• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rina Amelia Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat/Ilmu Kedokteran Komunitas/Ilmu Kedokteran Pencegahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Rina Amelia Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat/Ilmu Kedokteran Komunitas/Ilmu Kedokteran Pencegahan"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Motivasi Berprestasi terhadap Kinerja Perawat dalam Asuhan

Keperawatan Pasien Gangguan Jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi

Sumatera Utara, Medan

Rina Amelia

Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat/Ilmu Kedokteran Komunitas/Ilmu Kedokteran Pencegahan

rata (LOS) dari tahun 2002 sampai 2006 berkisar 84.6 hari, yang jauh melebihi standar Depkes yaitu 14 hari. Diperkirakan masalah ini tidak terlepas masih rendahnya kinerja perawat dalam asuhan keperawatan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh motivasi berprestasi terhadap kinerja perawat dalam asuhan keperawatan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara. Jenis penelitian survei eksplanatori, dengan sampel seluruh perawat yang melaksanakan asuhan keperawatan di ruang rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara, berjumlah 59 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan alat bantu kuesioner. Metode analisis dilakukan dengan uji regresi linear berganda.

Hasil penelitian menunjukkan dari lima sub variabel motivasi berprestasi ada empat variabel yang berpengaruh terhadap kinerja perawat yaitu promosi (p=0.000), tantangan (p=0.000), imbalan (p=0.016) dan pengakuan (p=0.012) sedangkan variabel prestasi kerja tidak berpengaruh terhadap kinerja perawat.

Kata kunci: rumah sakit jiwa, perawat, motivasi berprestasi, kinerja

Abstract: The Mental Hospital of Province of Sumatera Utara is the only government mental hospital which is located in Sumatera Utara Province. To fulfill the standard of good servicing, the mental hospital has accreditation with good category for 5 servicing. From the result of the hospital performance it was found that the average of length of stay (LOS) from 2002 to 2006 is about 84,6 days, which is extremely exceed with the Indonesian Ministry of Health standard, that is 14 days. It is predicted that this problem related to the performance of nurse.

The purpose of this study is to analysis the influence of achievement motivation on the ward nurses’ performance in nursing care in Mental Hospital of Province of Sumatera Utara. This research is an explanatory survey, the sample of the study is 59 nurses. The data were collected through questionnaire-based interviews. The analysis method was used multiple regression test. The result showed that from the five sub-variables of achievement motivation, there are four variables which have influence on the performance of the nurse. They are promotion (p=0.000), challenge (p=0.000), repayment (p=0.016) and confession (p=0.012), whereas the variable of work achievement is not.

Keywords: mental hospital, nurse, achievement motivation, performance

PENDAHULUAN

Rumah sakit merupakan salah satu jaringan pelayanan kesehatan yang penting, sarat dengan tugas, beban, masalah dan harapan yang digantungkan kepadanya. Dalam pengorganisasian rumah sakit tidak akan

terlepas dari sumber daya manusia (SDM) yang ada dalam organisasi rumah sakit tersebut. Manajemen sumber daya manusia pada hakekatnya merupakan bagian integral dari keseluruhan manajemen rumah sakit dan sumber daya manusia adalah merupakan

(2)

modal dan kekayaan yang terpenting dari seluruh kegiatan yang dilaksanakan di rumah sakit.1

Saat ini keberhasilan sebuah rumah sakit sangat ditentukan oleh pengetahuan, keterampilan, kreativitas, dan motivasi staf dan karyawannya. Kebutuhan tenaga-tenaga terampil di dalam berbagai bidang dalam sebuah rumah sakit sudah merupakan tuntutan dunia global yang tidak bisa ditunda. Kehadiran teknologi dan sumber daya lain hanyalah alat atau bahan pendukung, karena pada akhirnya SDM-lah yang paling

menentukan.2

Rumah sakit merupakan industri jasa yang memiliki ciri bentuk produknya tidak dapat disimpan dan diberikan dalam bentuk individual, serta pemasaran yang menyatu dengan pemberi pelayanan, sehingga diperlukan sikap dan perilaku khusus dalam menghadapi konsumen. Tenaga perawat yang

merupakan “the caring profession”

mempunyai kedudukan yang penting dalam menghasilkan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit, karena pelayanan yang diberikannya berdasarkan pendekatan bio-psiko-sosial-spritual. Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan yang unik dilaksanakan selama 24 jam dan berkesinambungan merupakan kelebihan tersendiri dibanding

pelayanan lainnya.3

Asuhan keperawatan yang bermutu merupakan asuhan manusiawi yang diberikan kepada pasien, memenuhi standar dan kriteria profesi keperawatan, sesuai dengan standar biaya dan kualitas yang diharapkan rumah sakit, serta mampu mencapai tingkat kepuasan

