GAMBARAN PENYULUHAN TENTANG PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN METODE BERCERITA WAYANG KARTUN UNTUK MENINGKATKAN
PENGETAHUAN SISWA SD
1, 2 3
Afriska Diatama Siti Sulastri , Dwi Eni Purwati 1
) diatama_afriska@yahoo.com Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, Jl.Kyai Mojo No.56, Yogyakarta
2,3)
Dosen Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
ABSTRACT
The objective of this research was to find out the effect of oral health promotion that was done by using story telling method and media of wayang cartoon towards the increase of Elementary students' knowledge about oral health. This research was a descriptive study using cross-sectional research design. The subject of this research were students in grade II, III, and V of SD Negeri Katongan III, Gunung Kidul. The total numbers of the subject were 84 students, in which 38 were male students and 46 were female students. The data collection was done by explaining the result of the research in the form of descriptive narrative.The result of this research showed that oral health promotion using story telling method of wayang cartoon could influence the level of students' knowledge about oral health. It can be concluded from the improvement of students' knowledge about oral health in which 50 students (59,52 %) were included into good level of knowlege after the promotion. Meanwhile, there were only 24 students (28,57 %) who were included into good level of knowlege before the promotion.
Key words: oral health, storytelling method, wayang cartoon
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran penyuluhan kesehatan gigi yang d i l a k u k a n d e n g a n m e t o d e b e r c e r i t a menggunakan media wayang kartun terhadap peningkatan pengetahuan siswa Sekolah Dasar.Jenis Penelitian ini adalah deskriptif dengan desain penelitian cross-sectional. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas II, III dan V SD Negeri Katongan III, Gunungkidul yang berjumlah 84 siswa, terdiri dari 38 siswa laki-laki dan 46 siswa perempuan. Manajemen data yang dilakukan dengan menjelaskan hasil penelitian dalam bentuk narasi deskriptif.Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan metode bercerita menggunakan wayang kartun mampu mempengaruhi tingkat pengetahuan siswa tentang kesehatan gigi dan mulut. Hal ini dapat diketahui dari meningkatnya pengetahuan kesehatan gigi dan mulut siswa setelah dilakukan penyuluhan yaitu 50 siswa (59,52%) masuk kategori tingkat Pengetahuan baik. Hanya 24 siswa (28,57%) sebelum dilakukan penyuluhan masuk ke kategori Pengetahuan baik
Kata kunci : pengetahuan kesehatan gigi dan mulut, metode bercerita, wayang kartun
PENDAHULUAN
Tindakan pencegahan terhadap penyakit gigi dan mulut perlu dilakukan agar tidak terjadi gangguan fungsi, aktivitas (belajar dan bekerja)
dan penurunan produktivitas kerja yang tentunya akan mempengaruhi kualitas hidup. Salah satu cara yang dapat dilakukanadalah dengan mengadakan kegiatan promosi kesehatan. Salah satu kegiatan promosi kesehatan adalah pemberian informasi atau pesan kesehatan b e r u p a m a t e r i - m a t e r i k e s e h a t a n u n t u k memberikan atau meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang kesehatan agar memudahkan t e r j a d i n y a p e r i l a k u s e h a t 1 . P e n y u l u h a n kesehatan di dalam promosi kesehatan diperlukan sebagai upaya meningkatkan pengetahuan dan kesadaran, disamping pengetahuan sikap dan perbuatan.Oleh karena itu, tentu diperlukan upaya penyediaan dan penyampaian informasi, yang merupakan bidang garapan penyuluhan kesehatan2.
Penyuluhan dapat dilakukan dengan berbagai metode, salah satunya adalah dengan metode bercerita dibantu dengan berbagai alat bantu penyuluhan. Alat bantu penyuluhan sering juga disebut dengan media penyuluhan. Di dalam penelitian ini penulis akan menggunakan metode bercerita dibantu dengan media wayang kartun, yang diharapkan mampu menarik perhatian sasaran, sehingga materi yang akan disampaikan dapat dengan mudah dipahami o l e h s a s a r a n 3 . S a s a r a n u n t u k p r o g r a m penyuluhan ini adalah kelompok anak sekolah dasar dengan alasan antara lain 1).Lingkungan sekolah merupakan perpanjangan tangan keluarga dalam meletakkan dasar perilaku hidup sehat bagi anak sekolah. Disamping itu, jumlah populasi anak sekolah umur 6-12 tahun mencapai 40%-50% dari komunitas umum, sehingga upaya penyuluhan kesehatan pada sasaran anak sekolah merupakan prioritas pertama dan utama. Penyuluhan kesehatan di
sekolah diintegrasikan dalam program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)4. 2). Anak sekolah merupakan kelompok sangat peka untuk menerima perubahan atau pembaruan sehingga mudah dibimbing, diarahkan dan ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, termasuk kebiasaan hidup sehat5.
Beradasarkan pernyataan diatas peneliti bermaksud untuk meneliti mengenai tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada Siswa SD Negeri Katongan III, Gunungkidul.
Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti mengenai waktu menyikat gigi serta frekuensi mengkonsumsi makanan manis dan lengket di SD N Katongan III dengan mewawancarai 10 siswa didapat 9 siswa tidak menyikat gigi setelah sarapan pagi, 8 siswa tidak menyikat gigi sebelum tidur dan 10 siswa sering mengkonsumsi makanan manis dan lengket berupa permen dan coklat minimal 1 bungkus setiap hari.
P e n e l i t i a n i n i d i b e r t u j u a n u n t u k mengetahui gambaran penyuluhan kesehatan gigi dengan metode bercerita wayang kartun dan upaya untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut siswa Sekolah Dasar.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat m e m b e r i k a n s u m b a n g a n r e f e r e n s i a t a u masukan dalam pelaksanaan kegiatan promotif khususnya bagi kelompok anak usiaSekolah Dasar untuk mengetahui bagaimana gambaran p e n y u l u h a n d e n g a n m e t o d e b e r c e r i t a menggunakan wayang kartun sebagai upaya meningkatkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut.
METODE PENELITIAN
deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan terhadap sekumpulan objek yang bertujuan untuk melihat gambaran fenomena (termasuk kesehatan) yang terjadi di dalam suatu populasi tertentu6.Penelitian ini menggunakan metode cros-sectional. Metode cross-sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor beresiko dengan efek, dengancara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat7.
Penelitian ini dilakukan di SD N Katongan III yang beralamat di Dukuh Nglebak, Desa Katongan, Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunung Kidul, Propinsi D.I Yogyakarta.Dan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-April 2016.
Subjek penelitian merupakan sesuatu yang sangat penting kedudukannya di dalam penelitian, subjek penelitian harus ditata sebelum penelitian siap untuk mengumpulkan data.Subjek penelitian dapat berupa benda, hal atau orang. Dengan demikian subjek penelitian pada umumnya manusia atau apa saja yang menjadi urusan manusia8. Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas II, III, dan V sebanyak 84 siswa dengan rincian kelas II
berjumlah 26 siswa, kelas III berjumlah 30 siswa dan kelas V berjumlah 28 siswa.
Batasan-batasan istilah dalam penelitian ini adalah penyuluhan kesehatan gigi dan mulut mencakup tentang gigi berlubang, cara menyikat gigi yang baik dan benar, waktu menyikat gigi, akibat dari tidak menyikat gigi, mengurangi mengkonsumsi makanan yang manis dan lengket serta mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung air dan serat yang diberikan kepada siswa kelas II, III dan V SDN Katongan III selama 30 menit, dan menggunkana metode bercerita serta didukung degan media wayang kartun. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut yang berisi 12 butir pertanyaan dan media wayang berbentuk tokoh kartun.
Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti melakukan permohonan dan persetujuan dari instansi yang terkait untuk melakukan penelitian di wilayah kerjanya.Kemudian peneliti m e n y i a p k a n a l a t d a n b a h a n u n t u k p e n e l i t i a n . K e p a d a r e s p o n d e n , p e n e l i t i memberikan permohonan menjadi responden dan persetujuan menjadi responden.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin pada Siswa SDN Katongan III, Gunungkidul
Keterangan :
: Resoponden berjenis kelamin laki-laki : Responden berjenis kelamin perempuan
Berdasarkan gambar 1, dapat diketahui bahwa responden berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan berjenis kelamin laki-laki.
Grafik 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia
Keterangan :
: Responden berusia 8 tahun : Responden berusia 9 tahun : Responden berusia 11 tahun
Berdasarkan gambar 2, dapat diketahui bahwa responden paling banyak berusia 9 tahun, dan paling sedikit adalah responden berusia 8 tahun.
Grafik 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Orang Tua
Keterangan :
: Responden dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua SD : Responden dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua SMP : Responden dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua SMA : Responden dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua D -III : Responden dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua S1
Berdasarkan Gambar 3, dapat diketahui bahwa pendidikan terakhir orang tua repsonden, paling banyak adalah lulusan SMA, dan paling sed ikit adalah lulusan D III.
Grafik 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua
Keterangan :
: Responden dengan Pekerjaan Orang Tua Petani : Responden dengan Pekerjaan Orang Tua Buruh : Responden dengan Pekerjaan Orang Tua Swasta : Responden dengan Pekerjaan Orang Tua PNS
Berdasarkan Gambar 4, dapat dietahui bahwa pekerjaan orang tua responden paling banyak adalah sebagai Petani, dan paling sedikit sebagai PNS.
Grafik 5.Gambaran Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut Responden
Berdasarkan Gambar 5, terdapat peningkatan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut siswa, hal ini ditandai dengan meningkatnya jumlah jawaban kuesioner yang benar 8-12 dari 28,57% menjadi 59.52% setelah dilakukan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut menggunakan metode bercerita wayang kartun.
