• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT DUSUN PAYANGAN DESA TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT DUSUN PAYANGAN DESA TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT DUSUN PAYANGAN DESA TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN

DEMAM BERDARAH DENGUE

Oleh: Hilda Citrajaya Agiel Fahlevie CN Tharisini Raja Pembimbing: dr. Made Dharmadi, MPH dr. I Gusti Ngurah Gede Putra

DALAM RANGKA MENJALANI KEPANITERAAN KLINIK MADYA ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS / ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

(2)

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT DUSUN PAYANGAN DESA TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN

DEMAM BERDARAH DENGUE

Laporan Penelitian

Sebagai Salah Satu Syarat Mengikuti Ujian KKM

Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas / Ilmu Kedokteran Pencegahan

Oleh: Hilda Citrajaya (1202006070) Agiel Fahlevie CN (1202006114) Tharisini Raja (1202006230) Pembimbing: dr. Made Dharmadi, MPH dr. I Gusti Ngurah Gede Putra

DALAM RANGKA MENJALANI KEPANITERAAN KLINIK MADYA ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS / ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

(3)

LEMBAR PERSETUJUAN LAPORAN HASIL PENELITIAN

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT DUSUN PAYANGAN DESA TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN

DEMAM BERDARAH DENGUE

Telah diujikan di hadapan Panitia Ujian Laporan Penelitian Pada tanggal 18 Juli 2016

Menyetujui, Pembimbing

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya sehingga penelitian yang berjudul “Gambaran Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Masyarakat Dusun Payangan Desa Terhadap Upaya Pencegahan Demam Berdarah Dengue.” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan penelitian ini, penulis banyak memperoleh bimbingan dan petunjuk-petunjuk, serta bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. dr. Made Dharmadi, MPH, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan saran-saran dalam penyusunan penelitian ini.

2. dr. I Gusti Ngurah Gede Putra, selaku dosen pembimbing di UPT Kesmas Payangan yang telah memberikan bimbingan dan saran-saran dalam penyusunan penelitian ini.

3. Semua pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut memberikan bantuan hingga terselesaikannya laporan penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan demi kemajuan penulis ke depannya. Akhir kata, semoga penelitian ini dapat bermanfaat.

Denpasar, Juli 2016

(5)

ABSTRAK

Gambaran Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Masyarakat Dusun Payangan Desa Terhadap Upaya Pencegahan Demam Berdarah Dengue

Agiel Fahlevi, Hilda Citrajaya, Tharisini Raja

Di Bali, kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) mengalami peningkatan, terutama di Kabupaten Denpasar, Gianyar, dan Badung. Menurut hasil riset kesehatan dasar 2014 provinsi Bali oleh Kemenkes, Kabupaten Gianyar menempati urutan kedua tertinggi jumlah kasus DBD yaitu sebanyak 1785 kasus. Di UPT Payangan sendiri pada tahun 2015, terdapat 69 penderita DBD yang dirawat inap di UPT Payangan. Namun pada tahun 2016 dari bulan Januari hingga Mei tercatat 302 penderita yang dirawat inap di UPT Payangan. Walaupun program pencegahan oleh Puskesmas Payangan telah dilakukan namun angka kejadian DBD tetap tinggi. Memang banyak faktor yang mempengaruhi kejadian DBD, dan salah satunya adalah pengendalian pencegahan, sehingga ingin dicari gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat dalam pencegahan DBD.

Penelitian ini dilakukan dengan rancangan cross sectional. Sampel penelitian berjumlah 74 responden yang merupakan anggota tiap keluarga dari 288 keluarga di dusun Payangan Desa yang terpilih sebagai sampel. Teknik pengambilan sampel menggunakan non-random sampling dan pengukuran variabel pengetahuan, sikap dan perilaku menggunakan kuisioner yang telah disusun secara khusus oleh peneliti yang kemudian dianalisis menggunakan perangkat lunak pengolah data komputer.

Penelitian ini mendapatkan bahwa sebagian besar masyarakat mempunyai pengetahuan yang buruk mengenai upaya pencegahan demam berdarah dengue yaitu sebanyak 31 responden (41,9%) dari 74 responden. Selain itu, sebagian besar responden memiliki perilaku yang cukup baik dalam mencegah terjadinya penyakit demam berdarah dengue sebanyak 38 responden (51,4%). Didapatkan bahwa responden dengan sikap pencegahan yang baik sebanyak 38 responden (51,4%). Dimana terdapat tren positif antara pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat terhadap upaya pencegahan DBD.

Sesuai dengan hasil penelitian maka disarankan agar pengetahuan masyarakat dusun Payangan Desa terkait dengan DBD dapat ditingkatkan, salah satunya dengan cara penyuluhan rutin oleh petugas Puskesmas Payangan dan memastikan bahwa informasi penyuluhan tersebut benar-benar telah dipahami masyarakat dengan harapan sikap dan perilaku masyarakat turut meningkat sehingga partisipasi upaya pencegahan DBD meningkat dan angka kejadian DBD dapat menurun.

(6)

ABSTRACT

Influence on Knowledge, Attitude and Behavior in Dengue Hemorrhagic Fever prevention to Dengue Hemorrhagic Fever Cases in Payangan Desa

Agiel Fahlevi, Hilda Citrajaya, Tharisini Raja

In Bali, the incidence of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is increasing, especially in the district of Denpasar, Gianyar and Badung. According to the 2014 basic health research by the Bali provincial Ministry of Health, Gianyar ranks second highest number of dengue cases as many as 1785 cases. PHC Payangan alone in 2015, there were 69 dengue fever patients who are hospitalized in PHC Payangan. But in 2016 from January to May was recorded 302 patients were hospitalized in PHC Payangan. Neither in 2015 nor in 2016 until May, Although prevention programs by PHC Payangan been made, but the incidence of dengue fever remains high. Indeed, many factors affect the incidence of dengue, and one of them is a preventive control, so you want to find an overview of knowledge, attitudes and behavior of society in the prevention of dengue.

The study is conducted with cross-sectional design. Total sample are 74 respondents which are the representative of their own families among 288 families in Payangan Desa which are chosen to be a sample. Samples are chosen by non-random sampling technique while knowledge, attitude and behavior are measured by a questionnaire made especially for this study by the researcher which are then analyzed using a data analyzing software.

This study showed that most people have poor knowledge about the prevention of dengue fever as many as 31 respondents (41.9%) of 74 respondents. In addition, most respondents have a fairly good behavior in preventing the occurrence of dengue fever as many as 38 respondents (51.4%). Respondents with good preventive attitude are as many as 38 respondents (51.4%). Where there are positive trend of knowledge with attitudes and behavior of society in the prevention of dengue fever.

