• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang adalah serangan sakit perut yang timbul sekurang-kurangnya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang adalah serangan sakit perut yang timbul sekurang-kurangnya"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Sakit perut berulang adalah serangan sakit perut yang timbul sekurang-kurangnya tiga kali dalam jangka waktu tiga bulan berturut-turut dan mengakibatkan gangguan aktifitas sehari-hari.1 Sakit perut berulang dibedakan berdasarkan adanya kelainan organik dan non-organik (fungsional).

Menurut kriteria Rome III, definisi sakit perut berulang fungsional adalah sebagai berikut:1,10

1. Setidaknya 12 minggu terus menerus atau hampir terus menerus nyeri perut pada anak usia sekolah atau remaja.

2. Tidak ada atau hanya sesekali hubungan nyeri dengan fungsi fisiologis tubuh (misalnya: makan, menstruasi, dan buang air besar).

3. Hilangnya beberapa fungsi sehari-hari.

4. Rasa sakit tidak pura-pura (misalnya: anak berpura-pura sakit saat diminta untuk mengerjakan sesuatu)

5. Pasien tidak memiliki kriteria yang cukup untuk gangguan pencernaan fungsional lain yang dapat menjelaskan nyeri perut yang dirasakan anak.

2.2 Prevalensi

Sakit perut berulang biasanya terjadi pada anak usia sekolah.1,10 Frekuensi tertinggi terjadi pada kelompok usia 5 sampai 10 tahun.11 Secara mengejutkan,

(2)

menurut suatu penelitian pada tahun 2000 didapati data bahwa sindrom sakit kronis, seperti sakit kepala dan sakit perut berulang terjadi pada 15 -25 % anak dan remaja.12 Di Indonesia data pasti mengenai kejadian sakit perut berulang pada pasien anak masih belum jelas, namun data di Inggris menunjukkan kejadian pada anak sekolah tinggi yaitu sebesar 10-15% dan di Amerika Utara lebih tinggi lagi yaitu sebesar 20%.13 Sedangkan di Malaysia prevalensinya sebesar 10,2 %,14 sementara di Bangladesh sebesar 8 – 12 %.15 Penelitian lain di Sri Lanka mendapatkan prevalensi SPB sebesar 11%.16 Berdasarkan penelitian berbasis komunitas yang dilakukan pada tahun1996, diketahui bahwa 10 -20% anak usia sekolah menderita sakit perut berulang dan 15% di antaranya duduk di tingkat menengah dan tingkat atas sekolah.17 Jenis kelamin perempuan lebih sering menderita sakit perut berulang dibandingkan laki-laki dengan perbandingan 5 banding 3.18.19

2.3Klasifikasi

Sakit perut berulang dibagi menjadi dua tipe yaitu organik dan non organik.20 Sakit perut berulang non organik, disebut juga sebagai sakit perut berulang fungsional (functional recurrent abdominal pain) merupakan sakit perut yang tidak dapat dijelaskan adanya suatu kelainan atau abnormalitas dalam struktur, fisiologi atau biokimia tubuh.6,21 Saat ini, dasar diagnosis sakit perut berulang adalah kriteria Rome III.22,23

Berikut ini adalah klasifikasi sakit perut berulang berdasarkan kriteria Rome III:22

1. Dispepsia fungsional. Gejala yang muncul berupa mual, muntah, rasa penuh. Prevelensinya pada anak 0 sampai 12 tahun di Italia 0.3%. Penyebab

(3)

utama yaitu gagalnya motilitas gaster, lamanya pengosongan gaster atau tidak adekuatnya relaksasi gaster setelah makan.

Diagnosis berdasarkan kriteria Rome III:11

a. Nyeri persisten atau berulang atau rasa tidak enak pada perut tengah atas.

b. Tidak hilang dengan defekasi atau berhubungan dengan onset frekuensi defekasi dan bentuk tinja.

c. Tidak ada bukti tentang kejadian inflamasi, kelainan anatomis, metabolik atau neoplasma yang dapat dijelaskan dengan gejala penderita.

Kriteria paling sedikit dialami 1 kali dalam 1 minggu dan paling sedikit telah dialami 2 bulan sebelum diagnosis dan mencakup semua gejala tersebut di atas.

