• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Kemampuan Profesional Guru Melalui Supervisi Teknik Diskusi Refleksi Kasus (DRK) Di SMK Negeri Kebonagung Kabupaten Pacitan Semester I Tahun Pelajaran 2017/2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peningkatan Kemampuan Profesional Guru Melalui Supervisi Teknik Diskusi Refleksi Kasus (DRK) Di SMK Negeri Kebonagung Kabupaten Pacitan Semester I Tahun Pelajaran 2017/2018"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU MELALUI SUPERVISI TEKNIK DISKUSI REFLEKSI KASUS (DRK) DI SMK NEGERI KEBONAGUNG KABUPATEN

PACITAN SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2017/2018 BANJIR

Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kebonagung Kabupaten Pacitan

ABSTRAK

Tugas guru di Sekolah Menengah Kejuruan tidaklah ringan karena guru harus mampu mengembangkan kemampuan akademis dan life skill yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat menuju pengembangan kewirausahaan yang bermuara pada kemandirian. Padahal dunia pengetahuan dan teknologi selalu berkembang sehingga kemampuan profesional guru diperlukan adanya. Dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang para guru sering dituntut untuk selalu memacu kemampuan dan keterampilannya dalam berbagai segi. Tugas pokok guru masa kini tidak cukup hanya menyajikan informasi faktual untuk memperluas cakrawala siswa dan mengembangkan sejumlah keterampilan serta sikap positif juga berperan sebagai peneliti, motivator, dan fasilitator. Kenyataan yang terjadi di lapangan khususnya di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kebonagung Kabupaten Pacitan meskipun pemerintah melalu Kementerian Pendidikan Nasional telah berupaya meningkatkan mutu pendidikan melalui berbagai program antara lain penataran-penataran, penyempurnaan kurikulum, pengadaan sarana prasarana dan alat belajar, peningkatan manajemen sekolah, dan sebagainya. Namun demikian upaya-upaya tersebut kurang mempunyai dampak yang nyata dalam kegatan pembelajaran di kelas apabila tidak diikuti dengan pembinaan profesional bagi para guru. Sebagai upaya membantu memecahkan masalah tersebut, maka peneliti menawarkan suatu bentuk supervisi dengan teknik Diskusi Refleksi Kasus (DRK). Hasil dari pelaksanaan DRK ini ditengarai dapat dijadikan pedoman bagi kepala sekolah dalam melaksanakan tugas dalam membina guru dan tenaga kependidikan di sekolah agar dapat meningkatkan kemampuan profesionalnya secara nyata. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan sekolah yang dilaksanakan dalam 4 siklus. Tiap siklus melalui penatahapan perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Tujuan penelitian ini adalah : 1) Mendeskripsikan peranan supervisi teknik DRK dalam upaya meningkatkan kemampuan profesional para guru, 2) Memberikan arahan atau pedoman bagi kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya sebagai supervisor sekolah dalam membina guru dan staf sekolah agar dapat meningkatkan kemampuan dan profesinya secara berdaya guna dan berhasil guna. Hasil penelitian ini adalah adanya peningkatan kemampuan profesional guru SMK Negeri Kebonagung Kabupaten Pacitan melalui penerapan supervisi teknik DRK. Hal ini ditandai adanya peningkatan kategori kemampuan profesional guru dalam setiap siklusnya yaitu pada siklus I berada pada kategori kurang dan pada siklus terakhir meningkat dan berada pada kategori tinggi.

Kata Kunci : kemampuan profesional, Supervisi Teknik DRK PENDAHULUAN

Terwujudnya kegiatan pembelajaran di kelas yang berlangsung dengan baik, berbudaya guna dan berhasil guna merupakan satu diantara indikator tercapainya program peningkatan mu-tu pendidikan. Hal tersebut dapat terlaksana apabila ditunjang dengan adanya upaya pening-katan guru dalam mengelolanya. Sebab gurulah yang berperan langsung dalam mengajar dan mendidik para siswanya. Gurulah pelaksana terdepan pendidikan peserta didik. Oleh sebab itu berhasil tidaknya upaya peningkatan mutu

pendidikan banyak ditentukan juga oleh kemampuan yang ada padanya dalam mengem-ban tugas pokok sehari-hari yaitu mengeloloa kegiatan pembelajaran di sekolah.

Mengingat begitu pentingnya peranan guru dalam upaya peningkatan mutu pendidi-kan, maka selayaknyalah kemampuannya ditingkatkan, dibina dengan baik dan terus menerus sehingga benar-benar memiliki kemampuan yang sesuai dengan tuntutan profesinya. Tugas guru di sekolah menengah kejuruan tidaklah ringan karena guru harus

(2)

mampu mengembangkan akademis dan life skill yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat menuju pengembangan kewirausahaan yang bermuara pada kemandirian. Dunia pengetahuan dan teknologi selalu berkembang sehingga kemampuan profesionalisme guru diperlukan adanya. Hal ini tentu saja memicu timbulnya berbagai masalah yang dialami guru yang kadang-kadang diluar kemampuannya. Namun demikian, hal tersebut tidaklah mengurangi semangat dan dedikasi para guru seandainya mereka memiliki kemampuan yang cukup sesuai dengan profesinya. Profesi guru bukan sekedar wahana untuk menyalurkan hobi sebagai pekerjaan sambilan, akan tetapi merupakan pekerjaan yang harus ditekuni untuk mewujudkan keahlian profesional secara maksimal. Sebagai tenaga profesional, guru memegang peranan dan tanggung jawab yang penting dalam pelaksanaan program pengajaran di sekolah. Guru merupakan pembimbing siswa sehingga keduanya dapat menjalin hubungan emosional yang bermakna selama proses penyerapan nilai-nilai dari lingkungan sekitar.

Dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang, para guru sering dituntut untuk selalu memacu kemampuan dan keterampilannya dalam berbagai segi. Tugas pokok guru masa kini tidak cukup hanya menyajikan informasi faktual untuk memperluas cakrawala siswa dan mengembangkan sejumlah keterampilan serta sikap positif tetapi juga berperan sebagai peneliti, motivator dan fasilita-tor. Perlu segera disasdari para guru bahwa begitu mereka memasuki dunia pendidikan baru yang menuntutnya untuk belajar sepanjang hayat secara berkesinambungan. Tingkat dan jenjang pendidikan guru yang telah dilalui hanyalah suatu pendahuluan untuk melangkah ke proses pendidikan dan pengembangan diri selanjutnya.

