• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Beban Kerja Perawat Pelaksana terhadap Penerapan Keselamatan Pasien di Ruang Rawat Inap RSUD Dokter Soedarso Pontianak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Beban Kerja Perawat Pelaksana terhadap Penerapan Keselamatan Pasien di Ruang Rawat Inap RSUD Dokter Soedarso Pontianak"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

Hubungan Beban Kerja Perawat Pelaksana terhadap Penerapan Keselamatan Pasien di Ruang Rawat Inap RSUD Dokter Soedarso

Pontianak

Relationship of the Nurses Workload with Implementationof Patient Safety in Inpatient Room RSUD Doctor Soedarso

Pontianak

Agung Triputra*, Ernawati**, Suhaimi Fauzan***

*Program Studi Keperawatan, Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura **Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat

***Program Studi Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura ABSTRAK

Latar Belakang: Perawat merupakan bagian penting dari pelayanan kesehatan di rumah sakit, hingga saat ini masih mengalami beban kerja berat. Beban kerja perawat merupakan unsur yang harus diperhatikan untuk mendapatkan keserasian dan produktifitas kerja yang tinggi. Ruang rawat inap penyakit dalam, paru-paru, bedah dan saraf RSUD Dokter Soedarso Pontianak mempunyai kesenjangan rasio antara perawat dengan pasien yang tidak ideal sehingga berdampak pada penerapan keselamatan pasien.

Tujuan: Untuk mengetahui hubungan beban kerja perawat pelaksana terhadap penerapan keselamatan pasien di ruang rawat inap Penyakit Dalam, Paru-paru, Bedah dan Saraf RSUD Dokter Soedarso Pontianak.

Metodologi: Jenis Penelitian Kuantitatif dengan desain Observasional Analitik

melalui pendekatan Cross Sectional. Sampel berjumlah 62 responden yang dilakukan teknik probability sampling dengan stratified random sampling. Analisa data menggunakan uji korelasi Somers’d dengan analisis p < 0,05.

Hasil: Hasil uji statistik karakteristik responden, jenis kelamin terbanyak yaitu perempuan (66,1%), usia terbanyak 21-35 tahun (62,9%), pendidikan terbanyak DIII (64,5%), dan masa kerja paling banyak <5 tahun (43,5%). Data beban kerja perawat masuk dalam kategori berat (51,6%), dan penerapan keselamatan pasien dengan kategori kurang (40,3%). Hasil uji statistik menggunakan uji korelasi

Somers’d didapatkan nilai p 0,033 (p < 0,05), dengan nilai r -215.

Kesimpulan: Terdapat hubungan bermakna antara beban kerja perawat pelaksana terhadap penerapan keselamatan pasien di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam, Paru-paru, Bedah dan Saraf RSUD Dokter Soedarso Pontianak, arah korelasi negatif dengan kekuatan lemah. Diperlukan pendistribusian tenaga perawat secara ideal serta monitor dan evaluasi penerapan keselamatan pasien secara berkala.

(2)

2 ABSTRACT

Background: Nurses are an important part of health services in hospitals, until now still experiencing a heavy workload. Nurses workload is an element that must be considered to get harmonious and high work productivity. Inpatient wards of internal desease, lungs, surgery and nerves RSUD Doctor Soedarso Pontianak has a ratio gap between nurses and patients who are not ideal so that the impact on the implementation of patient safety.

Objective: To know the relation of nurses workload to the implementation of patient safety in inpatient Internal Desease, Lung, Surgery, and Nerve RSUD Doctor Soedarso Pontianak.

Methods: Types of Quantitative Research with Analytical Observational designs through a Cross Sectional approach. The samples were 62 respondents using probability sampling technique with stratified random sampling. Data analysis using Somers'd correlation test with analysis p <0,05.

Results: The result of statistical test of respodent’s characteristic with gender

most of them were women (66,1%), age 21-35 years old (62,9%), education DIII (64,5%) , And the working period is <5 years (43,5%). Data of nurse worker's burden in high category (51,6%), and implementation patient safety with less category (40,3%) got p value 0,033 (p > 0,05) with r value -0,215.

Conclusion: There is a significant relationship between the workload of the nurses with the implementation of patient safety in Inpatient Internal Desease, Lung, Surgery, and Nerve in RSUD Doctor Soedarso Pontianak, the direction of negative correlation with weak strength. The need for the ideal distribution of nurses and monitor and evaluate the implementation of patient safety regularly.