According to the study’s findings, it is adviced to increase the knowledge of Payangan Desa people towards dengue fever prevention by education. Puskesmas Payangan team is adviced to educate dengue fever prevention efforts and make sure that the people really understands with the hope that their attitude and behavior towards fengue fever prevention efforts raises so that it will be implemented and case number may decrease.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DEPAN ... i

SAMPUL DALAM ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penulisan ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Demam Berdarah Dengue ... 5

2.1.1. Definisi ... 5

2.1.2. Epidemiologi ... 5

2.1.3. Etiologi ... 6

2.2. Program Pemberantasan Demam Berdarah Dengue oleh KEMENKES 7 2.3. Pengetahuan ... 8

2.4. Sikap ... 9

(8)

BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 12

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian ... 14

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 15

4.2.1. Tempat Penelitian ... 15

4.2.2. Waktu Penelitian ... 15

4.3. Populasi dan Sampel ... 15

4.3.1. Populasi Penelitian ... 15

4.3.2. Kriteria Subjek ... 15

4.3.3. Besar Sampel Penelitian ... 16

4.3.4. Cara Pengambilan Sampel ... 17

4.3.5. Responden Penelitian ... 17

4.4. Variabel dan Definisi Operasional Variabel ... 17

4.4.1. Variabel ... 17

4.4.2. Definisi Operasional Variabel ... 17

4.5. Cara dan Alat Pengumpulan Data ... 20

4.5.1. Alat Pengumpulan Data ... 20

4.5.2. Cara Pengumpulan Data ... 20

4.6. Pengolahan dan Analisis Data ... 21

BAB V HASIL PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 22

5.2. Karakteristik Responden Penelitian ... 23

5.3. Hasil Penelitian ... 24

5.2.1. Angka Pengetahuan Responden ... 24

5.2.2. Distribusi Sikap Responden dalam Pencegahan DBD ... 25

5.2.3. Distribusi Perilaku Responden dalam Pencegahan DBD... 25

5.4. Tabulasi Silang ... 26

5.4.1.Tabulasi Silang Pengetahuan dan Sikap Responden... 26

(9)

5.4.3. Tabulasi Silang Sikap dan Perilaku Responden... 27

BAB VI PEMBAHASAN

6.1. Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Responden Terhadap Pencegahan DBD... 28 6.2. Kelemahan Penelitian ... 30 BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

7.1. Simpulan ... 31 7.2. Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33 LAMPIRAN

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 5.1 Deskripsi Karakteristik Responden ... 27

Tabel 5.2 Angka Pengetahuan Responden... 28

Tabel 5.3 Distribusi Sikap Responden dalam Pencegahan DBD... 29

Tabel 5.4 Distribusi Perilaku Responden dalam Pencegahan DBD ... 29

Tabel 5.5 Tabulasi Silang Pengetahuan dan Sikap Responden... 30

Tabel 5.6 Tabulasi Silang Pengetahuan dan Perilaku Responden ... 30

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Nyamuk Aides Aegypti ... 7 Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 16

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Inform Consent Kuesioner Lampiran 2 Lembar Kuesioner

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demam berdarah dengue merupakan penyakit yang sering dijumpai di daerah tropis yang disebabkan oleh virus dan disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti secara umum namun juga dapat di transmisikan oleh nyamuk Aedes albopictus walaupun lebih jarang. Nyamuk Aedes aegypti lebih sering ditemukan pada daerah tropis dan telur nyamuk tersebut tidak dapat hidup pada musim dingin. Nyamuk Aedes aegypti yang menggigit manusia adalah nyamuk wanita untuk mendapatkan darah sebagai nutrisi untuk bertelur, dan pada umumnya beraktivitas pada pagi hingga siang hari (CDC, 2016).

Secara global, DBD telah menjadi endemik pada lebih dari 100 negara dimana angka kejadian kasus yang dilaporkan semakin tinggi dari tahun ke tahun dan bahkan telah meningkat 30 kali lipat dalam 5 dekade terakhir, dengan distribusi resiko penyakit lebih banyak terlihat pada bumi bagian selatan dengan iklim tropis (WHO, 2012).

Sebagai negara tropis, demam berdarah dengue (DBD) masih merupakan sebuah masalah kesehatan di Indonesia mengingat 2 musim yang ada di Indonesia dibandingkan negara dengan empat musim. Berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2013, insiden demam berdarah secara nasional adalah 41,25 (Kemenkes, 2014) dimana Bali menempati urutan pertama dalam insiden tertinggi demam berdarah dengue (168,48) disusul oleh DKI Jakarta pada urutan kedua. Pada tahun 2013 insiden DBD di Bali adalah 174.5 (Dinkes Bali, 2014) dan pada tahun 2014 meningkat menjadi 210.2 (Dinkes Bali, 2015).

Menurut hasil riset kesehatan dasar 2014 provinsi Bali oleh Kemenkes, Kabupaten Gianyar menempati urutan kedua tertinggi jumlah kasus DBD yaitu sebanyak 1.785 kasus (Dinkes Bali, 2015). Di UPT Payangan sendiri pada tahun 2015, terdapat 69 penderita DBD yang dirawat inap di UPT Payangan. Namun pada tahun 2016 dari bulan Januari hingga Mei tercatat 302 penderita yang dirawat inap

(14)

di UPT Payangan. Baik pada tahun 2015 maupun pada tahun 2016 hingga bulan Mei, kejadian DBD terbanyak tercatat pada Desa Melinggih yaitu 41 kasus pada tahun 2015 dan meningkat menjadi 123 kasus pada bulan Januari hingga Mei 2016. Menurut pemegang promosi kesehatan, angka kejadian DBD pada Desa Melinggih terjadi hampir merata pada lima Dusun yang membawahi Desa Melinggih, salah satunya yaitu Dusun Payangan Desa.

Program Pencegahan Penyakit Menular (P2M) UPT Payangan memiliki beberapa program dalam penanganan penyakit DBD meliputi fogging yang bekerja sama dengan kabupaten Gianyar, larvadisasi dan promosi kesehatan dengan penyuluhan secara komunitas maupun ketika kunjungan puskesmas keliling. Prosedur UPT Payangan untuk mengetahui kejaidan DBD adalah dengan memeriksakan pasien yang datang ke puskesmas dengan keluhan panas lalu diwajibkan menjalani pemeriksaan darah. Jika trombosit penderita berjumlah dibawah 100.000/uL dengan hasil pemeriksaan IgM dan IgG yang positif, maka pasien akan dirawat inap dan tercatat sebagai penderita DBD.

Tingginya angka kejadian DBD yang dicatat oleh Puskesmas Payangan mengindikasikan adanya masalah yang terjadi dalam proses optimalisasi penerapan upaya pencegahan DBD. Berbagai faktor dapat menjadi titik permasalahan sehingga penerapan upaya tidak terjadi. Jika mengacu pada ecological model oleh Kenneth R. McLeroy, maka faktor intrapersonal (karakter, sikap, perilaku, persepsi, pengetahuan dll.), faktor interpersonal (interaksi sosial, keluarga, lingkungan kerja, teman sebaya, dll), faktor organisasi (organisasi keagamaan, aturan dalam perusahaan, organisasi lainnya), faktor komunitas (norma komunitas, kebiasaan dalam komunitas) dan faktor kebijakan (peraturan daerah, peraturan Kemenkes RI, dll) yang berlaku dapat berperan dan menjadi alasan mengapa program upaya pemberantasan DBD tidak berhasil mengendalikan angka kejadian DBD sehingga tidak mencapai target nasional (Mc Leroy, 1988).

