Volume 2, No.2, Mei 2013 - 44
PENGARUH PROFITABILITAS
, OPERATING PROFIT
MARGIN
(OPM)
,
DAN
FINANCIAL LEVERAGE
TERHADAP
PERATAAN LABA (
INCOME SMOOTHING)
PADA
PERUSAHAAN
BLUE CHIPS
DI INDONESIA
(Studi Empiris pada Perusahaan LQ 45 yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2007-2011)
Sry Wulandari1, Muhammad Arfan2, Muhammad Shabri2
1)
Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
2)
Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala
Abstract: The purposes of this research are (1) to examine the simultaneously effect of profitability, operating profit margin, and financial leverage on the income smoothing (2) to examine the effect of profitability on the income smoothing (3) to examine the effect of operating profit margin on the income smoothing (4) to examine the effect of financial leverage on the income smoothing. The target of population of this research is Blue Chips Company (LQ 45) that are listed in Indonesian Stock Exchange during 5 years (2007-2011), selected with a few criteria, total of target population is 90 (18 companies x 5 years). The Data of this research is a balanced panel data, that are analysed using logistic regression. The results of this research are (1) simultaneously, profitability, operating profit margin, and financial leverage have an effect on the income smoothing, profitability has a negative effect on the income smoothing, (2) operating profit margin and financial leverage have a positive effect on the income smoothing.
Keywords: Profitability, Operating Profit Margin, Financial Leverage, Income Smoothing, and Blue Chips Company
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji (1) pengaruh profitabilitas, operating profit margin, dan financial leverage secara bersama-sama terhadap perataan laba (2) pengaruh profitabilitas terhadap perataan laba (3) pengaruh operating profit margin terhadap perataan laba, dan (4) pengaruh financial leverage terhadap perataan laba. Populasi sasaran pada penelitian ini adalah perusahaan Blue Chips (LQ 45) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 5 tahun (2007-2011) dengan kriteria tertentu, total populasi sasaran adalah 90 (18 perusahaan x 5 tahun). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah balanced panel data. Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah regresi logistik. Hasil penelitian ini menunjukkan (1) secara bersama-sama profitabilitas, operating profit margin, dan financial leverage berpengaruh terhadap perataan laba (2) profitabilitas berpengaruh negatif terhadap perataan laba, (2) sedangkan secara parsial, variabel operating profit margin dan financial leverage berpengaruh positif terhadap perataan laba.
Kata Kunci: Profitabilitas, Operating Profit Margin,Financial Leverage, Perataan Laba, dan Perusahaan Blue Chips
PENDAHULUAN
Perusahaan adalah organisasi yang bertujuan mencari laba (profit oriented). Laba merupakan hal yang sangat penting bagi
kelangsungan hidup (going concern) suatu perusahaan. Kelangsungan hidup perusahaan hanya dapat dipertahankan jika perusahaan memperoleh keuntungan dan dapat
45 - Volume 2, No.2, Mei 2013
meningkatkan kesejahteraan (welfare) perusahaan tersebut. Kinerja perusahaan dapat dinilai melalui informasi yang terkandung dalam laporan keuangan.
Secara umum, semua bagian dari laporan keuangan yang dipublikasikan seperti neraca, laporan laba rugi, dan laporan arus kas adalah penting dan diperlukan dalam pengambilan keputusan. Namun pada umumnya, perhatian para pemakai laporan keuangan difokuskan pada informasi tentang laba yang terdapat dalam laporan laba rugi. Pentingnya informasi laba ini disadari oleh manajemen sehingga manajemen cenderung melakukan disfunctional behaviour. Disfunctional behaviour adalah perilaku tidak semestinya yang dilakukan oleh manajemen dengan tujuan untuk memaksimalkan laba dengan memanfaatkan fleksibilitas dari standar akuntansi yang digunakan. Disfunctional behaviour tersebut dipengaruhi oleh adanya informasi asimetris dalam konsep teori keagenan. Konflik keagenan akan muncul apabila tiap-tiap pihak, baik principal maupun agent mempunyai perbedaan kepentingan dan ingin memperjuangkan kepentingan masing-masing. Hal ini mendorong manajemen perusahaan untuk melakukan beberapa tindakan yang dapat meminimalkan konflik tersebut diantaranya tindakan perataan laba (income smoothing).