2. Irritable bowel syndrome: prevalensi 22% sampai 45% dari kasus sakit perut berulang fungsional pada anak.17

Diagnosis ditegakkan berdasarkan:22

a. Rasa tidak enak pada perut (rasa tidak nyaman dan tidak dapat di- gambarkan sebagai nyeri) atau nyeri dihubungkan dengan dua atau lebih gejala berikut:

- Dirasakan perbaikan dengan defekasi

- Onset dihubungkan dengan perubahan frekuensi tinja

- Onset dihubungkan dengan perubahan bentuk tinja

b. Tidak ada bukti kejadian inflamasi, kelainan anatomis, metabolik atau neoplasma yang dapat dijelaskan dengan gejala penderita.

(4)

Kriteria paling sedikit 1 kali tiap 1 minggu dan paling sedikit telah terjadi 2 bulan sebelum didiagnosis.

3. Abdominal migraine: Biasanya dihubungkan dengan stres fisik dan mental. Gejala berupa anoreksia, mual, muntah, sakit kepala, fotofobia atau pallor dan dapat berakhir dalam 1 jam sampai beberapa hari sejak gejala muncul. Prevalensi abdominal migraine pada anak berkisar 1% sampai 4% dan lebih sering terjadi pada anak perempuan dibandingkan anak laki-laki (3 banding 2). Umur rata-rata saat diagnosis adalah 7 tahun.15,16

Diagnosisnya adalah:23

a. Episode paroksimal, nyeri periumbilikal akut, hilang dalam 1 jam atau lebih setelah gejala muncul.

b. Mempengaruhi kesehatan, berakhir dalam minggu sampai bulanan. c. Nyeri mempengaruhi aktivitas.

d. Sakit dirasakan berhubungan dengan 2 gejala:

- Anoreksia - Mual - Muntah - Sakit kepala - Fotofobia - Pallor

e. Tidak ada tanda kejadian inflamasi, kelainan anatomis, metabolik atau neoplasma yang dapat dijelaskan dengan gejala penderita.

(5)

4. Sakit perut fungsional Gejala:24

a. Sakit perut episodik atau terus menerus.

b. Tidak termasuk dalam kriteria functional abdominal pain syndrome lainnya.

c. Tidak ada bukti kejadian inflamasi, kelainan anatomis, metabolik atau neoplasma yang dapat dijelaskan dengan gejala penderita.

Kriteria dipenuhi paling sedikit sekali per minggu dan sudah terjadi paling sedikit dalam 2 bulan sebelum didiagnosis.

Lokasi sakit perut berulang yang tersering di daerah umbilikus. Harus diwaspadai juga bahwa nyeri perut epigastrial sering dihubungkan dengan gejala kembung, mual, rasa penuh, sendawa. Gejala lainnya berupa nyeri dibawah umbilikus yaitu kram, kembung dan distensi.25

2.4 Etiologi

Faktor psikofisiologi merupakan etiologi terbanyak kelainan fungsional saluran cerna yaitu berkisar 90 sampai 99%. Sedangkan kelainan organik berkisar 5 sampai 10% kasus.1 Pada anak usia dibawah 4 tahun, nyeri perut berulang paling banyak disebabkan oleh kelainan organik (tabel 1).19

Etiologi SPB dapat dibedakan dalam kelompok non-organik, organik, dan kelompok etiologi yang jarang namun dapat menyebabakan SPB. Yang termasuk ke dalam penyebab non-organik adalah sindroma sakit perut berulang, irritable bowel syndrome, dyspepsia non-ulkus. Sedangkan yang termasuk ke dalam kelompok

(6)

organik yaitu oleh karena kelainan saluran cerna, intoleransi laktosa, konstipasi kronis, infeksi parasit, celiac disease, dysmenorrheal pada perempuan,

esofagitis/gastrointestinal reflux, dll.