Keywords : Nurse,Workload, Patient Safety.

PENDAHULUAN

Rumah sakit merupakan suatu organisasi yang memobilisasi berbagai upaya dan keterampilan untuk memberikan layanan kesehatan yang optimal dengan tujuan utama perhatian akan kehidupan dan kesehatan pasien. Dengan pemberian layanan yang optimal akan menghasilkan kepuasan

pasien, yang berpengaruh kepada mutu pelayanan.1 Tiga indikator penilaian mutu yaitu aspek medis, tingkat efisiensi dan keselamatan pasien.2

Insidensi keselamatan pasien masih menjadi permasalahan global. WHO (2017) memperkirakan sekitar 43 juta terjadi pelaporan insidensi keselamatan pasien setiap tahun.3

(3)

3 Laporan National Reporting &

Learning System (2018) di Eropa, pada tahun 2016 terdapat pelaporan IKP sebanyak 1.981.576 insiden, tahun 2017 sebanyak 1.786.187 insiden, sedangkan Januari 2018 sudah ada 1.172 pelaporan insiden.4

Laporan IKP di Indonesia yang tercatat di KKPRS pada September 2006-Agustus 2007 sebanyak 145 insiden. Pada tahun 2007, laporan insiden keselamatan tertinggi yaitu jakarta sebesar 37,9%.5 Laporan KKPRS (2010) pada Januari-April 2010, Jawa Barat dengan prevalensi KTD tertinggi sebesar 33,33%.6 Penelitian Hakim & Pudjirahardjo (2014) di Surabaya, insiden keselamatan pasien mengalami peningkatan sebesar 59,7% dari 62 kasus menjadi 99 kasus, khusus KTD meningkat 88,2% dari 17 kasus menjadi 32 kasus.7 Di Kalimantan Barat, Indriyani (2015) berdasarkan laporan KPRS RSU Santo Vincentius Singkawang pada tahun 2012 terdapat 9 KTD dan meningkat 34 insiden tahun 2013.8

Data RSUD Dokter Soedarso Pontianak tahun 2017, terjadi

medical error dan KNC pada bulan

Juli sebesar 96,6%, Agustus menurun menjadi 91,8% dan meningkat September sebesar 92,2%. Sedangkan kejadian Phelebitis di rawat inap terendah sebesar 0,02% (2 dari 6697 pasien) bulan Desember dan tertinggi pada bulan Juni sebesar 0,2% (13 dari 5.486 pasien) yang dirawat di ruangan rawat inap.9

Implementasi SKP tahun 2017, angka kepatuhan hand hygiene

terendah pada Januari (59,8%), dan tertinggi sebesar 95,8% bulan September (standar 100%). Untuk sasaran ketepatan pemasangan gelang identitas pada bulan Oktober sebesar 96%, November sebesar 91% dan 93% bulan Desember. Sedangkan sasaran peningkatan keamanan pemberian obat antibiotik dengan prinsip 7 benar terendah sebesar 94,7% pada bulan Oktober.9

Beban kerja perawat merupakan faktor predisposisi peningkatan KTD.10 Penelitian Liu, Lee, Chia, Chi & Yin (2012) mendapati bahwa rasio perawat dan pasien yang melebihi standar secara signifikan meningkatkan masalah keselamatan pasien seperti ulkus dekubitus, kesalahan pengobatan dan

(4)

4 risiko pasien jatuh.11 Hasil penelitian Griffiths et al. (2014), didapatkan 50% perawat bekerja 8 jam dan 15% bekerja 12 jam sehingga berdampak menurunnya kualitas dan keamanan serta banyak perawatan yang ditinggalkan.12 Penelitian Retnaningsih & Fatmawati (2016), dari 155 perawat, sebanyak 91 (58,7%) perawat mengalami beban kerja tinggi dan pengimplementasian

patient safety kurang sebanyak 94 (60,6%) perawat.5

Ruang C (Penyakit Dalam), I (Paru), K (Bedah) dan L (Saraf) adalah empat ruangan dengan rasio perawat dengan tempat tidur yang besar. Ruang C (20:32) dengan BOR 84% dan LOS 5 hari, ruang I (17:27) dengan BOR 71% dan LOS 9 hari, ruang K (20:29) dengan BOR 77% dan LOS 7 hari, serta ruang L (15:30) dengan 67% dan LOS 6 hari. Distribusi perawat shift kerja pagi: sore: malam adalah 5:3:3, tenaga keperawatan yang direkomendasikan menggunakan rumus Douglas adalah 8 perawat shift pagi, 5 perawat shift