dan memenuhi harapan pasien.4

Mengingat begitu pentingnya pelayanan keperawatan di rumah sakit, sehingga dibutuhkan tenaga-tenaga perawat yang handal dan mempunyai motivasi kuat dalam melaksanakan tugasnya dalam memberikan asuhan keperawatan. Motivasi dan kemampuan untuk menghasilkan memang merupakan syarat pokok yang istimewa bagi manusia yang langsung berpengaruh terhadap

tingkat dan mutu kinerja.5

Kinerja seorang perawat dapat dilihat dari mutu asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien. Pada dasarnya yang dijadikan acuan dalam menilai kualitas pelayanan keperawatan adalah dengan menggunakan

standar praktik keperawatan. Standar praktik ini menjadi pedoman bagi perawat dalam

melaksanakan asuhan keperawatan.6

Demikian halnya dengan pelayanan di rumah sakit jiwa, hal ini juga menjadi satu pemikiran yang serius, karena masalah kesehatan jiwa telah menjadi perhatian dunia terutama masalah kesehatan jiwa merupakan penyebab terbesar hilangnya sejumlah tahun kualitas kehidupan manusia. Ratusan jiwa wanita, pria, dan anak-anak menderita gangguan jiwa, sementara sejumlah besar lainnya mengalami stress karena korban tindak kekerasan, kemiskinan dan eksploitasi, penyalahgunaan zat dan masalah perilaku lain mempengaruhi kehidupan remaja, dewasa muda, dan lansia.

Proses keperawatan pada pasien dengan masalah kesehatan jiwa merupakan tantangan yang unik karena masalah kesehatan jiwa mungkin tidak dapat dilihat langsung seperti pada masalah kesehatan fisik dan memperlihatkan gejala yang berbeda serta muncul oleh berbagai penyebab. Banyak pasien dengan masalah kesehatan jiwa tidak dapat menceritakan masalahnya bahkan mungkin menceritakan hal yang berbeda dan

kontradiksi.7

Hubungan saling percaya antara perawat dan pasien merupakan dasar utama dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa. Karena peran perawat dalam asuhan keperawatan jiwa adalah membantu pasien untuk dapat menyelesaikan masalah

sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.7

Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara merupakan satu-satunya Rumah Sakit Jiwa pemerintah yang ada di Provinsi Sumatera Utara yang berada di kota Medan. Selain melaksanakan upaya pelayanan kesehatan jiwa, Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara juga menyelenggarakan upaya pendidikan. Dengan kemampuan pelayanan yang dimilikinya, saat ini Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara merupakan rumah sakit jiwa rujukan bagi rumah sakit jiwa lain yang berada

di Sumatera Utara dan di Pulau Sumatera.8

Terdapat beberapa hal yang menentukan kesembuhan pasien gangguan jiwa, salah satunya adalah obat-obatan anti psikotik, dengan keteraturan makan obat sesuai dengan

(3)

dosis berpengaruh kepada kemajuan pengobatan kejiwaannya. Peranan perawat sangat penting dalam melaksanakan asuhan keperawatan salah satunya adalah memastikan pasien makan obat sesuai dengan dosis dan cara makannya.

Ketidakteraturan makan obat dianggap menjadi salah satu faktor rendahnya tingkat kesembuhan yang berakibat kepada bertambah panjangnya hari rawatan. Lamanya hari rawatan diasumsikan karena masih rendahnya motivasi perawat dalam melakukan asuhan keperawatan yang berpengaruh terhadap tingkat kesembuhan pasien dan mengakibatkan bertambah panjangnya hari rawatan pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara.

METODE

Disain penelitian ini adalah penelitian

survey dengan metode eksplanatory yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh motivasi berprestasi terhadap kinerja perawat dalam asuhan keperawatan pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang melaksanakan asuhan keperawatan di ruang rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara yang berjumlah 59 orang, seluruh populasi menjadi sampel penelitian. Metode pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara secara langsung menggunakan pedoman wawancara (kuesioner).

HASIL

1. Motivasi Berprestasi Perawat dalam

Asuhan Keperawatan Pasien Gangguan Jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara

A. Prestasi Kerja

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian, motivasi berprestasi prestasi kerja perawat pelaksana dalam asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara berada pada kategori yang baik sebanyak 47 orang (79.7%).

Tabel 1.

