• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis ritel merupakan bagian dari saluran distribusi yang memegang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Bisnis ritel merupakan bagian dari saluran distribusi yang memegang"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1  

1.1 Latar Belakang Penelitian

Bisnis ritel merupakan bagian dari saluran distribusi yang memegang peranan penting dalam rangkaian kegiatan pemasaran dan merupakan perantara dan penghubung antara kepentingan produsen dan konsumen. Usaha ritel adalah semua aktivitas yang melibatkan penjualan barang dan jasa, langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan yang sifatnya pribadi, dan bukan bisnis. (Utami C. W., 2017, p. 6)

Bisnis ritel di Indonesia mengalami perkembangan cukup pesat pada beberapa tahun terakhir ini. Namun pola perilaku belanja pelanggan yang sedikit demi sedikit berubah, perlu direspon secara aktif oleh peritel untuk dapat mempertahankan keberlanjutan usahanya dalam jangka panjang. (Utami C. W., 2017, p. 16).

Secara makro, perkembangan industri ritel tidak terlepas dari pengaruh tiga faktor utama yaitu faktor ekonomi, demografi, dan sosial budaya. Faktor ekonomi yang menunjang pertumbuhan industri ritel, terutama adalah pendapatan per kapita penduduk Indonesia maupun pertumbuhan ekonomi yang terus menunjukan kecenderungan meningkat. Faktor berikutnya adalah demografi, ditandai dengan adanya peningkatan jumlah penduduk Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), laju pertumbuhan penduduk di Indonesia diperkiraan berjumlah 242 juta jiwa pada tahun 2010. Sementara itu, elemen

(2)

penting dari faktor yang mendorong pertumbuhan industri ritel adalah meningkatnya jumlah penduduk golongan menengah, yang merupakan pasar potensial bagi industri ritel. Faktor sosial budaya, seperti terjadinya perubahan gaya hidup dan kebiasaan beberlanja juga turut berpengaruh terhadap perkembangan ritel di Indonesia, dimana konsumen saat ini menginginkan tempat berbelanja yang aman, lokasinya mudah dicapai, ragam barang yang bervariasi, dan sekaligus dapat digunakan sebagai tempat rekreasi. (Utami C. W., 2017, pp. 31-37)

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menuturkan bahwa saat ini penjualan ritel mengalami penurunan karena daya beli masyarakat yang melemah, hal ini terbukti karena kondisi ritel pada tahun 2015 berada di kisaran 11%, dan mengalami penurunan pertumbuhan menjadi 9% pada tahun 2016, dan memprediksi pertumbuhan ritel pada tahun 2017 akan berada di kisaran 7%-7.5%. Beliau menambahkan terdapat sekitar 20 ritel besar dan hampir 30 tenant di mal yang menutup toko mereka tahun lalu. (Roy Mande, 2018).

Industri ritel di Indonesia tengah mengalami perlemahan yang ditunjukkan dengan bergugurannya gerai ritel di dalam negeri seperti Hero Supermarket, Ramayana, Matahari Departement Store, dan Lotus Departement Store. Berbagai alasan pun melatarbelakangi fenomena ini.

Direktur Keuangan PT Hero Supermarket mengatakan bahwa lesunya perekonomian di Indonesia yang dimulai dari awal tahun 2015 menjadi salah satu alasan PT Hero Supermarket Tbk. menutup 74 gerainya. Penutupan gerai tersebut

(3)

terdiri dari 39 gerai Starmart, 22 outlet Guadian, 10 gerai Hero, dan tiga gerai Giant. (Hero Xavier Thiry, 2015).

Lotus dan Sogo merupakan gerai ritel yang berada di bawah bendera PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI). CEO Sogo Indonesia mengungkapkan bahwa MAPI tidak ingin egois mempertahankan gerai yang mencatatkan kinerja negatif dengan mengorbankan gerai lain yang justru mencetak keuntungan. (Handaka Santoso, 2017).

Fenomena ini terjadi pula pada PT Matahari Putra Prima Tbk. Sekretaris Perusahaan PT Matahari Putra Prima mengatakan bahwa gerai yang tidak memberikan kontribusi positif menjadi alasan Hypermart menutup dua gerainya yang dianggap tak menguntungkan. PT Matahari Putra Prima Tbk. mencatatkan penyusutan jumlah gerai hingga 80 gerai dalam 2 tahun terakhir. Adapun jumlah gerai pada akhir 2018 mencapai 219 gerai. Hal itu berdampak langsung pada pemutusan tenaga kerja (PHK) sebagai hal yang tidak dapat dihindari. (Danny Kojongian, 2019).