Tabel 1: Etiologi sakit perut berulang.19

Non Organik

1. Sindroma sakit perut berulang: • Sakit perut tidak spesifik

• Sering pada daerah periumbilikal

• Tidak memiliki karakteristik pola temporal

• Mungkin lebih baik pada akhir pekan dan liburan sekolah • Mungkin memiliki masalah psikososial atau keluarga 2. Irritable bowel syndrome

• Kram intermitten, konstipasi dan diare • Lokasi paling sering pada perut bawah 3. Dispepsia Non-ulkus

• Nyeri seperti ulkus peptikum

• Kemungkinan akibat masalah psikososial • Respon antasida

Organik

1. Saluran cerna 2. Intoleransi Laktosa

• Jarang pada anak yang lebih besar

• Gejala berhubungan dengan asupan laktosa • Gejala: kembung, kram, diare

3. Konstipasi kronis 4. Infeksi parasit

• Gejala: kembung, kram, diare • Terdapat darah tinja

5. Celiac disease

6. Dysmenorrhea

7. Gastrointestinal reflux disease / esofagitis

8. Gastritis Helicobacter pylori

• Penyebab gastritis kronis pada anak dan dewasa • Dihubungkan dengan ulkus lambung

• Nyeri tekan epigastrium dan simptom nocturnal. 9. Pankreatitis

10. Penyakit hepatobilier

11. Infeksi Yersinia (Y. Enterocolitica, Y. Pseudotuberculosis)

12. Malformasi anatomis (seperti: Diverticulum meckel, malrotasi, duplikasi) 13. Penyakit neoplasma

14. Infeksi kandung kemih

Jarang tetapi penyebab patologi nyeri perut berulang

1. Penyebab bedah

• Kista kholedokus: nyeri perut hipokondrium dengan atau tanpa massa atau jaundice • Diverticulum Meckel: terdapat darah pada tinja dan anemia

• Volvulus intermiten

2. Abdominal migraine

(7)

• Episode karakteristik selalu dihubungkan dengan mual • Muntah

• Dapat terjadi dalam beberapa jam, berakhir ketika anak tertidur dan lebih baik ketika terbangun

3. Abdominal epilepsi

• Penyebab tidak umum nyeri perut berulang • Anak dengan sensorium sadar selama serangan

2.5 Diagnosis

Anamnesis pada sakit perut berulang meliputi usia, jenis kelamin, rasa sakit (lokalisasi, sifat dan faktor yang menambah atau mengurangi rasa sakit tersebut, lama sakit, dan rasa sakit seperti ini sebelumnya), gejala penyerta (anoreksia, muntah, diare dan demam), pola defekasi, pola miksi, siklus haid, akibat sakit perut pada anak (kemunduran kesehatan, nafsu makan anak), gejala/gangguan traktus respiratorius, gangguan muskuloskeletal, aspek psikososial, trauma, penyakit yang pernah di derita dalam keluarga.23 Kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Berikut adalah alur diagnosis dan manajemen sakit perut berulang pada anak.

(8)

Anak dengan sakit perut berulang

Anamnese dan pemeriksaan fisik

Sakit perut fungsional Organik

1. Anak > 3 tahun 1. Anak < 3 tahun

2. Nyeri perut periumbilikus 2. Nyeri jauh dari umbilikus 3. Tidak mengganggu tidur anak 3. Nyeri nocturnal

4. Anak makan dan tumbuh dengan baik 4. Anak kehilangan berat badan

5. Pemeriksaan fisik normal 5. Darah di tinja

6. Terdapat masalah psikososial 6. Pemeriksaan fisik abnormal seperti: pallor, jaundice, massa

abdomen

Medis/Bedah

Medis/bedah

Sakit perut berulang yang disebabkan oleh kelainan organik mempunyai tanda peringatan (alarm symptoms) seperti terlihat pada tabel 2.1,19

1. Simptomatik

2. Rasa aman, menghindari stress dan cemas

3. Modifikasi makanan

4. Percobaan diet bebas laktosa selama 2 minggu

5. Pantau ulang

Pemeriksaan dasar (first line): Darah lengkap, Eritrosit sedimen rate/ C- reaktif protein, analisis urin, Pemeriksaan tinja: parasit, kista.

Pemeriksaan lanjutan (second line):

Foto polos abdomen, LFT, RFT, USG, Breath hidrogen test, Barium follow through, PH metri, endoskopi.

