• Tidak ada hasil yang ditemukan

BEBERAPA CARA PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI GAMBIR DI KECAMATAN PANGKALAN KOTOBARU KABUPATEN LIMAPULUH KOTA. Ispinimiartriani 1) ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BEBERAPA CARA PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI GAMBIR DI KECAMATAN PANGKALAN KOTOBARU KABUPATEN LIMAPULUH KOTA. Ispinimiartriani 1) ABSTRACT"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BEBERAPA CARA PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI GAMBIR DI KECAMATAN PANGKALAN KOTOBARU

KABUPATEN LIMAPULUH KOTA

Ispinimiartriani 1)

ABSTRACT

Income Raising Method of Gambier Farmers

in Pangkalan Koto Baru Sub district , Limapuluh Kota District

Gambier is the one of superior product in Limapuluh Kota District, which Pangkalan Kotobaru sub district was more than 50% of gambier area. Improvement of gambier area every year was phenomenal a gambier development. The other way the problem of gambier development is not followed with production raise. In 1996 the gambier area is 5000 ha with 3400 ton production. In 2000 gambier area increase be 5650 ha but the production decrease become 2900 ton. Decreasing of gambier production affected by low crop management until down of low farmers productivity an this condition make low farmers prosperity, the other hand the low of farmers income are traditional yield processing and is not benefited of waste product. Yield processing from traditional wood press to steel press affected of raising randomness was 32,9% -50.9% to 40%-80%. A gambier waste processing with EM-4 treatment can be a compos. Production of compos can be use to raise crop productivity and improvement of farmers income.

key word : gambier, farmers income, farmers prosperity, steel press, compos

PENDAHULUAN

Dalam rangka menghadapi pemberlakuan Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, dimana peranan daerah sangat menentukan dalam mengembangkan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia untuk meningkatkan taraf hidup masyarakatnya, maka pemberdayaan masyarakat pada daerah tersebut dalam mengembangkan sektor ekonomi sangat menentukan.

Kabupaten Limapuluh Kota memiliki 8 (delapan) kecamatan, merupakan salah satu daerah Kabupaten di Propinsi Sumatera Barat, juga seperti daerah lainnya di Indonesia harus siap mengembangkan potensi wilayahnya. Selama ini tingkat partisipasi masyarakat untuk meningkatkan taraf hidupnya sebagian besar masih bersifat sentralistik secara regional maupun nasional, yang mengakibatkan pertumbuhan/pengembangan daerah kurang optimal dibandingkan dengan potensi yang ada.

Secara geografis, Kabupaten Limapuluh Kota memiliki dataran sedang, dengan posisi strategis bertetangga dengan propinsi Riau (Batam), dilaluii oleh jalan raya negara Sumbar Riau.

1)

Staf Pengajar Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan, politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

(2)

Hasil unggulan yang dapat dikembangkan sebagai komoditi eksport dari sektor pertanian (kehutanan dan perkebunan antara lain : gambir, karet, kakao, kopi) . Sektor ini memberikan sumbangan yang terbesar terhadap pendapatan daerah yaitu sebesar 30,7%.

Gambir merupakan salah satu produk unggulan daerah sektor pertanian di Kabupaten Limapuluh Kota, dimana Kecamatan Pangkalan Kotobaru merupakan sentra gambir terbesar, Yaitupada tahun 1996 luas pertanaman gambir di Kabupaten Limapuluh kota tercatat 11.800 ha dimana dari luas tersebut 5.100 ha berada di Kecamatan Pangkalan Kotobaru, selanjutnya meningkat menjadi 5.500 ha pada tahun 1999 dan 5.650 pada tahun 2000.

Berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Bappeda Kabupaten Limapuluh Kota tentang pembagian wilayah daerah pembangunan, Kecamatan Pangkalan Kotobaru ditetapkan sebagai wilayah pembangunan pengembangan komoditi perkebunan, khususnya gambir.

