• Tidak ada hasil yang ditemukan

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 59 TAHUN 2020 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH PANGAN DAN GIZI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 59 TAHUN 2020 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH PANGAN DAN GIZI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

GUBERNUR JAWA TIMUR

PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 59 TAHUN 2020

TENTANG

RENCANA AKSI DAERAH PANGAN DAN GIZI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020-2024

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Menimbang: a. bahwa berdasarkan ketentuan dalam Pasal 63 ayat (3) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, Pemerintah dan Pemerintah Daerah perlu menyusun rencana aksi pangan dan gizi setiap 5 (lima) tahun;

b. bahwa untuk kelanjutan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 126 Tahun 2016 tentang Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi Provinsi Jawa Timur Tahun 2016-2019 dan dalam upaya melakukan pengawalan pencapaian indikator pembangunan pangan dan perbaikan gizi yang mengacu pada Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 1 Tahun 2018 tentang Rencana Aksi Pangan dan Gizi, perlu disusun Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi di Provinsi Jawa Timur Tahun 2020-2024;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi Provinsi Jawa Timur Tahun 2020-2024;

(2)

2

-Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Djawa Timur (Himpunan Peraturan-Peraturan Negara Tahun 1950) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1950 tentang Perubahan Dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1950 (Himpunan Peraturan-Peraturan Negara Tahun 1950);

2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4421);

3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5360);

5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan dan Gizi (Lembaran Negara Tahun 2015 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5680);

7. Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi;

8. Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2017 tentang Kebijakan Strategis Pangan dan Gizi;

(3)

3

-9. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 1 Tahun 2018 tentang Rencana Aksi Pangan dan Gizi;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG RENCANA AKSI DAERAH PANGAN DAN GIZI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020-2024.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan:

1. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur.

2. Gubernur adalah Gubernur Jawa Timur.

3. Kabupaten/Kota adalah kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur.

4. Pembangunan Daerah adalah rangkaian penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di Jawa Timur.

5. Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi yang selanjutnya disingkat RAD-PG adalah Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi Provinsi Jawa Timur Tahun 2020-2024.

Pasal 2

RAD-PG merupakan pedoman dalam upaya pembangunan pangan dan gizi dalam mendukung pelaksanaan Pembangunan Daerah pada tahun 2020 sampai dengan tahun 2024 dalam bentuk arah kebijakan, strategi, dan program serta kegiatan.

(4)

4

-Pasal 3

(1) Dokumen RAD-PG sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini.

(2) Dokumen RAD-PG sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:

a. Lampiran I : Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi Provinsi Jawa Timur

1. BAB I : Pendahuluan;

2. BAB II : Rencana Aksi Multisektor;

3. BAB III : Kerangka Pelaksanaan Rencana Aksi;

4. BAB IV : Pemantauan dan Evaluasi; 5. BAB V : Penutup; dan

6. BAB VI : Daftar Pustaka.

b. Lampiran II : Indikator Output dan Lembaga Pelaksana Terkait.

Pasal 4

RAD-PG menjadi pedoman bagi Kabupaten/Kota untuk menyusun RAD-PG sekaligus menjadi instrumen sinergi berbagai lembaga di daerah dalam melakukan sinkronisasi program dan kegiatan dalam upaya pencapaian target pembangunan pangan dan gizi.

Pasal 5

(1) Pemerintah Provinsi melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan RAD-PG.

(2) Tata cara pemantauan dan evaluasi pelaksanaan RAD-PG sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(5)

5

-Pasal 6

Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Jawa Timur.

Ditetapkan di Surabaya

pada tanggal 23 September 2020 GUBERNUR JAWA TIMUR

ttd

KHOFIFAH INDAR PARAWANSA

Diundangkan di Surabaya

pada tanggal 24 September 2020

SEKRETARIS DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR, ttd

Dr. Ir. HERU TJAHJONO

(6)

1

-LAMPIRAN I

PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 59 TAHUN 2020

TENTANG RENCANA AKSI DAERAH PANGAN DAN GIZI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2020-2024

RENCANA AKSI DAERAH PANGAN DAN GIZI PROVINSI JAWA TIMUR BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RAD-PG) menjadi bagian penting dalam pembangunan daerah yang bertumpu pada kualitas SDM yang sehat yang produktif. Upaya mewujudkannya adalah dengan pendekatan multisektor yang terintegrasi melalui koordinasi program dan kegiatan direncanakan sehingga pencapaian tujuan pembangunan pangan dan gizi dapat dilakukan secara efektif dan berdaya ungkit tinggi dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi. Perhatian khusus pemetintah daerah pada stunting merupakan komitmen bersama sebagaimana pembangunan pangan dan gizi ini secara luas dilaksanakan.

Sebagaimana seharusnya, isu-isu pembangunan yang mengarah pada pendekatan system yang terintegrasi (multisektor) sehingga program pembangunan juga dapat dilakukan secara keberlanjutan (sustainable development). Selanjutnya, program pembangunan pangan dan gizi berperan penting untuk mewujudkan SDM yang berkualitas dan berdaya saing. Pembangunan pangan dan gizi terutama pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK), yaitu sejak janin sampai anak berusia dua tahun yang, merupakan kesempatan emas pertumbuhan dan perkembangan manusia yang optimal.

Pembangunan pangan dan gizi adalah sebuah investasi strategis yang memberikan dampak bagi peningkatan kualitas dan produktifitas sumberdaya manusia. Pengaruh pangan dan gizi begitu signifikan sehingga pemerintah menetapkan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2017 tentang Kebijakan Strategis Pangan dan Gizi. Selanjutnya, ditetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia nomor 1 Tahun 2018 tentang Rencana Aksi Pangan dan Gizi. Dokumen RAD-PG memuat kebijakan strategis pangan dan gizi, indikator outcome dan targetnya, indikator kinerja (output) atas program dan kegiatan di tetapkan oleh pelaksana program RAD-PG.

(7)

2

-Sebagaimana dalam Lancet (2013), pembangunan pangan dan gizi memiliki dimensi yang luas mulai dari aspek produksi pangan, distribusi, konsumsi yang dapat mempengaruhi status gizi. Selain aspek pangan, status gizi juga dipengaruhi oleh faktor pola asuh, kesehatan lingkungan, serta kualitas pelayanan kesehatan. Selain itu, masalah gizi juga terkait dengan pendidikan, budaya, infrastruktur, air bersih, higiene-sanitasi, teknologi dan industri, kemiskinan, komunikasi dan informasi, pembangunan desa, pengawasan obat dan makanan, keluarga berencana, perlindungan anak, dan juga aspek-aspek lainnya baik bersifat sensitif maupun spesifik.

Oleh karena itu, seluruh sektor yang berkaitan dengan faktor-faktor tersebut perlu berkoordinasi dalam rangka sinkronisasi program sehingga tercapai ketahanan pangan dan gizi secara efektif dan efisien. Pendekatan multisektor sekali lagi ditekankan dalam pelaksanaan rencana aksi pangan dan gizi baik di tingkat nasional maupun di tingkat daerah (provinsi, kabupaten/kota).

Aspek kesehatan memang menjadi indicator dominan dalam rencana aksi pangan dan gizi. Namun demikian, proses pencapaian aspek ini sangat membutuhkan dukungan semua pihak yang terlibat dalam pembangunan, termasuk juga peran serta masyarakat. Hal ini juga sejalan dengan motto dari SDGs (Sustainable Development Goals), yaitu “No One Left Behind” yang artinya tidak ada yang ketinggalan dalam berpartisipasi dalam pembangunan. Berbagai sektor saling bersinergi dalam program, kegiatan dan implementasinya.

Selain aspek kesehatan, ketahanan pangan juga memegang peran penting dalam pembangunan pangan dan Gizi. Aspek pemerataan akses pangan dan penggunaan pangan yang aman, bergizi, dan beragam sampai level individu menjadi bagian dalam pembangunan ketahanan pangan. Akses dan penggunaan pangan merupakan input dalam pembangunan gizi yang baik bagi masyarakat.

Tingginya akses pangan tentu didorong oleh adanya kapasitas daya beli, sedangkan dalam aspek utilitas pangan, pengetahuan masyarakat tentang pangan dan gizi menjadi unsur utama bagi peningkatan status gizi di masyarakat. Keduanya merupakan kombinasi dari dua sisi pembangunan pangan dan gizi sekaligus, yaitu pendekatan dari sisi supplai dan pendekatan dari sisi demand.

Pembangunan pangan dan gizi secara nasional telah dimulai sejak tahun 2001 dengan program-program pembangunan ketahanan pangan dan peningkatan status gizi masyarakat. Selanjutnya, pembangunan ketahanan pangan dan gizi saat ini melanjutkan dampak positif pembangunan pangan dan gizi yang telah dilakukan dengan pendekatan multisektor dan partisipasi aktif masyarakat.

Penyusunan Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RAD-PG) di Provinsi Jawa Timur periode 2020 - 2024 merupakan wujud komitmen Provinsi Jawa Timur dalam pembangunan pangan dan gizi. Pada akhirnya, dokumen ini menjadi guidence, kontrol dan evaluasi kegiatan pembangunan pangan dan gizi

(8)

3

-untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia bagi pembangunan secara keseluruhan.

Pendekatan Multi-sektor yang digunakan dalam penyusunan Rancangan Aksi Nasional Pangan dan Gizi Provinsi Jawa Timur periode 2020 – 2024 memungkinkan semua Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait berpartisipasi dan mensinergikan program kerjanya dalam rangka perbaikan pangan dan gizi di Provinsi Jawa Timur.

Koordinasi lintas sektor menjadi komponen penting di sini untuk pencapaian target yang ditetapkan secara lebih efektif. Oleh karena itu, keterlibatan instansi-instansi yang berkaitan dengan intervensi langsung maupun tidak langsung perlu dikoordinasikan dan dilaksanakan secara partisipatif mulai dari perencanaan, pelaksanaan, maupun monitoring dan evaluasi secara lebih efektif.

