• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Sistem Distribusi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) di Instalasi Farmasi Rawat Inap RS X Kota Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Evaluasi Sistem Distribusi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) di Instalasi Farmasi Rawat Inap RS X Kota Bandung"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Evaluasi Sistem Distribusi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) di Instalasi Farmasi Rawat Inap RS X Kota Bandung

Nurbaity*, Heri Dauhari, Pina Sumiati.

Program Studi D3 Farmasi, Akademi Farmasi YPF, Bandung

*Corresponding author: nurbaityrachman26@gmail.com Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem distribusi obat yang telah dijalankan di instalasi rawat inap RS X di kota Bandung serta untuk mengevaluasi sistem distribusi unit dose dispensing (UDD) pada pelayanan rawat inap yang telah dijalankan di Instalasi Farmasi RS X. Metode penelitian yang digunakan bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data diambil dengan mengumpulkan data dari dokumen pendistribusian obat serta survei resep di Instalasi Farmasi Rawat RS X. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus - September tahun 2015. Berdasarkan penelitian ini, sistem distribusi obat ke pasien rawat inap yang digunakan di RS X adalah unit dose dispensing (UDD). Dari data penelitian terjadi peningkatan pemenuhan kebutuhan pelayanan kefarmasian di Instalasi Farmasi RS X berdasarkan penurunan nilai persentase pengembalian/retur obat pada bulan Agustus sebesar 2,23% menjadi 1,70% pada bulan September tahun 2015. Penurunan nilai persentase pengembalian/retur obat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu kepastian diagnosa saat pemberian obat ke pasien, terlihat dari persentase peresepan yang tidak diretur pada bulan Agustus yaitu sebesar 97,77% dan naik di bulan September dengan persentase peresepan sebesar 98,30% pada tahun 2015. Sehingga sistem distribusi UDD di RS X berjalan dengan baik karena nilai presentase pengembalian/retur obat sudah sesuai dengan Standar Prosedur Operasional (SPO) instalasi farmasi yaitu kurang dari 10% tiap bulannya.

Kata kunci : Rawat Inap, Unit Dose Dispensing, Retur Obat. Abstract

This study aims to determine the drug distribution system which has been implemented in inpatient RS X in Bandung and to evaluate the unit dose dispensing (UDD) distribution (UDD) system in inpatient services that has been carried out in the pharmacy installation RS X. The method used was descriptive qualitative approach. Data was retrieved by collecting data from distribution documents and prescription drugs in the inpatient pharmacy installation RS X. The study was conducted in August - September 2015. Based on this study, the distribution system of drugs to inpatients used in RS X is a unit dose dispensing (UDD). From the research data, there was increased in the fulfillment of pharmacy services in the pharmacy installation RS X based impairment of percentage return the drug in August was 2.23% to 1.70% in September 2015. The decline in the value of the percentage of return drugs may be influenced by several factors, one of which was the certainty of diagnosis when giving a drug to a patient, seen from the percentage of prescription drugs that not return in August in the amount of 97.77% and incriced in September to 98.30%. Thus, the UDD distribution system in RS X went well because of the return drugs percentage are in accordance with Standard Operating Procedures (SOP) of pharmacy installation that is less than 10% each month.

(2)

PENDAHULUAN

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit menyatakan bahwa penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di rumah sakit harus menjamin ketersediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang aman, bermutu, bermanfaat, dan terjangkau. Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di rumah sakit dilaksanakan di instalasi farmasi rumah sakit melalui sistem satu pintu. Sistem satu pintu adalah satu kebijakan kefarmasian yang bertujuan untuk mengutamakan kepentingan pasien melalui Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Kebijakan tersebut, meliputi: pembuatan formularium, pengadaan, pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan habis pakai.

Sistem satu pintu yang sudah diterapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan menjadikan Instalasi Farmasi di Rumah Sakit (IFRS) merupakan satu-satunya unit yang mengadakan sediaan

farmasi, mengelola dan

mendistribusikannya kepada pasien, bertanggung jawab atas semua barang farmasi yang beredar di rumah sakit serta bertanggung jawab atas pengadaan dan penyajian informasi obat yang siap pakai bagi semua pihak di rumah sakit, baik petugas maupun pasien.