Secara umum, gambaran perkembangan tanaman gambir di Kecamatan Pangkalan Kotobaru memperlihatkan peningkatan luas penanaman. Namun permasalahannya adalah peningkatan luas penanaman tidak diikuti oleh peningkatan produksi yang justru menunjukkan kecenderungan menurun. Hal ini ditunjukkan oleh adanya gejala penurunan produktivitas lahan, akibat pengelolaan tanaman yang kurang intensif, pengolahan hasil masih bersifat tradisional dan limbah dari pengolahan hasil yang masih belum dimanfaatkan..

Tabel 1. Luas lahan dan produksi gambir di Kecamatan Pangkalan Koto Baru Tahun 1996 – 2000 Uraian Tahun 1996 1997 1998 1999 2000 TBM (ha) 3.400 3.000 2.450 2.400 2.500 TM (ha) 1.700 2.200 2.850 3.100 3.150 Total lahan 5.100 5.200 5.300 5.500 5.650 Produksi (ton) 3.400 2.950 2.900 3.000 2.900 Sumber : Sibermas Politeknik Pertanian Unand, 2000.

0 500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000 3.500 Lua s da n P roduk s i 1996 1997 1998 1999 2000 TBM TM Produksi

Gambar 1. Luas lahan dan produksi gambir Di Kecamatan Pangkalan Koto Baru Tahun 1996 – 2000

(3)

Tujuan dari studi ini adalah : Meningkatkan tingkat kesejahteraan petani gambir melalui peningkatan produktifitas lahan , perbaikan pengolahan dan pemanfaatan limbah gambir.

KONDISI DAERAH

Secara administratif Kecamatan Pangkalan Koto Baru termasuk wilayah kabupaten Limapuluh Kota, propinsi Sumatera Barat dengan luas wilayah 712,06 km2 , yang terdiri dai 6 Nagari dan 13 Desa. Secara geografis terletak pada 100033’ – 100052’ BT dan 00000’ –00015’ LU. Ketinggian tempat berkisar antara 190 – 800 m dpl dengan rata-rata tinggi tempat 230 m dpl.l Topografi sebagian besar berbukit. Temperatur rata-rata harian 280C.

Posisi Kecamatan Pangkalan cukup strategis, karena berada pada jalan lintas yang menghubungkan pusat pemerintahan Propinsi Sumatera Barat (Padang) dan pusat pemerintahan Propinsi Riau (Pekanbaru). Disamping itu, kecamatan ini merupakan wilayah yang terdekat dengan propinsi Riau yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi baru di wilayah timur Sumatera.

Batas-batas dari kecamata Pangkalan Koto Baru:

- Sebelah Utara : Kabupaten Kampar, Propinsi Riau

- Sebelah Selatan : Kec. Harau, Kec. Gukguk, Kab. Limapuluh Kota - Sebelah Barat : Kec. Kapur IX dan Kec. Suliki, Kab. Limapuluh Kota - Sebelah Timur : Kabupaten Kampar, Propinsi Riau

Penduduk kecamatan Pangkalan Koto Baru bejumlah 26.375 jiwa, yang terdiri dari 13.308 jiwa laki-laki dan 13.067 jiwa perempuan rata-rata jumlah penduduk setiap desa sebanyak 1.952 jiwa dengan rata-rata kepadatan penduduk 36 jiwa per km2.

Mata pencaharian masyarakat pada umumnya adalah bidang pertanian (sebagai petani), terutama pada komoditi tanaman perkebunan. Komoditi perkebunan merupakan komoditi terpenting di Kecamatan Pangkalan Koto Baru karena sebagian besar masyarakatnya menggantung-kan hidupnya pada sektor ini. Hampir di seluruh desa di kecamatan diusahakan komoditi gambir dan karet

Luas areal tanaman perkebunan di Kecamatan Pangkalan Koto Baru adalah 9.488 ha. Sedangkan untuk tanaman pangan hanya 748 ha, perikanan 19,13 ha. Rata-rata tiap KK mengusahakan + 2 ha untuk usaha berbagai jenis komoditi. Untuk tanaman perkebunan 1,8 ha, tanaman pangan 0,14 ha sedangkann sisanya merupakan lahan pekarangan. Dengan demikian kepemilikan lahan masih tergolong sempit, sementara lahan yang belum diusahakan 60.960 ha.