(9)

Tabel 2:Red flag anamnese dan pemeriksaan fisik pada sakit perut berulang.19 Red flag: anamnese sakit perut berulang.

• Nyeri terlokalisir, lokasi nyeri jauh dari umbilikus, nyeri timbul tiba-tiba.

• Nyeri berhubungan dengan perubahan kebiasaan BAB, diare, konstipasi atau nocturnal bowel movement, disuria, rash, artritis.

• Terbangun pada malam hari akibat nyeri.

• Perdarahan gastrointestinal.

• Berhubungan dengan menstruasi.

• Muntah terus menerus, terutama jika gangguan bilier.

• Gejala konstitusional seperti demam berulang, hilang selera makan.

• Terjadi pada anak < 4 tahun.

Red flag: pemeriksaan fisik sakit perut berulang.

• Kehilangan berat badan atau kemunduran kecepatan pertumbuhan.

• Organomegali

• Lokasi nyeri tekan perut, berpindah dari umbilikus.

• Kelainan perirektal (seperti fissura dan ulserasi)

• Pembengkakan sendi, merah atau panas.

Pallor, rash, hernia pada dinding abdomen.

2.6 Kecerdasan atau Intelligence Quotient (IQ)

Manusia beraktivitas dan berinteraksi dengan sesamanya bergantung dari

kesanggupannya dalam berfikir.26 Hal ini biasa disebut sebagai

kecerdasan/inteligensi. Inteligensi seseorang akan tampak pada perbuatannya. Misalnya, seseorang yang pandai dalam ilmu pasti, maka disebut berinteligensi di bidang abstrak.27 Sama halnya jika ia pandai bergaul dalam masyarakat, maka ia disebut berinteligensi dalam bidang sosial, dan lain-lan.26,28 Untuk mampu berpikir dan belajar dengan baik dibutuhkan kecakapan kecerdasan atau IQ, kecakapan emosi, dan religi.

Intelektual seseorang sering dijadikan sebagai indikator berhasil tidaknya seorang anak di sekolah dan setiap anak akan memiliki inteleketualitas yang berbeda-beda.29 Beberapa ahli menekankan fungsi inteligensi untuk membantu

(10)

penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungannya.28 Ahli lain menekankan bahwa inteligensi digambarkan sebagai suatu kecakapan. William Stern, seorang psikologi mendefenisikan inteligensi sebagai kesanggupan jiwa untuk menghadapi dan mengatasi kesulitan-kesulitan baru dengan sadar, dengan berfikir cepat dan tepat.30 Sedangkan menurut Charles Speraman, inteligensi terdiri dari kemampuan menalar yang sifatnya alamiah (general factor) yang digunakan untuk menyelesaikan berbagai tugas, serta sejumlah kemampuan khusus (specific factors) yang digunakan untuk menyelesaikan tugas-tugas spesifik.26,31 Menurut Howard Gardner inteligensi adalah kecakapan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya, kecakapan untuk mengembangkan masalah baru untuk dipecahkan dan kecakapan untuk membuat sesuatu atau melakukan sesuatu yang bermanfaat dalam kehidupannya.27,32

Dari beberapa definisi tersebut, disimpulkan bahwa intelegensi merupakan reaksi mental dan fisik yang dijalankan secara cepat, gampang, sempurna, dan dapat diukur dengan prestasi.33 Intelegensi merujuk pada cara individu berbuat, apakah berbuat dengan cara yang cerdas atau tidak cerdas sama sekali. Suatu perbuatan yang cerdas ditandai oleh perbuatan yang cepat dan tepat.26

Kepribadian individu merupakan satu kesatuan, tetapi dapat dibedakan dalam beberapa aspek yaitu, intelektual, fisik-motorik, sosial, dan emosional. Aspek intelektual merupakan sisi yang menonjolkan kekuatan sedangkan sisi emosional menonjolkan karakteristik. Aspek intelektual disebut juga sebagai kecakapan (ability) yaitu merupakan suatu kemampuan dalam mengenal, memahami,

(11)

menganalisa, menilai dan memecahkan masalah-masalah dengan menggunakan rasio atau pemikiran.28,33,34

Ada banyak faktor yang dapat menentukan intelligence quotient (IQ) pada anak, antara lain gen, usia ibu saat melahirkan, konsumsi air susu ibu (ASI), mendengarkan musik sejak dalam kandungan dan menonton video pendidikan untuk bayi.35

Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi inteligensi: 1. Faktor keluarga

Lingkungan keluarga merupakan faktor pendukung terpenting bagi kecerdasan anak. Anak menghabiskan waktu dalam lingkungan keluarga seanjang masa perkembangannya. Pengaruh lingkungan rumah ini juga berkaitan dengan masalah stimulus dan pola asuh anak.