Perangkat daerah-perangkat daerah terlibat dalam intervensi pembangunan pangan dan gizi baik yang bersifat intervensi gizi sensitif maupun intervensi gizi spesifik. Perangkat daerah yang terlibat tersebut adalah Dinas Kesehatan, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Dinas Sosial, Dinas Pendidikan, Dinas Komunikasi dan Informatika, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dinas Koperasi dan UMKM, Dinas Kepemudaan dan Keolahragaan, Dinas PU Bina Marga, Dinas PU Sumber daya Air, Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Pemukiman dan Cipta Karya (PRKPCK), Dinas Perkebunan, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Dinas Lingkungan Hidup, termasuk diantaranya juga adalah Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Kependudukan, Kantor Wilayah Kementerian Agama, dan BBPOM.

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Dinas Perkebunan, Dinas Peternakan, Dinas Kelautan dan Perikanan yang berkaitan dengan peningkatan produksi dan ketersediaan pangan yang sehat, bergizi, beragam dan aman. Dinas Perindustrian dan perdagangan berkaitan dengan distribusi, keterjangkauan pangan sedangkan untuk keamanan pangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan bekerjasama dengan Dinas Kesehatan. Dinas Kesehatan berperan dalam penanganan kesehatan, pencegahan dan pengendalian penyakit.

Program-program yang berkaitan dengan pengawasan pangan, sertifikasi barang, inspeksi pangan dan pengembangan perdagangan dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan bekerjasama dengan BBPOM. Dinas Pendidikan memiliki tugas penting untuk peningkatan pengetahuan kesehatan masyarakat dan hewan sedangkan pengetahuan pangan dan gizi, sosialisasi pendewasaan usia pernikahan dilakukan oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Kependudukan bergerak dalam peningkatan pengetahuan masyarakat tentang tumbuh kembang anak, termasuk ASI eksklusif dan MP-ASI.

(9)

4

-Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga, -Dinas Pekerjaan Umum Sumberdaya air, Dinas Perumahan rakyat, Kawasan Pemukiman dan Cipta Karya merupakan dinas-dinas yang berkaitan dengan pekerjaan umum yang bertanggung jawab dalam penyediaan air bersih, perbaikan dan penyediaan akses pangan secara fisik serta sanitasi yang layak. Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, berkontribusi dalam pembangunan pangan dan gizi melalui perbaikan akses pangan masyarakat utamanya dengan peningkatan pendapatan dan daya beli, sementara bagi masyarakat yang kurang mampu peningkatan daya beli dilakukan melalui program keluarga harapan oleh Dinas sosial. Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Komunikasi dan Informasi Dinas Kepemudaan dan Olahraga, termasuk Kantor Agama juga diharapkan kontribusinya dalam pendidikan pasangan calon pengantin .

Program-program kerja dan kegiatan-kegiatan direncanakan OPD terkait pangan dan gizi ditetapkan dalam rencana strategis OPD berperan penting untuk disinergikan bagi peningkatan perbaikan pangan dan gizi masyarakat, peningkatan aksesibilitas pangan, diversifikasi pangan, peningkatan aspek mutu dan keamanan pangan, peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat, dan peningkatan kinerja koordinasi pembangunan pangan dan gizi.

Dokumen ini menjadi sangat penting menghubungkan program dan kegiatan pada OPD-OPD terkait di Jawa timur sehingga bersinergi meningkatkan pangan dan gizi masyarakat di Jawa Timur. Partisipasi aktif OPD terkait di Jawa Timur dan juga peran aktif masyarakat menjadi kunci keberhasilan pembangunan pangan dan gizi di Jawa timur.

1.2 Tujuan Penyusunan RADPG

Penyusunan dokumen Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi 2020 -2024 Provinsi Jawa Timur adalah sebagai panduan yang diacu dan arahan yang diperhatikan bagi OPD, Dewan Perwakilan Rakyat, organisasi non pemerintah, institusi masyarakat dan pelaku lain untuk berperan serta meningkatkan kontribusinya dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan dan perbaikan gizi di Provinsi Jawa Timur.

Berikut tujuan khusus penyusunan Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi periode 2020– 2024 Provinsi Jawa Timur, adalah:

1. Mengintegrasikan dan menyelaraskan perencanaan pangan dan gizi daerah melalui koordinasi program dan kegiatan multisektor;

2. Meningkatkan pemahaman, peran dan komitmen pemangku kepentingan pangan dan gizi untuk mencapai kedaulatan pangan serta ketahanan pangan dan gizi;

3. Memberikan panduan bagi pembangunan pangan dan gizi dengan menggunakan pendekatan multisektor; dan

4. Memberikan panduan bagi pelaksanaan pemantauan dan evaluasi pembangunan pangan dan gizi pendekatan multisektor.

(10)

5

-1.3 Dasar Hukum Penyusunan RAD-PG

1. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan. 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan dan Gizi,

5. Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi.

6. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019.

7. Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2017 tentang Kebijakan Strategis Pangan dan Gizi.

8. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional RI Nomor 1 Tahun 2018 tentang Rencana Aksi Pangan dan Gizi.

(11)

6 -BAB II

RENCANA AKSI MULTISEKTOR

2.1 Indikator dan Sasaran Pangan dan Gizi 2.1.1 Indikator dan Sasaran Pangan

Tujuan yang ingin dicapai dengan adanya perbaikan pangan dan gizi adalah terwujudnya sumber daya manusia yang cerdas, sehat, produktif secara berkelanjutan, dan berdaya saing tinggi. Secara khusus rencana aksi multisektor dalam impelementasi intervensi pembangunan pangan dan gizi masyarakat di Jawa Timur periode 2019 – 2024, adalah:

1. Peningkatan efektifitas program dalam peningkatan gizi masyarakat

2. Penguatan efek pembangunan pada ketersediaan dan kemandirian pangan secara berkelanjutan

3. Peningkatan kemantapan dan keberlanjutan aksesibilitas pangan dan penganekaragaman konsumsi

4. Peningkatan pengawasan Mutu dan keamanan pangan secara lebih komprehensif

5. Peningkatan nilai tambah dan bisnis pangan yang membawa multiplier pada penguatan keamanan dan diversifikasi pangan bagi masyarakat Jawa Timur 6. Peningkatan perilaku hidup sehat dan bersih (PHBS)

7. Penguatan kelembagaan pangan dan Gizi

Sedangkan sasaran dari Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RAD-PG) periode 2020– 2024 Provinsi Jawa Timur adalah perbaikan pangan dan gizi masyarakat sehingga mampu mewujudkan sumber daya manusia yang cerdas, sehat dan produktif secara berkelanjutan melalui sinergisme antar OPD terkait di Provinsi Jawa Timur sehingga diharapkan mampu mencapai target RAD-PG secara efektif dan efisien. Sasaran rencana aksi multisector dalam aspek pangan secara rinci disajikan pada Tabel 1 berikut ini.

(12)

7

-Tabel 1 Indikator dan Sasaran Pangan Provinsi Jawa Timur 2020 - 2024

*Angka target 2019

2.1.2 Indikator dan Sasaran Gizi

Selain sasaran pangan, sasaran pembangunan gizi masyarakat juga mendapatkan perhatian penting. Berikut sasaran-sasaran tentang perbaikan gizi disajikan dalam table berikut ini.

Tabel 2 Indikator dan Sasaran Gizi Provinsi Jawa Timur 2020 - 2024

NO INDIKATOR SATUAN DASAR 2020 2021 2022 2023 2024 1 Balita dengan Berat

Badan Kurang % 10.1 9.6 9.1 8.6 8.5 7.6

2 Balita dengan Berat

Badan Sangat Kurang % 1.7 1.6 1.5 1.4 1.3 1.2 3 Balita Wasting (Kurus

dan sangat Kurus) % 8.5 8.2 7.9 7.6 7.3 7.0 4 Bayi dengan Berat

Badan Lahir Rendah % 8.0 7.5 7.0 6.5 6.0 5.5 5 Balita Stunting % 32.81 28.0 26.0 24.0 22.0 20.0 6 Angka Kematian Bayi / 1000 22.46 22.10 21.50 21.00 20.50 20.00 7 Persentase ASI

Eksklusif > 50% Kab/ KotaJumlah 36 36 37 38 38 38 8 Persentase Anemia IbuHamil % 28.0 27.0 26.0 25.0 24.0 23.0 9 Persentase Badan

Lebih dan Obesitas pada penduduk usia > 18 tahun

% 21.8 22.4 22.4 22.4 22.4 22.4

Indikator Satuan Dasar2019 2020 2021 2022 2023 2024

Ketersediaan Energi KKal/kap/hari 2357 2357 2400 2400 2400 2400 Ketersediaan Protein Gr/kap/hari 62 62 63 63 63 63 Ketersediaan Produksi pangan

utama (beras) thd konsumsi % 1,19 1,19 1,2 1,2 1,21 1,22 Produksi padi Ribu Ton 10.748,7* 10.964 11.183 11.407 11.635 11.867 Produksi Jagung Ribu Ton 6.674,22* 6.808 6.944 7.083 7.224 7.369 Produksi Kedelai Ribu Ton 249.,33* 254,31 259,40 264,59 269,88 275,28 Produksi Gula Ribu Ton 1,62 1.116 1.120 1.150 1.200 1.220 Produksi Daging Sapi Ribu Ton 103,40 105,99 108,63 111,35 114,13 116,99 Produksi ikan hasil

tangkapan yang didaratkan

Ribu Ton - 137,00 139,05 141,14 143,25 145,40 Produksi Garam Ribu Ton 1,314 750 775 800 820 845 Angka Kecukupan Energi Kkal/kap/

hari 2150 2150 2150 2150 2150 2150 Angka Kecukupan Protein Gr/kap/

hari 57 57 57 57 57 57

Tingkat Konsumsi Ikan kg/kap/

tahun 38,62 40 42 44 46 48,96 Pola Pangan Harapan Skor

PPH 87,7 87,70 88,80 89,90 90,00 91,10 Konsumsi kalori kkal/kap/

(13)

8 -2.2 Prinsip dan Pendekatan Kunci

Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi Provinsi Jawa Timur disusun sebagai upaya harmonisasi dan integrasi program kerja antar perangkat daerah terkait pangan dan gizi. Hal ini sebagai upaya untuk peningkatan efektifitas program pembangunan khususnya berkaitan dengan program dan kegiatan peningkatan pembangunan pangan dan gizi di Provinsi Jawa Timur.

Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi di Provinsi Jawa Timur mempertimbangkan lima pilar, yaitu:

a. Pilar 1 – Perbaikan gizi masyarakat, meliputi bidang: 1. Promosi dan pendidikan gizi masyarakat

2. Pemberian suplementasi gizi

3. Pelayanan kesehatan dan masalah gizi

4. Pemberdayaan masyarakat di bidang pangan dan gizi

5. Jaminan sosial yang mendukung perbaikan pangan dan gizi 6. Pendidikan anak usia dini

b. Pilar 2 – Peningkatan aksesbilitas pangan yang beragam, meliputi bidang: 1. Produksi pangan dalam negeri

2. Penyediaan pangan berbasis sumber daya lokal 3. Distribusi pangan

4. Konsumsi kalori, karbohidrat, protein dan vitamin

5. Peningkatan akses pangan bagi masyarakat misikin dan masyarakat yang mengalami rawan pangan dan gizi

c. Pilar 3 – Mutu dan Keamanan Pangan, meliputi bidang: 1. Pengawasan regulasi dan standar gizi

2. Pengawasan keamanan pangan segar 3. Pengawasan keamanan pangan olahan

4. Pengawasan pangan sarana air minum dan tempat-tempat umum 5. Promosi keamanan pangan

d. Pilar 4 - Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, meliputi bidang: 1. Pencegahan dan pengendalian penyakit menular

2. Pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular 3. Penyediaan air bersih dan sanitasi

4. Penerapan kawasan tanpa rokok 5. Penerapan perilaku sehat

e. Pilar 5 – Koordinasi Pembangunan Pangan dan Gizi, meliputi bidang: 1. Perencanaan pangan dan gizi

2. Penguatan peranan lintas sektor

3. Penguatan pencatatan sipil dalam perbaikan gizi 4. Pelibatan pemangku kepentingan

5. Pemantauan dan evaluasi

6. Penyusunan dan penyampaian laporan

Lima pilar di atas merupakan referensi utama dalam perencanaan dan implementasi RAD-PG di Provinsi Jawa Timur. Perbaikan terhadap akses pangan yang bergizi, aman dikonsumsi, dan ditunjang dengan pola hidup yang sehat merupakan bidang intervensi dalam dokumen RAD-PG Provinsi Jawa Timur. Implementasi intervensi selanjutnya didasarkan pada perencanaan yang relevan, jelas, dan terukur, implementasinya mendasarkan pada prinsip partisipatif dan kolaboratif dari berbagai sektor yang terlibat.

(14)

9

-Sinkronisasi program antar OPD di Jawa Timur menjadi mutlak dilakukan, selain itu sinkronisasi dokumen RAD-PG Jawa Timur dengan perencanaan daerah juga merupakan bagian penting lainnya. Berikut adalah logical framework keterkaitan OPD dalam kegiatan perbaikan pangan dan gizi di Jawa Timur.

Gambar 1. Logical fra mework RADPG lin tas sector

RAD-PG Provinsi harus merupakan derivasi dari Perencanaan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Timur (RPJP Jawa Timur), Perencanaan Jangka Menengah (RPJM Jawa Timur), dan juga rencana strategis (Renstra) Provinsi Jawa Timur. Beradasarkan RPJP Provinsi Jawa Timur 2005 – 2025 dinyatakan bahwa target ingin dicapai adalah Jawa Timur sebagai:

“Pusat Agrobisnis Terkemuka, Berdaya Saing Global dan Berkelanjutan Menuju Jawa Timur Makmur dan Berakhlak”

Mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang daerah (RPJPD) dan RPJMD Provinsi Jawa Timur yang telah disusun sebagai pedoman dalam pembangunan lima tahun ke depan. Visi RPJMD Provinsi Jawa Timur, adalah:

“Terwujudnya Masyarakat Jawa Timur yang Adil, Sejahtera, Unggul dan Berakhlak dengan Tata Kelola Pemerintahan yang Partisipatoris Inklusif

melalui Kerja Bersama dan Semangat Gotong Royong.” Infrastruktur ekonomi,

Kesehatan, dan Pendidikan (Dinas PRKPCK, Dinkes,

Dispendik)

Akses air bersih (Dinkes, Dinas PRKPCK)

Lingkungan yang bersih dan sehat (DLH, Dinkes, Kemenag)

Akses Pendidikan dan Penyuluhan Kesehatan (Dispendik, Dinkes, BPOM,

Dinas DP3AK,BKKBN, Dinsos, Dispora, Dinas

Kominfo) Ketersediaan Pangan (Distankp, Disnak, Disbun, Dinas Kelautan dan Perikanan)

Akses Pangan Sehat dan Pengentasan Kemiskinan (BPSDM, Dinsos, Diskop dan UKM, Disperindag,

Dinas PMD, BPOM)

Perbaikan Gizi Keluarga (Dinkes, Dinsos, BPOM)

Penurunan Stunting (Dinkes, Dinsos)

Pola Asuh (Dinkes, Dinsos,Dinas

(15)

10

-Agar visi tersebut dapat tercapai, tidak dapat dipungkiri bahwa kemampuan sumber daya manusia yang cerdas, berkualitas dan berdaya saing. Melalui kemampuan dan kapasitas sumber daya manusia aspek kesehatan dan pangan berkualitas, bergizi dan diberimbang dapat dikembangkan. Terpenuhinya gizi yang baik dan berkualitas juga mampu peningkatan kemampuan sumber daya manusia yang produktif. Dengan demikian, penyusunan RAD-PG Provinsi Jawa Timur tidak dapat dipisahkan dengan pencapaian visi Provinsi Jawa Timur.

RAD-PG juga memiliki peran dalam pembangunan yang berkelanjutan agar pemanfaatan sistem ekonomi kerakyatan berdasarkan komoditas unggulan daerah dapat terwujud. Secara rinci agar visi Provinsi Jawa Timur dapat terwujud, maka misi pembangunan Provinsi Jawa Timur disusun sebagai berikut:

1. Mewujudkan Keseimbangan Pembangunan Ekonomi, Baik antar Kelompok, antar Sektor dan Keterhubungan Wilayah

2. Terciptanya Kesejahteraan yang Berkeadilan Sosial, Pemenuhan Kebutuhan Dasar Terutama Kesehatan dan Pendidikan, Penyediaan Lapangan Kerja dengan Memperhatikan Kelompok Rentan

3. Tata Kelola Pemerintahan yang Bersih, Inovatif, Terbuka, Partisipatoris Memperkuat Demokrasi Kewargaan untuk Menghadirkan Ruang Sosial yang menghargai prinsip Kebhinekaan

4. Melaksanakan Pembangunan Berdasarkan Semangat Gotong Royong, Berwawasan Lingkungan untuk Menjamin Keselarasan Ruang Ekologi, Ruang Sosial, Ruang Ekonomi dan Ruang Budaya

International Conference on Nutrition 2 telah menyepakati diperlukannya aksi yang terkoordinasi antar pelaku di semua sektor terkait. Hal ini juga didukung dengan koordinasi lintas sektor, kebijakan yang koheren, program dan inisiatif, untuk mengatasi beban gizi dan mempromosikan sistem pangan berkelanjutan (FAO, 2014).

Pendekatan multisektor merupakan pendekatan yang pada prinsipnya membangun partnership dan kolaborasi program dan kegiatan antar OPD guna meningkatkan efisiensi dan daya ungkit intervensi dalam aspek pangan dan gizi di Jawa Timur. Pendekatan multisektor dalam perbaikan pangan dan gizi sangat diperlukan, hal ini disebabkan perbaikan melalui gizi yang telah dilakukan sektor kesehatan tidak sepenuhnya dapat menyelesaikan masalah pangan dan gizi. Sektor yang lain dibutuhkan untuk intervensi sektor non kesehatan, baik di sektor penguatan pertanian, perlindungan sosial, perbaikan air, ketahanan pangan, sanitasi lingkungan, maupun melalui program keluarga berencana.

Khusus berkaitan dengan stunting, apabila intervensi spesifik gizi, melalui upaya sektor kesehatan, ditingkatkan cakupannya menjadi 90 persen dari populasi, tingkat stunting hanya akan turun sebesar 30 persen. Penurunan ini masih lebih rendah dari target yang ditetapkan WHO melalui Comprehensive Implementation Plan (CIP) untuk tahun 2025. Meningkatkan intervensi sensitif gizi melalui sektor lainnya sangat diperlukan untuk mencapai target ini. Meskipun belum ada bukti yang menghitung estimasi secara tepat kontribusi intervensi gizi sensitif terhadap pengurangan stunting, indikasi awal menunjukkan bahwa perlindungan sosial, penguatan pertanian, serta

(16)

11

-perbaikan air dan sanitasi lingkungan berkontribusi terhadap percepatan perbaikan gizi (Franzo, 2014).

Dengan demikian, disadari baik secara nasional maupun global bahwa ketersediaan pangan yang melimpah melebihi kebutuhan pangan penduduk tidak menjamin bahwa seluruh penduduk terbebas dari kelaparan dan gizi kurang. Aspek distribusi, akses pangan dan pengetahuan tentang pangan dan gizi serta pemanfaatannya sendiri sangat mempengaruhi bagaimana makanan ini sampai di tangan rumah tangga dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarganya.

Mendasarkan pada 5 pilar dan pendekatan multisektor, maka dalam penyusunan RAD-PG Provinsi Jawa Timur 2020 – 2024 mengacu pada upaya-upaya, yaitu: penurunan prevalensi balita gizi kurang dan gizi buruk, stunting, anemia pada ibu hamil, IMR, AHH, juga indek kesehatan masyarakat, ketersediaan dan akses pangan yang cukup, bermutu, bergizi dan berimbang, serta perubahan perilaku masyarakat untuk dapat hidup bersih dan sehat.