(4)

Rata-rata pendapatan per kapita per tahun + Rp. 3.000.000,- atau Rp.250.000,- per bulan. Bila dibandingkan dengan rata-rata pendapatan berdasarkan upah harian setempat sebesar Rp 15.000 per hari (Rp.450.000,- per bulan), maka rata-rata pendapatan penduduk masih tergolong rendah.

Tanaman gambir yang dikembangkan di masyarakat ada beberapa jenis, bahkan dalam satu kebun terdapat beberapa jenis tanaman. Petani mencampur benih yang dihasilkan dari kebunnya kemudian menyemainya. Hal ini disebabkan kurang tahunya petani tentang jenis-jenis tanaman gambir yang memberikan produksi tinggi.

Pada umumnya petani belum melaksanakan pemeliharaan secara intensif. Petani melakukan penyiangan terhadap tumbuhan pengganggu yang terdapat disekitar tanaman gambir apabila telah mengganggu dalam proses pemanenan, sehingga kebun tampak kotor dan ini juga berakibat pada produktifitas tanaman akan menurun karena terjadi persaingan dalam penyerapan unsur hara.

Pemupukan tanaman tidak dilakukan secara berkala, baik untuk penggunaan pupuk organik maupun pupuk organik, sehingga produksi sulit untuk ditingkatkan. Pada umumnya petani melaksanakan pemupukan terutama untuk pupuk an-organik apabila sudah dirasa perlu yaitu pada saat produksi mulai menurun. Untuk pemupukan dengan pupuk organik petani meyebarkan limbah hasil pengolahan secara langsung keareal pertanaman itupun pada areal pertanaman yang dekat dengan rumah kempa. pemberian pupuk organik yang lain yaitu dengan pemberian pupuk kandang, hal ini dilakukan oleh petani yang memiliki ternak sapi atau kerbau.

Panen dilakukan dengan interval waktu 5 – 6 bulan, rata-rata panen dilakukan dua kali dalam setahun. Produksi tanaman gambir 24 ton per hektar. Panen dilakukan dengan memutong daun dan ranting dengan panjang potongan 40 – 60 cm dari ujung daun. Selanjutnya daun dan ranting yang telah dipanen di bawa ke rumah kempa.

Cara pengolahan yang dilakukan oleh petani masih bersifat tradisionil, proses pengempaan dilakukan dengan menggunakan alat kempa yang terbuat dari kayu. Pada pengempaan sistim tradisional, sangat mengandalkan tenaga manusia sehingga getah yang dihasilkan rendah. Selain itu alat kempa yang terbuat dari kayu ini memiliki usia ekonomis tiga tahun, alat ini mudah rusak/ patah apabila tekanan yang diberikan terlalu kuat. Kapasitas pengolahannya untuk 2 Ha luas tanaman gambir. Selain kuantitas hasil yang rendah kulitas gambir yang dihasilkan juga rendah karena untuk meningkatkan rendemen petani mencampurnya dengan tanah liat atau tepung tapioka.

Perbaikan cara pengolahan dapat dilakukan dengan mengganti alat kempa yang terbuat dari baja tahan lama usia ekonomisnya delapan tahun. Dengan menggunakan alat tersebut rendemen yang dihasilkan akan meningkat dari rata-rata 32.9-50.9% menjadi 40 -80%, hal ini disebabkan

(5)

selain kapasitas dari alat kempa 5Ha, tekanan dari alat kempa tersebut lebih kuat sehingga akan lebih banyak getah yang dikeluarkan.