Program dan target yang disusun oleh pemerintah dan pemegang kebijakan berasal dari masalah yang bermula dari satu individu, kemudian menjadi masalah secara komunitas dan bahkan sampai ke tingkat negara sehingga dicetuskan

(15)

program dengan harapan dapat mengendalikan masalah yang ada. Untuk mengetahui apakah suatu program adalah efektif, kita dapat melihat apakah program tersebut dapat mencapai target yang diharapkan. Ketika target tidak berhasil tercapai, maka faktor interpersonal dapat menjadi titik awal masalah sebab sekumpulan individu dengan respon yang sama dapat menjadi faktor intrapersonal dan mempengaruhi ke tingkat faktor komunitas.

Mengacu pada teori oleh Lawrence Greene, perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3 faktor termasuk salah satunya adalah faktor predisposisi yaitu pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, dan nilai-nilai dari seseorang, faktor pendukung yang terwujud dalam lingkungan fisik, dan faktor pendorong yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan dan petugass lainnya termasuk keluarga dan teman sebaya. Greene menyimpulkan bahwa setiap perilaku kesehatan dapat dilihat sebagai fungsi dari pengaruh kolektif ketiga faktor (LW Greene, 1984).

Melihat uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa penderita penyakit demam berdarah di UPT Payangan mengalami peningkatan walaupun telah dilakukan berbagai usaha preventif. Hal ini mendorong peneliti untuk mencaritahu gambaran faktor sikap, perilaku dan pengetahuan masyarakat Dusun Payangan Desa terhadap upaya pencegahan DBD untuk memberi gambaran letak permasalahan kesenjangan antara usaha penyuluhan dengan perubahan perilaku.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimanakah perilaku masyarakat dusun Payangan Desa dalam mencegah DBD?

1.2.2 Bagaimakah tingkat pemahaman masyarakat dusun Payangan Desa dalam mencegah DBD?

1.2.3 Bagaimanakah sikap masyarakat dusun Payangan Desa terhadap upaya pencegahan DBD?

(16)

1.3.1 Untuk mengetahui perilaku masyarakat dusun Payangan Desa dalam mencegah DBD.

1.3.2 Untuk mengetahui tingkat pemahaman masyarakat masyarakat dusun Payangan Desa dalam mencegah DBD.

1.3.3 Untuk mengetahui sikap masyarakat dusun Payangan Desa dalam mencegah DBD.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat dusun Payangan Desa terhadap upaya pencegahan DBD. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat dilanjutkan untuk bahan penelitian lanjutan yang sejenis atau penelitian lain yang memakai penelitian ini sebagai bahan acuan.

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Demam Berdarah Dengue

2.1.1 Definisi Demam Berdarah Dengue

Mengutip dari buku Modul Pengendalian Demam Berdarah Dengue oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2011, maka penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah “penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai dengan demam mendadak 2 sampai dengan 7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah/lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai tanda pendarahan di kulit berupa bintik pendarahan (petechiae, lebam (ecchymosis) atau ruam (purpura). Kadang-kadang mimisan, berak darah, muntah darah, kesadaran menurun atau renjatan (Shock)” (Kemenkes, 2011).

2.1.2 Epidemiologi

Secara global, DBD telah menjadi endemik pada lebih dari 100 negara dimana angka kejadian kasus yang dilaporkan semakin tinggi dari tahun ke tahun dan bahkan telah meningkat 30 kali lipat dalam 5 dekade terakhir dengan distribusi resiko penyakit lebih banyak terlihat pada bumi bagian selatan dengan iklim tropis (WHO, 2012).

Sebagai negara tropis, demam berdarah dengue (DBD) masih merupakan sebuah masalah kesehatan di Indonesia mengingat 2 musim yang ada di Indonesia dibandingkan negara dengan empat musim. Berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2013, insiden demam berdarah secara nasional adalah 41,25 (Kemenkes, 2014) dimana Bali menempati urutan pertama dalam insiden tertinggi demam berdarah dengue (168,48) disusul oleh DKI Jakarta pada urutan kedua. Pada tahun 2013 insiden DBD di Bali adalah 174.5 (Dinkes Bali, 2014) dan pada tahun 2014 meningkat menjadi 210.2 (Dinkes Bali, 2015).

(18)

Menurut hasil riset kesehatan dasar 2014 provinsi Bali oleh Kemenkes, Kabupaten Gianyar menempati urutan kedua tertinggi jumlah kasus DBD yaitu sebanyak 1.785 kasus (Dinkes Bali, 2015). Di UPT Payangan sendiri pada tahun 2015, terdapat 69 penderita DBD yang dirawat inap di UPT Payangan. Namun pada tahun 2016 dari bulan Januari hingga Mei tercatat 302 penderita yang dirawat inap di UPT Payangan. Baik pada tahun 2015 maupun pada tahun 2016 hingga bulan Mei, kejadian DBD terbanyak tercatat pada Desa Melinggih yaitu 41 kasus pada tahun 2015 dan meningkat menjadi 123 kasus pada bulan Januari hingga Mei 2016. Menurut pemegang promosi kesehatan, angka kejadian DBD pada Desa Melinggih terjadi hampir merata pada lima Dusun yang membawahi Desa Melinggih, salah satunya yaitu Dusun Payangan Desa.

2.1.3 Etiologi dan Penyebaran

Demam Berdarah Dengue diketahui disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan RNA virus dengan nukleokapsid ikosahedral dan dibungkus oleh lapisan kapsul lipid. Virus ini termasuk kedalam kelompok arbovirus B, famili Flaviviridae, genus Flavivirus. Flavivirus merupakan virus yang berbentuk sferis, berdiameter 45-60 nm, mempunyai RNA positif sense yang terselubung, bersifat termolabil, sensitif terhadap inaktivasi oleh dietil eter dan natrium dioksikolat, stabil pada suhu 70oC (Hadinegoro, 2011). Virus dengue mempunyai 4 serotipe, yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3, DEN 4 (Hadinegoro, 2009).

Manifestasi klinis dengue selain dipengaruhi oleh virus dengue itu sendiri, terdapat 2 faktor lain yang berperan yaitu faktor host dan vektor perantara. Virus dengue dikatakan menyerang manusia dan primata yang lebih rendah. Penelitian di Afrika menyebutkan bahwa monyet dapat terinfeksi virus ini. Transmisi vertikal dari ibu ke anak telah dilaporkan kejadiannya di Bangladesh dan Thailand. Vektor utama dengue di Indonesia adalah Aedes aegypti betina, disamping pula Aedes albopictus betina. Ciri-ciri nyamuk penyebab penyakit demam berdarah (nyamuk Aedes aegypti):

 Badan kecil, warna hitam dengan bintik-bintik putih  Hidup di dalam dan di sekitar rumah

(19)

 Senang hinggap pada pakaian yang bergantungan dalam kamar

 Bersarang dan bertelur di genangan air jernih di dalam dan di sekitar rumah bukan di got/comberan

 Di dalam rumah: bak mandi, tampayan, vas bunga, tempat minum burung, dan lain-lain.

Jika seseorang terinfeksi virus dengue digigit oleh nyamuk Aedes aegypti, maka virus dengue akan masuk bersama darah yang diisap olehnya. Didalam tubuh nyamuk itu virus dengue akan berkembang biak dengan cara membelah diri dan menyebar ke seluruh bagian tubuh nyamuk. Sebagian besar virus akan berada dalam kelenjar air liur nyamuk. Jika nyamuk tersebut menggigit seseorang maka alat tusuk nyamuk (proboscis) menemukan kapiler darah, sebelum darah orang itu diisap maka terlebih dahulu dikeluarkan air liurnya agar darah yang diisapnya tidak membeku (Mansjoer, 2000).