Tutupnya Lotus sempat ditanggapi oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Dia memastikan pemerintah tidak akan tinggal diam melihat gerai- gerai ritel berjatuhan. Menurutnya, alasan ritel modern menutup gerainya bisa saja disebabkan oleh rencana transformasi ke online, hal itu menyusul perkembangan ekonomi digital. Pemerintah lanjut dengan Sri Mulyani, menilai sektor ritel sebagai salah satu sektor yang penting bagi ekonomi. Sebab sektor tersebut berhubungan langsung dengan kebutuhan konsumsi masyarakat.

(4)

Kondisi perekonomian pada perusahaan ritel di Indonesia yang masih belum menentu ini mengakibatkan tingginya resiko suatu perusahaan untuk mengalami kesulitan keuangan atau bahkan kebangkrutan. Kesalahan prediksi terhadap kelangsungan operasi suatu perusahaan di masa yang mendatang dapat berakibat fatal yaitu kehilangan pendapatan atau investasi yang telah ditanamkan pada suatu perusahaan. Oleh karena itu, pentingnya suatu model prediksi kebangkrutan suatu perusahaan menjadi hal yang sangat dibutuhkan oleh berbagai pihak.

Penelitian mengenai alat deteksi kebangkrutan telah banyak dilakukan beberapa peneliti sehingga memunculkan berbagai model prediksi kebangkrutan. Model ini digunakan sebagai alat untuk memprediksi kondisi perusahaan sebelum perusahaan mengalami kebangkrutan. Beberapa alat deteksi kebangkrutan yang dapat digunakan yaitu diantaranya metode Altman Z-score (1968) (Nidhi & Jatinderkumar, 2013)

Altman pada tahun 1968 menemukan suatu alat atau model yang mampu memprediksi keadaan keuangan suatu perusahaan yang disebut sebagai Altman Z-Score dimana model ini menggunakan 4 (empat) jenis rasio keuangan untuk memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan, dimana diantaranya yaitu Working Capital to Total Assets, Retained Earnings to Total Assets, Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets, Market Value of Equity to Book Value of Total Debt.

Analisis model Zmijewski ditemukan oleh Zmijewski pada tahun 1983 dengan menggunakan 3 (tiga) rasio keuangan yaitu, Debt Ratio, Current Ratio dan

(5)

Return On Assets. Analisis model Springate dikembangkan pada tahun 1978 oleh Gorgon L.V Springate. Dengan mengikuti prosedur yang dikembangkan oleh Altman, ada 4 (empat) rasio yang digunakan antaranya Working Capital to Total Assets, Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets, Earnings Before Taxes to Current Liabilites dan Sales to Total Assets.

Model Grover ditemukan oleh Jeffrey S. Grover pada tahun 2001 dimana dalam model ini hanyak menggunakan 3 (tiga) jenis rasio yaitu Working Capital to Total Assets, Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets dan Return On Assets. Dari berbagai model prediksi kebangkrutan yang telah ada perusahaan-perusahaan menjadi mampu untuk menganalisis keadaan keuangan perusahaan-perusahaan apakah perusahaan tersebut berada dalam posisi akan bangkrut atau tidak.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ni Made Evi Dwi Prihanthini dan Maria M. Ratna Sari (2013) dengan judul Analisis Prediksi Kebangkrutan dengan Model Grover, Altman Z-Score, Springate dan Zmijewski pada Perusahaan Food and Beverage di BEI melakukan penelitian kebangkrutan dengan model Grover, Altman Z-Score, Springate, dan Zmijewski pada perusahaan food and beverage di Bursa Efek Indonesia. Data yang digunakan adalah laporan keuangan periode 2008 sampai 2012. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan terdapat perbedaan anatara model Grover merupakan model prediksi yang paling sesuai diterapkan pada perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) karena model ini memiliki tingkat keakuratan yang paling tinggi dibandingkan dengan model prediksi lainnya yaitu sebesar 100%.

(6)

Christoforus Adhitya Sondakh, Sri Murni dan Yunita Mandagie (2014) dengan judul Analisis Potensi Kebangkrutan dengan menggunakan Metode Altman Z-Score, Springate, dan Zmijewski pada Industri Perdagangan Ritel yang terdaftar di BEI Periode 2009-2013. Data yang digunakan adalah laporan keuangan periode 2009-2013. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa dari perhitungan Standar Deviasi rata-rata, analisis Springate lah yang memiliki tingkat keakuratan lebih tinggi.

Dega Kusumaningtyas (2017) dengan judul Analisis Prediksi Kebangkrutan dengan menggunakan Model Zmijewski, Springate, dan Fulmer pada Perusahaan Ritel di Bursa Efek Indonesia menuturkan hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan model Zmijewski, ada 13 perusahaan (15,29%) dari total perusahaan dalam periode penelitian mengalami kondisi tidak sehat. Berdasarkan model Springate ada 18 perusahaan (22,35%) dari total perusahaan dalam periode penelitian mengalami kondisi tidak sehat. Dan berdasarkan model Fulmer ada 7 perusahaan (8,24%) dari total perusahaan dalam periode penelitian yang mengalami kondisi tidak sehat. Secara keseluruhan, model Springate adalah model yang memberikan prediksi lebih baik daripada kebanyakan model lainnya.