Dalam melakukan pembudidayaan tanaman gambir, umumnya petani kurang memperhatikan upaya pemeliharaan terhadap tanaman tersebut, sehingga dikhawatirkan pada suatu saat tidak akan dapat lagi memberikan hasil seperti yang diharapkan. Untuk mengatasi keadaan yang demikian dapat dilakukan dengan melakukan teknik budidaya yang baik dan tepat sehingga nilai produktifitas tanah dapat dipertahankan. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Usman, Muhammad dan Wahid (1994) dalam Sorel Deni dkk. (2002), bahwa tanah sebagai media tumbuh mempunyai keterbatasan untuk dapat menyediakan hara yang memadai baik jumlah maupun macamnya.

Dari hasil pengamatan di lapangan dapat dilihat adanya perbedaan pertumbuhan antara tanaman yang berada di sekitar pondok pengolahan gambir dengan tanaman yang letaknya jauh dari pondok pengolahan. Tanaman yang berada dekat dengan pondok pengolahan lebih subur dan percabangannya lebih banyak.

Melihat kondisi tersebut, diperoleh suatu pemahaman terhadap perbedaan pertumbuhan tanaman gambir yang terdapat di dekat pondok pengolahan dengan tanaman gambir yang letaknya jauh dari pondok pengolahan, walaupun untuk itu diperlukan banyak ampas gambir sebagai limbah pengolahan gambir, karena kandungan unsur yang seharusnya bisa dimanfaatkan untuk menambah hara ke dalam tanah mungkin saja banyak yang menguap.

Dari daun dan ranting tanaman gambir yang diolah, dihasilhan ampas sebanyak 75%. Ampas gambir sebagai limbah dari pengolahan gambir akan dapat lebih dioptimalkan sebagai pupuk organik apabila dilakukan proses pengomposan terlebih dahulu dengan memberikan stimulan untuk mempercepat atau pemicu terjadinya proses pengomposan, salah satunya dengan memberikan Effektif Microorganisme 4 (EM4) dan Orgadec yang berfungsi sebagai bioaktivator. Dari beberapa uji coba yang telah dilakukan membuktikan bahwa dengan pemberian EM4 ini dapat mempercepat terjadinya proses perombakan bahan kompos, sehingga mampu mempercepat proses pengomposan. Kompos yang dihasilkan dari pengolahan ampas gambir sebanyak 64%. Selain kompos berguna untuk tanaman dapat pula memberikan tambahan pendapatan bagi petani.

METODA ANALISA

Dalam analisa ini digunakan penghitungan kriteria investasi (NPV, Net B/C dan IRR) terhadap pengusahaan tanaman gambir. Analisa ini dipakai untuk mengetahui kelayakan suatu pengusahaan komoditi gambir dalam kurun waktu tertentu (10 tahun).

(6)

NPV (Net Present Value) merupakan nilai sekarang (present value) dari selisih antara Benefit (manfaat) dengan Cost (biaya) pada discount rate tertentu. Jika present value dari Benefit lebih besar dari present value dari Cost, maka pengusahaan komoditi gambir tersebut layak atau menguntungkan. Dengan perkataan lain, apabila NPV > 0 berarti pengusahaan komoditi gambir tersebut menguntungkan atau layak untuk diusahakan. Sebaliknya jika NPV < 0 berarti pengusahaan komoditi gambir tersebut tidak menguntungkan atau tidak layak untuk diusahakan (Choliq, A. 1989).

Cara penghitungan NPV adalah sebagai berikut : t=n Bt - Ct NPV = (1 + i)t t = 0 t=n NPV = ( Bt – Ct ) (DF) t = 0 t=n NPV = ( Net Benefit ) (DF) t = 0

Keterangan : Bt = Benefit pada tahun t Ct = Biaya pada tahun t DF = Discount Factor

Net B/C (Net Benefit Cost ratio) adalah perbandingan antara jumlah NPV positif dengan NPV negatip. Net B/C ini menunjukkan gambaran berapa kali lipat Benefit diperoleh dari Cost yang dikeluarkan.