2. Faktor sosial ekonomi a) Sosial ekonomi keluarga

Dengan sosial ekonomi yang memadai, seseorang lebih berkesempatan mendapatkan fasilitas belajar yang lebih baik, mulai dari alat tulis hingga pemilihan sekolah. Selain itu anak yang hidup dalam keluarga dengan sosial ekonomi yang baik mendapatkan nutrisi yang memadai. Begitu juga sebaliknya dengan sosial ekonomi yang kurang memadai, seseorang juga kurang mendapatkan kesempatan mendapatkan fasilitas belajar yang baik dan nutrisi yag baik.

b). Pendidikan orang tua

(12)

memperhatikan dan memahami pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya, dibandingkan dengan yang mempunyai jenjang pendidikan yang lebih rendah. 3. Faktor edukasi

Kecerdasan dalam diri seorang anak tidak muncul begitu saja. Di luar potensi yang diberikan, cerdas juga berarti ketekunan memelajari sesuatu. Selain

pendidikan yang diberikan orang tua di rumah, peran sekolah juga besar. Sekolah merupakan rumah kedua bagi anak yang memungkinkannya mentransfer

pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai kehidupan.

Intelligence quoitient atau IQ merupakan satuan nilai yang menunjukkan taraf kemampuan skolastik seseorang.26 Secara umum IQ bisa diukur dengan mengggunakan suatu alat (tool).

Uji IQ hanya terbatas sebagai alat untuk mengukur kemampuan verbal, logika matematika, dan spasial yaitu sejumlah kemampuan yang dikembangkan dalam lingkup akademis (sekolah).26,28 Sebagai alat untuk mengukur potensi akademis, maka IQ tepat digunakan untuk meramalkan kesuksesan seorang anak di bidang akademis kelak. Sejak dini sudah dapat diukur sejumlah potensi akademisnya sehingga dapat ditentukan apakah anak siap atau tidak untuk mengikuti sekolah.28 Dari sejumlah penelitian terhadap keluarga, anak adopsi,35 dan saudara kembar,36 dapat disimpulkan bahwa faktor genetik memiliki pengaruh yang sangat bermakna terhadap inteligensi seseorang. Diperkirakan 40-80% perbedaan inteligensi pada individu dipengaruhi oleh faktor keturunan atau faktor genetis.37 Namun demikian, penelitian-penelitian tersebut juga menemukan bahwa faktor lingkungan turut mempengaruhi tingkat kecerdasan seorang anak.26,35

(13)

Adapun sejumlah faktor lingkungan yang turut mempengaruhi perbedaan intelegensia antar individu antara lain stimulus dari lingkungan, terutama orang tua atau keluarga yang peka terhadap kemampuan yang ditampilkan anak, tempat tinggal atau lingkungan yang kaya akan fasilitas penunjang kecerdasan, stimulus pendidikan dan pelatihan yang memadai.37

Istilah IQ berasal dari bahasa Jerman yaitu

intelligenz-quoitient

yang

pertama kali diperkenalkan oleh seorang psikolog bernama William Stem.

38

IQ atau tingkatan dari Intelligence Quotient, adalah skor yang diperoleh dari

sebuah alat tes kecerdasan

.

Dengan demikian, IQ hanya memberikan sedikit

indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan

kecerdasan seseorang secara keseluruhan.