Bersama dengan air liur inilah virus dengue tersebut ditularkan kepada orang lain. Tidak semua orang yang digigit nyamuk Aedes aegypti tersebut akan terkena demam berdarah dengue. Orang yang mempunyai kekebalan yang cukup terhadap virus dengue tidak akan terserang penyakit ini, meskipun dalam darahnya terdapat virus dengue. Sebaliknya pada orang yang tidak mempunyai kekebalan yang cukup terhadap virus dengue, dia akan sakit demam ringan atau bahkan sakit berat, yaitu demam tinggi disertai perdarahan bahkan syok, tergantung dari tingkat kekebalan tubuh yang dimilikinya (Hadinegoro, 2004).

2.2 Program Pemberantasan Oleh Kemenkes

Mengacu pada Keputusan Menterri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 581/MENKES/SK/VII/1992 pada Tanggal 27 Juli 1992 maka upaya pemberantasan penyakit demam berdarah dengue dilaksanakan dengan cara tepat guna oleh pemerintah dengan peran serta masyarakat yang meliputi : (1) Pencegahan, (2), Penemuan, pertolongan, dan pelaporan, (3) Penyelidikan epidemiologi dan pengamatan penyakit demam berdarah dengue, (4) penanggulangan seperlunya, (5) penanggulangan lain dan (6) penyuluhan.

(20)

Pencegahan dilaksanakan oleh masyarakat di rumah dan tempat umum dengan melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yang meliputi:

a. Menguras tempat penampungan air sekurang-kurangnya seminggu sekali, atau menutupnya rapat-rapat.

b. Mengubur barang bekas yang dapat menampung air c. Menaburkan racun pembasmi jentik (abatisasi) d. Memelihara ikan

e. Cara-cara lain membasmi jentik 2.2 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya dengan sendirinya pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas, perhatian, dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran dan penglihatan. Pengetahuan seseorang terhadap objek memounyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan secara garis besarnya dibagi menjadi 6 tingkat pengetahuan, yaitu : 1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spedifik dari seluruh bahan yang dpelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” itu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang dikeahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada siatuasi atau kondisi riil (kondisi sebenarnya). Aplikasi disini

(21)

dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hokum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitanya satu sama lain. Kemampuan anlisis ini dapat dilihat dari penggunan kata-kata kerja : dapat menggambarkan (membuat bagan, membedakan, memisahkan, mengelompokan, dan sebagainya).

5. Sintesis

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formula baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi. Penilaian tersebut berdasarkan suatu kriteria yang telah ditentukan sendiri ataupun yang sudah ada.

2.3 Sikap

Menurut Notoatmodjo, sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terdahap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2007).

Mengacu pada teori Health Belief Model, dalam menjelaskan dan memprediksi perilaku kesehatan seseorang, perlu dipertimbangkan sikap dan persepsi seseorang. Perilaku pencegahan penyakit didefinisikan sebagai aktifitas yang dilakukan oleh seorang individu yang percaya bahwa dirinya sehat, dalam rangka mencegah penyakit atau deteksi dini saat berada pada keadaan tanpa gejala. Pengaruh pola gaya hidup dan kesehatan paling dipengaruhi oleh usia. Perilaku seseorang untuk berubah dalam rangka mendapatkan hidup yang sehat tentunya dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya yaitu sikap dan persepsi seseorang (Greene, 1984).

(22)

Maka dapat disimpulkan bahwa seseorang akan mengambil langkah yang berhubungan dengan kesehatan jika individu tersebut:

“Merasa bahwa kondisi negatif kesehatan dapat dihindari, mempunyai ekspektasi positif bahwa jika dengan mengambil tindakan yang direkomendasikan, individu tersebut dapat menghindari kondisi kesehatan yang negatif, dan percaya bahwa individu tersebut dapat dengan sukses melakukan aksi kesehatan yang direkomendasikan.”

Dalam prosesnya, ketika seorang individu mendapatkan informasi mengenai upaya pencegahan suatu penyakit, maka individu tersebut akan melakukan upaya tersebut dengan terlebih dahulu memiliki persepsi: 1) Sadar bahwa individu tersebut berpeluang terkena penyakit tersebut (Perceived Susceptibility), 2) Individu tersebut menimbang keseriusan penyakit tersebut serta konsekuensinya. (Perceived Severity), 3) Individu tersebut percaya bahwa melakukan upaya pencegahan dapat membuatnya terhindar dari penyakit tersebut (Perceived Benefits), 4) Individu menimbang kerugian atau pengorbanan dalam melakukan upaya pencegahan tersebut serta memikirkan cara agar dapat mengecilkan kerugian. (Perceived Barriers), 5) Individu menerima pengingat-pengingat dari pemberi informasi dalam bentuk benda-benda dengan pesan-pesan informasi (Cues to Action), dan 6) Individu menerapkan upaya pencegahan penyakit dengan benar (Self-Efficacy) (Rosenstock, 1974).

2.4 Perilaku

Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi, perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, perilaku manusia mencakup: berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, dan lain sebagainya (Notoatmodjo, 2007).

Analisis dari Green yang dikutip Notoatmodjo menyatakan bahwa kesehatan dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu, faktor perilaku (behaviour

(23)

causes) dan faktor non perilaku (non behaviour causes). Sedangkan perilaku itu sendiri, khusus perilaku kesehatan dipengaruhi atau ditentukan oleh 3 (tiga) faktor yakni:

 Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor), yaitu terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya dari seseorang.

 Faktor-faktor pendukung (enabling factor) yang terwujud dalam lingkungan fisik.

 Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan dan petugas-petugas lainnya termasuk di dalamnya keluarga dan teman sebaya.

Green kemudian berkesimpulan bahwa setiap perilaku kesehatan dapat dilihat sebagai fungsi dari pengaruh kolektif ketiga faktor. Gagasan penyebab kolektif itu penting terutama karena perilaku merupakan suatu fenomena yang majemuk.

Perilaku adalah suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya. Dari batasan dapat diuraikan bahwa reaksi dapat diuraikan bermacam-macam bentuk, yang pada hakekatnya digolongkan menjadi 2, yaitu bentuk pasif (tanpa tindakan nyata atau konkret) dan dalam bentuk aktif dengan tindakan nyata atau (konkret) Perilaku adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya. Dalam pengertian umum perilaku adalah segala perbuatan tindakan yang dilakukan makhluk hidup (Notoatmodjo, 2007).

(24)

BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITAN

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

1. Demam berdarah dengue merupakan penyakit dengan angka kejadian yang sedang meningkat di Desa Melinggih, Kecamatan Payangan.

2. Puskesmas Payangan menerapkan strategi upaya pencegahan DBD meliputi fogging, pemeriksaan jentik, pembagian abate dan penyuluhan.

3. Selain upaya dari Puskesmas, penyuluhan yang diberikan diharapkan mampu mengubah perilaku masyarakat sehingga partisipasi pemberantasan sarang nyamuk ditingkatkan.