Pencapaian baik aspek kesehatan maupun non-kesehatan yang berpengaruh positif pada perbaikan pangan dan gizi dilakukan secara bertahap dan melalui keluaran yang terukur, yakni:

1. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk pemberian ASI ekslusif bagi balita

2. Meningkatkan akses dan cakupan imunisasi dasar lengkap bagi balita

3. Meningkatnya tingkat keragaman konsumsi dan skor Pola Pangan Harapan (PPH)

4. Meningkatnya industry makanan dan minuman yang menerapkan GMP (Good Manufacturing Practices)

5. Meningkatnya cakupan jajanan anak sekolah yang memenuhi syarat dan pangan rumah tangga (PIRT) tersertifikasi

6. Meningkatnya jumlah rumah tangga yang melakukan perilaku hidup sehat dan bersih (PHBS)

7. Meningkatnya kemandirian pangan wilayah dengan produksi pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan, dan kehutanam yang berkelanjutan melalui penerapan GAP (Good Agricultural Practices).

8. Meningkatnya daya dukung wilayah untuk hidup sehat dengan lingkugan yang bersih, ketersediaan air bersih bagi seluruh warga, dan ketertiban lingkungan.

Disadari bahwa upaya peningkatan pangan dan gizi masyarakat bukanlah usaha mudah yang hanya membutuhkan dana yang cukup untuk intervensi melalui program dan kegiatan. Pembangunan pangan dan gizi secara berkelanjutan adalah upaya komprehensif yang melibatkan perubahan perilaku masyarakat untuk lebih memperhatikan dan terbiasa dengan hidup secara sehat dan bersih. Berikut adalah asep-aspek penting yang perlu diperhatikan adalam pembangunan pangan dan gizi, yaitu:

1. Sosial dan Budaya: kemiskinan, pendidikan, persepsi hak asasi manusia, pemberdayaan keluarga dan kesetaraaan gender, persepsi kesehatan reproduksi, keamanan makanan, kepercayaan dan perilaku yang bertentangan dengan pola hidup sehat.

2. Sistem pangan dan gizi: sumberdaya manusia, infrastruktur, pembiayaan, implementasi standar pelayanan minimal, ketahanan pangan terkait dengan

(17)

12

-climate change, kewaspadaan pangan dan gizi terkait dengan kemiskinan, pengawasan mutu dan keamanan pangan, koordinasi dan kemitraan, penelitian pangan dan gizi termasuk kurang zat gizi mikro.

3. Koordinasi lintas sektor demi efektifitas kinerja program memerlukan komitmen masing-masing OPD untuk bersama-sama mengarah pada perbaikan pangan dan gizi.

Perangkat Daerah dan lembaga terkait lainnya yang terlibat dan memiliki peran dalam pembangunan dan pengembangan pangan dan gizi masyarakat Provinsi Jawa Timur disajikan dalam tabel berikut ini.

Tabel 3. Kelembagaan dan Perannya dalam Pelaksanaan RAD-PG Provinsi Jawa Timur

Lembaga Peran

1. Dinas Kesehatan 1. Promosi dan kampanye 1000 HPK, ASI eksklusif dan

pedoman gizi seimbang, serta pemantauan berat badan pada anak dan remaja

2. Pelatihan tenaga kesehatan dan kader posyandu tentang

1000 HPK, tumbuh kembang anak, status gizi prahamil dan saat hamil, inisiasi menyusu dini, ASI ekslusif

3. Edukasi gizi saat pemeriksaan ANC

4. Penyebaran media KIE gizi di fasilitas kesehatan dan

sekolah (pelibatan kominfo)

5. Pengawalan pemasaran susu formula

6. Pelatihan pemberian makan balita

7. Intensifikasi penggunaan informasi yang ada pada kartu

menuju sehat

8. Standarisasi pengetahuan gizi bagi tenaga gizi

9. Suplementasi tablet besi-folat/MMS bagi ibu hamil dan

remaja putri

10. Suplementasi vitamin A pada anak

11. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak melalui penimbangan di posyandu dan pengisian kartu menuju sehat

12. Melakukan penatalaksanaan kasus gizi buruk akut 13. peningkatan cakupan Peserta JKN Kesehatan 14. Program sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) 15. Edukasi penerapan PHBS (terutama

Tabel 3. Kelembagaan dan perannya dalam pelaksanaan RAD-PG Provinsi Jawa Timur (Lanjutan)

(18)

13

-16. penggunaan jamban sehat dan penggunaan air bersih) 17. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan

18. Jumlah dan distribusi tenaga kesehatan serta fasilitas kesehatan yang memenuhi standar pelayanan minimal 19. Imunisasi dasar lengkap bagi bayi dan anak

20. Peningkatan sanitasi

21. Fortifikasi garam beryodium 22. PMT pada ibu KEK

23. Surveilans dan skrining gizi

24. Memasyarakatkan olahraga dengan promosi, edukasi dan dukungan untuk melakukan aktivitas fisik yang cukup sehingga mencapai keseimbangan energi

2. Dinas Pendidikan 1. Aktivasi program UKS, dokter kecil

2. Edukasi dan promosi terkait jajanan sehat

3. Pembenahan kantin sekolah dan aturan terkait jajan di luar sekolah

4. Menggalakkan kembali program kebun sekolah 5. Wajib belajar 12 tahun

6. Pelatihan gizi dan tumbuh kembang anak bagi guru

7. Program kecakapan hidup perempuan dan keayahbundaan

Tabel 3. Kelembagaan dan perannya dalam pelaksanaan RAD-PG Provinsi Jawa Timur (Lanjutan)

Lembaga Peran

3. Dinas Pertanian

dan Ketahanan

Pangan

1. Penerapan teknologi budidaya pertanian yang baik dan

ramah lingkungan

2. Peningkatan luas panen, produksi, dan produktivitas

tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan

3. Peningkatan luas panen, produksi, dan produktivitas

tanaman hortikultura

4. Peningkatan dan pengembangan sarana dan prasarana

pertanian

5. Pengendalian OPT

6. Perningkatan kualitas hasil produksi pertanian

7. Peningkatan nilai tambah hasil pertanian

8. Penanganan pemasaran

9. Pembinaan kelompok tani

10. Promosi dan kampanye dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi aneka ragam pangan sehingga terjadi diversifikasi konsumsi pangan

11. Meningkatkan keterampilan dalam pengembangan olahan pangan local

12. Mengembangakan dan mendiseminasikan teknologi tepat guna untuk pengolahan pangan lokal

13. Aktivasi Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi 14. Model kawasan mandiri pangan

(19)

14

-Tabel 3. Kelembagaan dan perannya dalam pelaksanaan RAD-PG Provinsi Jawa Timur (Lanjutan)

Lembaga Peran

16. Model lumbung pangan masyarakat

17. Pemantauan distribusi, harga dan cadangan pangan

18. Optimalisasi pemanfaatan pekarangan, diantaranya melalui Program Kawasan Pangan Rumah Pangan Lestari 19. Promosi dan kampanye terkait diversifikasi pangan

20. Peningkatan keterampilan dalam pengembangan olahan 21. Diseminasi teknologi tepat guna untuk pengolahan

pangan lokal

4. Dinas Peternakan 1. Peningkatan produksi ikan budidaya

2. Peningkatan produksi ikan tangkap

3. Pembinaan peningkatan kapasitas petani dan nelayan 4. Pengembangan agribisnis perikanan dan peternakan 5. Promosi

6. Peningkatan produksi daging 7. Peningkatan produksi susu 8. Peningkatan produksi telur

9. Pembinaan peningkatan kapasitas peternak 5. Dinas Perindustrian

dan Perdagangan

1. Menjamin ketersediaan pangan di pasar 2. Memantau stabilitas harga bahan pangan 3. Melakukan operasi pasar

Tabel 3. Kelembagaan dan perannya dalam pelaksanaan RAD-PG Provinsi Jawa Timur (Lanjutan)

Lembaga Peran

4. Melakukan pengawasan terhadap promosi susu formula 5. Dukungan terhadap industri pangan dan makanan 6. Regulasi terkait fortifikasi

7. Pembinaan dan pengembangan industri makanan dan minuman

8. Standariasi kualitas produk makanan dan minuman

6. BPOM 1. Pengembangan Desa Pangan Aman (PAMAN)

2. Peningkatan pemberdayaan kader keamanan pangan desa 3. Peningkatan kualitas manajemen keamanan pangan

sekolah

4. Peningkatan kapasitas dan kompetensi tenaga Penyuluh

Keamanan Pangan (PKP) danDistrict Food Inspector (DFI)

5. Pengawasan keamanan obat dan makanan

6. Regulasi pelabelan, promosi, serta iklan makanan

7. Pembinaan dan pengawasan Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP)

7. Dinas Sosial 1. Pelaksanaan program peningkatan pelayanan pemenuhan

kebutuhan dasar bagi Balita Terlantar melalui pelayanan panti

(20)

15

-Tabel 3. Kelembagaan dan perannya dalam pelaksanaan RAD-PG Provinsi Jawa Timur (Lanjutan)

Lembaga Peran

8. Dinas Perumahan

Rakyat, Kawasan Permukiman & Cipta Karya

1. Pembangunan Saluran PAM ke rumah tangga 2. Pembangunan infrastruktur limbah

9. Dinas Pemberdayaan

Perempuan,

Perlindungan Anak dan Kependudukan

1. Peningkatan kualitas ber-KB 2. Pembinaan keluarga sejahtera

3. Mengkampanyekan usia kehamilan >18 tahun

10. Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

1. Pengembangan pasar desa

2. Peningkatan akses pangan oleh kelompok miskin 3. Pemberdayaan usaha produktif

4. Pengembangan Usaha Ekonomi Masyarakat (UEM) 5. Peningkatan akses teknologi tepat guna (TTG) 11. Dinas Koperasi dan

UKM

1. Pengembangan wirausaha baru

2. Pengembangan akses KUMKM terhadap modal, sarana produksi

3. Peningkatan teknologi KUMKM 4. Pembinaan pemasaran KUMKM

5. Peningkatan akses teknologi tepat guna (TTG) 12. Dinas Komunikasi dan

Informatika

1. Menerima informasi dari SPKD terkait tentang informasi pangan dan gizi

2. Menyebarluaskan informasi tentang aspek yang berkaitan dengan pangan dan gizi

Tabel 3. Kelembagaan dan perannya dalam pelaksanaan RAD-PG Provinsi Jawa Timur (Lanjutan)

Lembaga Peran

13. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

1. Pertemuan advokasi berjenjang, workshop

2. Mempublikasikan dan menyebarluaskan kebijakan

kepada pengambil kebijakan

3. Koordinasi rutin Gernas 1000 HPK di tingkat pusat dan pemantauannya di tingkat daerah

4. Menyusun/memperbaharui regulasi yang memfokuskan 1000 HPK terutama pada kelompok rentan

5. Monitoring pelaksanaan RAD PG 14. Biro Administrasi

Kesejahteraan Sosial Provinsi Jawa Timur

1. Koordinasi dalam monitoring dan evaluasi penanganan

15. Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur

1. Pembinaan Pondok Pesantren tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

2. Sosialisasi tentang Usia perkawinan yang ideal 3. Sosialisasi tentang keluarga idela

4. Soisialisasi tentang keluarga berencana

(21)

16

-Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi di Provinsi Jawa Timur perlu dilakukan penguatan untuk menjadi pedoman dan diimplentasikan dalam rangka pembangunan dan pengembangan pangan dan gizi. Penguatan dimaksudkan untuk memberikan daya dobrak program pada penyelesaian permasalahan pangan dan gizi di Provinsi Jawa timur.