Skor IQ mula-mula diperhitungkan dengan membandingkan umur

mental (

mental age

) dengan umur kronologik (

chronological age

). Bila

kemampuan individu dalam memecahkan persoalan-persoalan yang

disajikan dalam tes kecerdasan (umur mental) tersebut sama dengan

kemampuan yang seharusnya ada pada individu seumur dia pada saat itu

(umur kronologis), maka akan diperoleh skor 1. Skor ini kemudian dikalikan

100 dan dipakai sebagai dasar perhitungan IQ. Tetapi kemudian timbul

masalah karena setelah otak mencapai kemasakan, tidak terjadi

perkembangan lagi, bahkan pada titik tertentu akan terjadi penurunan

kemampuan.

(14)

Nilai IQ digunakan untuk memprediksi pencapaian di sekolah, kebutuhan khusus, pekerjaan dan pendapatan seseorang. Saat ini banyak studi tentang IQ dalam populasi dan mencari hubungannya dengan bebagai variabel.

Intelligence Quotient atau IQ pada anak biasanya menjadi tolok ukur terhadap kecerdasannya di dalam bidang pendidikan.39 Namun, seiring bertambahnya usia dan kedewasaan, nilai IQ anak bisa mengalami peningkatan. Sebuah penelitian di Inggris terhadap 33 orang anak menemukan bahwa terjadi perbaikan nilai IQ di mana mereka bisa menaikkan nilai IQ sebelumnya hingga mencapai 20 angka dalam kurun waktu empat tahun.39 Penelitian tersebut dilakukan pada 19 orang anak laki-laki dan 14 orang anak perempuan dengan melakukan pemeriksaan pemindaian (scan) otak dan uji IQ verbal dan non verbal di tahun 2004 dan kemudian di tahun 2008. Hasil yang diperoleh adalah terdapat perubahan IQ verbal hingga 39% pada remaja, di mana 21% menunjukkan perubahan dalam penampilan IQ. Nilai IQ verbal mencapai 138 di usia 17 tahun dari angka 120 saat masih berusia 13 tahun, sementara nilai IQ non verbal ikut naik dari angka 85 menjadi 103.40 Peningkatan IQ verbal berhubungan dengan peningkatan kepadatan daerah korteks motorik kiri yaitu daerah yang diaktifkan selama proses berbicara. Sedangkan peningkatan IQ non verbal berkaitan dengan peningkatan kepadatan serebelum anterior yaitu daerah yang berperan pada pergerakan tangan. Namun demikian, penelitian tersebut belum dapat menjelaskan apa yang menjadi penyebab perubahan tersebut.41

Saat ini ada beberapa jenis tes intelligence quotient (IQ) yang dikenal yaitu tes inteligensi Binet, Wechsler, tes progressive matrices (PM). Tes inteligensi Binet

(15)

merupakan yang tes yang tertua dan diperkenalkan oleh Alfred Binet pada tahun 1905 di Prancis. Tes ini khusus diperuntukkan bagi anak usia 2 -15 tahun.38

Tes Wechsler pertama kali disusun tahun 1939 dan diberi nama sebagai

Wechsler Belleveu Intelligence Scale (WBIS) dan direvisi pada tahun 1955 menjadi Wecshler Adult Intelligence Scale (WAIS) yang diperuntukkan untuk individu dewasa.39 Namun, untuk anak-anak, Wecshler juga mengembangkan tes sejenis yang diberi nama Wecshler Intelligence Scale for Children (WISC) yang diterbitkan pada tahun 1949. Tes ini terdiri dari dua golongan yaitu skala verbal dan skala performan.

Skala verbal terdiri dari informasi, pemahaman, hitungan, kesamaan, kosakata, rentang angka. Sedangkan skala performasi terdiri dari kelengkapan gambar, susunan gambar, rancangan balok,perakitan objek, sandi, taman sesat. Tes ini diperuntukkan untuk anak berusia 6 tahun sampai 16 tahun 11 bulan. Yang melakukan tes ini adalah seorang psikolog klinis, dan waktu yang dibutuhkan untuk penilaan berkisar 45 menit sampai 60 menit.38,42

2.6.5 Sakit perut berulang pada anak usia sekolah dan intelligence quotient (IQ)

Nyeri atau rasa sakit yang dirasakan seorang anak/remaja akan membawa dampak yang negatif dalam kehidupan dan keluarganya.43,44 Seorang remaja yang sering menderita nyeri yang berulang akan menyebabkan angka absensi di sekolah

(16)

menjadi tinggi karena anak menjadi lebih sering tidak hadir untuk mengikuti proses belajar mengajar.45 Selain hal tersebut, anak akan mengalami hambatan aktivitas fisik seperti gangguan tidur, gangguan emosi, dan lain-lain.43 Oleh karena itu, hubungan antara sekit perut berulang dan intelligence quotient (IQ) pada anak kompleks dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya.