Berdasarkan fenomena dan adanya perbedaan hasil penelitian terdahulu, penulis tertarik melakukan penelitian dengan tema : Perbandingan Analisis Dalam Memprediksi Kebangkrutan Dengan Menggunakan Model Altman Z-Score, Zmijewski, Springate, Dan Grover (Studi Empiris pada Perusahaan Ritel yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2017).

(7)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka penulis dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Apakah perusahaan ritel yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2013-2017 berada dalam posisi terancam bangkrut dengan menggunakan model prediksi kebangkrutan Altman.

2. Apakah perusahaan ritel yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2013-2017 berada dalam posisi terancam bangkrut dengan menggunakan model prediksi kebangkrutan Zmijewski.

3. Apakah perusahaan ritel yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2013-2017 berada dalam posisi terancam bangkrut dengan menggunakan model prediksi kebangkrutan Springate.

4. Apakah perusahaan ritel yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2013-2017 berada dalam posisi terancam bangkrut dengan menggunakan model prediksi kebangkrutan Grover.

5. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan dari setiap model yang digunakan dalam menganalisis prediksi kebangkrutan pada perusahaan ritel Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2013- 2017.

(8)

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Adapun maksud dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perusahaan ritel yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013-2017 yang berada dalam posisi terancam bangkrut dengan menggunakan model Altman.

2. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perusahaan ritel yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013-2017 yang berada dalam posisi terancam bangkrut dengan menggunakan model Zmijewski.

3. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perusahaan ritel yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013-2017 yang berada dalam posisi terancam bangkrut dengan menggunakan model Springate.

4. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perusahaan ritel yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013-2017 yang berada dalam posisi terancam bangkrut dengan menggunakan model Grover.

5. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan dari setiap model yang digunakan dalam menganalisis prediksi kebangkrutan pada perusahaan ritel Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2013- 2017.

(9)

1.3.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan informasi menyangkut analisis prediksi kebangkrutan terhadap model Altman Z-score, Zmijewski, Springate, dan Grover. 2. Membantu menganalisis tingkat kesehatan pada perusahaan ritel yang ada

di Indonesia. 1.4 Kegunaan Penelitian

1. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai prediksi kebangkrutan menggunakan model Altman Z-Score, Zmijewski, Springate dan Grover di perusahaan ritel yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2013-2017.

2. Bagi Pihak Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan dapat membantu perusahaan dalam mengantisipasi kebangkrutan dan dapat menganalisis kesehatan keuangan perusahaan sehingga tidak mengalami kebangkrutan dimasa yang akan datang.

3. Calon Investor

Dapat menggunakan perhitungan kebangkrutan guna menjadi pertimbangan dalam perencanaan untuk melakukan investasi dan mengantisipasi kebangkrutan perusahaan – perusahaan dimana ditanamkan invetasinya.

(10)

4. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk pengembangan serta menjadi sumber informasi atau masukan bagi peneliti selanjutnya dalam bidang yang sama.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan retail yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2017 yang dipublikasikan melalui situs internet

www.idx.co.id. Waktu penelitian dilakukan dari bulan November 2018 sampai

Referensi

Dokumen terkait

Proses produksi yang dijalankan oleh industri terigu untuk menghasilkan tepung terigu yang terutang PPN dan by product gandum yang dibebaskan dari PPN,

Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu dan fenomena praktis yang terjadi, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul: Pengaruh

Berdasarkan dari hasil pemaparan teori dan penelitian terdahulu mengenai fenomena masalah yang diteliti dalam penelitian ini, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

Analisis Gambaran Umum Kondisi Daerah Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Evaluasi Kondisi Perekonomian & Keuangan Daerah Persiapan Penyusunan RKPD Pengolahan Data

Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian terhadap efek penurunan kadar glukosa darah ekstrak air herba jaka tuwa untuk menjamin kebenaran penggunaannya sebagai obat antidiabetes

Sedangkan untuk pengukuran pendapatan, perusahaan melakukan pengukuran berdasarkan nilai wajar dari imbalan yang diterima atau yang dapat diterima dalam bentuk kas

Sehubungan dengan adanya perbedaan hasil penelitian dari penelitian terdahulu, maka penulis tertarik melakukan penelitian mengenai “Analisis Potensi dan Efektifitas Pajak

Berdasarkan fenomena yang terjadi dan research gap yang masih menunjukkan perbedaan hasil penelitian maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul