• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. Faktor tanah dan iklim merupakan faktor-faktor lingkungan fisik yang sangat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. Faktor tanah dan iklim merupakan faktor-faktor lingkungan fisik yang sangat"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

II-1 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pendahuluan

Faktor tanah dan iklim merupakan faktor-faktor lingkungan fisik yang sangat berpengaruh terhadap kondisi lahan pada suatu Daerah Aliran Sungai (DAS). Faktor jenis tanah sangat penting dalam peranannya sebagai tempat berjangkarnya akar tanaman, sumber unsur hara, air, dan udara yang diperlukan tanaman, sehingga menentukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Hardjowigeno, 1995; Rachman, 1987).

Faktor iklim terutama adalah suhu udara dan curah hujan. Suhu udara berpengaruh terhadap berbagai proses fisiologis tanaman dan menentukan kesesuaian jenis/varietas tanaman yang diusahakan didaerah sekitar aliran sungai. Sementara itu curah hujan berhubungan dengan ketersediaan air, sehingga berperanan penting dalam pemenuhan kebutuhan air yang diperlukan dalam pengelolaan lahan DAS (Nasir, 2000, Partoatmodjo et al., 1982; Soekardi, 1991).

Dalam penyusunan tugas akhir ini data yang dominan digunakan adalah data curah hujan yang didapat dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Hal ini dikarenakan curah hujan merupakan unsur utama dari lima unsur terjadinya iklim, yaitu suhu, tekanan udara, angin, dan kelembaban udara. Curah hujan dipengaruhi oleh letak geografis suatu daerah. Curah hujan dapat

(2)

diukur secara harian, bulanan dan tahunan. Rata-rata curah hujan setiap tahunnya tidak sama dan antara pos yang satu dengan pos yang lain berbeda-beda.

Curah hujan sebagai data dasar dalam analisis hidrologi dan klimatologi sering masih menjadi pembatas dalam upaya prediksi proses-proses hidrologi, khususnya dalam hubungan hujan-limpasan untuk suatu sistem daerah aliran sungai. Hal ini misalnya dapat dilihat mulai dari dominasi jumlah curah hujan dari hujan-hujan deras yang terbatas jumlah kejadiannya terhadap total hujan tahunan. Peran curah hujan deras ini pun dapat diamati dari karakteristik hidrologi DAS yang dinyatakan oleh hubungan hujan-limpasan dalam suatu kawasan DAS, sebagaimana akan ditunjukan untuk DAS Ciliwung sebagai bahan bahasan terkait.

Diharapkan bahwa tulisan ini dapat menjadi awal dari suatu kajian yang lebih mendalam mengenai karakteristik hidrologi DAS Ciliwung yang diperlukan sebagai landasan bagi pengelolaan DAS yang rasional. Lebih spesifik lagi dalam kajian ini ingin diketahui karakteristrik curah hujan deras yang dapat menghasilkan hujan-hujan ekstrem karena perannya yang sangat menonjol dalam kajian hidrologi banjir maupun bagi kesejahteraan hidup masyarakat umumnya.

Disampaikan oleh Kasi PSI SDA, karena pentingnya data curah hujan yang akurat dalam rangka mendukung ketugasan Dinas SDA dalam prediksi cuaca dan musim serta untuk memperkirakan ketersediaan air untuk irigasi dan air hujan yang meresap menjadi potensi ketersediaan air tanah untuk memenuhi kebutuhan air baku untuk rumah tang. (Dinas SDA Bantul,Wartini, ST. MT,2010)

(3)

II-3 Wilayah yang memiliki curah hujan yang sama dapat dihubungkan melalui suatu garis yaitu isohyet. Dengan demikian kita dapat mengetahui pola-pola hujan di pos-pos yang memiliki curah hujan yang sama. Hasil peta isohyet akan berbeda satu dengan yang lain tergantung dari banyaknya data curah hujan dibeberapa lokasi. Peta isohyet merupakan salah satu alternatif informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui tinggi curah hujan pada lokasi yang belum terdapat data pengamatan.

2.2. Peta

2.2.1. Pengertian Peta

Peta adalah gambaran permukaan bumi pada bidang datar dengan skala tertentu melalui suatu sistem proyeksi. Peta bisa disajikan dalam berbagai cara yang berbeda, mulai dari peta konvensional yang tercetak hingga peta digital yang tampil di layar komputer. Menurut Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal 2005), peta merupakan wahana bagi penyimpanan dan penyajian data kondisi lingkungan, merupakan sumber informasi bagi para perencana dan pengambilan keputusan pada tahapan dan tingkatan pembangunan. 2.2.2. Fungsi Peta

Peta sangat diperlukan oleh manusia. Dengan peta Anda dapat mengetahui atau menentukan lokasi yang Anda cari, walaupun Anda belum pernah mengunjungi tempat tersebut.

Secara umum fungsi peta dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Menunjukkan posisi atau lokasi suatu tempat di permukaan bumi.

(4)

2. Memperlihatkan ukuran (luas, jarak) dan arah suatu tempat di permukaan bumi.

3. Menggambarkan bentuk-bentuk di permukaan bumi, seperti benua, negara, gunung, sungai dan bentuk-bentuk lainnya.

4. Membantu peneliti sebelum melakukan survei untuk mengetahui kondisi daerah yang akan diteliti.

5. Menyajikan data tentang potensi suatu wilayah. 6. Alat analisis untuk mendapatkan suatu kesimpulan. 7. Alat untuk menjelaskan rencana-rencana yang diajukan.

8. Alat untuk mempelajari hubungan timbal-balik antara fenomena-fenomena (gejala-gejala) geografi di permukaan bumi.

2.2.3. Jenis Peta

Berdasarkan Isi data yang disajikan, peta dibagi menjadi dua macam. Yaitu peta umum dan peta tematik/peta khusus. Berikut penjelasannya :

1. Peta umum, yakni peta yang menggambarkan kenampakan bumi, baik fenomena alam atau budaya. Peta umum dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:

a. Peta topografi, yaitu peta yang menggambarkan permukaan bumi lengkap dengan reliefnya. Penggambaran relief permukaan bumi ke dalam peta digambar dalam bentuk garis kontur. Garis kontur adalah garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai ketinggian yang sama.

(5)

II-5 b. Peta korografi, yaitu peta yang menggambarkan seluruh atau sebagian permukaan bumi yang bersifat umum, dan biasanya berskala sedang. Contoh peta korografi adalah atlas.

c. Peta dunia atau geografi, yaitu peta umum yang berskala sangat kecil dengan cakupan wilayah yang sangat luas.

2. Peta khusus (peta tematik), yaitu peta yang menggambarkan informasi dengan tema tertentu/khusus. Disebut peta khusus atau tematik karena peta tersebut hanya menggambarkan satu atau dua kenampakan pada permukaan bumi yang ingin ditampilkan. Dengan kata lain, yang ditampilkan berdasarkan tema tertentu. Peta khusus adalah peta yang menggambarkan kenampakan-kenampakan (fenomena geosfer) tertentu, baik kondisi fisik maupun sosial budaya. Contoh peta khusus/tertentu: peta curah hujan, peta kepadatan penduduk, peta penyebaran hasil pertanian, peta penyebaran hasil tambang, chart/peta jalur penerbangan atau pelayaran.(Wikipeta,wikipedia). Di bawah ini disajikan beberapa contoh peta, yaitu peta curah hujan, peta, tekanan udara dan arah angin.

+

Sumber : Kemdiknas

Gambar 2.1. Persebaran curah hujan di Australia pada musim panas

(6)

2.2.4. Simbol Peta

Untuk menyatakan sesuatu hal ke dalam peta, tentunya tidak bisa digambarkan seperti bentuk benda itu yang sebenarnya. Melainkan, dipergunakan sebuah gambar pengganti atau disebut simbol.

Bentuk simbol macam-macam, seperti : titik, garis, batang, lingkaran, bola, pola. Simbol titik biasanya digunakan untuk menunjukkan tanda misalnya letak sebuah kota dan menyatakan kuantitas misalnya satu titik sama dengan 100 orang dan sebagainya.

Salah satu fungsi dari simbol garis biasanya digunakan untuk menunjukkan tanda seperti jalan, rel KA dan lainnya. Simbol garis juga digunakan unuk menunjukan perbedaan tingkat kualitas, dimana dalam pemetaan dikenal dengan isolines. Oleh karena itu timbul beberapa istilah lain, diantaranya adalah:

- Isohyet atau isohyetal adalah garis dalam peta yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai jumlah curah hujan yang sama selama

Sumber : Kemdiknas

(7)

II-7 suatu periode tertentu . Sebuah peta dengan isohyet disebut peta isohyetal atau peta isohyet. (glosarium/arti isohyet, Wikipedia Indonesia)

- Isobar, adalah garis yang ditarik pada peta bergabung dengan tempat tekanan atmosfer yang sama rata-rata berkurang menjadi permukaan laut untuk jangka waktu tertentu.

- Isogon, adalah garis dengan deklinasi magnet yang sama.

- Isoterm, adalah garis yang menghubungkan titik-titik pada peta yang memiliki sama suhu.

- Isopleth, adalah garis yang menunjukkan angka kuantitas yang bersamaan.

2.3. Daerah Aliran Sungai (DAS) 2.3.1. Pengertian Daerah Aliran Sungai

Daerah Aliran Sungai (DAS)/Daerah Pengaliran Sungai (DPS) atau drainage basin adalah suatu daerah yang terhampar di sisi kiri dan dan kanan dari suatu aliran sungai, dimana semua anak sungai yang terdapat di sebelah kanan dan kiri sungai bermuara ke dalam suatu sungai induk. Seluruh hujan yang terjadi didalam suatu drainage basin, semua airnya akan mengisi sungai yang terdapat di dalam DAS tersebut. oleh sebab itu, areal DAS juga merupakan daerah tangkapan hujan atau disebut catchment area. Semua air yang mengalir melalui sungai bergerak meninggalkan daerah daerah tangkapan sungai (DAS) dengan atau tanpa memperhitungkan jalan yang ditempuh sebelum mencapai limpasan (run off). (Mulyo,2004).

(8)

Sumber: das-daerah-aliran-sungai, Sahroel Polontalo, 2008

Gambar 2.3. SKEMA GAMBAR DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

Daerah Aliran Sungai (DAS) juga dapat didefinisikan sebagai suatu daerah yang dibatasi oleh topografi alami, dimana semua air hujan yang jatuh didalamnya akan mengalir melalui suatu sungai dan keluar melalui outlet pada sungai tersebut, atau merupakan satuan hidrologi yang menggambarkan dan menggunakan satuan fisik-biologi dan satuan kegiatan sosial ekonomi untuk perencanaan dan pengelolaan sumber daya alam. (Suripin, 2001).

Menurut I Made Sandy (1985), seorang Guru Besar Geografi Universitas Indonesia; Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah bagian dari muka bumi, yang airnya mengalir ke dalam sungai yang bersangkutan, apabila hujan jatuh. Sebuah pulau selamanya terbagi habis ke dalam Daerah-Daerah Aliran Sungai.

Antara DAS yang satu dengan DAS yang lainnya dibatasi oleh titik-titik tertinggi muka bumi berbentuk punggungan yang disebut stream devide atau batas daerah

(9)

II-9 aliran (garis pemisah DAS). Bila suatu stream devide itu merupakan jajaran pebukitan disebut stream devide range. (Hallaf H.P, 2006).

2.3.2. Kondisi Geologi DAS Ciliwung

Das Ciliwung lebih sepintas terlihat seperti corong. Bagian hulu yang melebar kemudian meyempit di bagian tengah dan memanjang sampai ke hilir. Bagian hulu berada di daerah puncak Kab. Bogor sampai ke daerah Katulampa. Bagian tengah berada di daerah Ratujaya, Depok dan bagian hilir DAS ini sampai ke Banjir Kanal Barat daerah Manggarai. Luas DAS ini ± 37.472 Ha. Di bagian hulu DAS Ciliwung terdapat dua perkebunan teh masing-masing PTP VIII Gunung Mas dan perkebunan teh Ciliwung, yang berbatasan dengan Cagar Alam Talaga Warna dan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Seluruh wilayah Daerah hulu DAS Ciliwung terdapat di Kabupaten Bogor. Masalah yang terdapat di hulu DAS Ciliwung adalah adanya pelanggaran terhadap tata ruang khususnya adanya pembangunan vila-vila yang tidak sesuai dengan fungsi resapan.

Daerah lahan terbangun DAS ini tersebar merata dari bagian tengah sampai hilir. Kurang lebih 45,8% dari total luas DAS ini adalah lahan terbangun yang meliputi daerah Megamendung,Cisarua, Ciawi, Kota Bogor, Cibinong, Depok, Pasar Minggu dan Manggarai. Daerah yang termasuk pemukiman ± 33,7%. Daerah pemukiman yang paling padat berada di bagian hilir DAS, sekitar daerah Depok sampai Manggarai. (Sumber :Balai pengelolaan DAS Citarum-Ciliwung, 2008)

(10)

Sumber : Balai pengelolaan DAS Citarum-Ciliwung, 2008 Gambar 2.4. Bentuk DAS Ciliwung

Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung secara geografis terletak pada 6º 05’51” - 6º 46’ 12” Lintang Selatan (LS) dan 106º 47’ 09” - 107º 0’ 0” Bujur Timur (BT). Wilayah DAS Ciliwung disebelah Barat dibatasi oleh DAS Cisadane dan di sebelah Timur dibatasi DAS Citarum dengan bagian hulu di sebelah Selatan yaitu berada di Gunung Gede-Pangrango dan bermuara di Teluk Jakarta. Luas wilayah DAS Ciliwung berdasarkan peta Batas DAS Ciliwung adalah seluas 49.033 Ha. Wilayah DAS Ciliwung secara administratif berada pada delapan Kabupaten/Kota, yaitu Kabupaten Bogor, Kota bogor, Kota Depok, Kota Jakarta Selatan, Kota Jakarta Barat, Kota Jakarta Pusat, Kota Jakarta Timur dan Kota Jakarta Utara.

Sungai Ciliwung mengalir dari arah Selatan menuju Utara, melintasi Wilayah Provinsi Jawa Barat (Kabupaten Bogor, Kota Bogor dan Kota Depok) dan Provinsi DKI Jakarta dengan delineasi sebagai berikut:

a.bagian hulu DAS Ciliwung mulai dari hulu sampai Stasiun Pengamat Arus Sungai (SPAS) Katulampa diKecamatan Bogor Timur;

(11)

II-11 b.bagian tengah DAS Ciliwung mulai dari SPAS Katulampa hinggaSPAS

Ratujaya meliputi wilayah Kota bogor dan Kota Depok;

c.bagian hilir sampai dengan Pintu Air Manggarai, termasuk dalam wilayah administrasi pemerintahan Kota Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat. Lebih ke hilir dari Pintu Air Manggarai, termasuk saluran buatan Kanal Banjir Barat dan Kanal Banjir Timur. Sungai Ciliwung ini melintasi wilayah Kota Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Timur dan Jakarta utara. (Sumber : Balai pengelolaan DAS Citarum-Ciliwung, 2008)

2.3.3. Karakteristik DAS Ciliwung

Hidrologi DAS Ciliwung dibagi ke dalam tiga bagian: hulu, tengah dan hilir, masing-masing dengan stasiun pengamatan arus sungai di Bendung Katulampa, Ratujaya, dan Pintu Air Manggarai. Karakteristik hidrologi DAS Ciliwung di ketiga bagian DAS ini dicirikan tidak hanya ditentukan oleh sifat-sifat hujannya, akan tetapi juga ditentukan oleh sifat topografi dan jenis penggunaan lahannya. Perubahan penggunaan lahan di kawasan Jabotabek dan Bopunjur dalam tiga dasarwarsa terakhir ini telah mengakibatkan berubahnya fungsi hidrologi DAS yang secara nyata telah meningkatkan frekwensi dan intensitas banjir bagi DKI Jakarta.

Sungai Ciliwung merupakan salah satu sungai utama yang bermuara ke Teluk Jakarta dengan total luas daerah aliran seluas 347 km2 dan panjang sungai utama 117 km. Estimasi debit banjir 2-tahunan menurut NEDECO-PBJR (1973) adalah 100 m3/s dan debit banjir 25-tahunan sebesar 200 m3/s, dan nampaknya nilai

(12)

estimasi ini telah berubah sejalan dengan perubahan penggunaan lahan yang telah terjadi dalam tiga dasawarsa terakhir ini.

Di sebelah barat dibatasi oleh DAS Cisadane dan di timur dibatasi oleh DAS Citarum. Secara hidrologi DAS Ciliwung dapat dibagi menurut zonanasi toposekuennya, yaitu: bagian hulu yang merupakan pegunungan antara 300 m sampai 3000 m; bagian tengah yang merupakan daerah bergelombang dan berbukit-bukit dengan variasi ketinggian antara 100 m sampai 3000 m; dan bagian hilir, merupakan dataran rendah dengan topografi landai antara 0 m sampai 100 m. ( Hidayat Pawitan, 2012)

DAS Ciliwung Hulu dengan luas 146 km2 terdiri dari 10 anak sungai, yang dalam kajian ini dibagi ke dalam 7 sub-DAS berikut: Tugu, Cisarua, Cibogo, Cisukabirus, Ciesek, Ciseuseupan, dan Katulampa. Bagian tengah Ciliwung seluas 94 km2 memiliki dua anak sungai: Cikumpay dan Ciluar, yang keduanya bermuara ke sungai Ciliwung. Dan bagian hilir seluas 82 km2 dibatasi sampai stasiun pengamatan Kebon Baru / Manggarai. Bagian lebih hilir dari Manggarai dicirikan oleh jaringan drainase, yang sudah dilengkapi dengan Kanal Barat sebagai penangkal banjir berupa saluran kolektor. Perlu dicatat bahwa pembagian demikian tidak memiliki batas yang tegas.

Ciliwung hulu dicirikan oleh sungai pegunungan yang berarus deras, variasi kelerengan yang tinggi, dengan kelerengan 2-15% seluas 70,5 km2 dan 15-45% seluas 52,9 km2, dan sisanya di atas 45%. Bagian Tengah Ciliwung didominasi

(13)

II-13 oleh kelerengan 2-15%, sedang bagian hilir didominasi oleh kelerengan 0 – 2% dengan arus sungai yang tenang. Keadaan air bumi tidak dapat dibatasi mengikuti batas DAS, terutama untuk bagian tengah dan hilir.

Untuk lebih jelas batasan-batasan DAS dan SubDAS Ciliwung ditampilkan sebagai berikut:

Sumber; KLH, 2008

Gambar 2.5. DAS Ciliwung dan Pembagian Segmen

Sungai merupakan jaringan alur-alur pada permukaan bumi yang terbentuk secara alamiah, mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian hilir (Ir Joesron Loebis M Eng, Hidrologi Sungai, departemen Pekerjaan Umum). Dilihat dari fungsi mengalirkan atau mendrainasi, sungai merupakan daerah tangkap

(14)

hujan yang biasa disebut Daerah Aliran Sungai (DAS). Dengan demikian DAS dapat dipandang sebagai suatu unit kesatuan wilayah tempat hujan mengumpul ke sungai menjadi aliran sungai.

2.4. Data Hujan 2.4.1. Pendahuluan

Menurut Sri Harto (1993),Linsley, dkk (1986), tipe hujan sering dibedakan menurut faktor penyebab terangkatnya sebagai berikut :

1. Hujan Konvektif (convective), bila terjadi ketidak seimbangan udara karena panas setempat, dan udara bergerak keatas dan berlaku proses adiabatik. Biasanya merupakan hujan dengan intensitas tinggi, dan terjadi dalam waktu yang relatif singkat, didaerah yang relatif sempit.

2. Hujan Siklon (cyclonic), bila gerakan udara ke atas terjadi akibat adanya udara panas yang bergerak diatas lapisan udara yang lebih padat dan lebih dingin. Hujan jenis ini biasanya terjadi dengan intensitas sedang, mencakup daerah yang luas dan berlangsung lama.

3. Hujan Orografik (orographic rainfall), terjadi karena udara bergerak ke atas akibat adanya pegunungan. Akibatnya, terjadi dua daerah yang disebut daerah hujan dan daerah bayangan hujan. Sifat hujan ini dipengaruhi oleh sifat dan ukuran pegunungan.

(15)

II-15 Data hujan yang diperlukan dalam analisa hidrologi ada 5 unsur yang harus ditinjau, yaitu :

1. Intensitas I, adalah laju hujan = tinggi hujan persatuan waktu, misalnya : mm/menit, mm/jam, mm/hari.

2. Lama waktu (duration) t, adalah lamanya curah hujan (durasi) dalam menit atau jam.

3. Tinggi hujan (d), adalah jumlah atau banyaknya hujan yang dinyatakan dalam ketebalan air di atas permukaan datar, dalam mm.

4. Frekwensi, adalah frekwensi kejadian, dinyatakan dengan waktu ulang (return period) T, misalnya sekali dalam T tahun.

5. Luas, adalah luas geografis curah hujan. Hujan merupakan komponen masukan yang paling penting dalam proses hidrologi, karena jumlah kedalaman hujan (rainfall depth) akan dialihragamkan menjadi aliran di sungai, baik melalui limpasan permukaan (surface runoff), aliran antara (interflow, sub surface flow) maupun sebagai aliran air tanah (groundwater)

Hujan merupakan komponen masukan yang paling penting dalam proses hidrologi, karena jumlah kedalaman hujan (rainfall depth) akan dialihragamkan menjadi aliran di sungai, baik melalui limpasan permukaan (surface runoff), aliran antara (interflow, sub surface flow) maupun sebagai aliran air tanah (groundwater).

(16)

2.4.2. Analisis Hujan

Dalam studi pengembangan sumber daya air, seperti studi tentang neraca air, diperlukan data atau informasi tentang besarnya presipitasi rata – rata di suatu DAS. Adanya variasi curah hujan di suatu tempat mengharuskan penempatan alat penakar hujan sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh prakiraan besarnya presipitasi rata – rata di daerah kajian yang lebih realistik. (Pepradewa, 2012)

Cara – cara perhitungan curah hujan dari pengamatan curah hujan di beberapa titik misalnya cara rerata aljabar, cara polygon Thiessen, cara garis isohyets, cara garis potongan antara ( intersection line method), dan cara dalam elevasi ( depth-elevation method).

1. CARA RERATA ALJABAR

Cara yang paling sederhana adalah adalah dengan melakukan perhitungan rata-rata arimatik (aljabar) dari rerata-rata presipitasi yang diperoleh dari seluruh alat penakar hujan yang digunakan. Cara ini dianggap cukup memadai sepanjang digunakan di daerah yang relative landai dengan variasi curah hujan yang tidak terlalu besar serta penyebaran alat penakar hujan diusahakan seragam. Kedaan seperti ini sering tidak dapat dijumpai sehingga perlu cara lain yang lebih memadai.

...Pers.(2.1)

Keterangan :

(17)

II-17 n = Jumlah stasiun yang digunakan

R1 + R2 + R3 +Rn = Curah hujan rerata tahunan di tiap titik pengamatan (mm)

2. CARA POLIGON THIESSEN

Metode ini digunakan secara luas karena dapat memberikan data memberikan data presipitasi yang lebih akurat, karena setiap bagian wilayah tangkapan hujan diwakili secara proposional oleh suatu alat penakar hujan. Dengan cara ini, pembuatan gambar polygon dilakukan sekali saja, sementara perubahan data hujan per titik dapat diproses secara cepat tanpa menghitung lagi luas per bagian poligon.

...Pers.(2.2)

(18)

Keterangan :

R = Curah hujan rerata tahunan (mm)

R1,R2,R3 = Curah hujan rerata tahunan di tiap titik pengamatan (mm)

Rn = Jumlah titik pengamatan

A1,A2 = Luas wilayah yang dibatasi polygon

A = Luas daerah penelitian

...Pers.(2.3)

Cara membuat polygon Thiessen

a. Mengambil peta lokasi stasiun hujan di suatu DAS

b. Menghubungkan garis antar stasiun 1 dan lainnya hingga membentuk segi tiga c. Mencari garis berat kedua garis, yaitu garis yang membagi dua sama persis dan

tegak lurus garis

d. Menguhubungkan ketiga garis berat dari segi tiga sehingga membuat titik berat yang akan membentuk polygon.

3. CARA GARIS ISOHYET

Peta Isohyet digambarkan pada peta topografi berdasarkan data curah hujan (interval 10 – 20 mm) pada titik pengamatan di dalam dan sekitar daerah yang dimaksud. Luas bagian daerah antara dua garis isohyets yang berdekatan diukur dengan planimeter. Harga rata-rata dari garis-garis isohyets yang

(19)

II-19 berdekatan yang termasuk bagian-bagian daerah itu dapat dihitung. Metode inilah yang akan dilakukan dalam pengerjaan tugas akhir ini.

Curah hujan daerah dihitung menurut persamaan seperti dibawah ini,

...Pers.(2.4)

Keterangan :

R = Curah hujan rerata tahunan

A1, A2 = Luas bagian antar dua garis isohyets

R1, R2, Rn = Curah hujan rata - rata tahunan pada bagian A1, A2, …. , An

Cara ini adalah cara rasional yang terbaik jika garis – garis isohyets dapat digambarkan dengan teliti. Akan tetapi jika titik – titik pengamatan itu banyak sekali dan variasi curah hujan di daerah bersangkutan besar, maka pada pembuatan peta isohyets ini akan terdapat kesalahan-kesalahan si pembuat ( individual error). Namun teknik perhitungan curah hujan dengan menggunakan metode ini menguntungkan karena memungkinkan dipertimbangkannya bentuk bentang lahan dan tipe hujan yang terjadi, sehingga dapat menunjukkan besarnya curah hujan total secara realistis.

4. CARA GARIS POTONGAN ANTARA (Intersection line method)

Merupakan penyederhanaan dari cara isohyets. Garis-garis potong (biasanya dengan jarak 2-5 km) berupa kotak digambar pada peta isohyets. Curah

(20)

hujan pada titik perpotongan dihitung dari perbandingan jarak titik ke garis-garis isohyets yang terdekat. Rata-rata jarak curah hujan titik-titik perpotongan di ambil sebagai curah hujan daerah. Ketelitian cara ini agak kurang apabila dibandingkan dengan isohyet.

5. CARA DALAM ELEVASI (Depth elevation method)

Teori yang menyatakan curah hujan semakin besar seiring kenaikan elevasi, sehingga dapat dibuat diagram mengenai hubungan elevasi titik – titik pengamatan dan curah hujan. Kurva ini (biasanya berbentuk garis lurus) dapat dibuat dengan cara kuadrat terkecil ( Least square method) skala 1/50.000 atau yang lainnya, luas bagian antara garis kontur selang 100m sampai 200m dapat diukur.

2.4.3. Pengukuran Hujan

Untuk memperoleh besaran hujan yang dapat dianggap sebagai kedalaman hujan, diperlukan sejumlah stasiun hujan dengan pola penyebaran yang telah diatur oleh WMO (World Meteorological Organisation). Alat pengukur hujan terdiri dari dua jenis, yaitu alat ukur hujan biasa (manual raingauge) dan alat ukur hujan otomatik (automatic raingauge) (Sri Harto, 1993).

2.4.4. Kualitas Data Hidrologi

Informasi Hidrologi adalah hasil olahan dan analisis data hidrologi, sedangkan data hidrologi diperoleh dari hasil pemantauan dan pengukuran parameter hidrologi yang terdapat pada pos hidrologi yang berada disetiap sumber air permukaan didalam wilayah sungai. Kualitas data sangat menentukan hasil

(21)

II-21

t

d

I

analisis yang dilakukan. Panjangnya data yang tersedia juga mempunyai peranan yang cukup besar. Kelengkapan data yang akurat akan sangat membantu pada pengolahan data penelitian.

Khusus untuk analisa frekuensi data hujan, pengambilan data hendaknya dilakukan dengan prosedur yang tepat. Data hujan yang dimaksud dalam analisis adalah hujan rata-rata DAS, sedangkankan data yang diketahui adalah data hujan dari beberapa statiun hujan di wilayah DAS.

2.4.5. Intensitas Hujan

Intensitas curah hujan adalah jumlah curah hujan yang dinyatakan dalam tinggi hujan atau volume hujan tiap satuan waktu, yang terjadi pada satu kurun waktu air hujan terkonsentrasi (Wesli, 2008).

Besarnya intensitas curah hujan berbeda-beda tergantung dari lamanya curah hujan dan frekuensi kejadiannya. Intensitas curah hujan yang tinggi pada umumnya berlangsung dengan durasi pendek dan meliputi daerah yang tidak luas. Hujan yang meliputi daerah luas, jarang sekali dengan intensitas tinggi, tetapi dapat berlangsung dengan durasi cukup panjang. Kombinasi dari intensitas hujan yang tinggi dengan durasi panjang jarang terjadi, tetapi apabila terjadi berarti sejumlah besar volume air bagaikan ditumpahkan dari langit. (Suroso, 2006)

Atau bisa juga dikatakan bahwa intensitas hujan adalah kedalaman hujan (d) per satuan waktu (t) biasanya dinyatakan dalam mm/jam

...Pers.(2.5)

(22)

Dimana,

d : Kedalaman hujan (mm)

Gambar

Gambar 2.1. Persebaran curah hujan di Australia pada musim panas
Gambar 2.2. Peta tekanan udara dan arah angin
Gambar 2.3. SKEMA GAMBAR DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)
Gambar 2.5. DAS Ciliwung dan Pembagian Segmen

Referensi

Dokumen terkait

a. Guru mengkaji kesesuaian metode dengan tujuan yang akan dicapai. Memilih, memilah peralatan yang akan dipakai. Memperkirakan waktu yang dierlukan. Mencoba peralatan terlebih

Tahap 2 : Pengumpulan data, data yang di butuhkan dalam penelitian ini adalah nomor telepon (hp) siswa kelas XII SMA, SMK, MA atau yang sederajat yang merupakan

tidak boleh mempengaruhi pelajar etnik India bertingkah laku devian. d) Untuk mengenal pasti sama ada penglibatan terhadap aktiviti sosial/. kemasyarakatan boleh atau

Pemakaian pupuk kimia yang berlebihan juga dapat menggurangi unsur hara yang ada di tanah sehingga muncul permasalahan seperti penurunan kualitas (degradasi). Dari

Apabila peserta kompetisi ataupun pendukung band yang bersangkutan membuat kericuhan selama mengikuti Festival Band EST Brawijaya 2016, maka peserta yang

Perlindungan tangan : Sarung tangan yang kedap dan tahan kimia dengan kelulusan perlulah dipakai sentiasa semasa pengendalian bahan kimia apabila ditunjukkan dalam

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 Pasal 3 Ayat 4 dalam Aqib (2009: 60) kompetensi pedagogik sebagaimana dimaksud pada ayat 2

Dengan mengamati gambar denah sekolah yang disajikan pada powerpoint, siswa dapat menelaah arti dari denah secara mandiri.. Dengan mengamati gambar denah sekolah yang