Sistem distribusi perbekalan farmasi di rumah sakit dilakukan untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat jalan dan rawat inap serta untuk menunjang perbekalan medis. Rumah Sakit harus menetukan sistem distribusi yang dapat menjamin terlaksananya pengawasan dan pengendalian sedian farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai (BMHP) di unit pelayanan.

RS X telah melaksanakan sistem satu pintu dalam hal distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP di unit

pelayanan, meliputi: sistem floor stock, sistem resep perorangan, sistem unit dose dispensing, dan sistem kombinasi dalam memenuhi kebutuhan pelayanan kefarmasian di Instalasi Farmasi.

Instalasi Farmasi RS X memiliki 2 unit pelayanan, terdiri dari unit BPJS dan unit reguler. Unit BPJS yaitu melayani resep yang berupa asuransi BPJS, dan Inhealth. Sedangkan unit reguler yaitu melayani resep swasta, kontraktor, restitusi, dan obat bebas.

Kedua unit pelayanan tersebut dibentuk untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kefarmasian di RS X. Dalam pelayanan sediaan farmasi bagi pasien rawat jalan menggunakan sistem distribusi resep perorangan, sedangkan pasien rawat inap menggunakan sistem unit dose dispensing (UDD) yang diberikan dalam bentuk dosis tunggal dan digunakan untuk sekali pemakaian selama pengobatan berlangsung, serta pemakaian obat setiap harinya dicatat dalam catatan pemberian obat (CPO) yang berbeda di setiap pasien, dan obat akan disiapkan sesuai jadwal pemberiannya. Petugas mengatur jadwal minum obat dan pemberian obat sesuai dengan signa (aturan pakai obat) yang tertulis pada resep.

Setiap rumah sakit memerlukan sistem pendistribusian yang baik demi peningkatan pelayanan kesehatan kepada pasien, tidak terkecuali RS X. Sejauh ini belum pernah dilakukan evaluasi secara menyeluruh, sehingga belum dapat diketahui apakah sistem pendistribusian obat di Instalasi Farmasi RS X telah dapat dikatakan efektif dan efisien. Oleh karena itu peneliti bermaksud untuk mengevaluasi sistem distribusi unit dose dispensing

(UDD) pada pelayanan rawat inap yang telah dijalankan di instalasi farmasi RS X. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif terhadap sistem distribusi sediaan

(3)

farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai (BMHP) dan data pelayanan kefarmasian di Instalasi Farmasi rawat inap RS X pada bulan Agustus-September 2015.

Tahapan pelaksanaan mengolah dan menganalisis data sebagai berikut

a. Mengumpulkan data dari literatur atau perundang undangan yang menentukan tentang sistem distribusi

unit dose dispensing (UDD) sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai (BMHP) di instalasi farmasi rawat inap.

b. Melakukan perbandingan antara data sistem distribusi unit dose dispensing

(UDD) sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai (BMHP) di instalasi rawat inap dari literatur dengan data yang ada di RS X.

c. Membuat kesimpulan penelitian sesuai rumusan permasalahan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang telah dilakukan di Instalasi Farmasi RS X mengenai persentase peresepan dan pengembalian/retur obat per hari pada bulan Agustus dan September 2015 untuk mengetahui tingkat pemenuhan kebutuhan pelayanan kefarmasian pasien reguler RS X dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.

Besarnya nilai pemenuhan kebutuhan pelayanan kefarmasian diukur dengan perbandingan jumlah resep yang masuk dengan besarnya resep yang dikembalikan selama dua bulan.

Pelayanan di Instalasi Farmasi RS X memiliki 2 unit pelayanan, terdiri dari unit BPJS dan unit reguler. Obat-obat di unit reguler mengacu pada formularium Rumah Sakit yang disusun oleh Tim Farmasi dan Terapi yang diperbaiki setiap satu tahun sekali.

