akan menjadi data yang sangat membantu

b. Identifikasi Unsur yan akan diteliti

Identifikasi ini dilakukan untuk memfokuskan pembahasan pada penelitian ini. Hal ini juga untuk membantu agar tidak ada duplikasi dengan peneltian sebelumnya.

c. Memilih dan Mempersiapkan alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah koneksi internet yang digunakan untuk mengumpulkan sumber-sumber Pustaka, mengkaji berbagai data yang ada dengan browsing sumber Pustaka, data gambar/foto melalui internet.

3.2 Metode Penelitian

Metoda penelitian yang digunakan adalah metoda penelitian kualitatif rasionalistik. Pada awalnya direncanakan penelitian dilakukan dengan pengamatan dan pengukuran lapangan secara desjriptif. Fakta lapangan dibuat secara deskriptif dan bersifat induktif. Namun dengan kondisi yang ada dimana ada pembatasan terkait dengan pandemic Corona,

(16)

maka tidak mungkin dilakukan kunjungan lapangan dan surey. Sehingga metode pendekatan dalam penelitian ini diubah dengan studi Pustaka serta menganalisa rumah tradisional berdasarkan foto yang didapat dari internet. Selanjutnya data yang didapat akan di klasifikasi kan dan di cek silangkan untuk mendapatkan sebuah temuan (deduktif). Temuan yang didapat dimaknai dengan teori yang ada.

Pengkajian dilakukan dengan mengkaji beberapa sampel rumah yang dinilai dapat mewakili sebagai rumah tradisional.

(17)

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Keadaan Alam dan Wilayah

Kabupaten Demak dengan bentang Barat ke Timur sepanjang 49 km dan bentang Utara ke Selatang sepanjang 41 km. mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:

• Sebelah Utara : Kabupaten Jepara dan Laut Jawa

• Sebelah Timur : Kabupaten Kudus dan Kabupaten Grobogan

• Sebelah Selatan : Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Semarang

• Sebelah Barat : Kota Semarang

Luas wilayah Kabupaten Demak tercatat sebesar 89.743 hektar dan secara admininstra tive terbagi menjadi 14 Kecamatan yang terdiri dari 243 desa dan 6 kelurahan. Lokasi penelitian terletak di kecamatan Karanganyar Kelurahan Wonoketingal Kabupaten Demak.

Gambar 1: Peta Wilayah kabupaten Demak Sumber: Demak.com

(18)

Secara topografi, wilayah Kabupaten Demak terdiri atas dataran rendah, pantai serta kawasan perbukitan dengan ketinggian permukaan antara 0 sd 100 meter. Untuk Kelurahan Wonoketingal kecamatan Karanganyar, ketinggian permukaan antara 3 -10 meter di atas permukaan laut, dengan kemiringan 0-2%. Rata-rata curah hujan tahunan cukup rendah. Struktur geologi wilayah demak terdiri dari struktur alluvium, miosen fasies sedimen, plistosin fasies gunung api dan pliosen fasies batu gamping. Untuk kecamatan karanganyar terdiri dari struktur Alluvium.

4.1.2 Karakteristik Sosial

Dahulu Kabupaten Demak merupakan sebuah kerajaan, yaitu Kasultanan Demak. Kasultanan Demak merupakan kerajaan Isalam pertama di pulau Jawa. Kasultanan Demak didirikan oleh Raden Patah sekitar tahun 1500 Masehi. Pendukung Kesultanan Demak adalah para wali yang dikenal dengan sebutan walisongo. Sampai sekarang, kehidupan masyarakat Demak diatur dengan hukum-hukum yang berlaku dalam ajaran islam, namum peraturan tersebut tidak begitu saja meninggalkan tradisi lama yang sudah ada, sehingga muncul karakter agama islam yang demokratis dan fleksibel untuk mengembangkan kehidupan social masyarakatnya.

Beberapa tradisi budaya yang merupakan perpaduan antara ajaran islam dan budaya local seperti: Grebeg Besar, Dugderan, dan Syawalan. Serta tradisi keagamaan lain seperti Sholawatan, Tahlilan dan pengajian. Ada keselarasan antara aktivitas religi dan aktivitas tradisi dan menjadikan masjid sebagai pusat orientasi kegiatan. Mata pencaharian masyarakat didominasi oleh sector pertanian, kemudian disusul oleh sector industri dan perdagangan.

4.2Budaya dan Kearifan Lokal Masyarakat Demak

Dalam suatu kebudayaan, nilai-nilai yang terrefleksi dari suatu arsitektur tradisional biasanya merupakan nilai-nilai kearifan lokal yang diturunkan dari satu generasi ke generasi. Kearifan lokal sendiri didefinisikan sebagai nilai yang lokal yang tumbuh dan dikembangkan oleh suatu masyarakat kebudayaan tertentu untuk menghadapi semua

(19)

kebutuhan hidupnya, dengan mencakup berbagai aspek dalam kehidupannya, dan UNESCO mendefinisikannya sebagai “the long-standing traditions and practices ofcertain regional, indigenous, or local communities, maintained and developed by peoples with extended histories of interactions with the natural environment” (UNESCO). Local knowledge atau kearifan lokal mengandung nilai-nilai luhur dari kebudayaan dalam menyikapi berbagai masalah kehidupan. Nilai-nilai tersebut merupakan nilai yang dikembangkan, diadaptasikan dan diturunkan dari generasi ke generasi, sebagai akibat dari adanya interaksi antara manusia dengan lingkungannya.

Kearifan local bersifat sangat eksklusif, dalam arti bahwa pengetahuan ini hanya dipunyai oleh masyarakat local sebagai bagian dari kebudayaan mereka. Pengetahuan yang dipunyai oleh masyarakat merupakan suatu system adaptasi mereka terhadap lingkungannya, baik lingkungan alam, social, ekonomi maupun budayanya. Pengetahuan atau kearifan local bisa juga dianggap suatu yang khas yang memberikan cirri yang berbeda antara satu masyarakat dengan kelompok masyarakat lainnya. Kearifan local pada dasarnya bisa mencakup tangible dan intangible. Kearifan local yang berkait dengan sesuatu yang bersifat nyata atau tangible misalnya proses pembangunan rumah yang dibangun dengan menyikapi konsisi lingkungannya (Triyadi dkk, 2010), sedangkan yang tidak berwujud atau intangible dapat dilihat dalam bentuk petuha-petuahyang berlaku dalam masyarakat dan diwariskan secara turun temurun.

Demak mendapat julukan kota islam, dan seperti dikatakan di atas bahwa aturan di masyarakat Demak juga menganut aturan islam. Menurut sakarov (2019) dalam tatatan kota islami, sejalan dengan hukum alam (sunatullah), maka hokum alam juga tercermin dalam bentuk bangunan dan tataruang kota. Demikian juga dengan konsep berkehidupan sosialnya. Dalam hukum ini Islam juga mengatur hubungan antar aspek fisik dan social, serta ranah pribadi dan publik, yang tercermin dalam tata ruangnya.

Menurut Rapoport (1977), Budaya diartikan sebagai hubungan yang kompleks antara unsur kepercayaan, nilai, dan idealism yang nantinya akan membentuk kebiasaan. Aktivitas merupakan bagian terluar (sebelum wadah /ruang) dalam kebudayaan, dimana

(20)

sebelumnya dikuti oleh pandangan hidup, nilai, konsep ideal, dan gaya hidup. Jika diskemakan bisa terlihat seperti di bawah.