Cara perhitungan Net B/C adalah sebagai berikut :

t=n Bt - Ct (1 + i)t t = 0 Net B/C = t=n

(7)

Bt - Ct (1 + i)t t = 0 Σ (Bt – Ct) (DF) Net B/C = Σ (Bt – Ct) (DF)

Σ (Net Benefit Positif) (DF) Net B/C =

Σ (Net Benefit Negatif) (DF)

Σ NPV Positif Net B/C =

Σ NPV Negatif

Jika Net B/C > 1, maka pengusahaan komoditi gambir tersebut menguntungkan atau layak untuk diusahakan.

IRR (Internal Rate of Return) adalah tingkat persentase keuntungan dari suatu usaha tiap-tiap tahunnya, atau dengan perkataan lain, IRR adalah tingkat kemampuan proyek (usaha) dalam menghasilkan laba.

IRR pada dasarnya menunjukkan bahwa PV(B) (present value dari Benefit) akan sama dengan PV(C) (present value dari Cost) pada tingkat discount rate tertentu. Atau IRR menunjukkan nilai NPV = 0 pada discount rate tertentu.

Untuk mendapatkan nilai IRR, digunakan metode interpolasi antara dua buah nilai NPV pada discount rate yang berbeda. Rumus metode interpolasi tersebut adalah sebagai berikut :

NPV1

IRR = i1 + x (i2 – i1) NPV1 – NPV2

Keterangan :

i1 = Discount factor pertama, dimana akan diperoleh NPV pertama i2 = Discount factor kedua, dimana akan diperoleh NPV kedua

Jika IRR > opportunity cost of capital, maka pengusahaan komoditi gambir tersebut menguntungkan atau layak untuk diusahakan.

Aktivitas atau kegiatan yang akan dianalisa dengan analisa value added adalah sebagai berikut :

(8)

a. Pemanfaatan Limbah Pengolahan Gambir

Analisa dilakukan dengan membandingkan antara nilai tambah yang diperoleh dari pemanfaatan limbah pengolahan gambir berupa ampas daun dan ranting muda gambir menjadi kompos, dengan korbanan yang dikeluarkan untuk menjadikan ampas daun dan ranting muda tanaman gambir menjadi kompos.

b. Perbaikan Pemeliharaan Tanaman

Analisa dilakukan dengan membandingkan antara nilai tambah yang diperoleh dari pertambahan produksi daun gambir sebagai akibat diberikannya pupuk organik

c. Perbaikan Pengolahan Gambir

Analisa dilakukan dengan membandingkan antara nilai tambah yang diperoleh dari bertambahnya rendemen gambir hasil kempaan dengan menggunakan alat kempa hidrolik dengan alat kempa kayu

VI. HASIL ANALISA

Tabel 2, Hasil analisa pengusahaan tanaman gambir dengan perbaikan pemeliharaan dan penggunaan kempa dongkrak rangka baja, luas 5 ha selama 8 tahun

Th Cost Benefit Net benefit DF 15% NPV 15% DF 20% NPV 20% 0 67.100.000 0 -67.100.000 1,000 -67.100.000 1,000 -67.100.000 1 22.600.000 0 -22.600.000 0,870 -19.652.174 0,833 -18.833.333 2 92.500.000 109.800.000 17.300.000 0,756 13.081.285 0,694 12.013.889 3 115.440.000 175.680.000 60.240.000 0,658 39.608.778 0,579 34.861.111 4 137.400.000 219.600.000 82.200.000 0,572 46.998.117 0,482 39.641.204 5 147.400.000 219.600.000 72.200.000 0,497 35.896.160 0,402 29.015.561 6 137.400.000 219.600.000 82.200.000 0,432 35.537.328 0,335 27.528.614 7 137.400.000 219.600.000 82.200.000 0,376 30.902.025 0,279 22.940.511 8 147.400.000 219.600.000 72.200.000 0,327 23.602.308 0,233 16.791.412 138.873.827 96.858.969 IRR = 42,3 % Net B/C 15% = 2,60

Tabel 3, Hasil analisa pengusahaan tanaman gambir secara tradisional dan penggunaan kempa dongkrak rangka baja, luas 5 ha selama 8 tahun

Th Cost Benefit Net benefit DF 15% NPV 15% DF 20% NPV 20% 0 61.500.000 0 -61.500.000 1,000 -61.500.000 1,000 -61.500.000 1 17.000.000 0 -17.000.000 0,870 -14.782.609 0,833 -14.166.667 2 77.000.000 90.000.000 13.000.000 0,756 9.829.868 0,694 9.027.778 3 94.000.000 144.000.000 50.000.000 0,658 32.875.812 0,579 28.935.185 4 112.000.000 180.000.000 68.000.000 0,572 38.879.221 0,482 32.793.210

(9)

5 122.000.000 180.000.000 58.000.000 0,497 28.836.251 0,402 23.308.899 6 112.000.000 180.000.000 68.000.000 0,432 29.398.277 0,335 22.773.062 7 112.000.000 180.000.000 68.000.000 0,376 25.563.719 0,279 18.977.552 8 122.000.000 180.000.000 58.000.000 0,327 18.960.303 0,233 13.488.946 108.060.842 73.637.965 IRR = 39,6 % Net B/C 15% = 2,42

Tabel 4, Hasil analisa pengusahaan tanaman gambir dengan perbaikan pemeliharaan, luas 5 ha selama 8 tahun

Th Cost Benefit Net benefit DF 15% NPV 15% DF 20% NPV 20% 0 67.100.000 0 -67.100.000 1,000 -67.100.000 1,000 -67.100.000 1 22.600.000 0 -22.600.000 0,870 -19.652.174 0,833 -18.833.333 2 37.600.000 46.848.000 9.248.000 0,756 6.992.817 0,694 6.422.222 3 27.600.000 74.956.800 47.356.800 0,658 31.137.865 0,579 27.405.556 4 27.600.000 93.696.000 66.096.000 0,572 37.790.603 0,482 31.875.000 5 37.600.000 93.696.000 56.096.000 0,497 27.889.626 0,402 22.543.724 6 27.600.000 93.696.000 66.096.000 0,432 28.575.125 0,335 22.135.417 7 27.600.000 93.696.000 66.096.000 0,376 24.847.935 0,279 18.446.181 8 37.600.000 93.696.000 56.096.000 0,327 18.337.882 0,233 13.046.137 88.819.679 55.940.904 IRR = 33,9 % Net B/C 15% = 2,02

Tabel 5, Hasil analisa pengusahaan tanaman gambir secara tradisionil, luas 5 ha selama 8 tahun

Th Cost Benefit Net benefit DF 15% NPV 15% DF 20% NPV 20% 0 61.500.000 0 -61.500.000 1,000 -61.500.000 1,000 -61.500.000 1 17.000.000 0 -17.000.000 0,870 -14.782.609 0,833 -14.166.667 2 32.000.000 38.400.000 6.400.000 0,756 4.839.319 0,694 4.444.444 3 22.000.000 61.440.000 39.440.000 0,658 25.932.440 0,579 22.824.074 4 22.000.000 76.800.000 54.800.000 0,572 31.332.078 0,482 26.427.469 5 32.000.000 76.800.000 44.800.000 0,497 22.273.518 0,402 18.004.115 6 22.000.000 76.800.000 54.800.000 0,432 23.691.552 0,335 18.352.409 7 22.000.000 76.800.000 54.800.000 0,376 20.601.350 0,279 15.293.674 8 32.000.000 76.800.000 44.800.000 0,327 14.645.199 0,233 10.419.048 67.032.847 40.098.566 IRR = 31,5 % Net B/C 15% = 1,88

(10)

Tabel 6. Rekapitulasi Hasil Analisa

No Pengusahaan Kebun NPV 15% Net B/C 15% IRR 1 Cara tradisionil Rp 67.032.847 1,88 31,5% 2 Perbaikan Pemeliharaan Rp 88.819.679 2,02 33,9% 5 Cara tradisionil, kempa dongkrak Rp 108.060.842 2,42 39,6% 6 Perbaikan Pemeliharaan,

kempa dongkrak Rp 255.891.387 2,60 42,3%

a. Pemanfaatan Limbah (luas pertanaman 1 ha) Jumlah bahan baku = 75% x 24.000 kg = 18.000 kg

Biaya

- Pembuatan bak fermentasi = Rp 600.000,- - Bahan dan tenaga kerja Rp 500,- / kg bahan baku

= 18.000 x Rp 500,- = Rp 9.000.000,- - Jumlah Biaya = Rp 9.000.000,-

Pendapatan

- Kompos yang dihasilkan = 64% x 18.000 kg = 11.520 kg - Harga jual kompos = Rp 1.000,- per kg - Hasil penjualan = Rp 11.520.000,-

Nilai Tambah = Pendapatan – Biaya

= Rp 11.520.000,- - Rp 9.600.000,- = Rp 1.920.000,- per ha

b. Perbaikan Pemeliharaan Tanaman (luas pertanaman 1 ha) Biaya

- Nilai Pupuk organik per ha = 400 kg x Rp 1.000,- = Rp 400.000,- - Tenaga kerja = 8 HKO x Rp 20.000,-

= Rp 160.000,- - Jumlah Biaya = Rp 560.000,-

Pendapatan

- Peningkatan produksi = 20 % x 24.000 kg = 4.800 kg

- Nilai pertambahan produksi = 4.800 x Rp 640,- = Rp 3.072.000,-

Nilai Tambah = Pendapatan – Biaya

= Rp 3.072.000,- - Rp 560.000,- = Rp 2.512.000,-

c. Perbaikan Pengolahan Gambir Biaya Alat Kempa dongkrak rangka baja

(11)

- Overhead alat = Rp 500.000,- per tahun - Usia ekonomis = 8 tahun

- Kapasitas olah = 5 ha

Rp 6.000.000,- + Rp. 2.000.000 - Biaya penyusutan alat =

40

= Rp 200.000,- / ha / tahun

Biaya Alat Kempa Kayu

- Pembelian alat kempa = Rp 4.000.000,-

- Overhead alat = Rp 2.000.000,- per tahun - Usia ekonomis = 3 tahun

- Kapasitas Olah = 2 ha

Rp 4.000.000,- + Rp. 2.000.000 - Biaya penyusutan alat =

6

= Rp 1.000.000,- / ha / tahun

Penghematan Biaya penyusutan = Biaya penyusutan kempa kayu – Biaya penyusutan kempa dongkrak = Rp 1.000.000,- - Rp. 200.000,- = Rp 800.000,-

Selisih rendemen dari alat kempa dongkrak dengan alat kempa kayu = 1 % = 1 % x 24.000 kg

= 240 kg gambir

- Nilai selisih rendemen = 240 kg x Rp 15.000,- = Rp 3.600.000,-

Nilai tambah Perbaikan = Penghematan biaya penyusutan + Pengolahan Gambir Nilai selisih rendemen

= Rp 800.000,- + Rp 3.600.000,- = Rp 4.400.000,-

KESIMPULAN

Dari hasil analisa didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Perbaikan pemeliharaan tanaman gambir akan meningkatkan produksi daun gambir, yang berakibat meningkatkan tingkat pendapatan.

2. Perbaikan sistem pengolahan gambir akan meningkatkan rendemen gambir dan efisiensi biaya pengolahan, yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan.

(12)

3. Pemanfaatan limbah hasil pengolahan gambir menjadi kompos dapat memberikan tambahan pendapatan

DAFTAR PUSTAKA

BIP Sumbar, 1995. Pemupukan dan Pengolahan Gambir. Departemen PIP Sumatera Barat.