Kenyataan yang terjadi di lapangan khususnya di SMK Negeri Kebonagung Kabupaten Pacitan meskipun pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebuda-yaan telah berupaya meningkatkan mutu pendidikan melalui berbagai program antara lain penataran-penataran, penyempurnaan kuriku-lum, pengadaan sarana prasarana dan alat belajar, peningkatan manajemen sekolah, dan

sebagainya. Namun demikian upaya-upaya tersebut kurang mempunyai dampak yang nyata dalam kegiatan pembelajaran di kelas apabila tidak diikuti dengan pembinaan profesional bagi para guru.

Pembinaan profesional bagi para guru dapat dilaksanakan melalui berbagai cara antara lain melalui supervisi. Untuk itulah kepala sekolah sebagai seorang supervisor dituntut untuk mengetahui, memahami dan terampil dalam melaksanakan supervisi di sekolah yang dibinanya.

Sebagai upaya membantu memecahkan masalah tersebut, maka peneliti menawarkan suatu bentuk supervisi dengan teknik Diskusi Refleksi Kasus (DRK). Hasil dari pelaksanaan DRK ini ditengarai dapat dijadikan pedoman bagi kepala sekolah dalam melaksanakan tugas dalam membina guru dan tenaga kependidikan di sekolah agar dapat meningkatkan kemampuan profesionalnya secara nyata.

Pengertian Supervisi Teknik Diskusi Refleksi Kasus (DRK)

Supervisi teknik Diskusi Refleksi Kasus (DRK) adalah pembinaan yang diberikan kepada seluruh guru dengan metode merefleksikan pengalaman DRK guru dalam menerapkan standar dan uraian tugas profesionalnya. Sedangkan pengalaman DRK yang direfleksikan merupakan pengalaman aktual dan menarik baik hal-hal yang merupakan keberhasilan maupun kegagalan dalam memberikan pelayanan pendidikan termasuk untuk menemukan masalah dan menetapkan upaya penyelesaiannya misalnya dengan standar operasional (SOP) baru.

Tujuan supervisi teknik Diskusi Refleksi Kasus (DRK) adalah: 1) Mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik melalui pembinaan dan peningkatan profesional; 2) Membangkitkan motivasi belajar; 3) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan; 4) Aktualisasi diri; 5) Menerapkan teknik aserti dalam diskusi tanpa menyalahkan dan memojokkan antara peserta diskusi (Pusdiklat SDM Kesehatan RI, 2006:11).

Dalam melaksanakan supervisi hendak-nya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: 1) Ilmiah (Scientifik); 2) Demokrasi; 3) Kooperatif; 4) Konstruktif dan Kreatif.

(3)

Pengertian Kemampuan Profesional Guru Kemampuan profesional guru adalah kemampuan guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar dan membelajarkan anak didik, sehingga belajar aktif akan berlangsung karena seluruh potensi anak diarahkan dan dikembangkan secara optimal untuk mencapai tujuan pembelajaran (Dirjen Dikdasmen, 1996:1).

METODE

Setting Penelitian

Penelitian Tidakan Sekolah dengan judul “Peningkatan Kemampuan Profesional Guru Melalui Supervisi Teknik Diskusi Refleksi Kasus (DRK) di SMK Negeri Kebonagung Kabupaten Pacitan Semester I Tahun Pelajaran 2017/2018” ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kebonagung Kabupaten Pacitan. Subyek penelitian pada Penelitian Tindakan Sekolah ini adalah guru-guru di SMK Negeri Kebonagung Kabupaten Pacitan, diambil sampel penelitian sejumlah 16 orang yang aktif mengajar, pada semester I tahun pelajaran 2017/2018.

Rancangan Penelitian

Secara terperinci kegiatan pada masing-masing siklus dipaparkan seperti berikut:

Tahap Perencanaan Tindakan, Supervisi teknik DRK dilaksanakan atas dasar kebutuhan guru dan kelas. Untuk ini pada tahap pertemuan pendahuluan, kepala sekolah membicarakan kemampuan mengelola kelas dalam kegiatan pembelajaran yang ingin ditingkatkan atas kasus yang telah terjadi pada guru. Kasus tersebut ditentukan aspek-aspek kemudian disepakati bersama guru dan kepala sekolah selaku supervisor. Secara rinci kegiatan didalam tahap pendahuluan, meliputi: 1) Supervisor menciptakan suasana intim dan terbuka; 2) Supervisor melakukan tes gaya pembelajar kepada guru yang menjadi subyek penelitian; 3) Supervisor membuat kesepakatan dengan guru untuk melakukan kunjungan kelas dalam rangka supervisor ingin mengetahui kualitas pembelajaran di kelas; 4) Supervisor membuat jadwal supervisi; 5) Supervisor menyusun instrumen observasi, angket dan wawancara; 6) Supervisor dan guru mendiskusikan instrumen tersebut termasuk tentang cara penggunaannya,

serta data yang akan dijaring.

Pelaksanaan Tindakan, Deskripsi tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan skenario kerja tindakan perbaikan dan prosedur tindakan yang akan diterapkan merupakan aktualisasi dari pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini supervisor mengimplementasikan supervisi teknik DRK dalam setiap siklusnya yang telah dikemas sedemikian rupa sebagai upaya meningkatkan kemampuan profesional guru. Tahap Observasi, Observasi sekolah merupakan langkah ketiga dalam tahapan penelitian tindakan sekolah. Observasi sekolah sangat perlu dilakukan oleh supervisor karena observasi yang diikuti dengan conference (pre dan post) adalah tulang punggung supervisi. Pada tahap ini guru mengajar di kelas dengan menerapkan komponen-komponen keterampilan yang telah disepakti pada pertemuan pendahuluan. Supervisor mengobservasi guru dengan menggunakan instrumen observasi yang telah disepakati bersama. Disamping itu supervisor juga merekam secara obyektif tingkah laku guru dalam mengajar, tingkah laku siswa dalam belajar, dan interaksi guru dalam proses pembelajaran.

Tahap Refleksi, Pada tahap ini peneliti dan guru mengadakan pertemuan yang membahas hasil mengajar guru. Supervisor menyajikan data apa adanya kepada guru. Sebelumnya guru diminta menilai penampilannya. Kemudian dicari pemecahan masalahnya.

Siklus Penelitian

Penelitian Tindakan Sekolah yang dilaksanakan kali ini dilakukan dalam empat siklus. Kegiatan dilaksanakan secara cermat dan terperinci, seperti dipaparkan, berikut ini :

Siklus I

Perencanaan, Pada siklus I ini, peneliti mempersiapkan kegiatan berupa pertemuan pendahuluan antara guru dan supervisor. Dalam hal ini kepala sekolah bertindak sebagai peneliti. Langkah-langkah kegiatan supervisi DRK dalam penelitian ini, sebagai berikut : 1) Menyusun Lembar Observasi; 2) Menyiapkan lembar wawancara; 3) Menyiapkan angket; 4) Menyiapkan jadwal kunjungan kelas; 5) Menetapkan sasaran kunjungan kelas; 6)

(4)

Menyusun catatan lapangan

Pelaksanaan Tindakan, Pertemuan 1, Pada waktu berlangsung kegiatan kunjungan kelas untuk menentukan kualitas pembelajaran yang mengacu pada peningkatan profesionaisme guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran di kelas : 1) Supervisor menciptakan suasana kelas yang intim dan terbuka; 2) Supervisor seizin guru mengunjungi kelas, guru melaksanakan tugas mengajar, supervisor mengamati dengan memperhatikan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat oleh guru, yang memuat: Standar Kompetensi, kompetensi dasar, indikator tujuan pembelajaran, materi pelajaran, skenario pembelajaran, metode, media serta alat evaluasinya; 3) Selama kunjungan kelas supervisor dapat:

Pertemuan 2, Selesai kegiatan kunjungan kelas pada pertemuan berikutnya supervisor mengadakan pertemuan pribadi. Supervisor dan guru melakukan dialog, guru mengutarakan pengalaman mengajarnya baik yang berupa keberhasilannya maupun kegagalan-kegagalan yang dialaminya. Pertemuan pribadi ini bersifat informal dan berlangsung dalam waktu yang cukup memadai supaya pengumpulan informasi lengkap dan lebih rinci. Disini supervisor menggunakan pedoman wawancara yang telah dipersiapkan sebelumnya. Pertemuan pribadi merupakan dialog profesional tentang berbagai hal yang berkaitan dengan upaya perbaikan pengajaran. Situasi pertemuan bersifat kekeluargaan, kebersamaan, dan keterbukaan. Supervisor dan guru sampai dapat menyadari bahwa perbaikan pengajaran merupakan tanggung jawab bersama. Dialog supervisor dan guru terus berlanjut dalam upaya mengidentifikasi permasalahan dan menetapkan alternatif pemecahannya yang akan diimplementasikan berupa tindakan pada siklus berikutnya. Supervisor bersama guru memilih dan mengembangkan instrumen observasi yang akan digunakan.

Pertemuan 3, Supervisor menyelenggarakan rapat dewan guru yang membahas tentang kualitas kemampuan profesional guru dalam mengelola kelas. Rapat ini merupakan forum untuk membahas masalah yang merupakan perhatian guru secara bersama-sama.

Observasi, Observasi dilakukan secara rinci

dan teliti atas semua tindakan. Observasi ini diikuti dengan pencatatan yang memungkinkan peneliti mempunyai temuan tindakan. Pada siklus I ini, observasi mencakup aspek-aspek: 1) Sikap dan tanggapan guru tentang perlunya supervisi teknik DRK; 2) Sikap guru terhadap kegiatan kunjungan kelas; 3) Motivasi guru untuk meningkatkan mutu dirinya; 4) Upaya guru untuk meningkatkan penguasaan keterampilan dasar mengajar; 5) Respon guru terhadap pelaksanaan supervisi teknik DRK; 6) Suasana kelas saat guru menerapkan keterampilan mengajar untuk kepentingan supervisi teknik DRK; 7) Hubungan guru dengan supervisor.

Refleksi, Secara rinci kegiatan peneliti dan guru dapat ditelaah pada paparan, berikut ini : 1) Supervisor memberi penguatan serta mewujudkan perasaan guru secara umum selama mengajar. Hal ini untuk menciptakan suasana akrab dalam pertemuan balikan; 2) Supervisor menunjukkan kualitas profesional guru; 3) Supervisor mengadakan rapat dewan guru tentang perlunya menguasai pengelolaan kelas sebagai aktualisasi kemampuan profesional guru; 4) Kegiatan diakhiri dengan pemberian angket untuk mengetahui hasil supervisi teknik DRK sebagai upaya meningkatkan profesional guru.

Siklus II

Pada siklus II ini pada dasarnya sama dengan siklus I, namun fokusnya terletak pada sasaran perbaikan tindakan pada siklus sebelumnya, seperti paparan berikut ini :

Perencanaan, Pada tahap ini supervisor melakukan hal-hal, sebagai berikut : 1) Mereview lembar obervasi, wawancara, angket dan catatan lapangan; 2) Mereview rencana pelaksanaan pembelajaran; 3) Membangkitkan semangat guru untuk meningkatkan kemampuan profesional; 4) Meningkatkan kemampuan profesional guru memberikan penguatan; 5) Menyusun perbaikan rancangan evaluasi program; 6) Menetapkan komponen yang akan dikembangkan.

Pelaksanaan Tindakan, Pertemuan 1, Pada tindakan ini peneliti mengikuti tahapan sebagai berikut: 1) Mengamati kegiatan pembelajaran; 2) Menyiapkan kegiatan pembelajaran

(5)

bersama-sama dengan guru kelas; 3) Melakukan kegiatan pembelajaran bersama; 4) Supervisor memberitahukan atas kunjungan ke sekolah. Pertemuan pribadi diadakan sebelum guru mengajar, sambil mengingatkan keterampilan dasar mengajar yang dikembangkan. Di sini supervisor berupaya menciptakan situasi yang penuh kekeluargaan dan keakraban; 5) Supervisor mengamati kegiatan pembelajaran di kelas yang dikunjungi; 6) Menyiapkan kegiatan pembelajaran bersama-sama guru; 7) Melaksanakan kegiatan pembelajaran dan peneliti berperan sebagai supervisor dan bila perlu memberikan bantuan langsung dalam pengajaran tim. Pertemuan 2, Kunjungan sekolah yang dilakukan supervisor adalah kunjungan sekolah dengan pemberitahuan. Sebelum berkunjung supervisor telah memberi tahu jadwal kunjungan terlebih dahulu kepada para guru. Selain itu perlu diberitahukan tujuan kunjungan, dalam hal ini untuk menetahui keberhasilan dan kesulitan yang dialami guru sewaktu melaksanakan kegiatan pembelajaran. Dalam kunjungan sekolah ini supervisor dapat menilai usaha guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Kegiatan siklus II diakhiri dengan pemberian angket supervisor kepada guru. Observasi, Observasi dilakukan secara rinci atas semua tindakan. Observasi ini diikuti pencatatan sehingga memungkinkan supervisor mempunyai temuan tindakan. Pada tahap ini diharapkan guru mulai mempunyai kesadaran untuk selalu meningkatkan penguasaan kemampuan menjelaskan. Observasi yang dilakukan peneliti kepada guru difokuskan pada semua aspek sasaran penelitian, sesuai dengan pedoman observasi yang telah disusun.

Refleksi, Berdasarkan hasil observasi, dilakukan refleksi, meliputi: 1) Pengungkapan hasil observasi oleh peneliti; 2) Pengungkapan tindakan-tindakan yang telah dilakukan guru selama proses pembelajaran; 3) Supervisor memberi penghargaan atas kemajuan yang dicapai guru; 4) Supervisor bersama guru mereview rencana pembelajaran; 5) Supervisor memperbaiki tingkat keterampilan guru; 6) Supervisor mengamati proses pembelajaran yang sedang berlangsung; 7) Supervisor memperlihatkan hasil observasi yang telah dianalisis dan diinterpretasikan oleh supervisor,

kemudian memberi kesempatan guru untuk menganalisis dan menginterpretasikannya, secara bersama-sama; 8) Supervisor menanyakan kembali perasaan guru tentang hasil analisis dan interpretasinya; 9) Menentukan bersama rencana pembelajaran yang akan datang, baik berupa motivasi untuk meningkatkan hal-hal yang belum dikuasai pada tahap sebelumnya, maupun keterampilan-keterampilan yang perlu disempurnakan.

Siklus III

Perencanaan, Langkah-langkah pada siklus III ini pada hakekatnya sama dengan siklus sebelumnya, tetapi fokusnya terletak pada sasaran kegiatan untuk melakukan remedial pada siklus II, yaitu : 1) Memperbaiki rencana kegiatan sesuai dengan paradigma Penelitian Tindakan Sekolah; 2) Menetapkan keterampilan yang dikontrakkan; 3) Memberi motivasi guru untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya; 4) Mempersiapkan peralatan yang diperlukan; 5) Mereview pedoman observasi; 6) Mereview evaluasi program; 7) Membuat kesepakatan kegiatan dengan guru. Pelaksanaan Tindakan, Pada tahap ini dilaksanakan berbagai kegiatan diantaranya: perbaikan kegiatan yang telah dilakukan pada siklus II, dengan memfokuskan pada pengembangan interaksi belajar mengajar. Pada siklus ini diharapkan guru mampu menciptakan interaksi belajar mengajar yang harmonis dan kondusif, sehingga dapat memancing siswa dalam meningkatkan prestasinya. Komitmen atau kecintaan guru terhadap tugasnya untuk ditingkatkan, yang diwujudkan dalam bentuk curahan tenaga, waktu dan pikiran.

Observasi, Observasi dilakukan secara teliti dan rinci atas semua tindakan. Observasi diikuti dengan pencatatan, sehingga memungkinkan supervisor mempunyai temuan tindakan. Tujuan observasi ini adalah untuk mengetahui kemajuan kemampuan bertanya guru kepada siswa dalam menyajikan materi pembelajaran. Refleksi, Berdasarkan hasil observasi, dilakukan refleksi yang mencakup: 1) Pengungkapan tindakan guru selama mengajar; 2) Guru memberi waktu berpikir setelah mengajukan pertanyaan selesai; 3) Pemberian sentuhan; 4) Supervisor menanyakan perasaan

(6)

guru; 5) Supervisor melakukan analisis rekaman data; 6) Supervisor menunjukkan data; 7) Supervisor bersama guru melakukan analisis data; 8) Supervisor bersama guru menarik kesimpulan; 9) Supervisor bersama guru melakukan perbaikan rencana kegiatan untuk waktu yang akan datang; 10) Supervisor dan guru menetapkan komponen pemecahan masalah pada pertemuan berikutnya.

Siklus IV

Setelah melakukan refleksi pada siklus III, selanjutnya guru harus merencanakan tindakan yang akan dilakukan selama penelitian. Pada siklus ini supervisor memanfaatkan kelompok kerja guru. Melalui proses tersebut tumbuh inisiatif dan kreativitas pada guru-guru untuk melakukan perubahan mengelola kegiatan pembelajaran.

Perencanaan, Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini, meliputi hal-hal sebagai berikut: 1) Mengidentifikasi masalah yang ada; 2) Menyusun perbaikan rencana pelaksanaan pembelajaran; 3) Menyusun perbaikan pedoman observasi, wawancara, dan jurnal; 4) Menyusun perbaikan rancangan evaluasi program; 5) Menyiapkan perangkat pembelajaran yang diperlukan; 6) Supervisor menciptakan suasana harmonis, intim dan terbuka; 7) Supervisor memperbaiki komponen keterampilan yang akan dicapai guru dalam proses pembelajaran yang akan datang untuk mengembangkan keterampilan memberi penguatan; 8) Bersama guru, supervisor memilih dan mengembangkan instrumen observasi yang akan digunakan; 9) Supervisor dan guru mendiskusikan instrumen tersebut termasuk cara penggunaan dan data yang akan dijaring. Hasilnya merupakan kontrak yang disepakati bersama.

Pelaksanaan Tindakan, Adapun langkah-langkah yang ditempuh pada siklus IV seperti paparan berikut ini: 1) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran; 2) Melakukan demonstrasi mengajar; 3) Mengembangkan materi ajar; 4) Memilih dan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar; 5) Membuat dan menggunakan alat belajar sederhana; 6) Supervisor mengadakan pertemuan dengan guru untuk menerapkan kontrak yang disepakati; 7) Supervisor mengamati aktivitas guru selama

proses pembelajaran berlangsung.

Observasi, Adapun langkah-langkah yang ditempuh pada siklus ini, adalah: 1) Pemberian penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan; 2) Pemberian penguatan berupa simbol atau benda.

Refleksi, Refleksi pada siklus ini, berupaya mengungkapkan tindakan-tindakan yang telah diimplementasikan, meliputi: 1) Kemampuan menciptakan kedisiplinan dalam pembelajaran; 2) Motivasi untuk menciptakan alat peraga sederhana; 3) Kemampuan mengajar dengan menggunakan media yang diciptakan; 4) Upaya guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang menyenangkan; 5) Supervisor mengungkapkan hasil temuan-temuan pada tahap observasi; 6) Supervisor mengadakan diskusi dengan guru tentang penelitian lanjutan; 7) Selanjutnya supervisor melakukan analisis rekaman data, dan menganalisanya bersama guru, akhirnya dapat menarik kesimpulan, pada kesempatan ini guru dan supervisor sepakat untuk mengakhiri penelitian.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam Penelitian Tindakan Sekolah ini menggunakan instrumen non tes yang berbentuk observasi, wawancara, angket, dan jurnal. Pedoman observasi ini digunakan untuk mengambil data melalui pengamatan. Pedoman wawancara digunakan untuk mengambil data dengan teknik wawancara bebas terpimpin. Angket merupakan alat pengumpul data yang berisi daftar pertanyaan dan pernyataan secara tertulis yang ditujukan kepada subyek. Setiap selesai kegiatan dalam akhir minggu, peneliti membuat jurnal guru sebagai refleksi yang mengungkap beberapa aspek antara lain: 1) Pelaksanaan supervisi teknik DRK; 2) Pelaksanaan pembelajaran; 3) Respon positif dan negatif dari guru terhadap pelaksanaan supervisi teknik DRK.

Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis deskripsi dengan mentabulasi skor masing-masing ubahan berupa harga rerata, simpangan baku, modus, median dan distribusi frekuensi. Untuk tujuan tersebut kelas interval dibuat untuk menggambarkan distribusi frekuensi data. Penentuan kelas interval akan mengacu pada kurva normal

(7)

aturan Sturges.

HASIL

Hasil Penelitian

Temuan yang diperoleh sebagai hasil implementasi tindakan, terdiri atas temuan utama dan temuan sampingan. Temuan utama merupakan temuan yang memang dikehendaki oleh supervisor setelah dilakukan tindakan. Sedangkan temuan sampingan merupakan temuan ikutan selain temuan utama. Temuan ikutan sangat urgen untuk diangkat dalam rangka studi lanjut.

Hasil Penelitian Siklus I

Pada siklus I ini diperoleh beberapa temuan, baik temuan utama maupun temuan ikutan, seperti dipaparkan berikut ini :

Temuan Utama : Guru lebih giat mengajar dengan metode dan media yang bervariasi. Mereka lebih konsentrasi melaksanakan aktivitas sesuai dengan rencana pembelajaran yang disusun sebelumnya. Guru lebih memfokuskan pada peningkatan keterampilan mengelola kelas, pembelajaran berlangsung lancar meskipun suasana terus mencekam, namun secara umum dapat dikatakan sesuai dengan rencana walaupun ada beberapa hal kecil yang perlu dikembangkan lebih lanjut. Masalah yang dihadapi guru diungkapkan saat berlangsung pertemuan pribadi, dan alternatif pemecahan masalah dimusyawarahkan dalam rapat dewan guru.

Temuan utama ini dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan skor angket tentang kemampuan profesional guru yang pada siklus I ini diperoleh nilai tertinggi 166, nilai terendah 122, dan nilai rerata 142,75. Dan lebih bagus dari hasil observasi awal. Hal ini dapat dijadikan indikator bahwa penggunaan supervisi DRK dapat meningkatkan kemampuan profesional guru. Adapun skor angket pada siklus I dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini:

Tabel 1. Hasil Penelitian Kemampuan Profesional Guru pada Siklus I

Nomor Subyek Skor

1 124 2 122 3 166 4 140 5 154 6 138 7 160 8 138 9 138 10 160 11 138 12 154 13 124 14 122 15 166 16 140 NTT (nilai tertinggi) 166 NTR ( nilai terendah) 122 Mean ( nilai rerata) 142,75

Temuan Sampingan : Karena guru berupaya dapat mengembangkan keterampilan mengajar yang dikontrakkan, maka dalam mengajar guru tampak tegang, sehingga berpengaruh pada suasana kelas. Akhirnya siswa mengikuti pembelajaran secara tegang pula. Saat diadakan tanya jawab, banyak siswa yang tidak berani mengungkapkan pendapatnya, seolah-olah kelas kelihatan mati. Ada 3 guru yang kelihatan ketakutan, keringatpun bercucuran. Ternyata Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dibuat tidak sesuai dengan apa yang dipraktikkan di dalam kelas.

Hasil Penelitian Siklus II

Perencanaan pada siklus ini, dicarikan alternatif tindakan yang dapat berfungsi sebagai upaya perbaikan terhadap siklus sebelumnya, antara lain: 1) Mengadakan wawancara dengan guru tentang perlunya supervisi teknik DRK; 2) Memberi motivasi guru agar bekerja secara profesional; 3) Menciptakan iklim sekolah yang kondusif.

Temuan Utama : Pada siklus II ini, guru tampak aktif dan sedikit kelihatan santai, serta kelihatan menggunakan pola kerja baru yakni sudah melibatkan anak dalam proses pembelajaran. Kekurangan-kekurangan pada siklus sebelumnya sudah kelihatan teratasi. Guru lebih berkonsentrasi pada pengembangan keterampilan menjelaskan setelah diadakan supervisi teknik DRK, walaupun masih ada hal-hal yang harus diperbaiki.

Temuan utama ini dapat dibuktikan dengan hasil angket tentang kemampuan profesional guru yang pada siklus I diperoleh nilai tertinggi 166 dan nilai tertinggi pada siklus

(8)

II mencapai 180, berarti terjadi peningkatan +14. Sedangkan nilai terendah pada siklus II adalah 142 dan nilai rerata 160,5 terjadi peningkatan 17,75 dari nilai rerata pada siklus sebelumnya 142,75. Hal ini dapat dijadikan indikator bahwa kemampuan profesional guru dapat ditingkatkan melalui supervisi teknik DRK. Adapun skor angket yang diperoleh pada siklus II dapat dilihat pada tabel 2, sebagai berikut :

Tabel 2. Hasil Penelitian Kemampuan Profesional Guru pada Siklus II

Nomor Subyek Skor

1 158 2 180 3 156 4 144 5 169 6 160 7 175 8 142 9 158 10 180 11 156 12 144 13 169 14 160 15 175 16 142 NTT (Nilai Tertinggi) 180 NTR (Nilai Terendah) 142 Mean (Nilai Rerata) 160,50

Temuan Sampingan : Meskipun guru berupaya untuk dapat mengembangkan keterampilan menjelaskan dengan baik, siswa masih nampak pasif, mungkin karena dalam melibatkan siswa dalam proses pembelajaran kurang merata, bahkan boleh dikatakan hanya terhadap anak-anak tertentu saja, akibatnya banyak siswa yang kurang tertarik terhadap kegiatan pembelajaran. Kegiatan kunjungan antar kelas dan kunjungan sekolah menimbulkan perasaan bersaing diantara para guru. Tetapi ada 2 orang guru yang tetap bersikap masa bodoh sehingga tidak nampak adanya upaya guru dalam meningkatkan kemampuan profesionalnya. Hasil Penelitian Siklus III

Perencanaan pada siklus ini direncanakan tindakan yang merupakan perbaikan terhadap kekurangan-kekurangan

yang terjadi pada siklus sebelumnya, antara lain : 1) Melaksanakan supervisi teknik DRK secara terprogram; 2) Membangkitkan kemampuan profesional dalam melaksanakan tugas profesinya; 3) Memberi arahan tentang pelaksanaan supervisi teknik DRK.

Temuan Utama : Selama proses pembelajaran berlangsung suasana kelihatan hidup, walaupun dalam mengembangkan komponen keterampilan bertanya, kadang-kadang guru seakan-akan kurang menguasai materi pembelajaran sehingga pertanyaan yang diajukan bersifat monoton.

Temuan utama pada siklus III ini dapat dibuktikan dengan skor angket tentang kemampuan profesional guru, yang pada siklus III ini diperoleh nilai tertinggi sebesar 200 terjadi peningkatan +20 dari skor sebelumnya 180, dan skor terendah 164. Adapun nilai rerata mencapai 179,25 berarti terjadi peningkatan 18,75 dari nilai rerata pada siklus sebelumnya 160,5. Sedangkan hasil penelitian tentang kemampuan profesional pada siklus III dapat dilihat pada tabel 3, berikut ini:

Tabel 3. Hasil Penelitian Kemampuan Profesional Guru pada Siklus III Nomor Subyek Skor

1 166 2 178 3 182 4 200 5 172 6 188 7 184 8 166 9 178 10 182 11 200 12 172 13 188 14 184 15 164 16 164 NTT (Nilai Tertinggi) 200 NTR (Nilai Terendah) 164 Mean (Nilai Rerata) 179,25

(9)

menebak pertanyaan guru, terbukti belum sampai selesai guru melontarkan pertanyaan siswa sudah berebut menjawabnya. Interaksi belajar mengajar cukup kondusif, meskipun ada 2 guru yang sibuk dengan dirinya sendiri tanpa memperhatikan siswanya.

Hasil Penelitian Siklus IV

Pelaksanaan siklus IV merupakan upaya perbaikan pada siklus sebelumnya, antara lain meliputi: 1) Melaksanakan supervisi DRK secara berencana; 2) Meningkatkan kemampuan profesional dalam melaksanakan tugas profesinya; 3) Menciptakan iklim sekolah yang kondusif dan bimbingan yang efektif.

Temuan Utama : Pada siklus ini guru mampu meningkatkan perhatian siswa, membangkitkan dan mempertahankan motivasi siswa, serta mengontrol sikap yang menganggu kelas dan mengarahkan ke sikap yang positif, sehingga pembelajaran berlangsung tertib namun aktif.

Temuan utama ini dapat dibuktikan dengan hasil tes kemampuan profesional guru, yang pada siklus IV ini diperoleh nilai tertinggi sebesar 220. Hal ini terjadi peningkatan yang cukup berarti yakni +20 dari nilai tertinggi pada siklus sebelumnya 200. Skor terendah 180, sedangkan nilai rerata yang dicapai pada siklus ini 202,75, berarti terjadi peningkatan sebesar 23,50 dari nilai rerata pada siklus sebelumnya 179,25. Adapun hasil penelitian pada siklus IV dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini:

Tabel 4. Hasil Penelitian Kemampuan Profesional Guru pada Siklus IV Nomor Subyek Skor

1 212 2 218 3 218 4 200 5 190 6 220 7 184 8 180 9 212 10 218 11 218 12 200 13 190 14 220 15 184 16 180 NTT (Nilai Tertinggi) 220 NTR (Nilai Terendah) 180 Mean (Nilai Rerata) 202,75

Temuan Sampingan : Saat guru memberi penguatan terhadap siswa yang mencapai kemajuan, maka kelihatan siswa yang belum mendapat kesempatan menerima penghargaan bersikap putus asa dan merasa kecewa.

Deskripsi Data Penelitian

Guna memperoleh gambaran tentang karakteristik data, maka pada bagian ini disajikan data berupa rekapitulasi hasil penelitian kemampuan profesional guru dalam melaksanakan tugas setiap siklus.

Berdasarkan hasil angket, terjadi peningkatan kemampuan profesional guru dalam melaksanakan tugas. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5:

Tabel 5. Hasil Penelitian Kemampuan Profesional Guru pada Siklus I s/d Siklus IV

No. Subyek Siklus I Siklus II Siklus III Siklus IV 1 124 158 166 212 2 122 180 178 218 3 166 156 182 218 4 140 144 200 200 5 154 169 172 190 6 138 160 188 220 7 160 175 184 184 8 138 142 164 180 9 138 158 166 212 10 160 180 178 218 11 138 156 182 218 12 154 144 200 200 13 124 169 172 190 14 122 160 188 220 15 166 175 184 184 16 140 142 164 180 2284 2568 2868 3244 NTT 166 180 200 220 NTR 122 142 164 180 Mean 142,75 160,50 179,25 202,75 Mi 144 161 182 200 SDi 7,33 6,33 6,00 6,66 Siklus I, Atas dasar data yang terkumpul diperoleh skor terendah 122, skor tertinggi 166,

(10)

setelah dilakukan analisis data, maka diketahui bahwa Mi = 144, SDi = 7,55. Dengan demikian kategori “rendah” untuk ubahan kemampuan profesional guru dibawah 111 atau < 111, kategori “kurang” berada pada 111 sampai < 144, kategori “cukup” di antara 144 sampai < 155, dan kategori “tinggi” berada pada > 155 atau di atas 155.

Tabel 6. Standar Skor Kategori Ubahan Kemampuan Profesional Guru pada Siklus I

Siklus II, Berdasarkan data yang terkumpul diketahui skor terendah 142, skor tertinggi 180. Dari analisis data diketahui pula Mean Ideal (Mi) = 151, Standar Deviasi Ideal (SDi) = 6,33, sehingga kategori “rendah” untuk ubahan kemampuan profesional guru pada siklus II ini adalah dibawah 151 atau <151, kategori “kurang” berada pada 151 hingga < 161, kategori “cukup” diantara 161 sampai < 170, dan kategori “tinggi” berada pada > 170 atau di atas 170.

Tabel 7. Standar Skor Kategori Ubahan Kemampuan Profesional Guru pada Siklus II

Ubahan Skor Katego ri Frekue nsi Persen tase (%) Kemamp uan Profesion al Guru 171 – 180 Tinggi 4 25,00 161 – 170 Cukup 2 12,50 151 – 160 Kurang 6 37,50 141 – 150 Rendah 4 25,00 Jumlah 16 100

Siklus III, Berdasarkan data yang terkumpul

diperoleh skor terendah 164, skor tertinggi 200. Setelah dilakukan analisis data maka diketahui pula bahwa Mi= 182, SDi = 6,00. Dengan demikian kategori “rendah” untuk ubahan kemampuan profesional guru dibawah 173 atau < 173; kategori “kurang” berada pada 173 sampai < 182, kategori “cukup” diantara 182 sampai < 191; dan kategori “tinggi” adalah > 191 atau diatas 191.

Tabel 8. Standar Skor Kategori Ubahan Kemampuan Profesional Guru pada Siklus

III

Ubahan Skor Katego ri Frekue nsi Persen tase (%) Kemamp uan Profesion al Guru 192-201 Tinggi 2 12,50 183-191 Cukup 6 37,50 173-182 Kurang 4 25,00 161-172 Rendah 4 25,00 Jumlah 16 100

Siklus IV, Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan, diperoleh skor terendah untuk ubahan kemampuan profesional guru 180, dan skor tertinggi 220. Setelah diadakan analisis data maka diperoleh harga mean ideal (Mi) = sebesar 200 dan SDi = 6,66. Dengan demikian kategori “rendah” berada pada dibawah 190 atau < 190, kategori “kurang” berada diantara 190 hingga kurang dari 200 atau < 200. Sedangkan kategori “cukup” terletak pada 200 sampai < 210, dan kategori “tinggi” berada di atas 210 atau > 210.

Tabel 9. Standar Skor Kategori Ubahan Kemampuan Profesional Guru pada Siklus

IV

Ubahan Skor Katego ri Frekue nsi Persen tase (%) Kemamp uan Profesion al Guru 211-220 Tinggi 8 50,00 201-210 Cukup 2 12,50 191-200 Kurang 2 12,50 181- Rendah 4 25,00 Ubahan Skor Katego

ri Frekue nsi Persen tase (%) Kemamp uan Profesion al Guru 155 – 166 Tinggi 4 25,00 144 – 154 Cukup 2 12,50 133 – 143 Kurang 6 37,50 122 – 132 Rendah 4 25,00 Jumlah 16 100

(11)

190

Jumlah 16 100

PEMBAHASAN

Peningkatan kemampuan profesional guru dalam melaksanakan tugas profesinya dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satu diantaranya adalah penggunaan Supervisi teknik DRK. Atas dasar hasil analisis deskriptif secara umum dapat dilihat dari hasil penelitian tentang kinerja guru. Pada siklus I kemampuan profesional guru dalam melaksanakan tugas profesinya adalah “kurang”, sehingga dapat diartikan bahwa sebagian besar guru berkemampuan profesional kurang dalam hal melaksanakan tugas profesinya.

Dilihat dari data hasil penelitian kemampuan profesional guru pada siklus II menunjukkan bahwa sebagian besar guru masih berkemampuan profesional “kurang” dalam hal melaksanakan tugas, meskipun guru telah mengikuti Supervisi teknik DRK. Meskipun terjadi peningkatan nilai rerata pada siklus ini tetapi peningkatan nilai rerata itu belum mampu merubah posisi kemampuan profesional guru.

Hasil analisis deskriptif pada siklus III, secara umum dapat diketahui bahwa kemampuan profesional guru setelah mengikuti kemampuan profesional guru dalam melaksanakan tugas profesinya secara umum “cukup”, sehingga dapat diartikan pula bahwa guru kurang berkemampuan profesional dalam melaksanakan tugas, dan dimungkinkan karena guru mempunyai kesibukan lain selain tugas kesehariannya.

Adapun hasil penelitian pada siklus IV yang merupakan siklus terakhir menunjukkan bahwa kemampuan profesional guru berdasarkan hasil penelitian pada siklus IV adalah “tinggi”.

Meskipun pada siklus IV masih ada 4 orang yang berkemampuan profesional rendah, namun semua guru dapat menunjukkan peningkatannya. Terbukti skor mereka terus meningkat. Peningkatan yang dicapai guru merupakan sesuatu yang sewajarnya dihargai, karena guru telah berupaya secara bertahap yang ditempuh setapak demi setapak pada tiap siklusnya. Peningkatan kemampuan profesional guru yang dicapai melalui supervisi teknik DRK

terbukti secara nyata.