Keterangan :
: Sebelum dilakukan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan metode bercerita wayang kartun
: Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan metode bercerita wayang kartun
Keterangan :
: Sebelum dilakukan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan metode bercerita wayang kartun
: Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan metode bercerita wayang kartun
Berdasarkan Gambar 6, diketahui peningkatan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut tertinggi pada responden berjenis kelamin perempuan, hal ini dapat dilihat dari meningkatnya prosentase sebelum dilakukan penyuluhan hanya mencapai 28,26% dan setelah dilakukan penyuluhan meningkat menjadi 63,04%.
Grafik 7.Gambaran Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut dengan Usia Responden
Keterangan :
: Sebelum dilakukan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan metode bercerita wayang kartun
: Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan metode bercerita wayang kartun
Berdasarkan Gambar 7, diketahui peningkatan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut tertinggi pada usia 11 tahun, kemudian posisi kedua adalah usia 9 tahun, dan posisi ketiga adalah usia 8 tahun.
Grafik 8.Gambaran Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut dengan Pendidikan Terakhir Orang Tua Responden
Keterangan :
: Sebelum dilakukan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan metode bercerita wayang kartun
: Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan metode bercerita wayang kartun
Berdasarkan Gambar 8, diketahui peningkatan pengetahuan paling tinggi adalah responden dengan pendidikan terakhir orang tua SD, kemudian pendidikan terakhir orang tua SMP, SMA, S1 dan terakhir adalah DIII.
Grafik 9. Gambaran Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut dengan Pekerjaan Orang Tua Responden
Keterangan :
: Sebelum dilakukan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan metode bercerita wayang kartun
: Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan metode bercerita wayang kartun
Berdasarkan Gambar 9, diketahui peningkatan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut paling tinggi adalah pada responden dengan pekerjaan orangtuaPetani, Swasta, kemudian Buruh dan yang terakhir pekerjaan orang tua sebagai PNS.
Berdasarkan grafik 5, dapat dilihat bahwa sebelum dilakukan penyuluhan, rata-rata tingkat pengetahuan siswa tentang kesehatan gigi dan mulut, masuk kategori sedang, dengan jumlah p r o s e n t a s e 5 9 , 5 2 % . S e t e l a h d i l a k u k a n penyuluhan, kelompok siswa yang masuk dalam kategori baik mengalami peningkatan yang cukup drastis, yakni mengalami peningkatan mencapai 30,95%.
Peningkatan tersebut terjadi karena siswa sangat tertarik, antusias dan tercipta suasana yang menyenangkan selama proses penyuluhan dengan metode bercerita wayang kartun berlangsung. Hal ini sesuai dengan penelitian Yatmi9yang menyatakan bahwa dengan metode bercerita wayang kartun mampu meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran membaca, yang didukung dengan bukti bahwa selama proses pembelajaran, siswa menyimak dengan seksama, tidak bermain sendiri, serta menunjukkan antusias dan senang selama pembelajaran.
Berdasarakan grafik 6, diketahui bahwa siswa berjenis kelamin perempuan mengalami peningkatan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki, meskipun perbedaannya tidak terlalu signifikan, adapun prosentase perbedaannya hanya sekitar 7,78%.
Peningkatan pengetahuan terjadi pada kelompok siswa perempuan karena selama proses penyuluhan dengan metode bercerita
w a y a n g k a r t u n s i s w a p e r e m p u a n l e b i h berkonsentrasi dibandingkan siswa laki-laki. Hal ini sesuai dengan penelitian Yuniarti10, yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara jenis kelamin dengan prestasi belajar pada siswa kelas VII SMP Negeri di Kecamatan Sleman. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata hasil prestasi belajar siswa laki-laki 109,57, sedangkan untuk siswa perempuan 119,99, jadi hanya ada selisih 10,42. Rata-rata siswa perempuan memang lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki, disebabkan saat dilakukan pembelajaran, siswa perempuan cenderung lebih memperhatikan dibandingkan dengan siswa laki-laki.
Berdasarkan grafik 7, diketahui bahwa usia 11 tahun memiliki tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut lebih baik dibandingkan dengan usia 9 tahun dan 8 tahun. Hal ini terbukti, pada usia 11 tahun terjadi peningkatan pengetahuan yang cukup signifikan yakni dari 35,71% menjadi 82,14%. Peningkatan pengetahuan yang baik pada usia 11 tahun terjadi karena didukung oleh konsentrasi siswa yang baik pula saat dilakukan penyuluhan dibandingkan dengan konsentrasi siswa usia 9 dan 8 tahun.Menurut Ahmadi11, menyatakan bahwa semakin bertambahnya usia pada seseorang, mampu mempengaruhi tingkat pemahamannya.
Berdasarakan grafik 8, diketahui bahwa sebelum dilakukan penyuluhan , siswa dengan latar belakang pendidikan terakhir orang tua lulusan SD memiliki tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut paling buruk, dibandingkan siswa dengan latar belakang pendidikan orang tua SMP, SMA, DIII dan S1 yaitu hanya 11,75% yang mampu menjawab