Seorang anak yang sedang berada pada usia sekolah, nyeri berulang dilaporkan menganggu kehidupan sosialnya.46 Penelitian mengenai kualitas hidup pada anak/remaja yang menderita nyeri berulang umumnya menunjukkan tingginya gangguan kehidupan psikososial anak tersebut.24,45 Seiring dengan tingginya angka ketidakhadiran di sekolah, gangguan emosi dan keterbatasan fisik yang dialami akibat nyeri berulang tersebut,43 maka timbul suatu pemikiran apakah dengan keadaan remaja yang mengalami nyeri berulang dapat mempengaruhi intelligence quotient (IQ) seorang anak.46 Sejauh ini telah diketahui bahwa ditemukan adanya hubungan yang erat antara nyeri kronis yang diderita oleh seorang anak usia sekolah/remaja dengan penampilannya/pencapaiannya di sekolah.47 Dari 62 orang anak yang menderita sakit kronis dilakukan uji intelligence quotient (IQ) di pusat reumatologi dengan menggunakan uji standar Weschler Intelligence Scale for Children-Revised dan diperoleh tingkat IQ anak-anak tersebut pada level rata-rata.39

Penelitian mengenai penampilan 37 orang anak di Jerman yang menderita

nyeri kronis berupa migran menunjukkan bahwa penampilan anak-anak tersebut berada pada tingkat rata-rata di kelasnya masing-masing.43 Dengan temuan ini, diketahui bahwa penampilan anak di sekolah yang dinilai berdasarkan tingkat intelligence quotient (IQ)nya sesungguhnya bukan satu-satunya faktor yang

(17)

mempengaruhi pencapaian anak di sekolah.48,49,50 Anak usia sekolah yang menderita sakit perut berulang dapat mengalami hambatan di sekolah yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan.37,40

2.6. Kerangka konseptual

Keterangan : Yang diamati dalam penelitian

Kebiasaan dan

cara hidup

Sakit perut berulang fungsional Predisposisi somatik, disfungsi penyakit Fakor lingkungan Watak, pola respon

Depresi dan cemas Tingkat

intelligence quoient (IQ)

Gambar

Tabel 1: Etiologi sakit perut berulang. 19
Foto polos abdomen, LFT, RFT, USG,  Breath hidrogen test, Barium follow  through, PH metri, endoskopi

Referensi

Dokumen terkait

(5) Besaran Standar Satuan Harga untuk insentif Tenaga Lainnya pada Perangkat Daerah yang terlibat dalam penanganan COVID-19 sebesar Rp100.000,00 (seratus ribu

Variabel terikat (dependent) yaitu hasil belajar siswa (Y) yang diberi perlakuan berupa pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif

Citra penampilan ini lebih ditujukan kepada subjeknya, bagaimana kinerja atau penampilan diri (performance image) para professional pada perusahaan bersangkutan. Misalnya

Berdasarkan latar belakang bahwa Kabupaten Sumbawa Barat telah berusaha melaksnakan berbagai program penanggulangan kemiskinan, namun kenyataannya angka kemiskinan masih

bahwa kriteria teknis yang digunakan untuk menentukan produk industri kehutanan tertentu yang dapat diekspor sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Perdagangan

Selanjutnya adapun tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mendeskripsikan peningkatan motivasi belajar dalam mata pelajaran Al- Quran Hadis materi hukum bacaan nun

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa keterampilan proses sains siswa pada kelas eksperimen mengalami peningkatan N-gain sebesar 0,68 dengan kriteria “sedang”,

Untuk memudahkan membuat soal pilihan berganda, setiap soal akan dibuat dalam 1 frame, sehingga jika jumlah soal ada 9, maka jumlah frame yang dibuat ada 9..