Biro Pusat Statistik, 2004. Kabupaten Limapuluh Kota Dalam Angka. Bappeda Tk. II Kabupaten Limapuluh Kota dan Kantor Statistik Kabupaten Limapuluh Kota.

Choliq, A. 1989. Evaluasi Proyek Suatu Pengantar. Linda Karya Bandung.

Irzal dan Eviza Andi, 2002. Upaya Peningkatan Rendemen Gambir dengan Perubahan Cara Pengolahan. Lumbung. politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. 2: 25 – 44

Kusuma Indra , 1994. Beberapa Aspek Budidaya Tanaman Gambir Di Sumatera Barat. balittro Solok Sumatera Barat.

Noviar Nazir, 2000. Gambir, Budidaya, Pengolahan dan Prospek Diversifikasinya. Yayasan Hutanku Padang.

Sibermas Politeknik Pertanian Unand, 2000. Pemberdayaan Potensi Masyarakat Kecamatan Sibermas Politeknik Pertanian Unand, 2000. Pemberdayaan Potensi Masyarakat Kecamatan Pangkalan Kabupaten Limapuluh Kota Propinsi Sumatera Barat. Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh dengan Pemda Limapuluh Kota

Sorel Deni, Soemarsono, Eviza Andi, Irzal, Muzakkir , 2002. Upaya meningkatkan Kualitas Pupuk Organik dengan Memanfaatkan Limbah Hasil Pengolahan Gambir.Lumbung. Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. 2: 14 -24

(13)

PETA WILAYAH

KABUPATEN LIMAPULUH KOTA

Muara Peti

Kec. Pangkalan Koto Baru

Pangkalan Koto Baru

Kec. Kapur IX

Kec. Suliki Gn Mas

Suliki Guguk Kec.

Kec. Harau Tanjung Pati Kec. Payakumbuh Kec. Luhak PAYAKUMBUH Dangung-Dangung Keterangan : + – + – + – : Batas propinsi + + + + + + : Batas Kabupaten – – – – – – : Batas Kecamatan : Jalan Raya : Jalan Propinsi/Kab.

 : Ibu Kota Kabupaten

 : Ibu Kota Kecamatan

KABUPATEN

PASAMAN

PROPINSI

RIAU

KABUPATEN

AGAM

Gambar

Gambar 1. Luas lahan dan produksi gambir   Di Kecamatan Pangkalan Koto Baru Tahun 1996 – 2000
Tabel 6.  Rekapitulasi Hasil Analisa

Referensi

Dokumen terkait

Deskripsi User Login pada menu Login, memasukan user password, muncul menu Home, user kemudian pilih menu My Ticket data, Pilih menu assigment Ticket, Pilih

Penelitian dilakukan dengan melakukan rancang bangun terhadap turbin cross flow kapasitas 2500 watt secara aktual bagian komponen runner dan simulasi bagian komponen rumah

Sedangkan protokol routing reaktif DSR tidak cocok pada kecepatan tinggi, penambahan koneksi, dan jumlah node yang banyak karena membuat hasil throughput rendah dan delay yang

Kawamura(34) added function decline in the role of Dendritic cells (DC) as immunopathogenesis in HIV disease that will affect the APC response in CD4+ T

Berikut adalah hal-hal yang harus dilakukan oleh seorang Pegawai Negeri Sipil untuk membangun citra dirinya sehingga pelayanan kepada masyarakat menjadi prima:.. Bekerja

Dari uraian di atas, maka penulis sangat tertarik untuk mengadakan program pengabdian masyarakat dengan judul “ Workshop internet dan digital marketing untuk meningkatkan daya

Dengan adanya fenomena dari latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melihat Apa kategori gaya komunikasi politik yang sering muncul dalam berita politik Ahok di media online

mempengaruhi, dan anggota populasinya Wisatawan yang berkunjung ke Wisata Alam Gunung Parang selama tahun 2014 sebayak 4.058 Wisatawan. 122) menjelaskan bahwa