Perataan laba dilakukan terutama untuk menunjukkan kinerja perusahaan dan keadaan keuangan. Tujuan yang melatarbelakangi manajemen melakukan perataan laba tetap saja dapat mengubah kandungan informasi atas laba yang dihasilkan perusahaan. Hal ini perlu
diwaspadai oleh pengguna laporan keuangan karena informasi yang telah mengalami penambahan atau pengurangan tersebut dapat menyesatkan pengambilan keputusan (Juniarti dan Corolina, 2005).
Berdasarkan hal tersebut, perataan laba kemungkinan juga dapat dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang memiliki saham-saham yang paling likuid. Pada perusahaan-perusahaan yang tergolong liquid 45 (LQ 45) perataan laba merupakan fenomena umum yang diduga dilakukan manajemen perusahaan yang dikenal dengan sebutan Blue Chips ini untuk mempertahankan posisinya sebagai perusahaan terbaik. Perusahaan yang tergolong dalam indeks LQ 45 berusaha mempertahankan laba yang dimiliki sehingga dapat menarik minat para investor untuk menanamkan modalnya, karena investor umumnya lebih menyukai perusahaan dengan laba yang stabil dibandingkan dengan yang berfluktuasi.
Berdasarkan survei literatur ada beberapa faktor yang diduga berpengaruh terhadap perataan laba diantaranya profitabilitas (Ashari et al. 1994; Jatiningrum, 2000; Budiasih, 2008), operating profit margin (Azhari, 2010; Kumaladewi, 2010), financial leverage (Jin dan Machfoedz, 1998; Suwito dan Herawaty, 2005). Beberapa penelitian empiris terdahulu telah menguji faktor-faktor tersebut dan temuan empiris yang diperoleh menunjukkan kesimpulan yang berbeda.
Berdasarkan Latar Belakang penelitian tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
Volume 2, No. 2, Mei 2013 - 46 a. Bagaimanakah pengaruh profitabilitas,
operating profit margin dan financial leverage secara bersama-sama terhadap perataan laba pada perusahaan Blue Chips di Indonesia.
b. Bagaimanakah pengaruh profitabilitas terhadap perataan laba pada perusahaan Blue Chips di Indonesia.
c. Bagaimanakah pengaruh operating profit margin terhadap perataan laba pada perusahaan Blue Chips di Indonesia.
d. Bagaimanakah pengaruh financial leverage terhadap perataan laba pada perusahaan Blue Chips di Indonesia.
Berdasarkan Rumusan Penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk menguji pengaruh profitabilitas, operating profit margin dan financial leverage secara bersama-sama terhadap perataan laba pada perusahaan Blue Chips di Indonesia.
b. Untuk menguji pengaruh profiabilitas terhadap perataan laba pada perusahaan Blue Chips di Indonesia.
c. Untuk menguji pengaruh operating profit margin terhadap perataan laba pada perusahaan Blue Chips di Indonesia.
d. Untuk menguji pengaruh financial leverage terhadap perataan laba pada perusahaan Blue Chips di Indonesia.
KAJIAN KEPUSTAKAAN Perataan Laba
Perataan laba (income smoothing) adalah pengurangan fluktuasi laba dari tahun ke tahun dengan memindahkan pendapatan dari
tahun-tahun yang tinggi pendapatannya ke periode-periode yang kurang menguntungkan. Definisi lain mengenai perataan laba adalah proses manipulasi profil waktu dari pendapatan atau laporan pendapatan untuk membuat laba menjadi kurang bervariasi, sekaligus tidak meningkatkan pendapatan yang dilaporkan selama periode tersebut (Belkaoui, 2006: 73).