Distribusi frekuensi responden berdasarkan kategori motivasi berprestasi prestasi kerja.di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara tahun 2008

No. Prestasi Kerja Frekuensi %

1. Tinggi 47 79.7

2. Sedang 11 18.6

3. Kurang 1 1.7

Jumlah 59 100

B. Promosi

Secara keseluruhan, berdasarkan perhitungan yang digunakan untuk mengukur variabel motivasi berprestasi promosi perawat pelaksana di ruang rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara menyatakan bahwa sebanyak 22 (37.3%) perawat mempunyai motivasi berprestasi promosi tinggi, dan ada 20 (33.9%) mempunyai motivasi prestasi kurang.

Tabel 2.

Distribusi frekuensi responden berdasarkan kategori motivasi berprestasi promosi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara tahun 2008

No. Promosi Frekuensi %

1. Tinggi 22 37.3

2. Sedang 17 28.8

3. Kurang 20 33.9

Jumlah 59 100

C. Tantangan

Secara keseluruhan, berdasarkan perhitungan yang digunakan untuk mengukur variabel motivasi berprestasi tantangan pada perawat pelaksanan di ruang inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara, dapat dinyatakan dalam kategori tinggi oleh 46 responden (78.0%).

Tabel 3.

Distribusi frekuensi responden berdasarkan kategori motivasi berprestasi tantangan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara tahun 2008

No. Tantangan Frekuensi %

1. Tinggi 46 78.0

2. Sedang 13 22.0

3. Kurang 0 0

Jumlah 59 100

D. Imbalan

Secara keseluruhan, berdasarkan perhitungan yang digunakan untuk mengukur variabel motivasi berprestasi imbalan pada perawat pelaksanan di ruang inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi sumatera Utara

(4)

dapat dinyatakan dalam kategori kurang 34 (57.6%) dan tidak ada perawat 0 (0%) mempunyai motivasi berprestasi imbalan yang tinggi.

Tabel 4.

Distribusi frekuensi responden berdasarkan kategori motivasi berprestasi imbalan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara tahun 2008

No. Imbalan Frekuensi %

1. Tinggi 0 0

2. Sedang 25 42.4

3. Kurang 34 57.6

Jumlah 59 100

E. Pengakuan

Secara keseluruhan, berdasarkan perhitungan yang digunakan untuk mengukur variabel motivasi berprestasi pengakuan pada perawat pelaksanan di ruang inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara dapat dinyatakan dalam kategori tinggi sebanyak 43 (72.9%). Secara rinci ditampilkan pada Tabel 5.

Tabel 5.

Distribusi frekuensi responden berdasarkan kategori motivasi berprestasi pengakuan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi.Sumatera Utara tahun 2008

No. Pengakuan Frekuensi %

1. Tinggi 43 72.9

2. Sedang 16 27.1

3. Kurang 0 0

Jumlah 59 100

2. Kinerja Perawat Dalam Asuhan

Keperawatan Pasien Gangguan Jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara

Hasil penelitian menunjukkan kinerja perawat pelaksana dalam asuhan keperawatan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara berada pada kategori baik sebanyak 48 orang (81.4%)

Tabel 6.

Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat kinerja perawat dalam asuhan keperawatan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara tahun 2008

No. Kinerja Perawat Frekuensi %

1. Baik 48 81.4 2. Sedang 11 18.6 3. Kurang 0 0 Jumlah 59 100 DISKUSI Menurut Ilyas,9 kinerja adalah penampilan hasil karya personel baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi dan merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja personel. Fenoma kinerja responden sesuai uraian di atas sangat menguntungkan pihak manajemen rumah sakit, karena perawat dengan kinerja yang tinggi sangat dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan, kinerja perawat akan terkait dengan kualitas pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit. Tenaga perawat yang merupakan “the caring profession” mempunyai kedudukan yang penting dalam menghasilkan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit.

Kualitas pelayanan rumah sakit sangat tergantung kepada kinerja perawat, karena perawat yang lebih lama kontak dengan pasien, apalagi pada pasien gangguan jiwa sangat dibutukan perawat yang profesional dan kinerja yang baik sehingga mampu membantu pasien kembali pulih kesehatan jiwanya.