Konsep Nilai Aktivitas Artefak

Gambar 2: Skema Hubungan antara Konsep Nilai dan Bentukan Arsitektur Sumber : Analisis

Pandangan hidup masyarakat Demak adalah hidup yang selaras dengan ajaran islam, dan kehidupan tradisi Jawa yang sudah mengakar. Hal ini menimbulkan nilai-nilai baru yaitu akulturasi nilai-nilai tradisi Jawa dengan ajaran Islam yang selanjutnya menjadi konsep ideal dalam perilaku dan gaya hidup mereka. Tradisi-tradisi Jawa seperti Grebeg, Doa Tahlil memperingati 7 hari, 40 hari dst orang meninggal dan tradisi lainnya masih dijalankan baik di masjid maupun di rumah dengan doa-doa menurut ajaran islam. Juga wiridan dalam tradisi Jawa yang diganti dengan dzikir, dsb. Hal ini mengakibatkan bentukan rumah terhadap rumah mereka yang cenderung lapang dan multifungsi, serta masjid sebagai orientasi.

Nilai dan tradisi yang berlaku di Desa wonoketingal Demak pada umumnya masih menganut tradisi masyarakat Jawa. Hanya karena adanya pengaruh agama islam yang

Kultur/Budaya Pandangan Hidup Nilai Skema/Konsep Ideal Bentuk Tata Ruang Detail/ Ornament Aktivitas Gaya Hidup

(21)

cukup kuat, ada beberapa tatanan atau tradisi yang disesuaikan antara agama dan tradisi jawa yang berakar pada tradisi Hindu, sehingga pada masyarakat Demak, aliran ideologi berbasis pada keyakinan keagamaan yang dikenal dengan istilah abangan.

4.3Stilistika dan Tektonika Bentukan Arsitektur Tradisonal Demak 4.3.1 Kajian Stilistika

Stilistika berkaitan dengan penggunaan simbol atau bentuk untuk mengungkapkan makna. Bagimana unsur-unsur untuk menyampaikan pesan sehingga tidak hanya bersifat yang teraga yang didalamnya terkandung nilai kehidupan masyarakatnya. Pada rumah masyarakat Wonoketingal Demak, masih menggunakan nilai-nilai rumah Jawa pada umumnya, yang bisa dilihat dari makna simbolik, fungsi dan bentuk. Rumah bagi orang Jawa tidak cukup hanya sekedar sebagai tempat tinggal. Rumah adalah satuan simbolik bagi pemiliknya sehingga kedudukan rumah adalah cerminan kepribadian dan kehidupan penghuninya. Dengan demikian, menganalisis rumah tradisional Jawa sama halnya membahas manusia Jawa dan kebudayaannya secara utuh.

Karena masyarakat desa Wonoketingal pada khususnya dan masyarakat Demak pada umumnya sangat taat terhadap ajaran islam yang disampaikan para wali, maka Sistem makna dan sistem simbol dalam masyarakat Demakpun juga sedikit berbeda dengan rumah Jawa seperti di pedalaman. Menurut Geertz, (dalam Anwar, 2013), manusia adalah sosok luar biasa yang dapat melakukan modifikasi konseptual. Melalui kemampuan modifikasinya itu, ia menemukan hubungan antara sistem simbol, sistem nilai dan sistem evaluasi. Ia menyatukan konsepsi kaum kognitifisme yang beranggapan bahwa kebudayaan adalah sistem kognitif, sistem makna dan sistem budaya. Agar tindakannya bisa dipahami orang lain, maka harus ada suatu konsep lain yang menghubungkan antara sistem makna dan sistem nilai, yaitu sistem simbol. Sistem makna dan sistem nilai tentu saja tidak bisa dipahami oleh orang lain, karena sangat individual. Untuk itu maka harus ada sebuah sistem yang dapat mengkomunikasikan hubungan keduanya, yaitu sistem simbol. Melalui sistem simbol itulah sistem makna dan sistem kognitif yang tersembunyi dapat dikomunikasikan dan kemudian dipahami oleh orang lain.