4. Perilaku dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor predisposisi (sikap, pengetahuan, kepercayaan, dsb), faktor pendukung (sarana kemudahan mendapat abate, cangkul untuk mengubur sampah, ataupun sarana dan fasilitas lain yang memudahkan menerapkan apa yang diketahui), dan faktor pendorong (sikap dari petugas kesehatan, perilaku keluarga dan teman sebaya, dsb) (Greene, 1984).

5. Pada penelitian ini akan diteliti pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat Dusun Payangan Desa, Desa Melinggih terhadap upaya pencegahan DBD.

(25)

Gambar. 3.1 Kerangka Konsep Penelitian mengacu pada teori perilaku oleh LW Greene yang disesuaikan untuk perilaku terhadap upaya pencegahan DBD (Greene, 1984). Predisposisi - Pengetahuan - Sikap - Kepercayaan Pendukung - Sarana - Fasilitas Pendorong - Sikap keluarga - Perilaku Petugas Kesehatan

- Sikap teman sebaya

Perilaku Upaya Pencegahan DBD oleh Puskesmas

fogging Pemantauan Jentik Pembagian Abate

Penyuluhan

Peningkatan Partisipasi

(26)

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja UPT Payangan yang berlokasi di Desa Melinggih, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar, Bali. UPT Payangan memiliki cakupan wilayah seluas 75,88 km2dengan jumlah penduduk pada tahun 2015 tercatat sebanyak 43.216 jiwa. Batas wilayah kerja UPT Payangan sebelah utara merupakan Kabupaten Bangli, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Ubud, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Tegalalang, dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Badung. Wilayah kerja UPT Payangan terdiri dari 9 desa dan 59 dusun yaitu Desa Melinggih Kelod 6 dusun, Desa Melinggih 5 dusun, Desa Kelusa 6 dusun, Desa Bukian 11 dusun, Desa Puhu 7 dusun, Desa Kerta 8 dusun, Desa Buahan 5 dusun, Desa Buahan Kaja 8 dusun, Desa Bersela 3 dusun dan dr. I Gede Gusti Ngurah Putra sebagai Kepala UPT Payangan.

Jumlah kasus DBD di UPT Payangan berdasarkan data dari pemegang Program Pencegahan Penyakit Menular UPT Payangan pada tahun 2015 tercatat 62 kasus DBD yang dirawat inap di UPT Payangan dan pada tahun 2016 dari bulan Januari sampai Mei tercatat sebanyak 302 kasus DBD yang dirawat inap di UPT Payangan. Kejadian DBD paling banyak terdapat di Desa Melinggih yang tersebar secara rata pada keenam dusunnya. Program Pencegahan Penyakit Menular UPT Payangan memiliki beberapa program dalam penanganan penyakit DBD meliputi fogging, larvadisasi, dan promosi kesehatan dengan penyuluhan secara komunitas maupun ketika kunjungan puskesmas keliling.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas usaha preventif terutama pada program penyuluhan secara individu yang dirangkum secara komunitas untuk memastikan letak permasalahan kesenjangan antara usaha penyuluhan dengan tingginya angka penderita penyakit. Penelitian ini dilakukan di Desa Melinggih melihat tingginya angka kejadian DBD di wilayah ini. Penelitian ini

(27)

melibatkan total 74 sampel yang berasal dari Dusun Payangandesa, Desa Melinggih.

5.2 Karakteristik Responden Penelitian

Karakteristik responden dalam penelitian ini dideskripsikan berdasarkan umur, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan. Karakteristik responden disajikan pada table 5.1 dibawah ini.

Tabel 5.1 Deskripsi Karakteristik Responden

Deskripsi Frekuensi (n = 74) Percent (%) Usia Mean ± SD 35,42 ± 15,06

Kanak-kanak hingga remaja 21 28,4%

Dewasa 34 45,9%

Lansia Awal & Akhir 19 25,7%

Jenis Kelamin Laki - Laki 38 51,4% Perempuan 36 48,6% Pekerjaan Wiraswasta 27 36,5% pelajar 19 25,7% PNS 7 9,5% Swasta 7 9,5%

Ibu Rumah Tangga 6 8,1%

Tidak Berkerja 8 10,8% Pendidikan Tidak tamat SD 5 6,8% SD 17 23,0% SMP 17 23,0% SMA 29 39,2% S1 6 8,1%

Riwayat Demam Berdarah

Pribadi 8 10,8%

Saudara 7 9,5%

(28)

Karakteristik responden penelitian berdasarkan umur didapatkan rata-rata umur responden adalah 35,42 tahun dengan standar deviasi 15,06. Usia termuda adalah 10 tahun dan usia tertua adalah 65 tahun. Mayoritas usia responden berusia dewasa yaitu sebanyak 45,9%. Berdasarkan jenis kelamin diperoleh responden laki-laki sebanyak 38 orang (51,4%) dan perempuan sebanyak 36 orang (48,6%). Berdasarkan jenis pekerjaan diperoleh responden sebagai wiraswasta sebanyak 27 orang (36,5%), pelajar sebanyak 19 orang (25,7%), PNS sebanyak 7 orang (9,5%), bekerja di perusahaan swasta sebanyak 7 orang (9,5%), Ibu rumah tangga sebanyak 6 orang (8,1%), dan tidak pekerja sebanyak 8 orang (10,8%). Berdasarkan pendidikanya didapatkan responden yang tidak tamat SD sebanyak 5 orang (6,8%), tamat SD sebanyak 17 orang (23,0%), tamat SMP sebanyak 17 orang (23,0%), tamat SMA sebanyak 29 orang (39,2%), dan tamat perguruan tinggi sebanyak 6 orang (8,1%). Berdasarkan riwayat DBD yang menjalani rawat inap yang dialami oleh responden sendiri sebanyak 8 orang (10,8%), responden yang keluarganya pernah mengalami DBD sebanyak 7 orang (9,5%), dan yang tidak memiliki riwayat DBD sebanyak 59 orang (79,7%).

5.3 Hasil Penelitian

5.3.1 Angka Pengetahuan Responden

Angka pengetahuan responden adalah skor yang diukur berdasarkan pertanyaan yang diajukan kepada responden terkait DBD. Terdapat 9 pertanyaan untuk mengukur pengetahuan responden dengan skor jawaban benar bernilai 1 dan skor jawaban salah bernilai 0. Kategoi pengetahuan baik dengan skor 8-10, sedang dengan skor 5-7, dan buruk dengan skor 1-4. Angka Pengetahuan Responden dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut.

Tabel 5.2 Angka Pengetahuan Responden

Variabel Jumlah (n = 74) Percent (%) Pengetahuan Baik 21 28,4 Sedang 22 29,7 Buruk 31 41,9

(29)

Berdasarkan tabel diatas didapatkan responden yang memiliki pengetahuan baik sebesar 21 orang (28,4%), pengetahuan sedang sebesar 22 orang (29,7%), pengetahuan kurang sebesar 31 orang (41,9%).

5.3.2 Distribusi Sikap Responden dalam Pencegahan DBD

Hasil penelitian mengenai variabel sikap masyarakat dalam mencegah terjadinya penyakit DBD, di Desa Melinggih wilayah kerja Puskesmas Payangan akan disajikan dalam tabel 5.4 berikut.