Kinerja perawat yang baik sangat terkait dengan motivasi kerja dari perawat tersebut. Motivasi kerja dianggap hal yang menentukan untuk menghasilkan sesuatu. Untuk dapat memunculkan motivasi prestasi kerja yang tinggi dalam suatu organisasi, ada beberapa fenomena yang harus diperhatikan oleh manajer, yaitu kemampuan manajer untuk menciptakan suasana pekerjaan yang baik, menyediakan peralatan, dan memberikan kesempatan untuk promosi, serta penghargaan terhadap prestasi kerja itu sendiri, dengan demikian akan memacu semangat kerja dari karyawan dan akan memacu untuk berprestasi

setinggi-tingginya.10

Fenomena yang terjadi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara belum mengarah kepada hal seperti itu. Berdasarkan pengamatan dan wawancara kepada beberapa orang perawat, didapati bahwa masih kurangnya perhatian pimpinan tentang penilaian prestasi kerja dari perawat serta penghargaan ataupun kompensasi khusus untuk perawat yang berprestasi kerja baik, dan sebaliknya bagi perawat yang tidak melaksanakan tugas dengan baik terhadap sanksi yang akan diterimanya.

Perawat yang bekerja sesuai dengan tugas dan porsinya tidak pernah dikategorikan atau

(5)

dikelompokkan secara khusus berdasarkan kepada prestasi kerjanya. Masih kurangnya

penghargaan (reward) yang jelas untuk

prestasi yang baik ataupun tidak

diberlakukannya saksi (punishment) kepada

perawat yang tidak menjalankan tugas dengan baik yang diterapkan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara, hal ini mungkin dapat menyebabkan kurangnya minat dan keinginan berprestasi tinggi. Perawat akan melaksanakan tugasnya lebih dikarenakan sudah menjadi tanggung jawab tanpa adanya keinginan untuk mencapai prestasi yang tinggi.

Motivasi berprestasi promosi merupakan salah satu motivasi yang terkandung dari tiga

komponen dasar Motivation of Achievement

dari David Mc.Clelland. Motivasi berprestasi promosi merupakan suatu dorongan untuk berprestasi karena menginginkan adanya promosi atau kenaikan status sebagai bentuk dari penghargaan pimpinan terhadap prestasi kerja yang baik dalam pekerjaan. Seseorang akan termotivasi untuk bekerja dengan giat dan berprestasi karena adanya kesempatan yang diberikan oleh pimpinan sehingga dia akan lebih memacu diri bekerja

sebaik-baiknya dan meraih prestasi yang gemilang.10

Hasil ini sesuai dengan penelitian

Nurjahjani11

tentang pengaruh imbalan finansial, imbalan interpersonal, dan promosi terhadap prestasi kerja karyawan yang menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara variabel imbalan finansial, imbalan interpersonal, dan promosi dengan prestasi kerja, yang artinya apabila karyawan diberikan kesempatan untuk promosi akan memacunya untuk berprestasi dalam pekerjaan.

Hal ini juga didukung oleh pendapat

Gibson12

bahwa imbalan ekstrinsik (imbalan yang berasal dari pekerjaan yang mencakup uang, status, promosi dan rasa hormat) dapat menjadi motivator setiap karyawan untuk mencapai prestasi kerja yang lebih baik, dengan memberi imbalan ekstrinsik, perusahaan akan dapat meningkatkan kinerja dan produktifitas karyawan.

Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan beberapa perawat yang bertugas di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya pihak manajemen rumah sakit sudah

mempunyai kriteria-kriteria tertentu bagi perawat untuk mendapatkan kesempatan promosi, seperti unsur pendidikan serta lamanya bertugas, perawat yang mempunyai pendidikan tinggi dan masa kerja lebih lama mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk jabatan-jabatan tertentu. Tetapi belum ada kriteria-kriteria lain seperti penilaian kinerja (kerajinan, ketekunan, serta tanggung jawab dalam melaksanakan tugas) menjadi penilaian tambahan selain kriteria di atas.

Kondisi seperti ini berakibat perawat lebih fokus untuk melanjutkan pendidikan dan kurang memperhatikan aspek-aspek lain penilaian kinerja sebagai bahan pertimbangan untuk promosi jabatan.

Orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi akan tertantang untuk melakukan hal-hal yang baru dan menguji kemampuannya, sehingga semua pekerjaan dengan tingkat kesulitan yang tinggi akan diselesaikan dengan baik. Menjadi perawat jiwa merupakan suatu tantangan yang unik karena pasien gangguan jiwa sangat berbeda dengan pasien non gangguan jiwa, setiap kondisi kejiwaan pasien menjadi suatu tantangan bagi perawat, seperti pasien tidak mau makan, pasien tidak mau makan obat, pasien yang diam, keberhasilan dalam menagani pasien-pasien gangguan jiwa akan membuat perawat merasa puas karena telah melewati tantangan dengan baik.

Imbalan finansial (insentif) berupa gaji dan upah merupakan salah satu motivator yang kuat bagi seseorang untuk berprestasi. Dengan kenaikan insentif akan memacu orang untuk berprestasi lebih baik.