sore dan 3 perawat shift malam (akuitas partial care).9

Berdasarkan data dan fenomena yang telah diuraikan, peneliti tertarik untuk meneliti tentang hubungan beban kerja perawat pelaksana terhadap penerapan keselamatan pasien di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam, Paru-paru, Bedah dan Saraf RSUD Dokter Soedarso Pontianak.

METODOLOGI

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain

Observasional Analitik melalui pendekatan Cross Sectional. Sampel berjumlah 62 responden yang dilakukan teknik probability sampling dengan stratified random sampling. Penelitian dilakukan diruang rawat inap Penyakit Dalam, Paru-paru, Bedah dan Saraf RSUD Dokter Soedarso Pontianak.

Instrumen penelitian yang digunakan terdiri dari lembar karakteristik responden (A), lembar kuesioner beban kerja perawat (B) dan lembar observasi penerapan keselamatan pasien (C). Analisa data terdiri dari analisa univariat dan analisa bivariat. Analisa bivariat menggunakan uji korelasi Somers’d dengan analisis p < 0,05.

(5)

5 HASIL

Analisa Univariat

Berdasarkan tabel 1, dari 63 perawat pelaksana yang menjadi responden menunjukkan bahwa sebagian besar perawat pelaksana diruang rawat inap penyakit dalam, paru-paru, bedah dan saraf RSUD Dokter Soedarso Pontianak berjenis kelamin perempuan yakni sebanyak 41 perawat (66,1%), sedangkan perawat dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 21 perawat (33,9%).

Rata-rata usia perawat pelaksana diruang rawat inap penyakit dalam, paru-paru, bedah dan saraf RSUD Dokter Soedarso Pontianak berdasarkan, sebagian besar pada rentang 21-35 tahun sebanyak 39 perawat (62,9%), rentang usia 36-45 tahun sebanyak

15 perawat (24,2%), dan 8 perawat (12,9%) pada rentang 46-65 tahun.

Tingkat pendidikan terakhir perawat pelaksana diruang rawat inap penyakit dalam, paru-paru, bedah dan saraf RSUD Dokter Soedarso Pontianak sebagian besar perawat dengan pendidikan terakhir Diploma III Keperawatan (DIII). Distribusi sebaran pendidikan terkahir perawat yaitu SPR/ SPK sebanyak 5 perawat (8,1%), DIII sebanyak 40 perawat (64,5%), 9 perawat (14,5%) dengan pendidikan DIV serta tingkat pendidikan Strata 1 (S1) dan Ners masing-masing berjumlah 4 orang (6,5%).

Lama kerja perawat pelaksana yang ada diruang rawat inap penyakit dalam, paru-paru, bedah dan saraf RSUD Dokter Soedarso Pontianak sebagian besar dengan masa kerja <5 tahun yakni sebanyak 27 perawat (43,5%), masa kerja 5-10 tahun sebanyak 12 perawat (19,4%), dan perawat dengan masa kerja >10 tahun berjumlah 23 perawat (37,1%). Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa perawat pelaksana di ruang rawat inap Penyakit Dalam, Paru-paru, Bedah

(6)

6 dan Saraf RSUD Dokter Soedarso Pontianak sebagian besar mengalami beban kerja berat. Sebanyak 30 perawat (48,4%) mengalami beban kerja ringan sedangkan yang mengalami beban kerja berat sebanyak 32 perawat (51,6%).

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan penerapan keselamatan pasien oleh perawat pelaksana di ruang rawat inap penyakit dalam, paru-paru, bedah dan saraf RSUD Dokter Soedarso Pontianak sebagian besar kurang. Dari 62 perawat, sebanyak 25 perawat (40,3%) kurang dalam penerapan keselamatan pasien, penerapan keselamatan pasien cukup sebanyak 23 perawat (37,1%) dan 14 perawat (22,6%) memiliki penerapan yang baik.