Profitabilitas
Brigham dan Houston (2001:197) menyatakan bahwa profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan. Sartono (2001:119) berpendapat bahwa profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Dengan demikian bagi investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisa profitabilitas ini. John (2005) menyatakan bahwa Rasio profitabilitas merupakan perbandingan antara laba perusahaan dengan investasi atau ekuitas yang digunakan untuk memperoleh laba tersebut.
Profitabilitas menurut Darmadji dan Hendy M.F (2006: 156) adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Menurut Lestari dan Sugiharto (2007: 196) ROA adalah rasio yang digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari penggunaan aktiva. Dengan kata lain, semakin tinggi rasio ini maka semakin baik produktivitas aset dalam memperoleh keuntungan bersih. Hal ini
47 - Volume 2, No.2, Mei 2013
selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor.
Operating Profit Margin
Rasio ini mencerminkan tingkat efisiensi perusahaan, sehingga rasio yang tinggi menunjukkan keadaan yang kurang baik. Ini berarti bahwa setiap rupiah penjualan yang terserap dalam biaya juga tinggi sedangkan yang tersedia untuk laba kecil. Hal inilah yang menyebabkan manajer melakukan perataan laba.
Perubahan operating profit margin menunjukkan perubahan kemampuan manajemen untuk menghasilkan laba operasi dalam kegiatan rutin perusahaan. Semakin besar perubahan operating profit margin manunjukkan semakin besar fluktuasi kemampuan manajemen dalam menghasilkan laba operasi (Slamet, 2003: 38).
Financial Leverage
Financial leverage merupakan hal
penting dalam penentuan struktur modal perusahaan. Riyanto (1995) menyatakan bahwa financial leverage merupakan penggunaan dana yang disertai biaya tetap, sedangkan menurut Weston dan Copeland (1997: 48) menyebutkan financial leverage atau disebut juga leverage factor adalah rasio nilai buku seluruh utang terhadap total aktiva.
Menurut Sartono (2001: 337), financial leverage menunjukkan proporsi penggunaan utang untuk membiayai investasinya. Semakin besar utang perusahaan maka semakin besar pula risiko yang dihadapi investor sehingga
investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi. Akibat kondisi tersebut perusahaan cenderung untuk melakukan perataan laba.
Financial leverage diproksikan dengan
debt to equity ratio (DER) yang
menggambarkan struktur modal perusahaan. Financial leverage menunjukkan proporsi penggunaan utang untuk membiayai investasinya. Semakin besar utang perusahaan maka semakin besar pula risiko yang dihadapi investor, sehingga investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi. Selain itu, risiko keuangan yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan mengalami kesulitan keuangan yang akan mempengaruhi kondisi keuangan di mata publik. Akibat kondisi tersebut, maka perusahaan cenderung melakukan praktik perataan laba.
Kerangka Pemikiran
Profitabilitas yang diproksikan dengan ROA, menunjukkan kemampuan manajemen dalam memanfaatkan aktiva yang digunakan dalam kegiatan operasi. Semakin besar perubahan ROA menunjukkan semakin besar fluktuasi kemampuan manajemen dalam menghasilkan laba. Hal ini mempengaruhi investor dalam memprediksi laba dan memprediksi risiko dalam investasi sehingga memberikan dampak pada kepercayaan investor terhadap perusahaan. Sehubungan dengan itu, manajemen termotivasi untuk maselakukan praktik perataan laba agar laba yang dilaporkan tidak fluktuatif sehingga dapat meningkatkan kepercayaan investor.
Volume 2, No. 2, Mei 2013 - 48 Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
Budiasih (2008) yang menyatakan bahwa profitabilitas yang diproksikan dengan variabel ROA berpengaruh positif signifikan terhadap perataan laba.