Unit reguler melayani pasien yang terdiri dari resep swasta yaitu resep yang dibayar tunai oleh pasien, resep kontraktor

yaitu biaya resep yang ditanggung oleh instansi tempat pasien kerja, yang dilakukan penagihan setiap sebulan sekali (30 hari), obat bebas yaitu pembelian obat yang tidak memakai resep dari dokter, sedangkan resep restitusi yaitu resep pasien anggota kesatuan beserta keluarga dan PNS yang obat-obatnya tidak didukung oleh BPJS, sehingga obat tersebut tetap disediakan dan diberikan tetapi harus menyertakan foto copy KTA (Kartu Tanda Anggota) atau KU1 (Kartu Keluarga Anggota kesatuan).

Pada pelayanan rawat jalan Instalasi Farmasi RS X menggunakan sistem distribusi resep perorangan, yaitu dengan satu resep untuk satu orang pasien dan dilakukan oleh keluarga pasien sendiri.

Untuk ruang perawatan, distribusi obat atau alat kesehatan menggunakan sistem floor stock, ruang perawatan akan meminta obat atau alat kesehatan ke instalasi farmasi berupa ampragan (permintaan ruangan), yang kemudian akan disediakan oleh petugas instalasi farmasi. Setelah ampragan terpenuhi maka ruangan akan mengambil ampragan tersebut, sedangkan pada pelayanan rawat inap menggunakan sistem unit dose dispensing (UDD), yaitu pendistribusian obat melalui resep yang diberikan dalam dosis satu kali minum atau jumlah obat yang diberikan untuk pemakaian satu hari. Pada saat penyerahan resep/pengambilan obat ke instalasi farmasi, pasien/keluarga pasien/perawat harus membawa box obat dan lembar catatan pemberian obat (CPO).

(4)

Tabel 1 Nilai Persentase Retur Obat Bulan Agustus 2015 Tanggal Jumlah Resep Jumlah Yang Tidak Diretur Jumlah Yang Diretur Persentase 01/08/15 94 92 2 2,13% 02/08/15 79 77 2 2,53% 03/08/15 144 141 3 2,08% 04/08/15 132 128 4 3,03% 05/08/15 110 110 - 0,00% 06/08/15 101 99 2 1,98% 07/08/15 119 119 - 0,00% 08/08/15 72 68 4 5,56% 09/08/15 68 67 1 1,47% 10/08/15 124 120 4 3,22% 11/08/15 119 118 1 0,84% 12/08/15 103 102 1 0,97% 13/08/15 113 111 2 1,77% 14/08/15 130 129 1 0,77% 15/08/15 70 68 2 2,86% 16/08/15 70 64 6 8,57% 17/08/15 70 66 4 5,71% 18/08/15 115 114 1 0,87% 19/08/15 148 143 5 3,38% 20/08/15 111 109 2 1,80% 21/08/15 103 100 3 2,91% 22/08/15 80 79 1 1,25% 23/08/15 75 74 1 1,33% 24/08/15 119 116 3 2,52% 25/08/15 113 110 3 2,65% 26/08/15 130 127 3 2,31% 27/08/15 111 108 3 2,70% 28/08/15 117 114 3 2,56% 29/08/15 72 72 - 0,00% 30/08/15 66 65 1 1,51% 31/08/15 107 104 3 2,80% Total 3185 3114 71 2,23%

Tabel 2 Nilai Persentase Retur Obat Bulan September 2015

Tanggal Jumlah Resep Jumlah Yang Tidak Diretur Jumlah Yang Diretur Persentase 01/09/15 126 121 5 3,97% 02/09/15 126 126 - 0.00% 03/09/15 155 155 - 0,00% 04/09/15 120 111 9 7,50% 05/09/15 92 92 - 0,00% 06/09/15 74 74 - 0,00% 07/09/15 133 132 1 0,75% 08/09/15 135 131 4 2,96% 09/09/15 129 128 1 0,77% 10/09/15 124 123 1 0,81% 11/09/15 118 114 4 3,39% 12/09/15 76 74 2 2,63% 13/09/15 77 77 - 0,00% 14/09/15 111 107 4 3,60%

(5)

Tanggal Jumlah Resep Jumlah Yang Tidak Diretur Jumlah Yang Diretur Persentase 15/09/15 110 106 4 3,64% 16/09/15 114 113 1 0,88% 17/09/15 109 109 - 0,00% 18/09/15 133 131 2 1,50% 19/09/15 68 65 3 4,41% 20/09/15 85 82 3 3,53% 21/09/15 116 112 4 3,45% 22/09/15 148 148 - 0,00% 23/09/15 125 125 - 0,00% 24/09/15 78 78 - 0,00% 25/09/15 122 120 2 1,64% 26/09/15 70 68 2 2,86% 27/09/15 78 78 - 0,00% 28/09/15 119 117 2 1,68% 29/09/15 146 143 3 2,05% 30/09/15 138 138 - 0,00% Total 3355 3298 57 1,70%

Di dalam box obat tersebut terdapat 5 box kecil, terdiri dari 4 box yang masing-masing box tertulis pagi siang sore malam yaitu berfungsi untuk penyimpanan sediaan obat oral sekali pakai disesuaikan dengan penggunaan obat tertera pada resep sesuai yang dianjurkan oleh dokter dan 1 box lagi berfungsi untuk penyimpanan sediaan injeksi dan obat luar.

Keuntungan pemakaian sistem UDD pada pasien di Rumah Sakit ini adalah 1. Pasien menerima pelayanan instalasi

farmasi rumah sakit (IFRS) 24 jam sehari dan pasien membayar hanya obat yang dikonsumsi saja.

2. Semua dosis yang diperlukan pada unit perawat telah disiapkan oleh IFRS, jadi perawat mempunyai waktu lebih banyak untuk perawatan langsung pasien.

3. Adanya sistem pemeriksaan ganda dengan adanya lembar catatan pemberian obat (CPO) dan perawat memeriksa obat yang disiapkan IFRS sebelum dikonsumsi. Dengan kata lain, sistem ini mengurangi kesalahan obat.

4. Menghemat ruangan di unit perawatan dengan meniadakan persediaan ruah obat-obatan.

5. Meniadakan pencurian dan pemborosan obat.

6. Memerlukan cakupan dan pengendalian instalasi farmasi di rumah sakit secara keseluruhan sejak dari dokter menulis resep/order sampai pasien menerima dosis unit. 7. Kemasan dosis unit secara

tersendiri-sendiri diberi etiket dengan nama pasien, tanggal lahir pasien, tanggal pemberian, nama obat, jumlah, tanggal kadaluarsa dan kemasan tetap utuh sampai obat siap dikonsumsi pada pasien. Hal ini mengurangi kesempatan salah obat juga membantu dalam penelusuran kembali kemasan apabila terjadi penarikan obat.

8. Sistem komunikasi pengorderan dan penghantaran obat bertambah baik. 9. Apoteker dapat datang ke unit

perawat/ ruang pasien untuk melakukan konsultasi obat, membantu memberikan masukan kepada tim, sebagai upaya yang diperlukan untuk perawatan yang lebih baik lagi.

10. Pengurangan biaya total kegiatan yang berkaitan dengan obat.

11. Peningkatan pengendalian obat dan pemantauan penggunaan obat menyeluruh.

(6)

12. Pengendalian yang lebih besar oleh apoteker atas pola beban kerja IFRS dan penjadwalan staf.

Kerugian pemakaian sistem UDD pada pasien di rumah sakit ini adalah box obat disimpan di ruang perawat namun ketika pengambilan obat ke apotek box obat dibawa oleh pasien. Maka dari itu pada saat pasien rawat inap pulang terkadang box obat lupa tidak dikembalikan ke pihak instalasi farmasi, baik terbawa oleh pasien tersebut atau tertinggal di ruang perawat. Adapun box obat tidak kembali utuh, seharusnya 1 box terdapat 5 box-box kecil tetapi saat dikembalikan menjadi terdapat 4 box kecil atau hanya tinggal 3 box kecil saja.

Kejadian tersebut dapat mempengaruhi pelaksanaan sistem distribusi unit dose dispensing (UDD) yang kurang baik di pelayanan rawat inap instalasi farmasi RS X terutama pada unit reguler, karena box obat yang sudah dikembalikan oleh pasien yang sudah pulang seharusnya bisa dipakai kembali oleh pasien baru tetapi dengan kelengkapan box yang kurang menyebabkan box obat tersebut tidak bisa terpakai lagi sehingga menghambat di pelayanan rawat inap yang menjadi terbatas stok box obatnya, walaupun tidak sampai menghabiskan keseluruhan box obat.

Sebaiknya setiap box obat diberi label “MILIK INSTALASI FARMASI”, serta setiap resep pasien pulang sebaiknya diberi keterangan bahwa pasien tersebut pulang, agar petugas instalasi farmasi mengetahui dan mengambil box obat pasien yang akan pulang tersebut.

Sistem pengembalian obat yang diterapkan di rumah sakit ini adalah obat-obat yang bisa dikembalikan/diretur hanya sediaan yang berupa injeksi, cairan infus, alat kesehatan dan BMHP, sedangkan

sediaan oral tidak bisa

dikembalikan/diretur.

Saat melakukan pengembalian/retur obat, pasien/keluarga pasien harus membawa kelengkapan retur yang terdiri dari: obat atau alat kesehatan yang akan dikembalikan/diretur, struk/kwitansi pembelian obat, nota retur dari ruang perawatan yang harus terdapat tanda tangan perawat dan cap ruang perawatan tersebut.

Grafik 1. Persentase Retur Obat Bulan Agustus 2015

Jumlah resep yang tidak diretur pada bulan Agustus 2015 sebanyak 3114 resep dengan persentase peresepan sebesar 97,77% dan peresepan yang diretur sebesar 2,23%. Nilai persentase yang diretur tertinggi pada bulan Agustus 2015 terdapat pada tanggal 16 Agustus 2015 yaitu sebesar 8,57% dan nilai persentase yang diretur terendah pada tanggal 5, 7, dan 29 Agustus 2015 yaitu sebesar 0,00%.

Grafik 2 Persentase Retur Obat Bulan September 2015 0,00% 1,00% 2,00% 3,00% 4,00% 5,00% 6,00% 7,00% 8,00% 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 Diagram Persentase Retur Obat

Bulan September 2015 %… 0,00% 2,00% 4,00% 6,00% 8,00% 10,00% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728293031 Diagram Persentase Retur

(7)

Jumlah resep yang tidak diretur pada bulan September 2015 sebanyak 3298 resep dengan persentase peresepan sebesar 98,30% dan peresepan yang diretur sebesar 1,70%. Nilai persentase yang diretur tertinggi pada bulan September 2015 terdapat pada tanggal 04 September 2015 yaitu sebesar 7,50% dan nilai persentase yang diretur terendah pada tanggal 2, 3, 5, 6, 13, 17, 22, 23, 24, 27 dan 30 September 2015 yaitu sebesar 0,00%.

Dengan menggunakan sistem distribusi unit dose dispensing (UDD) pada pelayanan rawat inap di Instalasi Farmasi RS X seharusnya kecil sekali kemungkinan obat dikembalikan bahkan seharusnya tidak ada lagi obat yang dikembalikan/diretur, karena selama pengobatan berlangsung pasien rawat inap membeli obat sesuai dengan kebutuhannya, tetapi ada beberapa obat yang akhirnya tidak terpakai sehingga obat yang sudah dibeli dikembalikan/diretur ke Instalasi Farmasi.

Terlihat dari grafik 1 dan grafik 2 pengembalian/retur obat hampir setiap hari

ada untuk per bulannya,

pengembalian/retur obat tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: pasien meninggal dunia, kondisi pasien sudah membaik dan bisa pulang, dan kondisi pasien yang bersangkutan sudah tidak memerlukan obat infus dan injeksi melainkan obat oral atau berubahnya dosis pemakaian obat.

KESIMPULAN

Sistem distribusi yang dipakai oleh instalasi farmasi rawat inap RS X sudah sesuai dengan undang-undang yang berlaku yaitu menggunakan sistem distribusi unit dose dispensing (UDD). Penggunaan sistem distribusi UDD di instalasi rawat inap selain banyak memberikan keuntungan terutama bagi pasien sebagai konsumen, banyak juga kendala atau permasalahan yang dihadapi,

salah satunya masih terjadi pengembalian/retur obat tiap harinya.

Dari hasil penelitian menunjukkan terjadinya peningkatan pemenuhan kebutuhan pelayanan kefarmasian di Instalasi Farmasi RS X berdasarkan penurunan nilai persentase pengembalian/retur obat pada bulan Agustus sebesar 2,23% menjadi 1,70% pada bulan September tahun 2015.

Penurunan nilai persentase pengembalian/retur obat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu kepastian diagnosa saat pemberian obat ke pasien, terlihat dari persentase peresepan yang tidak diretur pada bulan Agustus yaitu sebesar 97,77% dan naik di bulan September dengan persentase peresepan sebesar 98,30% pada tahun 2015.

Sehingga sistem distribusi UDD di RS X masih berjalan dengan baik karena nilai presentase pengembalian/retur obat sudah sesuai dengan Standar Prosedur Operasional (SPO) instalasi farmasi yaitu kurang dari 10% tiap bulannya.

DAFTAR PUSTAKA

Santoso, G. 2005. Metodologi Penelitian.

Jakarta : Penerbit Prestasi Pustaka.

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 58 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta : Sekretariat Negara.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. Jakarta : Sekretariat Negara.

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 56 Tahun 2014 Tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit. Jakarta : Sekretariat Negara.

Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta : Sekretariat Negara.

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Cara Distribusi

(8)

Alat Kesehatan Yang Baik. Jakarta : Sekretariat Negara.

Siregar, C. 2004. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan. Cetakan I, Jakarta : Penerbit EGC

Gambar

Tabel 1 Nilai Persentase Retur Obat Bulan Agustus 2015  Tanggal  Jumlah  Resep  Jumlah Yang  Tidak Diretur  Jumlah Yang Diretur  Persentase  01/08/15  94  92  2  2,13%  02/08/15  79  77  2  2,53%  03/08/15  144  141  3  2,08%  04/08/15  132  128  4  3,03%
Grafik  2  Persentase  Retur  Obat  Bulan  September 2015  0,00%1,00%2,00%3,00%4,00%5,00%6,00%7,00%8,00% 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29

Referensi

Dokumen terkait

Distribusi Proporsi Lama Sakit Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Distribusi proporsi lama sakit berdasarkan keadaan sewaktu pulang pada penderita dispepsia rawat inap di RS

Analisis data dilakukan dengan cara mengolah data penggunaan obat pada rekam medik pasien GGK di instalasi rawat inap RS “X” bulan Januari - Desember tahun

Pelaku – pelaku yang terlibat dalam sistem ini antara lain pasien, perawat, petugas pelayanan farmasi rawat inap, Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit dan

2 Profil Kepatuhan Pasien Dalam Minum Obat dengan Metode Penyiapan Obat Secara UDD (Unit Dose Dispensing) di Rawat Inap RSI Aisyiyah Malang PATUH MINUM OBAT PERNYATAAN HASIL

Penelitian dari 80 pasien hipertensi di instalasi rawat inap RS “Y” selama periode bulan Januari hingga Desember tahun 2015 dapat disimpulkan bahwa persentase

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran obat diabetes melitus pada pasien DM geriatri di Instalasi Rawat Inap RS X Klaten tahun 2011 dan mengetahui ketepatan

Pengaruh Konseling Keluarga Dengan Pendekatan Conjoint Terhadap Peran Keluarga Dalam Pengelolaan Penderita Diabetes Mellitus Di Instalasi Rawat Inap RS Haji Surabaya.. Oleh

Penelitian dari 100 pasien gangguan ginjal kronis di instalasi rawat inap RS “X” selama periode bulan Januari hingga Desember tahun 2014 dapat disimpulkan bahwa pasien