Analisa Bivariat

Berdasarkan tabel 2, dari 62 responden sebagian besar memiliki beban kerja yang berat dengan penerapan keselamatan pasien yang kurang. Dari 62 perawat, sebanyak

30 perawat mengalami beban kerja ringan dengan penerapan keselamatan pasien kurang sebanyak 9 perawat (30,0%), 11 perawat (36,7%) dengan penerapan keselamatan pasien cukup dan 10 perawat (33,3%) memiliki penerapan yang baik. Sedangkan dari 32 perawat yang mengalami beban kerja berat, sebanyak 16 perawat (50,0%) memiliki penerapan keselamatan pasien kurang, 12 perawat (37,5%) dalam kategori cukup penerapan keselamatan pasien dan 4 perawat (12,5%) memiliki penerapan keselamatan pasien yang baik.

Hasil uji analisa menggunakan uji Somers’d, nilai p 0,033 (<0,05), sehingga terdapat korelasi yang bermakna antara beban kerja perawat pelaksana terhadap penerapan keselamatan pasien diruang rawat inap Penyakit Dalam, Paru-paru, Bedah, dan Saraf RSUD Dokter Soedarso Pontianak. Sedangkan, nilai korelasi didapatkan -0,215 yang menunjukkan bahwa arah korelasi negatif dengan kekuatan korelasi lemah.

(7)

7 PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yakni sebesar 66,1%, sedangkan laki-laki sebesar 33,9%. dari segi kinerja perawat, jenis kelamin tidak selalu berkontribusi dalam peningkatan kinerja perawat. Menurut Robbins & Judge (2008) tidak terdapat perbedaan yang jelas antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan dalam meningkatkan pengetahuan.13 Sejalan dengan penelitian Widaningsih (2016) menunjukkan hasil tidak terdapat hubungan, tidak terdapat korelasi serta tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan kinerja perawat.14

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, proporsi usia responden sebagian berada di rentang usia 21-35 tahun yakni sebanyak 39 perawat (62,9%). Secara fisiologis, pertumbuhan dan perkembangan seseorang dapat digambarkan dengan pertambahan usia. Usia erat kaitannya dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki individu.15

Kemampuan berpikir kritis meningkat secara teratur selama usia dewasa awal dan pertengahan.16 Dengan peningkatan usia yang semakin tinggi diharapkan memiliki perilaku penerapan sasaran keselamatan pasien yang tinggi dikarenakan telah memiliki pengetahuan luas, banyak pengalaman dan pemahaman yang tinggi. Sejalan dengan penelitian Aprilia (2011), perawat berumur lebih dari 30 tahun berpeluang 2,7 kali memiliki tingkat penerapan SKP tinggi dibandingkan perawat yang berusia dibawah 30 tahun.17

Sebagian besar tenaga keperawatan berpendidikan terakhir adalah Diploma III yakni sebanyak 40 perawat (64,5%). Menurut Simamora (2009), peningkatan pendidikan dalam profesi keperawatan sangat penting dilakukan sebagai upaya menahan diri agar tidak tergoyahkan dengan perubahan-perubahan pandangan menyimpang di masyarakat.18 Penelitian Aswad & Ferrial (2016), tingkat pendidikan secara signifikan berpengaruh positif terhadap kinerja perawat.19

(8)

8 Lama kerja perawat sebagian besar <5 tahun yakni sebanyak 27 perawat (43,5%). Lama kerja seseorang dapat dihubungkan dengan pengalaman yang diperoleh di tempat kerja, semakin lama bekerja seorang perawat maka semakin ahli dalam hal perawatan pasien.20 Penelitian Ariyati, Apriyatmoko & Pranoto (2016) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan kepatuhan penerapan prosedur keselamatan pasien.21 Sejalan dengan penelitian Pambudi, Sutriningsih & Yasin (2018), terdapat hubungan yang signifikan antara lama bekerja dengan perilaku penerapan sasaran keselamatan pasien.22

Beban Kerja Perawat

Mayoritas perawat pelaksana di ruang rawat inap penyakit dalam, paru-paru, bedah dan saraf RSUD Dokter Soedarso Pontianak mengalami beban kerja berat yakni sebanyak 32 perawat (51,6%). Menurut Bisantz, Burns & Fairbanks (2015), tindakan yang dilakukan perawat baik itu perawatan langsung maupun perawatan tidak langsung mempunyai dampak secara fisik.23