Untuk melakukan pembahasan tindakan terhadap hasil penerapan tindakan, maka berikut ini dikupas dan dibahas khususnya hanya yang berkaitan dengan temuan utama saja sesuai dengan permasalahan penelitian yang diteliti. Temuan pertama yang diperoleh yaitu penerapan Supervisi teknik DRK yang difokuskan pada keterampilan dasar mengajar dalam Supervisi teknik DRK. Adanya respon positif dari guru terhadap pelaksanaan tugas kesehariannya yaitu belajar mengajar dapat meningkatkan kemampuan profesional guru, walaupun peningkatan itu secara bertahap tetapi peningkatan kemampuan profesional yang dicapai guru sudah cukup berarti.

Adanya peningkatan perolehan skor angket tentang kemampuan profesional guru, dapat dijadikan petunjuk bahwa kemampuan profesional guru meningkat. Peningkatan kemampuan profesional guru ini memerlukan proses panjang seperti halnya pada penelitian tindakan sekolah ini, peneliti menargetkan hingga 6 putaran. Perlu dipahami adanya banyak faktor yang mempengaruhi peningkatan kemampuan profesional guru, salah satu faktornya adalah Supervisi teknik DRK, dalam hal ini peneliti menggunakan Supevisi teknik DRK yang difokuskan pada peningkatan penguasaan keterampilan dasar mengajar. Ternyata penggunaan Supervisi teknik DRK dan didukung adanya iklim pembelajaran yang kondusif mampu menarik perhatian guru untuk mengajar lebih baik lagi. Adanya Supervisi teknik DRK secara bertahap dan berkesinambungan sangat baik dalam mengembangkan keterampilan mengajar yang pada akhirnya dapat meningkatkan kemampuan profesional guru dalam melaksanakan tugasnya. Dengan demikian sedikit demi sedikit sifat monoton guru akan berkurang.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa Supervisi teknik DRK dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru.

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian peningkatan kemampuan profesional guru SMK Negeri

(12)

Kebonagung Kabupaten Pacitan Semester I tahun pelajaran 2017/2018 dan setelah dilakukan analisis data dengan menggunakan analisis deskriptif dapatlah diperoleh simpulan, sebagai berikut : Kemampuan profesional guru SMK Negeri Kebonagung Kabupaten Pacitan pada siklus I tampak kurang, pada siklus II masih belum berubah yakni masih kurang. Pada siklus III meningkat sedikit pada kategori cukup, pada siklus IV mengalami kemajuan yang memuaskan yaitu kemampuan profesional guru berada pada kategori tinggi.

Implikasi

Sebagaimana dibuktikan dalam penelitian ini bahwa kemampuan profesional guru SMK Negeri Kebonagung Kabupaten Pacitan dapat ditingkatkan melalui Supervisi teknik DRK, dengan demikian penelitian ini mempunyai implikasi sebagai berikut: 1) Kemampuan profesional guru dapat ditingkatkan melalui Supervisi teknik DRK; 2) Peningkatan kemampuan profesional guru dengan Supervisi teknik DRK ditandai dengan adanya peningkatan skor angket bahwa sebagian guru tergolong berkemampuan profesional tinggi; 3) Peningkatan kemampuan profesional guru dengan Supervisi teknik DRK pada siklus II, III dan IV dimungkinkan karena kepala sekolah selaku supevisor selalu

mengadakan perbaikan serta peningkatan dalam pelayanan guru.

Saran

Berdasarkan simpulan, maka dapat disampaikan saran yang ditujukan kepada: Kepala Sekolah : 1) Kepala sekolah harus mampu memberi pelayanan secara profesional kepada guru berupa supervisi teknik DRK; 2) Kepala sekolah hendaknya mampu menjadi supervisor yang profesional; 3) Agar kepala sekolah selalu memberi motivasi untuk melakukan penelitian lanjutan.

Guru : Guru disarankan untuk selalu meningkatkan kemampuan, kemauan, dan kepedulian terhadap pendidikan, dengan mempraktikkan supervisi teknik DRK.

Bagi Peneliti Lanjutan : 1) Bagi peneliti lanjutan jika ingin mengadakan penelitian yang sama dengan penelitian ini hendaknya mengembangkan faktor-faktor lain yang mungkin berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan profesional guru; 2) Jika mengadakan penelitian yang sejenis, diharapkan lebih memperhatikan karakteristik subyek penelitian, dan setting penelitian, mengingat penelitian tindakan sekolah hanya bersifat situasional.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Depdikbud. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PN. Balai Pustaka. Dirjen Dikdasmen. 1996. Sistem Pembinaan

Profesional Depdikbud. Jawa Timur. Depdiknas. 2003. Fasilitator. Jakarta.

Iskandar, Srini. 2002. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Universitas Negeri Malang.

Maysaroh. 2001. Supervisi Akademik dengan Teknik IC. Malang: Universitas Negeri Malang.

Riduwan. 2002. Skala Pengukuran Variabel-variabel penelitian. Bandung: Alfabeta.

Gambar

Tabel 1. Hasil Penelitian Kemampuan  Profesional Guru pada Siklus I
Tabel 4. Hasil Penelitian Kemampuan  Profesional Guru pada Siklus IV
Tabel 6. Standar Skor Kategori Ubahan  Kemampuan Profesional Guru pada Siklus I

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kualitas pelayanan pada Permata Bank Cabang TasikmalayaMetode penelitian yang digunakan adalah metode survey.Data

Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa senyawa metabolit yang dihasilkan oleh isolat fungi endofit FEF2 dan bakteri endofit BEF1 memiliki aktivitas antimikroba.. Hal

Jl. Prof Soedarto, Tembalang, Semarang. Dampak bencana banjir sangat merugikan baik secara moril maupun materiil seperti terhambatnya jalur transportasi yang berimbas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dibandingkan dengan cara penyemprotan dengan nozzle di atas tajuk tanaman menghadap ke bawah dan digerakkan ke depan dengan konstan,

Zona kerawanan tinggi dikontrol oleh tekstur tanah, infiltrasi, penggunaan lahan, dan kekar dan didukung dengan nilai faktor keamanan lereng lahan sisa longsor

Dari hasil overlay antara Peta Potensi Bahaya Tanah Longsor dan Peta Penggunaan Lahan di Dusun Guyon, Desa Tengklik, didapatkan risiko bencana tanah longsor

Hasil analisis menunjukkan bahwa semakin berat tingkat kebakaran lahan gambut maka nilai total mikroba tanah semakin rendah pada titik pengamatan. Total mikroba