Operating profit margin adalah rasio untuk mengukur tingkat profitabilitas. Sama halnya dengan net earnings, investor juga lebih menyukai tingkat profitabilitas yang cenderung stabil dibandingkan dengan yang berfluktuasi secara signifikan. Operating profit margin merupakan salah satu faktor penentu perataan laba karena semakin tinggi profit suatu perusahaan maka semakin tinggi juga harapan investor akan kenaikan return saham.
Perusahaan yang mempunyai tingkat financial leverage yang tinggi diduga melakukan perataan laba karena perusahaan terancam default sehingga manajemen membuat kebijakan yang dapat meningkatkan pendapatan. Menurut Sartono (2001) financial leverage menunjukkan proporsi penggunaan utang untuk membiayai investasi. Semakin besar utang perusahaan maka semakin besar pula risiko yang dihadapi investor sehingga investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi. Akibat kondisi tersebut perusahaan cenderung untuk melakukan perataan laba.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dipaparkan sebelumnya, maka Hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Profitabilitas, operating profit margin, dan
financial leverage secara bersama-sama berpengaruh terhadap perataan laba pada perusahaan Blue Chips di Indonesia.
2. Profitabilitas berpengaruh positif terhadap perataan laba pada perusahaan Blue Chips di Indonesia
3. Operating profit margin berpengaruh positif terhadap perataan laba pada perusahaan Blue Chips di Indonesia
4. Financial leverage berpengaruh positif terhadap perataan laba pada perusahaan Blue Chips di Indonesia
METODE PENELITIAN
Masing-masing aspek penelitian dijelaskan sebagai berikut:
Tujuan Studi
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan berdasarkan teori-teori dan penelitian terdahulu. Hipotesis yang
Profitabilitas Operating Profit Margin Perataan Laba (Income Smoothing) ( Financial Leverage
49 - Volume 2, No.2, Mei 2013
dirumuskan menjelaskan pengaruh antara variabel.
Study Setting
Penelitian ini merupakan studi yang dilakukan untuk menentukan pengaruh antar variabel pada perusahaan Blue Chips di Bursa Efek Indonesia yang disebut eksperimen lapangan.
Jenis Investigasi
Jenis investigasi dari penelitian ini bersifat studi kausalitas, dimana peneliti ingin menjelaskan pengaruh antara variabel yang diteliti, yaitu variabel perataan laba sebagai variabel dependen dan variabel ukuran perusahaan, operating profit margin dan financial leverage sebagai variabel independen.
Intervensi Peneliti
Peneliti memiliki intervensi minimal terhadap variabel yang diteliti, oleh karena itu peneliti berusaha memperlihatkan pengaruh dari objek penelitian.
Horizon Waktu
Penelitian ini merupakan panel data studies, yaitu unit yang sama diteliti dalam beberapa waktu (Gujarati, 2003:636).
Unit Analisis
Unit analisis dalam penelitian ini adalah perusahaan Blue Chips yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berupa data laporan keuangan perusahaan periode 2007-2011.
Populasi Penelitian
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahan Blue Chips yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2007-2011. Teknik penentuan populasi sasaran dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode sensus, yaitu mengambil keseluruhan populasi dengan menetapkan beberapa pertimbangan dan kriteria tertentu (Indriartono dan Supomo, 1999: 313). Hal ini bertujuan untuk mendapatkan sampel yang representative sesuai dengan kriteria yang ditentukan.
Adapun kriteria populasi sasaran yang digunakan yaitu:
1. Perusahaan yang terdaftar pada indeks LQ 45 selama periode penelitian yaitu 2007-2011.
2. Perusahaan yang memperoleh keuntungan selama periode penelitian.
Perusahaan yang telah memenuhi kriteria populasi penelitian adalah sebanyak 90 (18 perusahaan x 5 tahun).
Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang telah ada dan tidak perlu dikumpulkan sendiri oleh peneliti (Sekaran, 2006: 77). Oleh karena itu, teknik pengambilan datanya menggunakan teknik dokumentasi. Teknik dokumentasi yaitu teknik pengambilan data dengan cara mengumpulkan catatan-catatan yang menjadi bahan penelitian. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah panel data (pooling of time series and cross-sectional observation).
Volume 2, No. 2, Mei 2013 - 50 Panel data merupakan gabungan dari time
series dan cross-section, dimana unit yang sama diteliti dalam beberapa waktu (Gujarati, 2003:636).
Operasionalisasi Variabel Perataan Laba (Y)
Perataan Laba adalah salah satu bentuk manajemen laba dimana pendapatan dan beban digeser antara periode untuk mengurangi fluktuasi laba (Arens et al. 2005: 310). Untuk menentukan perusahaan sebagai perata laba dan bukan perata laba, diklasifikasikan menggunakan Indeks Eckel (1981). Perhitungan Indeks Eckel menggunakan rumus:
Indeks perataan laba = 𝐂𝐕 ∆𝐒
𝐂𝐕 ∆𝐈 ………. (1)
Dimana :
∆I = Perubahan laba dalam satu periode ∆S = Perubahan penjualan dalam satu periode CV = Koefisien variasi dari variabel, yaitu
standar deviasi dibagi dengan nilai yang diharapkan. Dalam hal ini, nilai yang diharapkan menggunakan nilai rata-rata. Jadi,
CV ∆S = Koefisien variasi untuk perubahan penjualan
CV ∆I = Koefisien variasi untuk perubahan laba
Adanya tindakan perataan laba ditunjukkan oleh indeks perataan laba yang lebih dari satu (Smoothing Index > 1).
Profitabilitas (X1)
Profitabilitas yang merupakan komponen laporan keuangan perusahaan yang
bertujuan untuk menilai kinerja manajemen, membantu mengestimasi kemampun laba yang representatif dalam jangka panjang, dan menaksir risiko dalam investasi atau meminjamkan dana (Dwiatmini dan Nurkholis, 2001: 28). Dengan kata lain, profitabilitas menjadi tolak ukur kinerja perusahaan bagi pihak eksternal. Berdasarkan deskripsi atas profitabilitas diatas, maka dapat diduga bahwa fluktuasi profitabilitas yang rendah atau menurun memiliki kecenderungan bagi perusahaan tersebut untuk melakukan tindakan perataan laba.
Variabel ini diukur dengan rasio antara laba bersih setelah pajak dengan total aktiva. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio dengan rumus:
ROA = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎 ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 ………… (2)
Operating Profit Margin (X2)
Operating profit margin adalah rasio yang mengukur tingkat efisiensi suatu perusahaan dengan membandingkan antara laba usaha dengan penjualan (Apriyani, 2008).
Operating profit margin merupakan rasio dari laba operasi dibagi dengan penjualan bersih.
OPM = 𝑳𝒂𝒃𝒂 𝑶𝒑𝒆𝒓𝒂𝒔𝒊
𝑷𝒆𝒏𝒋𝒖𝒂𝒍𝒂𝒏 ………… (3)
Financial Leverage (X3)
Financial leverage diproksikan dengan debt to equity rasio (DER) yang diperoleh melalui total utang dibagi dengan total equity (Zuhroh, 1999).
51 - Volume 2, No.2, Mei 2013
Debt to Equity Ratio (DER) yang diperoleh melalui total utang dibagi dengan total ekuitas. Financial Leverage = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 ……. (4)
Metode Analisis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan logistic regression (regresi logistik), karena variabel dependen merupakan variabel dummy dengan skala nominal, sedangkan variabel independen diukur dengan skala rasio (Cooper dan Emory, 1995: 233-235).
