• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan oleh Rusmini (2012) dengan judul Peran Guru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan oleh Rusmini (2012) dengan judul Peran Guru"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Yang Relevan

Beberapa hasil penelitian terdahulu yang terdapat kaitannya dengan ini adalah:

Penelitian yang dilakukan oleh Rusmini (2012) dengan judul “Peran Guru Dalam Menanamkan Karakter Sopan Santun Siswa Di SDN Teluk Dalam 12 Banjarmasin”. Hasil penelitian Peranan guru yang dilakukan salah satu contohnya adalah dengan menjadi teladan siswa dengan cara berpakaian rapi, bertutur kata dengan sopan dan pantas, menegur siswa dengan kata-kata yang halus dan bijak, memberi motivasi kepada siswa. Sikap dan perilaku yang ditampilkan harus dapat dicontoh oleh siswa atau dapat dijadikan sebagai teladan oleh siswa. Sikap dan perilaku guru hendaknya adalah bersikap disiplin, adil, tanggung jawab dan bersikap sopan santun serta berwibawa dan berakhlak mulia. Di dalam memberikan keteladanan terhadap siswa, seorang guru harus memiliki akhlak yang baik. Peran lain guru SDN Teluk Dalam 12 Banjarmasin adalah sebagai konservator, pembina perilaku sopan santun, organisator dan sebagai motivator. Adapun cara yang digunakan oleh guru SDN Teluk dalam 12 Banjarmasin dalam menanamkan karakter sopan santun siswa di sekolah yaitu dengan memberi contoh teladan yang baik. Berdasarkan hasil penelitian peran guru sangat berperan dalam menanamkan karakter sopan santun siswa di SDN Teluk Dalam 12 Banjarmasin.

(2)

Penelitian yang sejenis juga dilakukan oleh Ita Roshita (2015) dengan Judul “Upaya Meningkatkan Perilaku Sopan Santun melalui Layanan Bimbingan Kelompok dengan Teknik Sosiodrama di SMP N 2 Wonopringgo Kabupaten Pekalongan-Jawa Tengah ” Berdasarkan penelitian, perilaku sopan santun yang dicapai pada setiap siklus mengalami peningkatan. Dari penelitian siklus I, terdapat 4 siswa yang berperilaku sopan santun yang rendah, 4 siswa yang berperilaku sopan santun sedang dan 2 siswa yang tinggi, pada siklus II dari hasil pengamatan terdapat peningkatan yang sangat signifikan yaitu siswa yang berperilaku sopan santun rendah menjadi 0 siswa, yang sedang menjadi 6 siswa dan yang tinggi menjadi 4 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama dapat meningkatkan sopan santun siswa di SMP N 2 Wonopringgo Kabupaten Pekalongan-Jawa Tengah.

Persamaan penelitian tersebut terletak pada variabel yang di gunakan yaitu sopan santun. Adapun perbedaan antara beberapa penelitian di atas dengan penelitian ini adalah berbedanya tempat penelitian yang di lakukan, penelitian relevan di atas membahas peran guru dalam menanamkan karakter sopan santun dan meningkatkan karakter sopan santun melalui layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama saja. Sedangkan peneliti disini membahas tentang karakter sopan santun siswa di kelas tinggi.

(3)

2.2 Tinjauan Tentang Karakter Sopan Santun 2.2.1 Pengertian karakter

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seorang dari yang lain dalam Kurniawan (2013:28). Pendapat ini juga sesuai dengan yang diungkapkan Menurut Bije Widjajanto dalam Kurniawan (2013:29) menyatakan bahwa karakter adalah kebiasaan seseorang terbentuk dari tindakan yang dilakukan berulang-ulang setiap hari.

Karakter adalah ciri-ciri yang unik-unik dan terpatri dalam diri seseorang yang terlihat dalam sikap, perilaku, dan tindakan yang terejawantahkan secara konsisten dalam merespon berbagai situasi (Aqib,2012:26). Karakter merupakan gambaran kualitas moral seseorang yang tercermin dari segala tingkah lakunya yang mengandung unsur keberanian, ketabahan, kejujuran, dan kesetiaan, atau prilaku dan kebiasaan yang baik Yaumi dalam Darmiatun (2013: 9). Pendapat ini juga sesuai dengan yang diungkapkan Suyanto dalam Wibowo (2013: 35) menyampaikan bahwa karakter merupakan cara berfikir dan berprilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup kerja sama baik, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa, dan Negara.

(4)

Pendidikan karakter adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja untuk mengembangkan karakter yang baik (good character) berlandaskan kebijakan-kebijakan inti (corevirtue) yang secara obyektif baik bagi individu maupun masyarakat (Suptono, 2011:23 ).

Pada dasarnya pendidikan karakter memiliki tujuan, seperti yang dikemukakan oleh Darmiatun (2013:44) mengatakan bahwa tujuan pendidikan karakter yaitu membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleransi, bergotong royong, berjiwa patriotic, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya di jiwai oleh iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. Hal ini diperkuat dengan pendapat yang dikemukakan oleh Mulyasa (2014:9) mengatakan bahwa “pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan setandar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan”. Pendapat lain mengenai tujuan pendidikan karakter juga di kemukakan oleh Kesuma dalam Fadillah (2013:25) mengatakan bahwa tujuan pendidikan karakter dalam sekolah yaitu sebagai berikut:

1. Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian atau kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan.

2. Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah

3. Membangun koneksi yang harmonis dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama.

Adapun fungsi dari pendidikan karakter diantaranya adalah: (1) mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, dan berprilaku baik; (2) memperkuat dan membangun prilaku bangsa yang multikultur; (3) meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia (Darmiatun, 2013:44).

(5)

Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Zubaedi dalam Fadlillah (2013:27-28) menyebutkan ada tiga fungsi dari pendidikan karakter diantaranya yaitu: (1) fungsi pembentukan dan pengembangan potensi, (2) fungsi perbaaikan dan penguatan, (3) fungsi penyaring.

Berkaitan dengan pendidikan karakter, menurut Rusyan (2012: 119) menyebutkkan bahwa terdapat 26 karakter anak bangsa yang baik. Adapun karakter anak bangsa yang baik adalah sebagai berikut: 1) Cinta Tanah Air, 2) Kepahlawanan, 3) Kepahlawanan, 4) Kepribadian Bangsa, 5) Solidaritas, 6) Toleransi, 7) Tolong Menolong, 8) Zuhud/tidak merasa bangga, 9) Saling Menghargai, 10) Tidak Ingkar Janji, 11) Belajar Sepanjang Hayat, 12) Bela Negara, 13) Kebersamaan, 14) Tafahum/saling memahami, 15) Jujur dan Adil, 16) Amanah, 17) Menepati Janji, 18) Terpuji, 19) Ikhlas, 20) Berperilaku Baik, 21) Rajin, 22) Teliti, 23) Tanggung Jawab, 24) Sopan Santun, 25) Tidak Sombong, 26) Rendah Hati.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa karakter adalah sikap atau perilaku yang menjadi ciri khas tiap individu yang merupakan gambaran dari tingkah lakunya dan tindakan sendiri, dan memiliki tujuan untuk membentuk bangsa yang tangguh dan memiliki beberapa fungsi seperti pembentukan potensi, dan memiliki 26 nilai-nilai karakter anak bangsa yang baik.

2.2.2 Pengertian Sopan Santun

Menurut kamus besar umum Bahasa Indonesia, sopan adalah hormat dan takzim (akan, kepada), atau tertib menurut adat yang baik. Santun adalah halus dan baik (budi bahasanya, tingkah lakunya) atau sabar dan tenang. Jika

(6)

digabungkan sopan santun adalah sifat yang baik, tingkah laku tutur yang baik,berkenaan dengan budi pekertiyang baik, tata krama, peradaban, tingkah laku tutur yang baik, kesusilaan. Hal ini sama dengan yang dikatakan oleh Widayati (2008: 2) mengatakan bahwa “sopan santun terdiri dari 4 kata yaitu: tolong, terima kasih, maaf, dan permisi”. Hal-hal yang terkait dengan sopan santun atau kesopanan tersebut merupakan nilai-nilai kebaikan atau kebajikan.

Sopan santun merupakan istilah bahasa jawa yang dapat diartikan sebagai perilaku seseorang yang menjunjung tinggi nilai-nilai menghormati, menghargai, tidak sombong dan berakhlak mulia. Perwujudan dari sikap sopan santun ini adalah perilaku yang menghormati orang lain melalui komunikasi menggunakan bahasa yang tidak meremehkan atau merendahkan orang lain. Dalam budaya jawa sikap sopan santun salah satu ditandai dengan perilaku menghormati kepada yang lebih tua, menggunakan bahasa yang sopan, tidak memiliki sifat yang sombong.

Menurut Rusyan (2012:212) berpendapat bahwa “sopan santun itu merupakan tata cara mengatur kehidupan kita sehari-hari dengan baik sehingga semuanya lancar. Tidak ada gangguan pikiran, maupun gangguan perasaan”. Dasar sopan santun atau etika itu terletak pada ketidak sombongan, kelancaran, selera baik, perpatutan, dan saling normal, serta menempatkan sesuatu pada tempat yang tepat. Dengan dasar itu pula kita dapat diterima orang lain dalam pergaulan (Rusyan, 2012:212). Etika itu sendiri akan kita lakukan bukan untuk kebaikan orang lain, semata-mata untuk kebaikan kita sendiri, supaya kita sejahtera, damai dan tentram (Rusyam 2012:214).

Dasar-dasar sopan santun harus diakui bersama dan dijalankan dengan bersama-sama, dasar pengaturan pergaulan itu berbeda-beda penerapannya dalam

(7)

pergaulan. Biasanya untuk masyarakat yang lebih kecil aturan sopan santun akan sama. Aturan sopan santun akan berbeda, bila sudah menyangkut suatu negara. Walaupun demikian, tentu banyak pula masih mempelihatkan persamaan.

Aqib (2010:44) mengatakan bahwa “santun merupakan sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata perilaku ke semua orang”. Hal ini sama dengan yang dikatakan oleh kristiana (2008:13) mengatakan bahwa “sopan santun adalah suatu tingkah laku yang amat polos.” Menurut Kurniasih dan Sani (2014:72) sopan santun adalah sikap baik dalam pergaulan dalam berbahasa maupun berperilaku. Norma kesantunan bersifat relatif, artinya yang dianggap baik/santun pada tempat dan waktu tertentu bisa berbeda pada tempat dan waktu yang lain. Selanjutnya Mustari (2014:129) sopan santun adalah sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata perilakunya ke semua orang.

Menurut Mustari (2014:135) berpendapat bahwa ”kesantunan adalah hal yang memang sewajarnya dalam kehidupan ini. Sehingga yang tidak ikut kesantunan akan dianggap orang yang tidak wajar. Pendidikan kesantunan, sangatlah diperlukan. Bahkan sebetulnya, inti dari pendidikan adalah pendidikan kesantunan itu sendiri. Kemanusiaan untuk bekerja, berusaha, berbicara, menghitung, dan sebagainya bisa dilakukan di tempat-tempat lain seperti tempat kerja, kursus, pasar, dn lain-lain. Tetapi untuk menjadi santun, orang harus sekolah. Di tanah sunda, oran santun adalah orang yang sekolah (nyakola), dan orang yang tidak santun itu disebut yang tidak bersekolah (teu nyakola).

Kesantunan memang bisa mengorbankan diri sendiri demi masyarakat atau orang lain. Demikian karena masyarakat atau orang-orang itu sudah mempunyai aturan yang solid, yang setiap kita hanya kebagian untuk ikut saja. “Inti bersifat santun yaitu berperilaku interpersonal sesuai tataran norma dan adat istiadat, Mustari (2014:129)”.

Durkheim dalam Mustari (2014:135) berpendapat bahwa”inti pendidikan adalah kesantunan. Menurutnya, apa yang ada pada aturan-aturan sosial di

(8)

masyarakat adalah dalam rangka melanggengkan hubungan (relationship) antara kita. Hasrat kita untuk menanamkan pertemanan (friendship), memunculkan respek, dan melangsungkan “otoritas alamiah” menuntut kita untuk bertindak dalam cara-cara yang secara sosial dapat ditetima (yaitu praktik-praktik yang secara kultural diterima, seperti keadilan, kejujuran, kepantasan, dan lain-lain).

Ita Rosita (2015: 64) mengatakan bahwa “Sopan santun juga dapat diartikan sebagai suatu tingkah laku seseorang dalam kehidupan sehari-hari harus sesuai dengan kodratnya, tempat, waktu dan kondisi lingkungannya dimana siswa itu berada, sehingga membuat siswa itu akan sukses dalam pergaulannya atau dalam hubungan sosialnya dan akan sukses dalam kehidupan keseluruhannya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa sopan santun adalah sikap yang baik, hormat, dan taat peraturan. Sikap yang lebih menonjolkan pribadi yang baik dan menghormati siapa saja, berperilaku yang baik dan bertutur bicara kapada siapa saja dengan menggunakan bahasa yang baik.

2.2.3 Manfaat Sopan Santun

Manfaat dari nilai-nilai kesopanan sangatlah penting dalam hidup bermasyarakat dan bersosialisasi dengan orang banyak sehingga orang lain juga dapat menghormati kita sebagaimana kita telah menjaga kesopanan dikalangan orang banyak. Dengan menjaga nilai-nilai kesopanan kita, para remaja yang disebut-sebut sebagai penerus bangsa, juga dapat memajukan bangsa Indonesia dengan menjaga nilai-nilai tradisional yang sudah dibawa dari dulu, Finayatul dalam Rusmini (2012:6).

(9)

Adapun manfaat sopan santun menurut Widyastuti (2008:3) “manfaat sopan yaitu untuk menjaga hubungan antar sesama manusia tanpa mempunyai peraaan bahwa dirinya lebih di bandingkan dengan yang lain”. Selain itu adapun manfaat sopan santun menurut Widayati (2008:3) “manfaat sopan santun yaitu untuk melancarkan anak berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa manfaat dari sopan sntun yaitu untuk menjaga hubungan antar sesama manusia agar dapat berinteraksi dan berkomunikasi dengan baik.

2.2.4 Macam-Macam Sopan Santun

Sopan santun sesungguhnya merupakan suatu tingkah laku yang amat polos. Semua orang tahu, memiliki pengalaman mengenainya, dan menyukainya. Dalam kehidupan sehari-hari perlunya perilaku sopan santun karena sopan santun juga merupakan nilai yang natural, iya bukan nilai yang mesti dijabarkan panjang lebar di buku-buku dan iya bagian dari situasi keseharian. Adapun macam-macam sopan santun itu adalah sebagai berikut:

1. Sopan Santun Berbahasa

Bahasa menunjukan bangsa, di dalam ilmu komunikasi bahasa merupakan alat komunikasi penting yang menjembatani seseorang dengan orang lainnya. Santun bahasa menunjukan bagaimana seseorang melakukan interaksi sosial dalam kehidupannya secara lisan. Setiap orang harus menjaga santun bahasa agar komunikasi dan interaksi dapat berjalan baik. Bahasa yang dipergunakan dalam sebuah komunikasi sangat menetukan keberhasilam pembicaraan (Kuraesin dalam Rusmini, 2012:6). Implementasi sopan santun berbahasa di sekolah menurut Kristiyana (2008:38), yaitu: (1) memanggil guru dengan tidak meneriaki mereka,

(10)

(2) apabila guru berada jauh hendaknya menghampiri kemudian memanggilnya, (3) menghindari panggilan dengan kata-kata kasar, (4) mengutarakan pendapat dengan bahasa dan kata-kata yang sopan.

Menurut Widayati (2008:46-47) mengatakan bahwa “orang yang tahu sopan santun pasti disenangi dalam pergaulan karena tidak ada orang yang akan tersinggung oleh tindakan atau tutur katanya, sopan santun lainnya seperti menggunakan bahasa dan tutur kata yang baik pada siapa pun juga, tidak memotong pembicaraan orang lain”. Menurut Widayati (2008:37) mengatakan “dalam pergaulan ada kebiasaan yang terpuji untuk mengucapkan terima kasih kepada siapa pun yang memberi jasa atau barang apapun kepada kita”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sopan santun berbahasa itu alat komunikasi yang menunjukkan bagaimana seseorang melakukan interaksi dalam kehidupannya secara lisan dengan menggunakan kata-kata yang sopan.

2. Sopan Santun Berperilaku

Chazawi dalam Rusmini (2012:6) mengatakan bahwa “Santun adalah satu kata sederhana yang memiliki arti banyak dan dalam, yang berisi nilai-nilai positif yang dicerminkan dalam perilaku dan perbuatan positif. Perilaku positif lebih dikenal dengan santun yang dapat diimplementasikan pada cara berbicara, cara berpakaian, cara memperlakukan orang lain, cara mengekspresikan diri dimanapun dan kapan pun. Santun yang tercermin dalam perilaku bangsa Indonesia ini tidak tumbuh dengan sendirinya namun juga merupakan suatu proses yang tidak bisa dilepaskan dari sejarah bangsa yang luhur.

Implementasi sopan santun berperilaku di sekolah menurut Widayati (2008:25-27), yaitu: (1) selalu memperhatikan semua pelajaran secara cermat, tekun, dan tenang di tempat duduk masing-masing, (2) tidak berbicara sendiri saat mengikuti pelajaran, (3) tidak mengganggu teman saat mengikuti pelajaran, (4) jika masuk kelas lain minta izin terlebih dahulu kepada guru yang sedang mengajar. Adapun implementasi sopan santun berperilaku di sekolah menurut

(11)

Widayati (2008:2) yaitu (1) berbuat baik kepada sesama, tolong menolong atau bekerja sama, (2) tidak meludah di depan orang lain, (3) berpakaian yang rapi dan sopan.

Menurut Supriyanti (2008:17) mengatakan bahawa seperti halnya apabila kita bersikap hormat dan sopan terhadap orang tua, maka dengan guru pun harus bersikap yang sama pula. Cara bersikap hormat terhadap guru antara lain:(1) selalu tunduk dan patuh terhadap guru, melaksanakan segela hal yang baik, (2) berbicara yang halus dan sopan. Siswa atau siswi tidak boleh berkata kasar apalagi sampai membentaknya, (3) Selalu mendoakan guu, (4) menjaga nama baik sekolah, (5) menyapa guru dengan ramah, (6) mencontoh perilaku yang baik.

Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sopan sntun beperilaku yaitu perilaku yang positif dengan memperlakukan orang lain dengan baik, yang dicerminkan dalam perilaku dan perbuatan yang positif. Perilaku yang positif yang dapat diimplementasikan pada cara berbicara, cara berpakaian, cara memperlakukan orang lain, cara mengekspresikan diri dimanapun dan kapan pun.

2.2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Lunturnya Nilai-Nilai Kesopanan

Menurut Mahfudz dalam Rusmini (2012:7), berpendapat bahwa kurangnya sopan santun pada anak disebabkan oleh beberapa hal yaitu:

1. Anak-anak tidak mengerti aturan yang ada, atau ekspektasi yang diharapkan dari dirinya jauh melebihi apa yang dapat mereka cerna pada tingkatan pertumbuhan mereka saat itu

2. Anak-anak ingin melakukan hal-hal yang diinginkan dan kebebasannya 3. Anak-anak meniru perbuatan orang tua

4. Adanya perbedaan perlakuan disekolah dan dirumah

5. Kurangnya pembiasaan sopan santun yang sudah diajarkan oleh orang tua sejak dini

(12)

2.2.6 Tata Cara Sopan Santun

Menurut Rusyan (2012:213) menyatakan beberapa contoh tata cara bersopan santun dalam kehidupan kita yang patut diperhatikan adalah sebagai berikut:

1. Menghargai orang lain yang telah berbuat baik kepada kita 2. Dapat menahan marah atau emosi dan tidak dapat tersinggumg.

3. Memiliki toleransi dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dimanapun kita berada.

4. Tidak mementingkan diri sendiri.

5. Selalu berusaha menyenangkan hati orang lain.

6. Tidak menyalahgunakan kedudukan, jabatan, ilmu pengetahuan, atau kekayaan pada hal-hal yang tidak terpuji dan tidak sesuai dengan aturan agama dan adat-istadat.

7. Tidak menonjol-menonjolkan kehebatan, kekayaan, kegagahan, atau kecantikan.

8. Tidak membeda-bedakan manusia berdasarkan pangkat, kedudukan, kekayaan, keturunan, dan warna kulit.

9. Tidak berbicara bohong.

10. Mau menyimak atau mendengarkan pembicaraan orang lain.

11. Mau berbicara dan mengeluarkan pendapat secara jujur dan dengan cara yang baik dan benar.

Beberapa contoh mengenai dasar-dasar sopan santun dalam pergaulan dan hidup berdampingan dalam masyarakat yang harus diperhatikan. Hal-hal yang menyangkut sopan santun itu macam-macam dan tidak terhingga jumlahnya. Di

(13)

dalam hidup kita, dan lebih khusus lagi di dalam agama kita, diatur berbagai hal seperti cara mandi, makan, berpakaian, mencari nafkah yang hala, menghormati orang tua, menyayangi orang yang lebih muda, berbicara menyimak, beribadat, dan lain-lain. Semua pengaturan itu dimaksudkan agar kita dapat menjalani dengan baik untuk kehidupan di dunia fana ini, maupun kehidupan di akhirat nanti.

Kebiasaan bersosial dan berkomunikasi di dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat haruslah memperhatikan dengan siapa kita berbicara, dan di mana sedang berbicara, sehingga sebagai mahluk sosial dapat menjaga sopan santun dimana berada. Kurangnya sopan santun dalam bertutur, bertindak di lingkungan sekolah antara siswa dengan guru haruslah menjadi perhatian kita. Karena sopan santun haruslah dimiliki dan jangan sampai kita tidak mengenal lagi dengan kesantunan.

Sebagai anak yang berbudi pekerti baik, mempunyai perilaku sopan santun baik, dalam berbahasa, betindak, bergaul dan belajar di lingkungan masyarakat dan sekolah sangatlah penting, karenadengan bertutur dan berkomunikasi dengan santun dapan menjaga nilai diri sebagai makhluk sosial, pada dasarnya manusia adalah mahkluk sosial, yaitu mahkluk yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.

Mustari (2014: 131) santun kepada guru kita adalah kita harus memuliakan dirinya, menghargai kesediaannya untuk mengajari kita, menyimak dengan baik kata-katanya, memerhatikan ajaran-ajaran yang diberikannya, menunjukkan kesungguhan kita dengan memusatkan pikiran kita hanya kepada dirinya, menunjukkan kepada dirinya kepahaman kita atas ajaran-ajarannya, memurnikan hati kita dan mengosongkan pikiran kita dari keinginan-keinginan kita yang tidak ada hubungan denan ajarannya, serta menatapnya dengan penuh perhatian.

Mustari (2014: 132) menyatakan bahwa “Santun kepada orang yang lebuh tua usianya dari kita adalah kita harus bersikap bersahabat dengan dirinya”.

(14)

Janganlah melawannya jika ada perselisihan dengannya, janganlah berjalan membelakanginya, dan janganlah membodohi dirinya. Jika dirinya membodohi kita, maka bersabarlah kita dan hormatilah dirinya sebagai yang lebih tua.

Mustari (2014: 132) menjelaskan bahwa “Santun kepada orang yang lebih muda usianya dari kita adalah kita harus bersikap bersahabat dengan dirinya”. Kita harus mengajarinya, melatihnya, memaafkan dan menutupi kesalahan akibat kenakalannya, sehingga ia akan dapat menyesali perbuatannya. Perlakukanlah ia dengan sabar dan hentikan perselisihan kita dengannya, sehingga ia dapat terarahkan untuk berkelakuan yang lebih bijaksana.

2.2.7 Indikator Sopan Santun

Menurut Kurniasih dan Sani (2014:66) berpendapat bahwa “acuan penilaian adalah indikator, karena indikator merupakan tanda tercapainya suatu kompetensi. Indikator harus terukur. Dalam konteks peniaian sikap, indikator merupakan tanda-tanda yang dimunculkan oleh peserta didik, yang dapat diamati atau di observasi oleh guru sebagaai representasi dari sikap yang dinilai”.

Mulyasa (2014: 147) berpendapat bahwa “penilaian karakter sopan santun yaitu Menerima nasihat guru, Menghindari permusuhan denga teman, Menjaga perasaan orang lain, Menjaga ketertiban. Berbicara dengan tenang. Pembentukan karakter memang tidak bisa sim salabim atau terbentuk dalam waktu yang singkat, tapi indikator perilaku dapat dideteksi secara dini oleh setiap guru, (Mulyasa, 2014:146).

(15)

Menurut Kurniasih dan Sani (2014:72) contoh indikator sopan santun adalah sebagai berikut :1) Menghormati orang yang lebih tua, 2) Tidak berkata-kata kotor, kasar dan takabur. 3) Tidak meludah disembarangan tempat, 4) Tidak menyela pembicaraan pada waktu yang tidak tepat, 5) Mengucapkan terima kasih setelah menerima bantuan orang lain, 6) Bersikap 3S (salam, senyum, sapa), 7) Meminta izin ketika akan memasuki ruangan orang lain atau menggunakan barang orang lain, 8) Memperlakukan orang lain sebagaimana diri sendiri ingin diperlakukan.

Beberapa pendapat di atas, indikator karakter sopan santun yang akan di bahas adalah Menerima nasihat guru, Menghindari permusuhan dengan teman, Menjaga perasaan orang lain, Menjaga ketertiban, dan Berbicara dengan tenang. Kemudian indikator-indikator tersebut akan dijabarkan menjadi kisi-kisi untuk digunakan sebagai instrumen penilaian.

2.3 Kerangka Berpikir

Menurut Mustari (2014:135) berpendapat bahwa”kesantunan adalah hal yang memang sewajarnya dalam kehidupan ini. Sehingga yang tidak ikut kesantunan akan dianggap orang yang tidak wajar. Pendidikan kesantunan, sangatlah diperlukan. Bahkan sebetulnya, inti dari pendidikan adalah pendidikan kesantunan itu sendiri. Kemanusiaan untuk bekerja, berusaha, berbicara, menghitung, dan sebagainya bisa dilakukan di tempat-tempat lain seperti tempat kerja, kursus, pasar, dn lain-lain. Tetapi untuk menjadi santun, orang harus sekolah. Di tanah sunda, orang santun adalah orang yang sekolah (nyakola), dan orang yang tidak santun itu disebut yang tidak bersekolah (teu nyakola). Untuk itu sopan santun siswa sangat penting.

Berikut ini merupakan bagan yang menjadi kerangka berpikir pada penelitian karakter sopan santun siswa di SDN No 13/1 Muara Bulian.

(16)

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Menghindari permusuhan dengan teman

Aspek-aspek yang harus diamati

Karakter sopan santun Siswa Menerima nasihatguru Berbicara dengan tenang Menjaga perasaanorang lain Menjaga ketertiban

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Menghindari

Referensi

Dokumen terkait

Kompetensi sosial guru : kemampuan dalam pribadi seorang guru sebagai bagian dari masyarakat, baik masyarakat di lingkungan sekolah maupun masyarakat di luar sekolah, untuk

Dengan penganan stres kerja, setiap pegawaiakan mendapatkan kondisi kesehatan mental dan fisik yang baik, yang dapat mempengaruhi pegawai tersebut dalam melakukan berbagai

Etiket komunikasi dalam sehari-hari yang dapat diterapkan yaitu berbahasa yang baik, ramah dan sopan, berinisiatif sebagai pembuka dialog, menggunakan panggilan/sebutan orang

Perilaku terhadap lingkungan memiliki ruang lingkup suatu pernyataan untuk bertindak peduli lingkungan, seperti pernyataan diri tentang masalah dengan lingkungan, penggunaan

Penelitian ini didasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Niken Popy, dkk (2015) berjudul “Peningkatan Perilaku Sopan Santun Melalui Cerita Fiksi Modern

Keberagamaan seseorang sangat berpengaruh positif terhadap perilaku sehari-hari seseorang tersebut karena orang yang keberagamaannya tinggi akan senantiasa berbuat baik kepada

Pembelajaran TSTS ini siswa dihadapkan pada kegiatan mendengarkan apa yang diutarakan oleh temannya ketika sedang bertamu, yang secara tidak langsung siswa akan dibawa

Dengan pengetahuan kesehatan reproduksi maka remaja akan mempunyai sikap yang nantinya akan disertai dengan perasaan tetang perilaku seksual baik positif maupun