Hal ini sesuai dengan penelitian

Yudaningsih13

bahwa kinerja petugas kesehatan (dokter spesialis, dokter umum, dokter gigi, perawat) di Rumah Sakit Muara Bulian dipengaruhi oleh insentif yang diterimanya.

Pengakuan (recognition) adalah

penggunaan manajerial atas pengakuan atau penghargaan melibatkan pengetahuan manajemen tentang pelaksanaan pekerjaan yang baik. Pengakuan manajer terhadap prestasi karyawan dapat berupa pujian di depan umum, pernyataan tentang pekerjaan yang telah dikerjakan dengan baik, atau perhatian khusus.

(6)

Hal ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan Juliani14

tentang Pengaruh Motivasi Intrinsik Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di Instalasi Rawat Inap RS Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, terdapat pengaruh secara signifikan, pengakuan orang lain terhadap kinerja perawat pelaksana.

DAFTAR PUSTAKA

1. Fathoni A. Manajemen Sumber Daya

Manusia. Edisi pertama. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2006

2. Danim. Sumber Daya Manusia di Rumah

Sakit. Edisi pertama. Jakarta: Penerbit Buku EGC, 2004

3. Djojodibroto RD. Kiat Mengelola Rumah

Sakit. Edisi pertama. Jakarta: Penerbit Buku Hipokrates, 1997

4. Nurachmah E. Asuhan Keperawatan Bermutu

di Rumah Sakit diambil dari: URL: http://www.pdpersi.co.id. Jakarta, 2001.

5. Zainun B. Manajemen dan Motivasi. Edisi

pertama. Jakarta: Penerbit Buku Balai Aksara, 1989

6. Kuntjoro T. Pengembangan Manajemen

Kinerja Perawat Dan Bidan sebagai Strategi Dalam Peningkatan Mutu Klinis. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Vol. 08/No.03/September/2005

7. Keliat BA, Herawati N, Panjaitan RU,

Helena CDN. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1999

8. Renstra Rumah Sakit Jiwa Pemprovsu:

Menuju Badan Layanan Umum Dareah, 2007

9. Ilyas Y. Kinerja (Teori, penilaian dan

Penelitian). Edisi pertama. Jakarta: Penerbit Buku Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998.

10. Hasibuan M. Organisasi dan Motivasi

Dasar Peningkatan Produktivitas. Edisi Pertama. Jakarta: Penerbit Buku Bumi Aksara, 2003

11. Nurjahjani F. Pengaruh Imbalan Ekstrinsik

Terhadap Prestasi Kerja. Jurnal Ekonomi Modernisasi. Volume 3, Nomor 1, February 2007. Diambil dari: http://203.201.172.174/ejournal/media/d ownlaod.php?via=http&paper_id=122

12. Gibson JL, Ivancevich JM. Organisasi

Perilaku, Struktur, Proses. Jilid I. Edisi kelima. Jakarta: Penerbit Buku Erlangga, 1997

13. Yudaningsih S. Motivasi dan Kinerja

Dokter di RSUD Muara Bulian Jambi.

Diamdil dar: URL: http://digilib.litbang.depkes.go.id/go.php?

id=jkpkbppk-gdl-res-2001-sri-1581-kinerja.

14. Juliani. Pengaruh Motivasi Intrinsik

Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di Instalasi Rawat Inap RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007. USU e-Repository © 2008.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa biaya desain produk adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk kegiatan penelitian desain produk dan

Tahun 2009 biaya pemberian kompensasi finansial di PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya yaitu sebesar Rp .7.957.826.906, naik 6,17% dari tahun

▪ Pada suhu yang cukup panas, gaya antara partikel yang satu dengan yang lainnya tidak dapat menahan partikel-partikel tersebut untuk tetap diam.. Partikel masih saling

Rendahnya mutu pendidikan madrasah secara umum ditandai dengan ketidakmampuanlulusan pendidikan tersebut untuk berkompetensi dengan para lulusan lembaga pendidikan lain

Perbandingan kenaikan lingkar kepala bayi sebelum dan sesudah perlakuan pijat bayi dilakukan dengan uji paired t-test yang menunjukkan bahwa terdapat rata-rata

Menguraikan teori terkait dan temuan penelitian yang relevan yang memberi arah ke pelaksanaan PTK dan usaha peneliti membangun argumen teoritik bahwa dengan tindakan

Penelitian ini dilakukan di kelas III SDN 26 Pekanbaru, sedangkan waktu penelitian dilaksanakan bulan Oktober-November 2012.Desain penelitian ini adalah penelitian tindakan

[r]