Tabel 5.3 Distribusi Sikap Responden dalam Pencegahan DBD

Variable Jumlah (n = 74) Persen (%) Sikap Baik 38 51.4 Buruk 36 48.6

Berdasarkan Tabel 5.4 tersebut, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai sikap yang cukup baik dalam mencegah terjadinya penyakit DBD, dan hanya sebagian responden mempunyai sikap yang masih kurang dalam mencegah terjadinya penyakit demam berdarah dengue. Didapatkan bahwa kepala keluarga dengan sikap pencegahan yang baik sebanyak 38 orang (51,4%) dan yang berperilaku tidak baik dalam pencegahan sebanyak 36 orang (48,6%).

5.3.3 Distribusi Perilaku Responden dalam Pencegahan DBD

Hasil penelitian mengenai variabel perilaku masyarakat dalam mencegah terjadinya penyakit demam berdarah dengue, di Desa Melinggih wilayah kerja Puskesmas Payangan akan disajikan dalam tabel 5.3 berikut.

Tabel 5.4 Distribusi Perilaku Responden dalam Pencegahan DBD

Variable Jumlah (n = 74) Persen (%) Perilaku Baik 38 51.4 Buruk 36 48.6

(30)

Berdasarkan Tabel 5.3 diatas, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai perilaku yang cukup baik dalam mencegah terjadinya penyakit demam berdarah dengue, dan hanya sebagian responden mempunyai perilaku yang kurang dalam mencegah terjadinya penyakit DBD. Didapatkan bahwa responden dengan perilaku pencegahan yang baik sebanyak 38 orang (51,4%) dan yang berperilaku buruk dalam pencegahan sebanyak 36 orang (48,6%).

5.4 Tabulasi Silang

5.4.1 Tabulasi Silang Pengetahuan dan Sikap Responden

Tabel 5.5 Tabulasi Silang Pengetahuan dan Sikap Responden Sikap

Baik Buruk Total

Baik 14 (66,7%) 7 (33,3%) 21 (100%) Pengetahuan Sedang 14 (63,6%) 8 (36,4%) 22 (100%) Buruk 10 (32,3%) 21 (67,7%) 31 (100%) Total 38 (51,4%) 36 (48,%) 74 (100%)

Berdasarkan tabel persilangan pengetahuan dan perilaku, dapat diketahui bahwa seiring meningkatnya sikap responden ke arah yang lebih baik, terdapat tren peningkatan sikap ke arah lebih baik. Seiring menurunnya pengetahuan responden ke arah yang lebih buruk, terdapat tren penurunan sikap ke arah lebih buruk.

5.4.2 Tabulasi Silang Pengetahuan dan Perilaku Responden

Tabel 5.6 Tabulasi Silang Pengetahuan dan Perilaku Responden Sikap

Baik Buruk Total

Baik 13 (61,9%) 8 (38,1%) 21 (100%) Pengetahuan Sedang 13 (59,1%) 9 (40,9%) 22 (100%)

Buruk 12 (38,7%) 19 (61,3%) 31 (100%) Total 38 (51,4%) 36 (48,6%) 74 (100%)

Berdasarkan tabel persilangan pengetahuan dan perilaku, dapat diketahui bahwa seiring meningkatnya perilaku responden ke arah yang lebih baik, terdapat tren

(31)

peningkatan perilaku ke arah lebih baik. Seiring menurunnya perilaku responden ke arah yang lebih buruk, terdapat tren penurunan perilaku ke arah lebih buruk.

5.4.3 Tabulasi Silang Sikap dan Perilaku Responden

Tabel 5.7 Tabulasi Silang Sikap dan Perilaku Responden

Berdasarkan tabel persilangan sikap dan perilaku, dapat diketahui bahwa seiring meningkatnya sikap responden ke arah yang lebih baik, terdapat tren peningkatan perilaku ke arah lebih baik. Seiring menurunnya sikap responden ke arah yang lebih buruk, terdapat tren penurunan perilaku ke arah lebih buruk.

Perilaku

Baik Buruk Total

Baik 29 (76,3%) 9 (23,7%) 38 (100%) Sikap Buruk 9 (25,0%) 27 (75%) 36 (100%) Total 38 (51,4%) 36 (48,6%) 74 (100%)

(32)

BAB VI PEMBAHASAN

6.1 Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Responden Terhadap Pencegahan DBD

Penelitian ini memperlihatkan mayoritas usia responden merupakan usia dewasa sebesar 45,9%. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Nyoman (2014) di Banjar Badung, Desa Melinggih dengan mayoritas responden merupakan usia dewasa sebesar 80%. Melihat dari hal tersebut, responden dinilai mampu memberikan gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku melalui kemampuan berpikir yang lebih matang karena usia yang semakin matang. Dengan semakin matangnya usia membuat mereka dapat memiliki perilaku yang terbaik untuk mencapai tujuan yang baik.

Tingkat pengetahuan responden terhadap DBD dalam penelitian ini terlihat masih kurang. Rata-rata angka pengetahuan responden sebesar 6,61 dari nilai maksimal 9. Data ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan Nyoman di Desa Melinggih tepatnya di Banjar Badung dengan 84,1% responden memiliki pengetahuan yang baik terhadap DBD. Pengetahuan responden yang terlihat masih kurang dipengaruhi oleh intensitas, perhatian, dan persepsi responden terhadap pencegahan DBD. Hal ini sesuai menurut teori bloom dimana pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya yang dipengaruhi oleh intensitas, perhatian, dan persepsi terhadap objek.

Dalam penelitian ini memperlihatkan 51,4% responden memilik sikap yang baik terhadap pencegahan DBD. Rata-rata nilai sikap responden sebesar 43,73 dengan nilai maksimal 50. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Nyoman (2014) di Banjar Badung Desa Melinggih bahwa lebih dari 50% responden memiliki sikap yang baik terhadap pencegahan DBD. Sikap menurut Notoatmodjo merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Berdasarkan teori ini dapat dikatakan meskipun responden memiliki pengetahuan yang kurang terhadap pencegahan DBD, akan tetapi responden memiliki sikap yang baik karena

(33)

memiliki persepsi bahwa mereka berpeluang terkena penyakit DBD melihat angka kejadian DBD yang tinggi di daerah tersebut dan apabila mereka melakukan upaya pencegahan dapat menghindarkan mereka dari penyakit DBD.

Perilaku merupakan suatu kegiatan dari manusia itu sendiri. Dalam penelitian ini menunjukan sebesar 51,4% responden memiliki perilaku yang baik dalam upaya pencegahan DBD. Rata-rata nilai perilaku responden dalam pencegahan DBD sebesar 43,14 dengan nilai maksimal sebesar 50. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Nyoman (2014) di Banjar Badung Desa Melinggih bahwa hampir semua responden yang memiliki sikap yang baik terhadap pencegahan DBD akan memberikan suatu perilaku yang baik pula terhadap pencegahan DBD.

Pada penelitian ini, diteliti tiga variabel yaitu pengetahuan, sikap dan perilaku yang berhubungan dengan penerapan upaya kesehatan. Penelitian ini mendapatkan bahwa terdapat tren positif antara pengetahuan terhadap sikap, sikap terhadap perilaku, dan begitupula dengan pengetahuan terhadap perilaku. Semakin tinggi pengetahuan seseorang, sikap dan perilakunya juga membaik. Hasil yang didapat pada penelitian ini memberikan asumsi bahwa variabel tersebut saling berhubungan dan pengetahuan serta sikap merupakan predisposisi seseorang untuk berperilaku positif.