Menurut Bogaert & Clarke (2018), beban kerja dapat menimbulkan kejenuhan terhadap praktik keperawatan dan berpengaruh terhadap keamanan pasien.24 Penelitian Mudayana (2012), didapatkan bahwa variasi beban kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perawat dirumah sakit dibandingkan dengan beban kerja kuantitatif dan beban kerja kualitatif.25

Penerapan Keselamatan Pasien Penerapan keselamatan pasien yang dilakukan perawat di ruang rawat inap penyakit dalam, paru-paru, bedah dan saraf RSUD Dokter Soedarso Pontianak, sebagian besar melakukan penerapan kurang yakni sebesar 40,3% (25 perawat). Menurut Mubarak, Indrawati & Susanto (2015), sangat perlu dilakukan pelaksanaan keselamatan pasien agar tercipta budaya keselamatan pasien dan meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap klien dan masyarakat.15 Untuk menjamin keselamatan pasien, organisasi pelayanan kesehatan harus mampu membangun sistem yang membuat proses perawatan lebih aman.26

(9)

9 Hubungan Beban Kerja Perawat Pelaksana terhadap Penerapan Keselamatan Pasien

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan uji hipotesis

Somers’d, didapatkan P Value 0,033 dan nilai r -0,215. Sehingga, tedapat hubungan yang bermakna antara beban kerja perawat pelaksana terhadap penerapan keselamatan pasien dengan arah korelasi negatif dan kekuatan korelasi lemah.

Memobilisasi tenaga keperawatan dalam suatu unit pelayanan sesuai dengan kebutuhan serta kemampuan yang dimiliki sangat penting agar terhindar dari kesalahan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien serta meningkatkan kinerja perawat.27 Penelitian Salmasi, Khan, Hong, Ming & Wong (2015) di enam negara yaitu Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, Filipina dan Indonesia menemukan bahwa kekurangan staf atau beban kerja yang tinggi memiliki kontribusi besar terhadap kesalahan perawatan.28

Penelitian Efendi (2013), terdapat hubungan signifikan antara beban kerja perawat pelaksana

terhadap penerapan keselamatan pasien dengan nilai p=0,002 (p<0,05).29 Sejalan dengan penelitian Retnaningsih & Fatmawati (2016) di instalasi rawat inap mendapati dari 155 perawat, sebanyak 91 (58,7%) perawat mengalami beban kerja tinggi dan pengimplementasian

patient safety kurang sebanyak 94 (60,6%) perawat.5

Pada penelitian ini, terdapat arah korelasi negatif antara beban kerja perawat terhadap penerapan keselamatan pasien. Dapat diartikan, semakin berat beban kerja yang diemban perawat berdampak pada penurunan penerapan SKP. Sejalan dengan penelitian Sugiri, Suardana, & Sri K (2015), terdapat korelasi negatif dengan kekuatan sedang antara beban kerja terhadap tingkat kepuasan kerja perawat (r= -0,568).30 Dengan menurunnya kepuasan kerja perawat maka akan berpengaruh kurangnya pengimplementasian keselamatan pasien. Penelitian Jarrar, Rahman & Shamsudin (2015), perawat dengan rasio pasien yang lebih tinggi memiliki hubungan negatif lebih besar terhadap kualitas dan keamanan pasien (p<0,05).31

(10)

10 Tenaga keperawatan ialah profesional yang menjadi bagian dari pelayanan kesehatan di rumah sakit. Perhatian akan kondisi perawat sangat diperlukan agar asuhan yang diberikan selalu mengutamakan keselamatan pasien. Maka dari itu, diperlukan upaya dalam pendistribusian tenaga perawat secara ideal agar program penerapan keselamatan pasien yang telah diterapkan selalu optimal diimplementasikan oleh perawat. KESIMPULAN DAN SARAN

Mayoritas responden berjenis kelamin perampuan, berusia dewasa awal, dengan tingkat pendidikan DIII, serta masa kerja <5 tahun. Dalam menjalankan tugasnya, perawat masih mengalami beban kerja berat dan penerapan sasaran keselamatan pasien kurang. Hasil uji statistik terdapat hubungan yang bermakna antara beban kerja perawat terhadap penerapan keselamatan pasien dengan kekuatan korelasi lemah serta berkorelasi negatif. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa semakin berat beban kerja perawat maka berkorelasi terhadap penurunan penerapan keselamatan pasien.

Dapat dijadikan acuan dalam pendistribusian tenaga keperawatan sesuai kebutuhan ruangan dan akuitas pasien partial care, dengan rumus Douglas peneliti menyarankan 8 perawat shift pagi, shift sore 5 perawat dan shift malam 3 perawat. Selain itu, diperlukan program monitoring serta evaluasi secara berkala dan menyeluruh terhadap penerapan keselamatan pasien sehingga budaya keselamatan pasien tetap terjaga.

REFERENSI

1. Malhotra, A. K. Hospital Management: An Evaluation. New Delhi: Global India Publications, 2009.

2. Satrianegara, M. F., & Saleha, S.

Buku Ajar Organisasi dan

Manajemen Pelayanan

Kesehatan serta Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika, 2009. 3. World Health Organization.

Mediaction without Harm: WHO’s Third Global Patient Safety Challange, 2017. Diakses 18 Februari 2018, dari http://www.who.int/patientsafety /en/.

4. National Reporting & Learning System. Monthly Data on Patient Safety Incident Reports, 2018. Diakses 18 Februari 2018, dari

https://improvement.nhs.uk/. 5. Retnaningsih, Dwi & Fatmawati

Diah. Beban Kerja Perawat Terhadap Implementasi Patient

(11)

11

Safety di Ruang Rawat Inap.

Jurnal Keperawatan Soedirman, Maret 2016; 11(1): 44-52.

6. Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Laporan Insiden Keselamatan Pasien. Jakarta: Komisi Keselamatan Pasien, 2010.

7. Hakim, L., & Pudjirahardjo, W. J. Optimalisasi Proses

Koordinasi Program

Keselamatan Pasien (Patient Safety) di Rumah Sakit X Surabaya. Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia, Juli-September 2014; 2(3): 198-208. 8. Indriyani, Nurtanti. Pelaporan

Kejadian Tidak

Diharapkan/KTD di Ruang

Rawat Inap Rumah Sakit Santo Vincentius Singkawang dan

Faktor Faktor yang

Mempengaruhi. Tesis.

Universitas Gajah Mada, 2015. 9. Data RSUD Dokter Soedarso.

2017. Tidak dipublikasi.

10. Nursalam. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam

Praktik Keperawatan

Profesional. Jakarta: Salemba Medika, 2016.

11. Liu, Li-Fang., Lee, S., Chia, Pei-Fang., Chia, Shu-Cing., Yin, Yu-Chun. Exploring the Association Between Nurse Workload and Nurse-Sensitive Patient Safety Outcome Indicators. The Journal of Nursing Research, Desember 2012; 20(4): 300-309.

12. Griffiths, Peter et al. Nurses’ Shift Length and Overtime Working in 12 European Countries: The Association With Perceived Quality of Care and Patient Safety. Medical Care,

November 2014; 52(11): 975-981.

13. Robbins, Stephen R., & Judge, Timothy A. Perilaku Organisasi. Edisi 12. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat, 2008. 14. Widaningsih. Pengaruh

Karakteristik Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di Ruang Perawatan Intensif Rumah Sakit Kelas A dan B di Indonesia.

Indonesian Journal of Nursing Health Science, Maret 2016; 1 (1): 75-83.

15. Mubarak, W. I., Indrawati, L., & Susanto, J. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Edisi 1. Jakarta: Salemba Medika, 2015. 16. Potter, P. A., & Perry, A. G.

Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta: EGC, 2010. 17. Aprilia, Shelly. Faktor-faktor

yang Mempengaruhi Perawat

dalam Penerapan IPSG

(International Patient Safty Goal) pada Akreditasi JCI (Joint Commission International) di Instalasi Rawat Inap RS Swasta X Tahun 2011. Skripsi. Universitas Indonesia. Jakarta, 2011.

18. Simamora, Roymond H. Buku

Ajar Pendidikan dalam

Keperawatan. Jakarta: EGC, 2009.

19. Aswad, H. N., & Ferrial, E. Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pelatihan dan Kompensasi Terhadap Kinerja Perawat di Rumah Sakit UIT Makassar.

Jurnal Mirai Management, Oktober 2016; 1 (2): 413-425. 20. Gunarsa, Singgih D., & Gunarsa,

Ny. Singgih D. Psikologi Perawatan. Cetakan 5. Jakarta: Gunung Mulia, 2008.

(12)

12 21. Ariyati, T., Apriyatmoko, R., &

Pranoto, H. H. Hubungan Karakteristik Perawat dengan Kepatuhan Penerapan Prosedur Keselamatan Pasien di Instalasi Rawat Inap II RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang. STIKES Ngudi Waluyo Ungaran. Magelang, 2016.

22. Pambudi, Y. D. W., Sutriningsih, A., & Yasin, D. D. F. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perawat Dalam Penerapan 6 SKP (Sasaran Keselamatan Pasien) pada Akreditasi JCI (Joint Commission International) di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Panti Waluya Malang. Nursing News, 2018; 3 (1): 729-747. 23. Bisantz, A. M., Burns C. M., &

Fairbanks R. J. Cognitive Systems Engineering in Health Care. Danvers, USA: CRS Press Taylor & Francis Group, 2015. 24. Bogaert, P. V., & Clarke, S. The

Organizational Context of Nursing Practice: Concepts, Evidence, and Interventions for

Improvement. Cham

Switzerland: Springer International Publishing, 2018. 25. Mudayana, Ahmad Ahid.

Hubungan Beban Kerja Dengan Kinerja Karyawan di Rumah Sakit Nur Hidayah Bantul.

KesMas, Januari 2012; 6(1): 35-40.

26. Wardhani, Viera. Buku Ajar Keselamatan Pasien. Jakarta: UB Press, 2017.

27. Riniwati, Harsuko. Manajemen Sumberdaya Manusia: Aktivitas

dan Pengembangan SDM.

Malang: UB Press, 2016.

28. Salmasi, S., Khan, T. M., Hong Y. H., Ming L. C., & Wong T. W. Medication Errors in the Southeast Asian Countries: A Systematic Review. Journal Plos ONE, 4 September 2015; 10(9).

29. Efendi, Zulham. Analisis Hubungan Antara Beban Kerja dan Karakteristik Individu dengan Penerapan Keselamatan Pasien di RS Islam Ibnu Sina Yarsi Padang Tahun 2013.

MNM, Oktober 2013; 5 (2): 146-151.

30. Sugiri, I. M. A. A., Suardana, I. K., Sri K, K. M. Hubungan Beban Kerja, Stress Kerja dengan Kepuasan Kerja Perawat di Ruangan Nakula RSUD Sanjiwani Gianyar. Coping Ners Journal, September-Desember 2015; 3 (3): 101-108.

31. Jarrar, M., Rahman, H. A., & Shamsudin, A. S. The Impact of Patient to Nurse Ratio on Quality of Care and Patient Safety in the Medical and Surgical Wards in Malaysian Private Hospitals: A Cross-sectional Study. Asian Social Science, 2015; 11 (9): 1911-2025.

Referensi

Dokumen terkait

MAPE biasanya lebih berarti dibandingkan MAD karena MAPE menyatakan persentase kesalahan hasil peramalan terhadap permintaan aktual selama periode tertentu yang akan

Ruang lingkup penelitian digunakan agar penulisan penelitian ini lebih fokus sesuai dengan permasalahan yang ingin dibahas oleh penulis, maka penelitian ini

Berdasarkan latar belakang diatas yang telah diuraikan maka peneliti tertarik untuk membahas dan menganalisa sejauh mana ketimpangan antar wilayah (Region Disparity)

Adegan dan dialog dalam scene 17 (13:19) episode 1 memperlihatkan bahwa Jupri dan Ujang sedang melakukan pekerjaan baru yang lebih baik dari sebelumnya dengan menjadi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh karakteristik pekerjaan, kompensasi dan gaya kepemimpinan terhadap kepuasan kerja karyawan dealer di Purbalingga baik secara

N-heksan merupakan pelarut yang inert, sehingga hanya bisa mengekstrak minyak, sedangkan pelarut etanol merupakan pelarut polar yang dapat mengekstrak senyawa resin,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah: (1) ada hubungan positif antara status sosial ekonomi orang tua dengan minat siswa bersekolah di SMA Budi Mulia; (2) ada

perlindungan hukum terhadap pasien rawat inap sebagai konsumen. Pendekatan secara sosiologis merupakan pendekatan yang bertujuan. untuk melihat bagaimana proses