Model regresi logit yang akan digunakan dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
IS = β0 + β1 (ROA) + β2 (OPM)+β3(LEV) + ε Keterangan:
IS = Index Smoothing (perataan laba)
0 = untuk perusahaan yang tidak melakukan perataan laba
1 = untuk perusahaan yang melakukan perataan laba
ROA = Return On Asset OPM = Operating Profit Margin LEV = Financial Leverage
Ε = Error Term (Variabel lain yang mempengaruhi perataan laba) β(1,2,3) = Koefisien regresi
Sebelum data diolah lebih lanjut, harus dilakukan diuji kelayakan model regresi dengan menggunakan uji Hosmer and Lemeshow goodness and fit test dan pengujian -2 log likehood.
HASIL PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 17.0, hasil analisis regresi logistik untuk 18 perusahaan Blue Chips di Bursa Efek Indonesia sebagai berikut:
IS = -2,268 – 3,70ROA+ 2,21OPM + 0,44LEV a. Pengaruh profitabilitas (ROA), operating
profit margin (OPM), dan financial leverage (LEV) secara bersama-sama terhadap perataan laba (IS), ditunjukkan oleh nilai koefisien regresi logit yang tidak sama dengan nol (β ≠ 0). Sehingga dapat dinyatakan bahwa profitabilitas, operating profit margin, dan financial leverage secara bersama-sama berpengaruh terhadap perataan laba.
b. Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap perataan laba, yang ditandai oleh koefisien regresi logit yaitu sebesar -3,70 (β1 < 0). Pengaruh negatif tersebut bermakna bahwa semakin besar profitabilitas, maka semakin rendah tingkat perataan laba yang dilakukan oleh manajer perusahaan Blue Chips. Sebaliknya, semakin kecil profitabilitas, maka semakin tinggi tingkat perataan laba yang dilakukan oleh manajer perusahaan Blue Chips.
c. Operating profit margin berpengaruh positif terhadap perataan laba, yang ditandai oleh nilai koefisien regresi logit sebesar 2,21 (β2 > 0). Pengaruh positif tersebut bermakna bahwa semakin besar jumlah operating profit margin, maka semakin tinggi tingkat perataan laba yang dilakukan oleh manajemen perusahaan Blue Chips.
Volume 2, No. 2, Mei 2013 - 52 Sebaliknya, semakin kecil jumlah operating
profit margin, maka semakin rendah tingkat perataan laba yang dilakukan perusahaan Blue Chips.
d. Financial leverage berpengaruh positif terhadap perataan laba, yang ditandai oleh nilai koefisien regresi logit sebesar 0,44 (β3 > 0). Pengaruh positif bermakna bahwa semakin besar jumlah financial leverage, maka semakin tinggi tingkat perataan laba yang dilakukan oleh manajemen perusahaan Blue Chips. Sebaliknya, semakin kecil jumlah financial leverage, maka semakin rendah tingkat perataan laba yang dilakukan perusahaan Blue Chips
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis menggunakan SPSS mengenai pengaruh profitabilitas, operating profit margin dan financial leverage terhadap perataan laba, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Profitabilitas, operating profit margin dan financial leverage secara bersama-sama berpengaruh terhadap perataan laba. Besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen adalah 4,2% yang ditunjukkan oleh nilai Nagelkerke’s R Square = 0,042 (4,2 %) yang berarti perataan laba dipengaruhi oleh profitabilitas, operating profit margin, dan financial leverage sebesar 4,2%, sementara 95,8% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian.
2. Profitabilitas secara parsial berpengaruh negatif terhadap perataan laba. Pengaruh negatif tersebut bermakna bahwa semakin besar profitabilitas, maka semakin rendah tingkat perataan laba yang dilakukan oleh manajer perusahaan Blue Chips. Sebaliknya, semakin kecil profitabilitas, maka semakin tinggi tingkat perataan laba yang dilakukan oleh manajer perusahaan Blue Chips.