Pada penelitian tahun 1993 oleh Freeman R mengenai hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap kesehatan gigi pada remaja, didapatkan hasil yang serupa dimana remaja dengan pengetahuan yang tinggi memiliki perilaku kesehatan dan sikap yang baik dibandingkan remaja dengan pengetahuan yang rendah. Hal ini disebabkan oleh karena remaja yang memiliki pengetahuan yang benar kemudian dapat mengetahui langkah selanjutnya untuk melaksanakan upaya menjaga kesehatan gigi yang benar.

Penelitian pada tahun 2014 oleh Nyoman di Desa Melinggih mendapatkan hasil yang serupa dengan penelitian ini dimana sikap yang semakin mendukung dan pengetahuan yang semakin baik memiliki tren peningkatan perilaku pemberantasan sarang nyamuk dengan benar.

(34)

6.2 Kelemahan Penelitian

Penelitian tentang “Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Masyarakat Dusun Payangan Desa dalam upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue” ini tidak lepas dari beberapa hambatan dan kelemahan, yaitu:

1. Penelitian ini dilakukan dengan wawancara langsung dengan responden dengan menggunakan kuesioner tanpa melakukan observasi langsung secara detail di rumah-rumah responden. Sehingga jawaban yang diberikan responden terkadang tidak sesuai dengan keadaan yang ada.

2. Penelitian ini dilakukan dalam waktu yang cukup singkat sehingga tidak memberikan gambaran yang utuh tentang dampak dari proses intervensi yang diberikan oleh peneliti terhadap perubahan perilaku dan sikap masyarakat khususnya dalam upaya pencegahan penyakit DBD.

3. Terdapat beberapa orang diminta untuk menjadi responden penilitian tetapi ada yang menolak untuk menjadi salah satu responden penelitian.

(35)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 SIMPULAN

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Sebaran karakteristik responden menurut umur adalah dari umur 10 hingga 65 tahun.

2. Sebaran karakteristik responden menurut jenis kelamin yang terbanyak adalah laki- laki yiatu sebanyak 38 responden dari 74 responden.

3. Pendidikan responden sebagian besar berasal dari tingkat pendidikan SMA.

4. Kebanyakan responden bekerja sebagai wiraswasta dengan jumlah 27 responden (36,5%) dan pelajar dengan jumlah 19 responden (25,7%) 5. Sebagian besar responden di Desa Melinggih tidak mempunyai riwayat

penyakit demam berdarah dengue secara pribadi maupun dalam keluarga. 6. Sebagian responden mempunyai pengetahuan yang buruk mengenai

pencegahan penyakit demam berdarah dengue.

7. Kebanyakan responden mempunyai sikap yang baik terhadap pencegahan penyakit demam berdarah dengue dengan jumlah 38 responden.

8. Perilaku responden sebagian besar menunjukkan perilaku yang baik dalam pencegahan demam berdarah dengue.

9. Responden dengan sikap yang baik mempunyai perilaku yang baik daripada responden dengan sikap buruk dan perilaku buruk.

10. Responden dengan pengetahuan buruk memiliki kecenderungan mendapatkan hasil perilaku yang buruk daripada responden dengan pengetahuan baik dan sedang.

11. Responden yang mempunyai pengetahuan buruk mengenai pencegahan penyakit demam berdarah dengue dengan sikap yang buruk lebih tinggi dibandingkan responden dengan pengetahuan baik dan sedang serta sikap yang baik.

(36)

7.2 SARAN

Adapun saran yang peneliti rekomendasikan antara lain:

1. Sebaiknya informasi tentang pencegahan penyakit demam berdarah dengue yang disampaikan oleh petugas kesehatan, dipastikan benar-benar dipahami oleh masyarakat.

2. Diharapkan masyarakat agar berperan aktif dalam pemberantasan penyakit DBD melalui upaya pemberantasan sarang nyamuk Aedes aegypti dengan melakukan 3M khususnya dalam menguras tempat penampungan air serta menaburkan bubuk abate ke dalam kontainer yang tidak dapat dikuras atau ditutup.

3. Diharapkan adanya upaya masyarakat untuk membersihkan lingkungan tidak hanya di rumah tetapi di daerah sekitar dan di tempat kerja sebab sarang nyamuk tidak hanya berada di lingkungan rumah.

(37)

DAFTAR PUSTAKA

1. Center for Disease Control and Prevention.Dengue and The Aedes Aegypti Mosquito.(di akses di

http://www.cdc.gov/dengue/resources/30jan2012/aegyptifactsheet.pdfpada tanggal 20 Juni 2016)

2. World Health Organization.Global Strategy For Dengue Prevention and Control 2012-2020.France:World Health Organization, 2012.

3. Pusat data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.Situasi Demam Berdarah Dengue di Indonesia.Jakarta.Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.2014

4. Dinas Kesehatan Provinsi Bali.Profil Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2013.Bali.Dinas Kesehatan Provinsi Bali.2014

5. Dinas Kesehatan Provinsi Bali.Profil Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2014.Bali.Dinas Kesehatan Provinsi Bali.2015

6. KR McLeroy, D Bibeau, A Steckler, K Glanz.An Ecological Perspective on health Promotion Programs.Health Education Quarterly. Vol. 15(4):351-377 (Winter 1988)

7. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan

Lingkungan.Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di Indonesia.Jakarta.Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.2011 8. Hadinegoro, S.Sri Rezeki (2011). Tata Laksana Demam Berdarah Dengue di

Indonesia. Terbitan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta.

9. Hadinegoro, S.Sri Rezeki, Pitfalls and Pearls.(2004). Diagnosis dan Tata Laksana Demam Berdarah Dengue, dalam: Current Management of Pediatrics Problem. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. Hal 63-72

10. Mansjoer, Arif & Suprohaita. (2000). Kapita Slekta Kedokteran Jilid II. Fakultas Kedokteran UI : Media Aescullapius. Jakarta.

11. Soeparman. (1987). Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi kedua. Penerbit FKUI. Jakarta. 12. KEPMENKES RI Nomor:581/MENKES/SK/VII/1992 Tentang

(38)

13. Notoatmodjo S, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta.Jakarta.

14. LW Green.Modifying and Developing Health Behaviour.Ann Rev Public Health 1984.5:215-36

15. Rosenstock, I. (1974). Historical Origins of the Health Belief Model. Health

(39)

LAMPIRAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA INFORM CONSENT

PERSETUJUAN UNTUK MENJADI RESPONDEN

Perkenalkan, kami koas dari Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Kami sedang melakukan studi tentang gambaran sikap, perilaku, dan pengetahuan masyarakat dusun Payangan Desa terhadap upaya pencegahan demam berdarah dengue (DBD)

Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui gambaran sikap, perilaku, dan pengetahuan masyarakat dusun Payangan Desa terhadap upaya pencegahan demam berdarah dengue (DBD) .