Beberapa aspek penting untuk diperhatikan terkait dengan penguatan RAD-PG Jawa Timur adalah:

(1) Penguatan legal aspek RAD-PG

i. Membentuk tim koordinasi di tingkat provinsi yang terdiri dari lintas sektor

ii. Menetapkan dasar hukum RAD-PG melalui Peraturan Gubernur Provinsi Jawa Timur

(2) Penguatan aspek perencanaan dan penganggaran, melalui: i. Penyusunan RAD-PG di tingkat provinsi

ii. Sosialisasi RAD-PG kepada pemangku kepentingan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota;

iii. Menyertakan program terkait intervensi gizi sensitif dan spesifik dalam DPA Dinas dan badan dan memastikan intervensi tersebut memperoleh pendanaan yang memadai setiap tahunnya

(3) Penguatan aspek implementasi, monitoring dan evaluasi.

Penguatan RAD-PG di Provinsi Jawa timur dari aspek legalitas yaitu, terbentuknya tim koordinasi yang terdiri dari lintas sektor dan ditetapkan surat keputusan (SK) untuk tim koordinasi tersebut. Tim Koordinasi ini terdiri dari tim pengarah dan tim teknis. Kemudian menetapkan dasar hukum RAD-PG melalui Peraturan Gubernur Provinsi Jawa Timur.

Perhatian pada aspek perencanaan adalah terkait dengan penyusunan dokumen RAD-PG yang melibatkan banyak sektor. Sehingga, hal tersebut menjaring partisipasi atau keterlibatan sebanyak-banyaknya baik dari perangkat daerah maupun di luar pemerintahan untuk berpartisipasi dalam pembangunan pangan dan gizi.

Penguatan RAD-PG dalam aspek implementasi adalah penguatan operasional perencanaan sehingga dapat dilaksanakan dengan baik dan efektif dalam pencapaian sasaran dan tujuan kegiatan. Sosialisasi dan koordinasi kepada setiap pemangku kepentingan mulai dari tingkat provinsi sampai tingkat kabupaten/kota adalah kegiatan penting yang harus terus dilakukan dalam implementasi RAD-PG Jawa Timur. Koordinasi ini diperlukan untuk mencegah ketidakharmonisan dalam pelaksanaan kegiatan pada masing-masing perangkat daerah. Fungsi koordinasi ini diwujudkan dalam pertemuan-pertemuan rutin saat pelaksanaan RAD-PG pada tahun berjalan.

Monitoring dan evaluasi adalah unsur penting dalam setiap pengelolaan program dan intervensi kebijakan pemerintah. Tanpa adanya monitoring dan evaluasi maka tidak akan dihasilkan perbaikan-perbaikan ke depan karena

lesson learn tidak dapat diperoleh sebagai pengetahuan bersama terkait dengan pembangunan pangan dan gizi di Jawa timur. Bahkan, tanpa moinitoring dan evaluasi dapat dikatakan bahwa pembangunan dan gizi tidak ada pengelolaan yang baik.

(22)

17

-Pembangunan pangan dan gizi Provinsi Jawa Timur sejalan dengan RPJMD Provinsi Jawa Timur terutama terkait dengan Strategi Umum Pembangunan Jawa Timur kedua, yaitu pembangunan berkelanjutan yang inklusif bertujuan untuk menyelesaikan persoalan kemiskinan, pemenuhan kebutuhan dasar, penyiapan Jawa Timur untuk menghadapi disrupsi ekonomi maupun ketidakpastian masa depan (uncertain future). Kondisi pangan dan gizi yang baik diharapkan dapat menjadi salah satu factor penting peningkatan kapasitas SDM untuk berkembang dan memiliki progress kualitas yang semakin baik. Selanjutnya, SDM yang semakin baik, sebagai modal utama pembangunan, akan mendinamisasi sector riil yang berimbas pada peningkatan income, menggerakkan konsumsi lebih baik, dan juga berimplikasi pada investasi dan pertumbuhan daerah. Ini menjadi semakin jelas bagaimana keterkaitan pangan dan gizi terhadap pembangunan daerah secara luas.

Di sisi lain, sebagai tantangan seluruh masyarakat Indonesia saat ini salah satunya adalah problem tentnag stunting. Provinsi sebagai Jawa Timur secara khusus memberikan perhatian pada penanggulangan permasalahan stunting baik dalam tindakan preventif maupun kuratifnya. Pencegahan stunting memerlukan intervensi gizi yang terpadu mencakup intervensi gizi spesifik dan gizi sensitive (Bappenas, 2018).

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan penurunan prevalensi stunting di tingkat nasional sebesar 6,4% selama periode 5 tahun, yaitu dari 37,2% (2013) menjadi 30,8% (2018). Sedangkan untuk balita berstatus normal terjadi peningkatan dari 48,6% (2013) menjadi 57,8% (2018). Adapun sisanya mengalami masalah gizi lain (Bappenas, 2018). Intervensi gizi spesifik menyasar penyebab stunting yang meliputi (i) kecukupan asupan makanan dan gizi, (ii) pemberian makan, perawatan dan pola asuh, dan (iii) pengobatan infeksi/penyakit.

Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang mengatur penyelenggaraan upaya perbaikan gizi masyarakat meliputi: arah, tujuan, dan strategi perbaikan gizi masyarakat. Tujuan perbaikan gizi adalah meningkatkan mutu gizi perorangan dan masyarakat. Terdapat empat strategi perbaikan gizi masyarakat, yaitu: 1) Perbaikan pola konsumsi makanan yang sesuai dengan gizi seimbang; 2) Perbaikan perilaku sadar gizi, aktivitas fisik, dan kesehatan; 3) Peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi yang sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi; dan 4) Peningkatan sistem kewaspadaan pangan dan gizi.

(23)

18

-Sumber: UNICEF 1997; IFPRI, 2016; BAPPENAS 2018

Gambar 2. Kerangka penyebab stunting di Indonesia

Kajian Bank Dunia dan Kementeriaan Kesehatan menemukan beberapa indicator penting diobservasi dengan baik dengan pelayanan gizi konvergen khususnya pada anak 0-23 tahun. Berikut adalah sector program, indicator dn persen akses secara nasional.

Tabel 4. Akses Terhadap Pelayanan Gizi Pada Anak 0-23 Bulan

Sektor Program/

Pelayanan Indikator Akses (%)

Kesehatan 1 Imunisasi dasar 35.6

Gizi 2 ASI Eksklusif 60.2

3 Keragaman Makanan 32.5

Air Minum dan Sanitasi 4 Air minum 74.2

5 Sanitasi 68

Pendidikan 6 Pendidikan Anak Usia Dini 8.4

Pertanian 7 Skor kerawanan pangan 11.9

Proteksi sosial 8 Akta kelahiran 83.1

Sumber: Kajian Bank Dunia dan Kementerian Kesehatan, 2017

Komitmen dan inisiatif pemerintah untuk mencegah stunting diawali dengan bergabungnya Indonesia ke dalam gerakan Global Scaling-Up Nutrition (SUN) 2011. Hal ini ditandai dengan penyampaian surat keikutsertaan Indonesia oleh Menteri Kesehatan kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa. Gerakan ini diluncurkan tahun 2010 dengan prinsip dasar bahwa semua warga negara memiliki hak untuk mendapatkan akses terhadap makanan yang memadai dan bergizi (Bappenas, 2018).

Riskesdas juga mengungkap bagaimana keterkaitan antara income dan kasus stanting yang terdeteksi. Hasil dari Riskesdas menunjukkan bahwa quintile 1 dan quintile 2 (kategori sangat miskin dan miskin) relative memiliki proporsi kasus stunting yang relative tinggi, dan semakin memiliki tingkat income yang lebih baik maka kecenderungan stunting akan semakin menurun (data tahun 2013 sampai 2017).

(24)

19

-Sumber: Riskesdas, Kemenkes dan Susenas, BPS (diolah)

Gambar 3. Angka prevalensi stunting berdasarkan kelompok pendapatan

Dinas Kesehatan Jatim berdasarkan Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (EPPGBM), Juli 2019, prevalensi stunting balita di Jatim adalah 36,81%. Tiga daerah dengan prevalensinya tertinggi adalah Kota Malang (51,7%), Kabupaten Probolinggo (50,2%), dan Kabupaten Pasuruan (47,6%). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada 2018, prevalensi stunting balita umur 0 sampai 59 bulan di Jatim mencapai 32,81%. Angka ini lebih tinggi dari prevalensi stunting nasional yakni sebesar 30,80%.

Di sisi lain, data Dinkes Jatim, jumlah kematian ibu di Jatim, pada 2017 mencapai 529 orang per seratus ribu kelahiran hidup. Kemudian pada 2018 berkurang sedikit menjadi 522 orang. Adapun pada 2019, tepatnya hingga 19 Juli 2019, mencapai 263 orang.