3. Operating profit margin berpengaruh positif terhadap perataan laba. Pengaruh positif tersebut bermakna bahwa semakin besar jumlah operating profit margin, maka semakin tinggi tingkat perataan laba yang dilakukan oleh manajemen perusahaan Blue Chips. Sebaliknya, semakin kecil jumlah operating profit margin, maka semakin rendah tingkat perataan laba yang dilakukan perusahaan Blue Chips. Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat operating profit margin, maka semakin besar peluang manajer perusahaan Blue Chips melakukan perataan laba, dan sebaliknya, semakin rendah tingkat operating profit margin, maka semakin kecil peluang manajer perusahaan Blue Chips melakukan perataan laba.
4. Financial leverage berpengaruh positif terhadap perataan laba. Pengaruh positif bermakna bahwa semakin besar jumlah financial leverage, maka semakin tinggi tingkat perataan laba yang dilakukan oleh manajemen perusahaan Blue Chips. Sebaliknya, semakin kecil jumlah financial leverage, maka semakin rendah tingkat perataan laba yang dilakukan perusahaan
53 - Volume 2, No.2, Mei 2013
Blue Chips. Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat financial leverage, maka semakin besar peluang manajer perusahaan Blue Chips melakukan perataan laba, dan sebaliknya, semakin rendah tingkat financial leverage, maka semakin kecil peluang manajer perusahaan Blue Chips melakukan perataan laba.
Saran
Saran Operasional
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka diajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Disarankan pada investor, calon investor, kredior, auditor, analis keuangan, pemerintah dan para pengguna laporan keuangan lainnya agar berhati-hati (cermat) dalam memahami atau menilai laba yang dilaporkan oleh manajer perusahaan, karena bisa saja laba yang dilaporkan tersebut merupakan laba hasil tindakan perataan laba yang dilakukan oleh manajer perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian ini, profitabilitas, operating profit margin, dan financial leverage dapat dijadikan warning terhadap perataan laba yang dilakukan oleh manajemen perusahaan. Salah satu cara untuk mendeteksi tingkat perataan laba tersebut dapat dilakukan dengan Indeks Eckel.
2. Disarankan kepada Bapepam (Badan Pengawas Pasar Modal) dan/atau IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) agar mengeluarkan
aturan-aturan atau standar tentang pelaksanaan perataan laba, yaitu dalam hal bagaimana perataan laba laba tersebut boleh dilakukan dan dalam hal bagaimana pula perataan laba tersebut tidak boleh dilakukan. Selain itu, dijelaskan pula mengenai besar tingkat perataan laba yang boleh dilakukan dan seberapa besar pula tingkat perataan laba yang tidak boleh dilakukan oleh suatu perusahaan. Untuk itu, Bapepam atau IAI perlu mengeluarkan suatu metode yang tepat untuk mendeteksi perataan laba.
Saran Pengembangan Ilmu
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka disarankan untuk peneliti selanjutnya sebagai berikut:
1. Mengingat belum banyaknya penelitian yang menguji tentang pengaruh operating profit margin terhadap perataan laba di Indonesia, disarankan agar penelitian selanjutnya dapat menguji kembali hal tersebut dengan menambahkan sektor industri yang diteliti, tahun penelitian maupun dengan menggunakan metode analisis lain yang berbeda, sehingga hasil yang diperoleh konsisten.
2. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masih banyak variabel-variabel lain yang belum dimasukkan dalam model penelitian ini yang dapat berpengaruh terhadap perataan laba pada perusahaan Blue Chips di Bursa Efek Indonesia. Sehubungan dengan itu, disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk menguji dan menganalisis pengaruh variabel-variabel lain, seperti dividend
Volume 2, No. 2, Mei 2013 - 54 payout ratio, ukuran perusahaan, return on
equity (ROE), harga saham, umur
perusahaan, rencana bonus, struktur kepemilikan terhadap perataan laba, baik secara bersama-sama maupun secara parsial. 3. Peneliti selanjutnya juga sebaiknya melakukan penelitian dalam rentang waktu yang lebih lama dari penelitian ini dan memperbanyak perusahaan yang dijadikan sebagai objek penelitian. Dengan variabel yang sama, penelitian selanjutnya juga dapat dilakukan pada perusahaan lain selain perusahaan Blue Chips seperti perusahaan keuangan, perusahaan perdagangan, perusahaan jasa dan investasi, dan sebagainya.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Arens, A. A., Randal J. Elder, & Mark S. Beasley, 2005. Auditing and Assurance Services: An Integrated Approach. New Jersey: Prentice Hall International.
Ashari, et al., 1994. Factors Affecting Income Smoothing Among Listed Companies in Singapore. Accounting and Business Research. Vol. 24, No. 96. Hal: 291-301. Azhari, F., 2010. Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Perataan Laba pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2008. Skripsi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Guna Darma.
Belkaoui, A. R., 2006. Accounting Theory. Jakarta: Salemba Empat.
Bringham, E. F., Joel F Houston, 2001. Fundamentals of Financial Management.
USA: Hourcourt Collage.
Budiasih, I., 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba. Jurnal Akuntansi dan Bisnis. Vol. 4, No. 1. Hal: 1-14.
Cooper, D. R. & Emory, C. W., 1995. Business Research Methods. New York: Irwin. Corolina & Juniarti, 2005. Analisa Faktor-faktor
yang Berpengaruh terhadap Perataan Laba (Income Smoothing) pada Perusahaan-perusahaan Go Public. Jurnal Akuntansi
dan Keuangan. Vol. 7, No. 2. Hal: 148-161. Darmadji, Tjiptono, dan Hendy, MF., 2006. Pasar
Modal di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
Eckel, N., 1981. The Income Smoothing Hyphothesis Revisited. Abacus. Vol. 17, No. 1. Hal: 28-40.
Gujarati, D., 2003. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga.
Kumaladewi, P. R., 2010. Pengaruh Perubahan Return On Assets, Perubahan Operating Profit Margin dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kemungkinan Praktik Perataan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. E-Journal. Vol. 1, No. 2. Hal: 42.
Lestari, Maharani Ikadan Toto Sugiharto. 2007. Kinerja Bank Devisa Dan Bank Non Devisa dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek&Sipil.
Vol.2. Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma.
Machfoedz, M., 1994. Financial Ratio Characteristic Analysis and The Prediction of Earnings Changes in Indonesia. Jurnal Kelola. No. 7. Hal: 114-133.
Moses, O. D., 1987. Income Smoothing and Incentive: Empirical Test Using Accounting Changes. Accounting Review. Vol. 62. No. 2. Hal: 358-377.
Nasser, E. M. dan Herlina, 2003. Pengaruh Size, Profitabilitas dan Leverage Terhadap Perataan Laba pada Perusahaan Go Public.
Jurnal Ekonomi. Vol. 7, No. 3. Hal: 291-305.
Riyanto, B., 1995. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BPFE UGM. Sartono, A., 2001. Manajemen Keuangan (Teori dan
Aplikasi). Yogyakarta: BPFE.
Sekaran, U., 2006. Research Method for Business:
Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Terjemahan Kwan Men Yon. Jakarta: Salemba Empat.
Slamet, A., 2003. Analisa laporan Keuangan. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Sugiarto, S., 2003. Perataan Laba Dalam
Mengantisipasi Laba Masa Depan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi VI. Yogyakarta.
Tjan, J. S., 2005. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peraktik Perataan Laba (Income Smoothing). Publikasi Ilmiah. Malang: Universitas Brawijaya.
Weston, J. F. & Thomas E. Copeland, 1997.
Manajemen Keuangan. Jakarta: Binarupa Aksara.
55 - Volume 2, No.2, Mei 2013
Zuhroh, D., 1999. Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Tindakan Perataan Laba pada
Perusahaan Go Public di Indonesia.Tesis. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.