(22)

a. Sistem Tata Ruang

Ada 2 sistem tataruang dalam rumah yaitu secara vertical dan horizontal. Skala horisontal membicarakan perihal ruang dan pembagiannya, sedangkan skala vertikal membicarakan pembagian bangunan rumah yang terdiri atas lantai dasar yang disebut kaki (umpak, bebatur), tubuh (tiang, dinding) dan bagian atas yaitu kepala atau atap. Secara horizontal, tata ruang mengikuti pola tataruang rumah jawa yang berpusat pada ruang di antara empat empat tiang utama (soko guru)

Rumah Tradional Jawa Rumah Tradional Demak

Gambar 3: Perbedaan Rumah Tradisional Jawa dan Rumah Tradisional Demak Sumber : Analisis

Secara umum pola rumah tradisonal Demak sama seperti pola tata ruang rumah tradisonal Jawa. Yang membedakan adalah pada rumah tradisonal jawa bagian tengah (yang merupakan bagian paling sacral) digunakan sebagai sentong tengah yaitu tempat untuk menyimpan pusaka atau tempat tidur untuk Dewi Sri (bagi petani). Sentong kiwo dan tengen adalah tempat tidur dengan orientasi pintu ke Dalem. Sedangkan untuk rumah tradisonal Demak, karena pengaruh agama islam, Sentong tengah menjadi ruang keluarga karena keluarga menjadi bagian yang terpenting dalam rumah. Orientasi kamar kearah

Emperan / teras Dalem Sentong kiwo Sentong tengah Sentong tengen Gadri / Pawon Emperan / teras Dalem Kamar tidur Ruang keluarga Kamar tidur Gadri / Pawon

(23)

rgkeluarga dan antara Dalem dengan ruang tengah (rg keluarga) tidak ada sekat untuk mengantisipasi adanya kegiatan seperti pengajian dan sebagainya.

Tatanan secara vertikal ruang dibagi 3 yaitu atas, tengah dan bawah, atap, dinding, dan pondasi.

Struktur vertikal dalam pandangan hidup orang Jawa secara alamiah (kosmologis)

disarikan dari kundalini yoga, juga pada serat wirid hidayat jati. Tataran serat wirid hidayat jati yang menggambarkan proses tahapan kesempurnaan dumadining dzat dari bawah ke atas terdiri atas kijab atau dinding jalal, darah, dammar, roh, kaca, nur, dan yang paling atas kaju. Skala vertikal dalam konteks pembahasan terdiri tujuh tataran mulai dari kongkrit ke abstrak, atau susunan dari bawah ke atas. Skala tersebut tersusun dalam tiga struktur yaitu atas, tengah, dan bawah. Masing-masing struktur, baik yang atas maupun bawah adalah berpasangan, sedangkan struktur tengah terdiri struktur tiga, di mana di tengahnya terdapat struktur pembatas dari kedua struktur

lainnya.” ( Djono, dkk, 2012. hal 272)

Sepertinya, rumah tadisional di Demak juga mengikuti struktu vertikal in, walupun terjadi penyesuaian-penyesuaian dalam konstruksi. Beberapa rumah sudah tidak menggunakan umpak lagi, bahkan ada yang menggantikannya dengan kolom beton.

b. Aspek Bentuk

Secara umum bentuk rumah tradisional di Demak menggunakan 2 type joglo yaitu joglo sinoman dan joglo lawakan. Joglo Sinoman dicirikan dengan atap yang meruncing ke

Gambar 4: Sentong Tengah yang berubah menjadi Rg Keluarga Sumber: Dukumen Yulita TS, 2015

(24)

atas, dan dan joglo lawakan lebih landai. Bentuk ini digunakan untuk menunjukan status social, namun demikian pada masa kini bentuk itu sdh tidak digunakan untuk menunjuk pada status social lagi.

Gambar 5: Rumah Tradisional Demak, Joglo Sinoman (kiri) dan Joglo Lawakan (kanan) Sumber : Dokumentasi Yulita TS 2015

Pada umumnya bangunan simetris dengan 3 pintu bagian depan. Bagian Tengah merupakan pintu utama yang digunakan sehari-hari. Pintu kiri dan kanan digunakan pada saat tertentu jika ada acara. Beberapa rumah yang baru, pintu kanan dan kiri diganti dengan jendela, namun bentuk tetap simetris dan menggunakan 3 trave (4 kolom). Tiga trave ini tetap digunakan baik untuk rumah yang ukuran kecil maupun besar. Hal ini juga diyakini oleh masyarakat sebagai manifestasi 3 ukhuwah islamiyah.

Gambar 6 : Rumah Tradisional Demak dengan 3 pintu dan 3 trave Sumber: Dokumentasi Yulita TS, 2015

(25)

c. Simbol dalam Ornamentasi

Ada beberapa simbol yang digunakan, dalam bangunan tradisonal di Demak yang yang menunjukkan strata social dan waktu, yaitu pada bentuk atap, ornamentasi pada puncak atap, ornamentasi pada kolom, serta ornamentasi pada pintu aling-aling. Bentuk Atap terbagi menjadi 2 yaitu atap joglo sinoman untuk mereka yang mempunyai strata tinggi seperti “pejabat” atau kyai atau yang dituakan, joglo lawakan untuk rakyat biasa. Disamping bentuk atap ornament dipuncak joglo selain berfungsi sebagai pemberat juga untuk menunjukkan strata social. Masyarakat bisa biasanya menggunakan ornament sederhana. Demikian juga dengan kolom dan pintu aling-aling

Joglo Lawakan, untuk masyarakat biasa

Joglo Sinoman, biasanya untuk masyarakat dengan strata yang lebih tinggi

Gambar 7: Joglo sinoman dan Lawakan serta ornamentasi a pada puncak atap. Semakin rumit ornamentasi semakin tinggi strata sosialnya. Pada ornament bagian tengah bisanya tertulis tahun bangunan itu di bangun atau tahun teakhir dilakukan rehap terhadap bangunan

(26)

Gambar 8 : Variasi ornamentasi pada kolom Sumber : Dokumentasi Yulita TS, 2014

Gambar 9 : Variasi ornamentasi pada pintu aling-aling Sumber : Dokumentasi Yulita TS, 2014

(27)

4.3.2 Kajian Tektonika a. Atap

Atap menggunakan bentuk atap joglo sinoman dan joglo lawakan dengan konstruki empyak untuk penutup atapnya. Pada konstruksi atap empyak, tidak digunakan konstruksi kuda-kuda, karena pada prinsipnya adalah struktur bidang. Penumpu utama atap adalah empat soko guru yang menopang tumpang sari dan balok keliling yang ditumpu oleh kolom kolom tepi.

Gambar 10 : Konstruksi Atap Rumah Tradisional Demak

(28)

b. Konstruksi Dinding dan kolom

Kolom menggunakan kolom kayu. Ssitem sambungan untuk kolom atas, menggunakan system pen (atau system purus) seperti halnya pada bangunan rumah tradisional Jawa. Dibagi dalam 3 tave untuk bagian depan dan 4 trave bagian samping (lihat gambar 10). Penggunaan 3 trave dengan 4 kolom masih ditaati, walaupun kadang-kadang sdh tdk relevan secara pembebanan (lihat gambar 11). Walaupun balok sudah disangga oleh dinding di sebelahnya namun kolom tetap ada. Hubungan dengan pondasi tidak rigid, kolom di letakkan pada umpak. System saSecara keseluruhan system strukturnya menggunakan system bergoyang yang ramah terhadap gempa dan pergeseran atau penurunan muka tanah yang sering terjadi di Demak.

Gambar 11: Kolom tidak berfungsi sebagai pendukung beban, keberadaannya lebih untuk mendukung keseragaman kolektif

Sumber: Dokumentasi Yulita TS, 2014

Gambar 12 : Sistem sambungan pada balok dan tumpang sari Sumber :

https://www.homify.co.id/idea books/5135416/panduan- membangun-rumah-adat-jawa

(29)

c. Konstruksi Pondasi

Pondasi menggunakan pondasi setempat, yaitu umpak. Karena kebanyakan dinding menggunakan papan, sehingga tidak menggunakan pundasi lajur. Bangunan secara

keseluruhan dapat diangkat, karena kolom tdak terikat rigid dengan umpak

Gambar 13: contoh salah satu variasi umpak pada rumah tradisional Demak dengan tipe mirip Batu Umpak Lesung

Gambar 14: Variasi pondasi umpak. Variasi ini mirip dengan yang digunakan di Demak Sumber : https://dearchitectblog.wordpress.com/

(30)

BAB 5 KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah

1. Secara umum bentukan rumah tradisional Demak mirip dengan rumah tradisional Jawa Joglo. Joglo pada rumah tradisional Jawa Dalam (Surakarta dan Yogyakarta) digunakan untuk para bangsawan. Di Demak dapatdigunakan oleh siapa saja

2. Ornamentasi digunakan sebagai simbol strata social, namun demikian dimungkinkan bahwa bentuk-bentuk ornamentasi ini mempunyai makna yang lebih dari sekedar pembeda strata social. Hal ini belum dapat diungkap karena tidak memungkinkan untuk melakukan indeep interview (mengingat situasi saat ini).

3. Pengaruh Islam sangat kuat dalam kehidupan masyarakat Demak, ada kemungkinan penyesuaian dengan tatanan ruang serta ornamentasi juga mengkait dengan keyakinan mereka

(31)

DAFTAR PUSTAKA

Aminudin, 1987. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. PT Sinar Baru Algesindo, Bandung. Anindyarini, Atikah. 2019. Analisis Stilistika dan Nilai Pendidikan Karakter Dalam Lirik

lagu Fourtwnty Album Lelaku Serta Reln sifat kerteevansinya Sebagai bahan Ajar

Bahasa Indonesia Tingkat SMA. BASASTRA Jurnal Bahasa, Sastra, dan

Pengajarannya,Vol. 7 No. 1, April 2019, ISSN I2302-6405

Anwar, Khoirul, 2013, Makna Kultural dan Sosial Ekonomi Tradisi Syawalan, Jurnal Walisongo, Volume 21 Nomor 2, November 2013.hal. 437-468. ISSN: 0852-7172 (p) 2461- 064X (e).

Bowaire, Frida. Empat Ungkapan Tektonika Mangun Wijaya pada arsitektur Kampung Code.

https://www.academia.edu/34659610/EMPAT_UNGKAPAN_TEKTONIKA_MANGUN_WIJAYA_P ADA_ARSITEKTUR_KAMPUNG_CODE

Djono,dkk.2012. Nilai Kearifan Lokal Rumah Tradisional Jawa. Jurnal Humaniora vol. 24 no. 3 (2012) hal 269-278. ISSN 2302-9269 (online). ISSN 0852-0801 (print).

http://jurnal.ugm.ac.id/jurnal-humaniora/issue/view/212

Fauzy, Bachtiar. 2017. Tekatonika Dan Ragam Akulturasi Arsitektur Rumah Tinggal Di

Sendangharjo Tuban. Jurnal Permukiman Vol. 12 No. 2 November 2017: 108 – 115

Hartono. 2003. Stilistika Genetik Studi Kasus Penggunaan Gaya Bahasa dalam Cerpen

Godlob Karya Danarto, Jurnal Penelitian Humaniora, vol. 8 No 2, Oktober 2003: 1-21,

ISSN 1411-5190

Juniwati, Anik &Wanda Widigdo C.. 2003. Perlunya Pengetahuan Tektonika Pada

Pengajaran Struktur Di Arsitektur, Dimensi Teknik Arsitektur Vol. 31, No. 2, Desember

2003: 120-123). http://puslit.petra.ac.id/puslit/journals/

Mahatmanto. 1999. “Membangun Apresiasi pada karya tektonika Mangunwijaya” dalam

Tektonika Arsitektur Y.B. Mangunwijaya, Rumah seni cemeti, Yogyakarta

Rapoport, Amos. 1977. Human Aspects of Urban Form. Pergamon Press. eBook ISBN: 9781483156828

Sakarov, Ogi Dani. 2019. Dinamika Budaya Lokal Dalam Perkembangan Ruang Isalami

Wilayah Kabupaten Demak. Prosiding Seminar Nasional SPACE#3: Membingkai Multi

Kultural dalam Kearifan Lokal Melalui Perencanaan Wilayah dan Kota. UNHI PRESS. ISBN 978-602-73308-1-8.

Soediro Satoto. 1995. Stilistika, STSI Press, Surakarta Suardana. PG Ery. 2015. Style Arsitektur, Suatu Pilihan,

(32)

Triyadi,Sugeng.dkk. 2010. Kearifan Lokal Pada Bangunan Rumah Vernakular di Bengkulu Dalam Merespon Gempa Studi Kasus: Rumah Vernakular di Desa Duku Ulu. Local Wisdom vol.II no 1. Hal 1-7. p. ISSN: 2086-3764. e.ISSN: 2615-4951.

http://jurnal.unmer.ac.id/index.php/lw/article/view/1366

Vitasurya, Vincentia Reni. 2015. Local Wisdom for Sustainable Development of Rural

Tourism, Case on Kalibiru and Lopati Village, Province of Daerah Istimewa

(33)
(34)

Gambar

Gambar 1: Peta Wilayah kabupaten Demak  Sumber: Demak.com
Gambar 2: Skema Hubungan antara Konsep Nilai dan Bentukan Arsitektur  Sumber : Analisis
Gambar 3: Perbedaan Rumah Tradisional Jawa dan Rumah Tradisional Demak  Sumber : Analisis
Gambar 4: Sentong Tengah yang berubah menjadi Rg Keluarga  Sumber: Dukumen Yulita TS, 2015
+7

Referensi

Dokumen terkait

(tabloid Burung , edisi Januari 2010) Rancu pada contoh (24) memiliki arti: tidak teratur; campur aduk; kacau (tentang pikiran, bahasa, dsb). Rancu dalam komunitas kicauan berarti

Fungsi pelaksana merupakan fungsi pelaksana Unsur Pelaksana BPBD Provinsi yang dilaksanakan secara terkoordinasi dan terintegrasi dengan SKPD Provinsi dan/atau

RINCIAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN. TAHUN

Ketika seorang mendapat benturan yang hebat di kepala kemungkinan akan terbentuk suatu lubang, pergerakan dari otak mungkin akan menyebabkan pengikisan atau robekan dari

▪ Melaksanakan penilaian dan refleksi dengan mengajukan pertanyaan atau tanggapan peserta didik dari kegiatan yang telah dilaksanakan sebagai bahan masukan untuk perbaikan

Lembaran komposit (10) memiliki arah pertama (X) yang membentang sepanjang arah longitudinal benda dan arah kedua (Y) yang membentang sepanjang arah lebar benda; lembaran pertama

Hal ini bisa diamati bahwa, peralihan agama menyebabkan fasakh nya perkawinan dalam perspektif hukum Islam, sedangkan dalam KHI Pasal 116 (k) yang menjadi

Di bagian utara, nilai berkisar antara 304-575 μ S/cm yang ditunjukan dengan warna merah (sebagai batas nilai terendah) hingga kuning pada peta iso-DHL, lihat Gambar