Program pemerintah terkait stunting di Jawa Timur diantaranya adalah melalui Micronutrient Supplementation for Reducing Mortality and Morbidity atau dikenal dengan MITRA. Sebuah program yang sudah berjalan sejak tahun 2015 didukung oleh Nutrition International. Beberapa locus di Provinsi Jawa Timur menjadi sasaran program ini. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Bersama dengan Nutrition International bekerjasama dalam penurunan stunting di Jawa Timur. Program ini dilaksanakan sebagai integrasi suplementasi zat gizi mikro untuk menurunkan anemia gizi besi pada ibu hamil serta sakit dan kematian balita. Kegiatan ini adalah pemberian suplementasi tablet tambah darah bagi ibu hamil untuk mengurangi anemia dan meningkatkan hasil kehamilan. Pemberian vitamin A pada anak balita untuk melindungi balita dari infeksi oportunistik dan meningkatkan kekebalan daya tahan tubuh balita. Pemberian Zinc dan oralit untuk mengobati diare pada anak balita.

(25)

20 -BAB III

KERANGKA PELAKSANAAN RENCANA AKSI

3.1 Faktor Determinan Pangan dan Gizi 3.1.1 Situasi Pembangunan Pangan

Sebagaimana diuraikan sebelumnya, bahwa upaya menjaga kesinambungan pembangunan pangan, sayarat pertamanya adalah mantapnya ketersediaan pangan di wilayah Jawa Timur. Sehingga kebutuhan pangan dapat dipenuhi dengan baik sampai tingkat individu di Jawa Timur.

Kebutuhan akan pangan tentu terkait erat dengan seberapa besar populasi dan seberapa cepat pertumbuhan suatu wilayah. Semakin besar populasi dan semakin cepat pertumbuhan maka kebutuhan akan pangan menjadi factor yang semakin signifikan dalam pembangunan. Berikut adalah posisi Jawa Timur terhadap provinsi lain di Indonesia.

Gambar 4. Jumlah populasi (jiwa) per provinsi dan proporsinya (%) Sumber: BPS Indonesia

Nampak ditinjau dari ukuran populasinya, bahwa Jawa Timur memiliki proporsi yang tertinggi kedua setelah Jawa Barat. Jawa Timur dengan luas wilayah 47,800 Km2 memiliki penduduk di tahun 2018 tercatat 39.5 juta jiwa;

sedangkan, Jawa Barat dengan luas wilayah 35,378 Km2 memiliki populasi

penduduk 48.68 juta jiwa.

Jika dilihat dari pertumbuhan penduduknya, nampak bahwa provinsi Jawa Timur adalah provinsi dengan tingkat pertumbuhan penduduknya paling rendah, yaitu 0.63 persen. Ini juga berarti, bahwa Jawa Timur memiliki tekanan penduduk yang relative paling rendah dibanding provinsi lainnya. Tekanan penduduk dapat berimplikasi penting pada pentingnya penyediaan pangan yang cukup, ini artinya kapasitas produksi pangan harus meningkat, dan di sisi lain berarti perlunya penyediaan resetlement yang semakin meningkat. Tekanan populasi penduduk di Jawa seringkali berdampak pada peningkatan alih fungsi lahan pertanian menjadi perumahan. Ini artinya, terjadi pengurangan potensi produksi pangan di sisi lainnya.

0 10 20 30 40 50 0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 Ac eh Su m at era U ta ra Su m at era B ara t Ria u Ja m bi Su m at era S ela ta n Be ngk ul u La m pu ng Ke p Ba ng ka B elit un g Ke pu la ua n Ria u DK I J ak art a Ja w a Ba ra t Ja w a Te nga h DI Y ogy ak art a Ja w a Ti m ur Ba nt en Bali N us a Te ngga ra B ara t N us a Te ngga ra T im ur Ka lim an ta n Ba ra t Ka lim an ta n Te nga h Ka lim an ta n Se la ta n Ka lim an ta n Tim ur Ka lim an ta n U ta ra Su la w es i U ta ra Su la w es i T en ga h Su la w es i S el at an Su la w es i T en gga ra G oro nt alo Su la w es i B ara t Ma lu ku Ma lu ku U ta ra Pa pu a Ba ra t Pa pu a

Jumlah Populasi (jiwa) dan proporsinya (%)

(26)

21

-Gambar 5. Laju pertumbuhan penduduk per provinsi per tahun rata-rata 2010-2018

Sumber: BPS Indonesia

Jika dilihat dari komposisi penduduk, karakteristik demografi dapat dilihat dari dependency ratio. Rasio antara penduduk usia produktif dan penduduk usia tidak produktif, baik itu yang kurang dari 15 tahun atau yang lebih dari 65 tahun memberikan indikasi tingkat ketergantungan. Hal ini kemudian dirumuskan dalam dependency ratio atau rasio ketergantungan.

Provinsi Jawa Timur dari struktur demografinya menunjukkan tingkat angka ketergantungan sekitar 43 persen. Ini berarti setiap seorang bukan usia produktif ditanggung oleh rata-ratanya sekitar 2 orang lebih usia produktif. Berikut adalah grafik rincian dependency ratio-nya.

Gambar 6. Dependensi rasio per Kabupaten/Kota di Jawa Timur Sumber: BPS Jawa Timur

0 0,51 1,52 2,53 3,54 Ja w a Ti m ur Ja w a Te nga h DK I J ak art a Su la w es i S el at an Su la w es i U ta ra La m pu ng DI Y ogy ak art a Ba li Su m at era U ta ra Su m at era B ara t N us a Te ngga ra B ara t In do ne sia Su m at era S ela ta n Ja w a Ba ra t Ka lim an ta n Ba ra t G oro nt alo Su la w es i T en ga h Be ngk ul u N us a Te ngga ra T im ur Ka lim an ta n Se la ta n Ja m bi Ma lu ku Pa pu a Su la w es i B ara t Ac eh Ma lu ku U ta ra Su la w es i T en gga ra Ke pu la ua n Ba ngk a… Ba nt en Ka lim an ta n Te nga h Ka lim an ta n Tim ur Ria u Pa pu a Ba ra t Ke pu la ua n Ria u Ka lim an ta n U ta ra

Laju pertumbuhan penduduk per tahun rata-rata 2010-2018

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00

(27)

22

-Nampak bahwa beberapa kabupaten di Jawa Timur yang memiliki dependency rasio yang relatif tinggi adalah Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Blitar dan Kabupaten Pacitan. Masing-masing kabupaten tersebut memiliki dependensi rasio antara 49 sampai 50 persen, yaitu lebih tinggi dari dependensi rasio Jawa Timur, yaitu 43,68 persen.

Tingginya dependensi rasio memberikan signal dalam aspek demografi akan tingginya beban yang harus ditanggung usia produktif. Dengan dependensi rasio yang tinggi maka tanggungan usia produktif semakin tinggi sehingga surplus yang dibangkitkannya harus di share dengan orang yang tidak produktif dalam jumlah yang lebih banyak. Dependensi rasio meningkatkan berpotensi menurunkan tingkat kesejahteraan masyarkat. Kecuali jika produktifitas usia produktif meningkat.

Kondisi pangan secara internasional menunjukkan bahwa terjadi pelandaian produksi pangan internasional terutama untuk produk beras (FAO, 2018). Lebih lagi, kondisi produksi dan utilisasi semakin berhimpit sehingga surplus pangan terutama beras akan semakin menipis di pasar dunia. Dari total produksi dunia untuk beras tahun 2018, yaitu 511,4 juta ton maka utilisasinya adalah 509,5 juta ton. Trading atas beras hanya 47,5 juta ton atau sekitar 9,29 persen saja. Produsen beras dunia adalah China dengan produksi padi sekitar 209 juta ton, disusun India sekitar 160 juta ton. Setelah keduanya maka produksi padi di Indonesia menempati urutan ketiga dengan produksi padi sekitar 80 juta ton.

Jika melihat kondisi Global Food Security Index (GFSI) pada tahun 2018, Indonesia menempati posisi ke 65 dari 113 negara. Kelemahan Indonesia dibandingkan dengan negara lainnya adalah terkait dengan affordability dan juga food quality and food safety. Affordability terkait dengan daya beli masyarakat, sedangkan food quality dan food safety terkait dengan diversifikasi dan keamanan pangan.

Selain terkait isu GFSI, pencapaian SDGs juga menjadi input penting untuk diperhatikan dalam rangka pembangunan pangan nasional dan juga pembangunan pangan Jawa Timur. Hasil analisis pencapaian SDGs Indonesia tahun 2019 menunjukkan bahwa Indonesia berada pada peringkat 102 dari 162 negara. Beberapa kelemahan penting dari peringkat Indonesia yang relative rendah dibandingkan dengan negara lain adalah terkait dengan (1) kelemahan dalam infrastruktur, inovasi dan industry, (2) kesenjangan yang relative tinggi, (3) pengelolaan di darat, (4) pengelolaan di air, dan juga (5) permasalahan di partnership dalam pencapaian tujuan ditetapkan.

UU No 18 tahun 2012 menyatakan bahwa Negara berkewajiban mewujudkan ketersediaan, keterjangkauan, dan pemenuhan konsumsi Pangan yang cukup, aman, bermutu, dan bergizi seimbang, baik pada tingkat nasional maupun daerah hingga perseorangan secara merata di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sepanjang waktu dengan memanfaatkan sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal.

(28)

23

-Tujuan penyelenggaraan pangan menurut UU No 18 tahun 2012 adalah (1) meningkatkan kemampuan memproduksi Pangan secara mandiri, (2) menyediakan Pangan yang beraneka ragam dan memenuhi persyaratan keamanan, mutu, dan Gizi bagi konsumsi masyarakat, (3) mewujudkan tingkat kecukupan Pangan, terutama Pangan Pokok dengan harga yang wajar dan terjangkau sesuai dengan kebutuhan masyarakat; (4) mempermudah atau meningkatkan akses Pangan bagi masyarakat, terutama masyarakat rawan Pangan dan Gizi; (5) meningkatkan nilai tambah dan daya saing komoditas Pangan di pasar dalam negeri dan luar negeri; (6) meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang Pangan yang aman, bermutu, dan bergizi bagi konsumsi masyarakat; (7) meningkatkan kesejahteraan bagi Petani, Nelayan, Pembudi Daya Ikan, dan Pelaku Usaha Pangan; dan (8) melindungi dan mengembangkan kekayaan sumberdaya Pangan nasional.

Aspek ketersediaan dan akses pangan merupakan dimensi penting lainnya dari pembangunan pangan dan gizi. Aspek ketersediaan diperoleh dari potensi produksi pangan domestik dan dapat pula melalui impor pangan dari daerah lainnya. Sedangkan kemampuan dari akses pangan merupakan representasi dari ketersediaan yang cukup dan kemampuan daya beli masyarakat. Mantapnya ketersediaan pangan, daya beli masyarakat yang baik didukung pengetahuan tentang gizi dan penggunaan pangan yang baik akan menjadi komposisi ideal bagi pembangunan pangan dan perbaikan kesehatan serta kualitas sumberdaya manusia.

Pembangunan pangan di Provinsi Jawa Timur terus dimantapkan melalui program-program pembangunan daerah Provinsi Jawa Timur. Dalam RPJMD Provinsi Jawa Timur 2019-2024 pembangunan pertanian dalam rangka penguatan ketahanan pangan diwujudkan melalui pembangunan kawasan-kawasan pertanian. Kawasan Pertanian yang dimaksud dalam RPJMD Provinsi Jawa Timur ini adalah gabungan dari sentra-sentra pertanian yang memenuhi batas minimal skala ekonomi pengusahaan dan efektivitas manajemen pembangunan wilayah secara berkelanjutan serta terkait secara fungsional dalam hal potensi sumber daya alam, kondisi sosial budaya, faktor produksi dan keberadaan infrastruktur penunjang.

Kawasan pertanian ini akan mendorong semakin tumbuhnya korporasi petani, yaitu kelembagaan ekonomi petani berbadan hukum yang berbentuk koperasi atau badan hukum lain dengan sebagian besar kepemilikan modal dimiliki oleh petani. Dengan demikian Kawasan Pertanian Berbasis Korporasi Petani merupakan kawasan pertanian yang dikembangkan dengan strategi memberdayakan dan mengkorporasikan petani. Dengan demikian, wilayah penting pengembangan dalam kawasan pertanian adalah wilayah fungsional yang sangat mungkin terjadi lintas wilayah administratif.

Tujuan dari pengembangan Kawasan Pertanian Berbasis Korporasi Petani adalah:

a. Meningkatkan nilai tambah serta daya saing wilayah dan komoditas pertanian untuk keberlanjutan ketahanan pangan nasional;

b. Memperkuat sistem Usaha Tani secara utuh dalam satu manajemen kawasan;

(29)

24

-c. Memperkuat kelembagaan petani dalam mengakses informasi, teknologi, prasarana dan sarana publik, permodalan serta pengolahan dan pemasaran.

Kondisi existing pertanian terkait dengan ketahanan pangan di Jawa Timur dapat disajikan sebagai berikut. Ditinjau dari sisi produksi Provinsi Jawa Timur adalah salah satu provinsi besar di Indonesia yang memiliki peran sebagai pensuplai logistik nasional. Surplus produksi pertanian yang dihasilkan Jawa Timur menjadi ketersediaan pangan nasional.

Gambar 7. Produksi dan produktifitas padi per provinsi tahun 2018 Sumber: BPS Indonesia

Sebagaimana sifat alami sektor pertanian, tidak semua lokasi adalah sentra produksi pertanian. Sentra produksi padi misalnya banyak dihasilkan oleh Kabupaten Jember, Kabupaten Banyuwangi, dan Kabupaten Lamongan. Ketiganya adalah produsen terbesar Pangan di Jawa Timur. Selengkapnya dapat dilihat dari garfik berikut ini.

9539330 10537922 0 2000000 4000000 6000000 8000000 10000000 12000000 Pro vin si AC EH SUM AT ER A U TA RA SU M AT ER A B AR AT RIA U JA M BI SUMAT ER A S EL AT AN BE NG KU LU LA M PU NG KE P. B ANG KA … KE P. R IA U DK I JA KA RT A JA W A B AR AT JA W A T ENG AH DI YOG YA KA RT A JA W A T IM UR BA NT EN BA LI NUSA T ENG GA RA … NU SA T ENG GA RA … KA LIM ANT AN BA RA T KA LIM ANT AN… KA LIM ANT AN… KA LIM ANT AN TIM UR KA LIM ANT AN UT AR A SU LA W ES I U TA RA SU LA W ES I T ENG AH SU LA W ES I S EL AT AN SU LA W ES I… GOR ONT AL O SU LA W ES I B AR AT M AL UK U M AL UK U U TA RA PA PU A B AR AT PA PU A

Produksi Padi Per Propinsi Tahun 2018 (Ton)

57,11 57,63 59,77 51,85 0 10 20 30 40 50 60 70 AC EH SU M AT ER A UT AR A SU M AT ER A BA RA T RI AU JA M BI SU M AT ER A SE LA TA N BE NG KU LU LA M PU NG KE P. B ANG KA … KE P. R IA U DK I JA KA RT A JA W A BA RA T JA W A TE NG AH DI Y OG YA KA RT A JA W A TI M UR BA NT EN BA LI NU SA T ENG GA RA … NU SA T ENG GA RA … KA LI M ANT AN BA RA T KA LI M ANT AN TE NG AH KA LI M ANT AN… KA LI M ANT AN TI M UR KA LI M ANT AN UT AR A SU LA W ES I U TA RA SU LA W ES I T ENG AH SU LA W ES I S EL AT AN SU LA W ES I T ENG GA RA GOR ONT AL O SU LA W ES I B AR AT M AL UK U M AL UK U UT AR A PA PU A BA RA T PA PU A IND ONE SI A

(30)

25

-Gambar 8. Produksi padi, jagung dan kedelai per provinsi tahun 2018 Sumber: BPS Indonesia

Selain distribusi yang tidak merata, aspek fluktuasi propduksi antar waktu juga penting menjadi perhatian yang serius. Siklus musiman musim tanam komoditas pertanian menyebabkan produksi pertanian juga bervariasi tidak terkecuali komoditas padi sebagai bahan makanan utama. Pada umumnya, produksi padi terbanyak pada bulan Maret – April, kemudian menurun terus seiring dengan perubahan cuaca dan ketersediaan air. Berikut adalah Gambar fluktuasi produksi bulanan dari komoditas padi di Jawa Timur.

Gambar 9. Fluktuasi produksi padi per bulan di Provinsi Jawa Timur, 2018 Sumber: BPS Jawa Timur

Selain komoditas beras/padi, Jawa Timur juga memiliki potensi produksi jagung yang sangat besar. Untuk komoditas kedelai, walaupun produksi Jawa Timur relatif tinggi dibandingkan provinsi lain namun masih defisit, berikut disajikan perkembangan produksinya di Jawa Timur.

0,22 1,02 2,42 1,42 0,66 0,98 1,25 0,74 0,6 0,45 0,4 0,38 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 Ja nu ari Fe bru ari M are t Ap ri l M ei Ju ni Juli Agu st us Se pt em be r Ok to be r No ve m be r De se m be r

(31)

26

-Gambar 10. Realisasi ketersediaan pangan Provinsi Jawa Timur Sumber: Dinas Pertanian dan KP Provinsi Jawa Timur, 2019 Keterangan: 1) Angka sementara, 2) Produksi padi metode KSA

Trend sumberdaya lahan digunakan untuk komoditas jagung di Jawa Timur cenderung meningkat di beberapa tahun terakhir. Namun demikian, untuk areal kedelai menunjukkan trend yang menurun. Dalam kontek produksi pertanian, petani rasional dengan melihat potensi keuntungan yang diharapkan. Jika potensi keuntungan diharapkan pada komoditas tertentu menurun pada umumnya petani akan beralih ke komoditas lain.

Gambar 11. Luas lahan komoditas jagung dan kedelai di Jawa Timur Sumber: Dinas Pertanian dan KP Propinsi Jawa Timur

1.050.000 1.100.000 1.150.000 1.200.000 1.250.000 1.300.000 1.350.000 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Luas lahan (Ha) komoditas Jagung di Jawa Timur

50.000,00 100.000,00 150.000,00 200.000,00 250.000,00 300.000,00 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

(32)

27

-Ubi kayu di Jawa Timur diproduksi dalam jumlah yang relatif besar. Namun demikian dari data 3 tahun menunjukkan adanya sedikit penurunan. Tahun 2015 produksi ubi kayu sebesar 3.16 juta ton kemudian menurun di tahun 2017 menjadi sekitar 2.91 juta ton. Berikut adalah Gambar propduksi baik ubi jalar dan ubi kayu diproduksi di Jawa Timur.

Gambar 12. Produksi ubi jalar dan ubi kayu di Provinsi Jawa Timur Sumber: Dinas Pertanian dan KP Propinsi Jawa Timur

Potensi produksi kacang hijau, kacang tanah, ubi kayu dan ubi jalar diproduksi di Jawa Timur disajikan dalam gambar berikut ini. Gambar perkembangan produksi dari tahun ke tahun komoditas pertanian pangan di Jawa Timur menunjukkan kuatnya potensi ketersediaan pangan. Namun demikian, aspek akses dan pemanfaatan pangan adalah aspek lain yang juga menjadi sangat penting untuk diperhatikan dari waktu ke waktu.

Selain kaya akan produksi tanaman pangan, Provinsi Jawa timur juga memiliki potensi besar di tanaman hortikultura, perkebunan, peternakan dan perikanan. Berikut adalah gambaran potensi produksi beberapa subsektor tersebut di Jawa Timur.

350.516 288.039 257.414 3.161.573 2.924.933 2.908.417 500.000 1.000.000 1.500.000 2.000.000 2.500.000 3.000.000 3.500.000 2015 2016 2017 2015 2016 2017

Produksi Ubi Jalar Produksi Ubi Kayu

(33)

28

Gambar 13. Produksi kacang tanah, kacang hijau, ubi jalar dan ubi kayu di Provinsi Jawa Timur Sumber: BPS Propinsi Jawa Timur

(34)

29

Tabel 5. Produksi sayur-sayuran dan buah-buahan semusim (ton) Jawa Timur, 2015 – 2017 No Jenis Tabama 2015 2016 2017 1. Jamur 79.093 1.087.338 951.539 2. Cabai Rawit 250.007 260.803 339.022 3. Bawang Merah 277.121 304.521 306.316 4. Kubis 199.311 236.657 256.836 5. Kentang 212.173 227.996 241.180 6. Semangka 153.521 129.747 120.295 7. Cabai Besar 91.135 95.539 100.977 8. Bawang daun 79.003 91.362 86.999 9. Tomat 59.180 60.719 66.759 10. Terung 62.483 48.929 63.057 11. Sawi 39.289 44.043 61.264 12. Wortel 48.589 59.515 61.243 13. Ketimun 34.326 34.059 40.774 14. Kacang Panjang 32.297 32.800 38.016 15. Melon 53.314 47.090 37.949 16. Labu Siam 25.902 22.502 28.250 17. Buncis 28.542 26.075 25.084 18. Kangkung 14.140 17.329 20.945 19. Blewah 15.669 13.593 13.613 20. Kembang Kol 6.211 11.432 12.417 21. Bayam 5.307 6.141 7.867 22. Paprika 1.916 1.925 2.038 23. Bawang Putih 582 777 653 24. Kacang tanah 600 665 601 25. Stroberi 709 625 382 26. Lobak 51 34 130

Sumber: BPS Propinsi Jawa Timur

Dari komoditas sayur-sayuran dan buah-buahan semusim diketahui bahwa Jawa Timur memiliki produksi yang besar di komoditas jamur, cabai rawit, bawang merah, kubis, dan kentang. Kelima komoditas tersebut masuk dalam sayur-sayuran. Sedangkan buah-buahan semusim di Jawa Timur didominasi oleh komoditas semangka, melon, blewah, dan strowberi.

Sedangkan untuk komoditas buah-buahan tahunan di Jawa Timur didominasi oleh komoditas pisang, mangga, jeruk, apel dan pepaya. Komoditas pisang diproduksi sekitar 1,9 juta ton per tahun, sedangkan mangga dan jeruk masing-masing diproduksi sekitar 0,89 juta ton per tahun di tahun 2017. Berikut adalah data produksi masing-masing komoditas buah-buahan diproduksi di Provinsi Jawa Timur.

(35)

30

Tabel 6. Produksi buah-buahan tahunan (ton) Jawa Timur, 2015 – 2017

No Komoditas 2015 2016 2017 1 Pisang .629.437 1.865.772 .960.129 2 Mangga 806.644 655.692 898.595 3 Jeruk Siam/Keprok 480.395 837.369 898.279 4 Apel 238.141 329.065 317.944 5 Pepaya 266.014 235.370 241.537 6 Durian 233.715 201.687 227.952 7 Nenas 171.303 65.102 126.963 8 Nangka/Cempedak 116.494 118.025 108.448 9 Rambutan 149.148 97.013 108.247 10 Salak 105.020 73.741 97.164 11 Alpukat 78.124 72.502 78.067 12 Petai 61.998 48.420 53.368 13 Belimbing 54.000 38.749 43.340 14 Jambu Biji 28.339 30.528 33.244 15 Melinjo 26.972 25.427 33.164 16 Jeruk Besar 15.160 19.945 20.543 17 Sirsak 14.250 14.891 19.139 18 Manggis 29.748 19.245 16.688 19 Sukun 12.655 13.921 14.064 20 Jambu Air 14.110 10.570 13.735 21 Sawo 12.100 11.855 10.974 22 Duku/Langsat/Kokosan 12.707 10.323 9.719 23 Anggur 307 358 370 24 Jengkol 237 97 302 25 Markisa/Konyal 267 186 133

(36)

31

Gambar 14. Produksi sayur dan buah semusim di Provinsi Jawa Timur Sumber: BPS Propinsi Jawa Timur

Secara nasional, Jawa Timur memiliki potensi besar dalam produksi gula dari komoditas tebu. Jawa Timur adalah sentra produksi tebu nasional. Bahkan proyeksi khusus dari perencanaan nasional untuk Jawa Timur sebagai supliyer terbesar untuk produk gula nasional. Berikut adalah produksi tebu dan komoditas perkebunan lainnya.

Gambar 15. Produksi buah tahunan di Provinsi Jawa Timur Sumber: BPS Propinsi Jawa Timur

898.5951.059.326 227.952276.426 898.279 918.679 1.960.129 2.059.923 241.537 262.160 97.164101.943 500.000 1.000.000 1.500.000 2.000.000 2.500.000 2017 2018 2017 2018 2017 2018 2017 2018 2017 2018 2017 2018

Mangga Durian Jeruk Pisang Pepaya Salak

Produksi Buah-buahan Menurut Jenis Tanaman Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur (ton), 2017 dan 2018

200.000 400.000 600.000 800.000 1.000.000 1.200.000 1.400.000

Tebu Kelapa Kopi Kakao Karet Cengkeh

Produksi tanaman perkebunan (ton) Jawa Timur

2015 2016 2017

(37)

32

Potensi peternakan di Jawa Timur dapat digambarkan dalam Gambar berikut ini. Untuk kelompok ruminansia, populasi sapi adalah yang terbesar kemudian disusul populasi ternak kambing. Untuk populasi unggas, yang terbesar adalah ayam ras pedaging dan kemudian disusun ayam ras petelur. Selengkapnya dapat diketahui dari Gambar berikut ini.

Gambar 16. Populasi ternak di Provinsi Jawa Timur Sumber: BPS Propinsi Jawa Timur

50 000 100 000 150 000 200 000 250 000 300 000 Sa pi Ke rba u Ku da Ka m bi ng Do m ba Ba bi Sa pi Ke rba u Ku da Ka m bi ng Do m ba Ba bi Sa pi Ke rba u Ku da Ka m bi ng Do m ba Ba bi 2015 2016 2017

Jumlah ternak dipotong di Jawa Timur

224.815.584 46.900.576 36.439.200 5.600.971 50.000.000 100.000.000 150.000.000 200.000.000 250.000.000

Ayam Ras Pedaging Ayam Ras Petelur Ayam Bukan Ras Itik Populasi unggas di Jawa timur (ekor)

(38)

33

Sementara itu, keragaan perikanan di Jawa Timur dapat dilihat dari gambar Gambar berikut ini. Budidaya laut dan perikanan tangkap mendominasi produksi perikanan di Jawa Timur. Perikanan tangkap memiliki trend yang semakin meningkat dari tahun 2014 sampai tahun 2017. Trend yang sama dimiliki oleh budidaya tambak dan budidaya kolam. Sedangkan, perikanan budidaya laut menunjukkan fluktuasi yang lebih besar dan ada

trend menurun.

Gambar 17. Produksi perikanan di Provinsi Jawa Timur Sumber: BPS Jawa Timur

Lokus produksi perikanan baik perikanan tangkap maupun budidaya dapat disajikan dalam tabel di bawah ini. Untuk perikanan tangkap, produksi ikan didominasi oleh Kabupaten Lamongan, Kabupaten Sumenep, dan Kabupaten Banyuwangi. Perikanan tambak yang terbesar di Jawa Timur adalah di Kabupaten Sumenep, Kabupaten Sidoarjo, dan Kabupaten Gresik. Sedangkan perikanan budidaya kolam, produksi yang besar di Provinsi Jawa Timur terdapat di Kabupaten Gresik, Kabupaten Sumenep dan Kabupaten Tulungagung. Berikut adalah produksi perikanan tangkap dan perikanan budidaya untuk tahun 2017.

(39)

34

Gambar 18. Produksi ikan tangkap dan budidaya di Provinsi Jawa Timur Sumber: BPS Propinsi Jawa Timur

414.644,30 12.813,90 540.922,51 272.729,73 1.880,54 10.888,16 62.873,61 300.199,52 100.000,00 200.000,00 300.000,00 400.000,00 500.000,00 600.000,00

Perikanan Laut Perairan Umum Budidaya Laut Kolam Keramba Japung Mina Padi dan

Sawah Tambak Tambak

Penangkapan Budidaya

Gambar

Tabel 3.  Kelembagaan dan perannya dalam pelaksanaan RAD-PG Provinsi Jawa Timur (Lanjutan)
Tabel 3. Kelembagaan dan perannya dalam pelaksanaan RAD-PG Provinsi Jawa Timur (Lanjutan)
Tabel 4. Akses Terhadap Pelayanan Gizi Pada Anak 0-23 Bulan Sektor Program/
Gambar 6. Dependensi rasio per Kabupaten/Kota di Jawa Timur Sumber: BPS Jawa Timur
+7

Referensi

Dokumen terkait

Konsep tingkatan-tingkatan realitas sosial yang ia paparkan dalam karyanya merupakan penjelasan bahwa realitas sosial memerlukan penanganan intelektual yang tidak tunggal

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kualitas pelayanan pada Permata Bank Cabang TasikmalayaMetode penelitian yang digunakan adalah metode survey.Data

Hasil analisis menjelaskan bahwa motivasi penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan sebelum dan sesudah pembentukan bapelluh di Sumatera Utara berpengaruh secara positif

Racun akut kebanyakan ditimbulkan oleh bahan-bahan racun yang larut air dan dapat menimbulkan gejala keracunan tidak lama setelah racun terserap ke dalam tubuh jasad hidup..

Penelitian IV untuk mengetahui dosis/level tepung daun beluntas dan lama pemberian pakan perlakuan terhadap performa itik betina tua (berumur 12 bulan), kandungan gizi

Manfaat perencanaan SDM pegawai di masa depan menuntut aanya pimpinan yang secara teratur melakukan proses pengembangan strategi sumber daya manusia pada

Tambahan pula, kini perangkat pendidikan ini kini juga diramu dengan unsur hiburan (entertainment) yang sesuai dengan materi, sehingga anak semakin suka. Dalam kaitan ini,

Berdasarkan pada latar belakang masalah diatas, maka dalam penelitian ini akan dibangun sebuah sistem pakar berbasis desktop dengan menggunakan compiler Delphi 2010 yang