Kami meminta kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i secara sukarela menjadi responden dalam studi ini. Diharapkan Bapak/Ibu/Saudara/i dapat berpartisipasi dengan mengemukakan pendapat, pikiran dan perasaan dengan sejujurnya dan apa adanya. Hasil studi ini sangat tergantung pada informasi yang didapat dari Bapak/Ibu/Saudara/i. Namun, Bapak/Ibu/Saudara/i berhak untuk menolak menjawab pertanyaan atau tidak bersedia menjadi responden apabila tidak menginginkannya. Wawancara akan berlangsung kurang lebih selama 30 menit. Informasi Bapak/Ibu/Saudara/i hanya akan digunakan dalam penelitian ini saja. Bapak/Ibu/Saudara/i tidak akan mendapatkan keuntungan langsung dari penelitian ini, namun informasi Bapak/Ibu/Saudara/i akan berguna untuk perbaikan program kesehatan terkait dengan pencegahan dan penanganan demam berdarah dengue (DBD).

Mohon Bapak/Ibu/Saudara/i menandatangani form di bagian bawah ini bila bersedia menjadi responden atau sumber informasi.

Gianyar,………2016 Responden

(40)

LAMPIRAN

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT DUSUN PAYANGAN DESA TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH

DENGUE

Nomor Kuesioner : ... Tempat dan tanggal pengisian : ... Pewawancara : ... DATA UMUM Nama Responden : ... Tanggal Lahir : ... Alamat : ... Jenis Kelamin : ... Pekerjaan : ... Pendidikan : ... Riwayat DBD : ...

(41)

LAMPIRAN

PENGETAHUAN

1. Apakah tanda atau warna nyamuk penular penyakit demam berdarah? a. Hitam mulus

b. Bintik-bintik hitam putih

c. Putih mulus d. Tidak tahu 2. Dimana nyamuk penular demam berdarah tersebut biasanya bertelur?

a. Di tempat yang berisi air jernih b. Di got atau saluran air

c. Di tempat yang berisi air keruh d. Tidak tahu

3. Apa saja tanda-tanda penyakit demam berdarah?

a. Panas tinggi (2-7 hari) tanpa sebab, perdarahan bintik di kulit b. Panas tinggi beberapa hari, batuk, badan gemetar

c. Tidak menampakkan gejala yang khas d. Tidak tahu

4. Kapan nyamuk penular demam berdarah biasa menggigit? a. Siang hari

b. Malam hari

c. Siang dan malam d. Tidak tahu

7. Penanganan pakaian yang baik setelah dipakai untuk mencegah demam berdarah adalah? a. Dibiarkan tergeletak diatas lantai

b. Disetrika saja

c. Segera dicuci d. Digantung di lemari 8. Apakah penyakit demam berdarah dapat menyebabkan kematian?

a. Ya b. Tidak

9. Dimana sajakah abate harus ditaburkan? a. Di tempat sampah

b. Di atas ranjang

c. Di halaman depan rumah d. Di tempat penampungan air

10. Upaya tambahan yang dapat membantu mencegah penyakit demam berdarah adalah: a. Pemakaian obat nyamuk (semprot/oles/bakar/listrik)

b. Memakan jeroan binatang c. Memakai pakaian tanpa lengan d. Tidak tahu

(42)

LAMPIRAN

PERILAKU

No. Pernyataan Sangat

Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju 1. Penting untuk membersihkan dan mengganti

air dalam tempat penampungan air secara rutin.

2. Tempat penampungan air harus selalu tertutup rapat

3. Penting untuk menaburkan abate pada tempat penampungan air

4. Penting untuk mengganti air dalam kolam/akuarium.vas bunga.barang lain yang terdapat genangan air

5. Penting untuk menaburkan abate pada tempat dengan genangan air

6. Pakaian jangan dibiarkan digantung/ditumpuk sembarangan dalam kamar setelah dipakai

7. Perlu memasang kawat kassa pada ventilasi dan atau jendela rumah anda

8. Perlu menggunakan obat anti nyamuk (oles/semprot/bakar/elektrik)

9. Menggunakan obat nyamuk secara rutin (setiap hari) sangat baikuntuk mencegah DB 10. Kaleng/botol/plastic/barang bekas lain yang dapat menampung air hujan seharusnya dikubur dalam tanah atau diberikan kepada pemulung atau dibuang ke tempat sampah.

(43)

LAMPIRAN

SIKAP

No. Pertanyaan Sangat

Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju 1. upaya pencegahan demam berdarah merupakan

kebutuhan masyarakat yang harus dilakukan 2. masyarakat turut bertanggung jawab terhadap

upaya pencegahan demam berdarah di lingkungan anda

3. fogging bukan merupakan satu-satunya cara yang paling efektif dalam mencegah demam berdarah

4. Pengawasan adanya jentik nyamuk pada penampungan air penting untuk dilakukan 5. Bila diadakan upaya pencegahan demam

berdarah di lingkungan anda, anda bersedia untuk ikut melaksanakan secara aktif (melakukan pemberantasan sarang nyamuk, mengubur menguras menutup, kerja bakti membersihkan lingkungan dll.)

6. Jika tetangga anda terkena demam berdarah, anda semestinya perlu meningkatkan

kewaspadaan gejala demam berdarah terhadap anggota keluarga anda

7. Penting untuk diadakan penyuluhan secara rutin terhadap warga desa terhadap bahaya demam berdarah dan penanggulangannya 8. Penyebaran bubuk abate pada tempat

penampungan air mampu atau bisa mencegah penyakit demam berdarah

9. Penyakit demam berdarah merupakan penyakit berbahaya?

10. Sampah yang dapat menampung air (botol, ban bekas, kaleng bekas) perlu untuk

Gambar

Tabel 5.1 Deskripsi Karakteristik Responden
Tabel 5.2 Angka Pengetahuan Responden
Tabel 5.4 Distribusi Perilaku Responden dalam Pencegahan DBD
Tabel 5.6 Tabulasi Silang Pengetahuan dan Perilaku Responden Sikap
+2

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Uji validitas pada variabel kualitas produk dilakukan pada 30 pelanggan yang berada di warung sate kambing Pak Syamsuri dengan jumlah butir pernyataan sebanyak 14

Bagi Dosen maupun mahasiswa yang ingin melaksanakan kegiatan yang bertemakan anti korupsi dapat dilakukan dengan cara-cara yang lebih kreatif sehingga peserta tidak merasa jenuh dan

Kinerja campuran HRS-WC iller abu am pas tebu berdasarkan pengujian dengan alat Marshall yaitu, (1)KAO campuran sebesar 7,25%; (2) stabilitas campuran meningkat dan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah, EEDS (0,124 g/kgBB mencit), EEHS (0,7 g/kgBB mencit) dan kombinasi keduanya (1:1) mempunyai efek memperbaiki

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh variabel Non Performing Financing (NPF), Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional Pendapatan

Pada saat kompresor memampatkan udara atau gas, ia bekerja sebagai penguat ( meningkatkan tekanan ), dan sebaliknya kompresor juga dapat berfungsi sebagai pompa

a) Pengembangan hak milik penguasaan dari pemerintah Republik Indonesia kepada Horrison & Crossfield Ltd terhadap perkebunan yang pernah di kelolanya. b) Melakukan kerja

Berdasarkan hal tersebut, maka rumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah: penggunaan metode mind map dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran