• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang mahal (Rivai,2001). Durasi suara kokok pelung jantan terlama yang pernah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang mahal (Rivai,2001). Durasi suara kokok pelung jantan terlama yang pernah"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Ayam Pelung

Ayam pelung adalah ayam asli dari Cianjur dengan tubuh yang besar dan tinggi jika dibanding dengan ayam lokal yang lain. Ayam pelung mempunyai suara yang merdu bagus dan panjang, yang membuatnya menjadi salah satu ayam yang mahal (Rivai,2001). Durasi suara kokok pelung jantan terlama yang pernah tercatat adalah 11 detik. Volume suara dibagi ke dalam kecil (kukulir), sedang (kukulur), besar (kukudur), dan bervariasi (tetelur, kombinasi tiga jenis volume suara) (Nataamijaya, 2005).

Ayam pelung mempunyai ukuran tubuh yang relatif besar dengan kaki yang panjang (Iskandar dan susanti, 2007), kepala ayam pelung berbentuk oval, jantan memiliki jengger tunggal (single comb), bergerigi,bagian atas berukuran besar dan berwarna merah, cuping telinga (Nataamijaya, 2005).

Warna bulu ayam pelung sangat bervariasi, ada yang berwarna merah, wido (hijau), hitam, abu-abu dan sebagainya. Warna wido (hijau) termasuk warna yang langka, sedangkan jago ayam pelung warna merah dan merah kehitam-hitaman merupakan warna yang dominan di antara warna-warna yang lain. Para pakar ayam pelung berpendapat bahwa warna merah dan warna merah kehitam-hitaman merupakan warna keturunan ayam pelung yang asli, sedangkan warna lainnya sudah merupakan warna blaster dengan ayam kampung (Sudradjad, 2003). Pada pemeliharaan semi intensif, ayam pelung dewasa dapat mencapai

(2)

berat 3,37 kg untuk ayam jantan dan 2,52 kg untuk ayam betina, sedangkan berat DOC adalah 30,7 gram untuk jantan dan 31,6 gram untuk betina (Prajoga et al.,2013).

2.2 Organ Reproduksi Ayam Jantan

Organ reproduksi ayam jantan terdiri dari sepasang testis, duktus epididymis, sepasang duktus deferen dan sebuah alat kopulasi yang disebut phalus, yang seluruhnya terletak di dalam rongga perut (Toelihere, 1985). Testis berjumlah sepasang terletak pada bagian atas di abdominal kearah punggung pada bagian anterior akhir dari ginjal dan berwarna kuning terang. Pada unggas testis tidak seperti hewan lainnya yang terletak di dalam skrotum (Amrullah, 2004). Fungsi testis menghasilkan hormon kelamin jantan disebut androgen dan sel gamet jantan disebut sperma (Nalbandov, 1990).

Epididymis pada ayam berbentuk pipa pendek dan pipih dengan diameter sekiitar 3mm yang terletak di dorsal medial testis (Setijanto, 1998). Saluran deferens jumlahnya sepasang, pada ayam jantan muda kelihatan lurus sedangkan pada ayam jantan tua tampak berkelok kelok. Letaknya kearah caudal, menyilang ureter dan bermuara pada kloaka sebelah lateral urodeum (Amrullah, 2004). Saluran deferens dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian atas yang merupakan muara sperma dari testis, sedangkan bagian bawah yang merupakan perpanjangan dari saluran epididimis. Saluran deferens ini bermuara di kloaka pada daerah

proktodeum yang bersebelahan dengan urodeum dan koprodeum (Yuwanta, 2004). Penis ayam bentuknya seperti papila atau pallus dan mengalami rudimenter serta

(3)

agak berkembang saat kopulasi (Sutiyono, 2001). Phalus dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu phallus phallus protudens dan non protodens. Phallus protudens merupakan penjuluran dari dasar protodens yang akan terlihat pada saat ereksi. Phallus non protodens terbentuk dari penebalan mucosa corpus phallicum medianum yang berada didasar protodaeum (Setijanto,1998).

2.3 Semen

Semen didefinisikan sebagai ekskresi dari alat kelamin jantan yang diejakulasikan secara normal kedalam saluran kelamin betina sewaktu kopulasi tetapi dapat pula ditampung dengan berbagai cara untuk keperluan inseminasi buatan (Toelihere, 1993). Produksi semendengan kualitas tinggi sangat tergantung oleh pejantan yang dipelihara dalam keadaan baik (Hafez and Hafez, 2000). Nalbandov (1990) menyatakan bahwa semen adalah campuran dari spermatozoadan plasma semen. Fungsi plasma semen adalah sebagai medium pembawa spermatozoa dari saluran reproduksi jantan kedalam saluran reproduksi betina (Toelihere,1985).

Spermatozoa unggas terdiri dari bagian kepala dan bagian ekor (Supriatna,2000). Spermatozoa pada unggasberbentuk filiformis. Kepala spermatozoa terdiri dari nukleus dan bagian atasnya tertutup oleh akrosom yang berbentuk kerucut sedikit melengkung. Diameter kepala sekitar 0,5µm dan panjang struktur spermatozoa keseluruhan sekitar 100 µm (Gilbert, 1980). Panjang kepala spermatozoa unggas sekitar 12-13µm dan bentuknya silindris. Dibagian kepala terdapat akrosoma berukuran 1,75µm dan bentuknya seperti

(4)

kerucut yang terdiri atas tudung akrosom dan ferporatorium (inner spine acrosome) yang mengandung glikoprotein dan lipida (Supriatna,2000).

Ekor sperma dibagi menjadi tiga bagian: bagian tengah, utama, dan ujung, berasal dari sentriol selama spermiogenesis, yang berfungsi untuk memberi gerak maju kepada spermatozoa dengan gelombang-gelombang yang dimulai di daerah implantasi ekor-kepala dan berjalan kearah distal sepanjang ekor bagaikan pukulan cemeti (Bebas et al., 2016).

2.4 Kualitas Semen Unggas

Syarat dari kualitas semen segar yang bisa digunakan untuk inseminasi buatan adalah mempunyai konsentrasi spermatozoa >2.000 juta/ml, spermatozoa motil >70%, gerakan massa ++ atau +++ dan persentase spermatozoa abnormal <15% (Afriantini et al., 1999). Bila semen segar tidak memenuhi syarat tersebut maka semen harus dibuang, karena kalau tetap dibekukan nantinya tidak akan dapat memenuhi syarat untuk semen tersebut diinseminasikan.

Persentase spermatozoa motil adalah persentase spermatozoa yang bergerak progresif (bergerak kedepan), dievaluasi secara subjektif pada delapan lapang pandang yang berbeda dengan mikroskop cahaya pembesaran 400x (Toelihere, 1981). Motilitas merupakan salah satu parameter yang paling sering digunakan untuk mengevaluasi fertilitas sperma. Motilitas sperma bergantung pada fungsi mitokondria. Adenosine Tri Phosphate (ATP) dihasilkan oleh fosforilasi oksidatif di dalam membran mitokondria dan ditransfer ke mikrotubulus untuk motilitas. Oleh karena itu menurunnya motilitas sperma

(5)

akibat pembekuan diyakini terkait dengan kerusakan mitokondria (Januskauskas & Zillinskas 2002; Ruiz-Pesini et al. 2001).

Persentase spermatozoa hidup dievaluasi dengan pewarnaan eosin (Toelihere, 1981). Spermatozoa yang hidup ditandai oleh kepala berwarna putih, sedangkan yang mati ditandai oleh kepala berwarna merah, dievaluasi dengan mikroskop cahaya pembesaran 400x. Rentang suhu yang rentan terhadap kerusakan sperma selama pembekuan yaitu periode pendinginan (0°C sampai -5°C) dan pembentukan kristal es (-6°C sampai -1-5°C) (Lemma, 2011).

Persentase MPU spermatozoa adalah persentase spermatozoa yang memiliki membran plasma utuh, dan dievaluasi dengan hypoosmotic swelling (HOS) test (Revell dan Mrode, 1994). Pengukuran MPU dengan metode HOST (Hypo osmotic swelling test digunakan untuk evaluasi fungsional dari integritas membran sperma. Integritas membran adalah suatu keadaan yang menunjukkan mekanisme fungsi fisiologis membran yang terjaga sebagai kontrol terhadap transport ion, sehingga cairan di luar sel tidak dapat memasuki sel. Apabila membran plasma rusak maka proses metabolisme akan terganggu, sintesa ATP tidak berjalan dengan normal dan berakibat fatal bagi sperma yaitu menurunnya motilitas maupun daya tahan hidup sperma itu sendiri (Sukmawati et al. 2014). Pendinginan merupakan pemicu stres sperma karena akan merubah konfigurasi fosfolipid membran plasma dan mengganggu fungsi dan permeabilitas membran sel (Cooter et al.,2005; Watson 2000; Wongtawan et al.,2006).

Abnormalitas merupakan penyimpangan morfologi spermatozoa dari bentuk normalnya (Toelihere, 1981). Hafez (2000) menyatakan bahwa

(6)

abnormalitas sperma dikelompokkan menjadi tiga yaitu abnormalitas primer, abnormalitas sekunder dan abnormalitas tersier. Abnormalitas primer ditandai oleh kepala yang terlampau kecil (microcephalic) atau terlalu besar (macrocephalic), kepala yang lebar, ekor atau badan berganda. Abnormalitas sekunder ditandai dengan adanya butiran protoplasma pada pangkal ekor sperma tepatnya di caput epididymis. Abnormal tersier ditandai dengan ekor putus, ekor melingkar, dan kepala membesar.

2.5 Glutathione

Glutathione (C10H17N3O6S) dan derivatnya yang merupakan tripeptida (γ-Glu-Cys-Gly) dapat mempengaruhi banyak aspek metabolisme (De Matos dan Furnus, 2000). Glutathione mempunyai kandungan senyawa molekul tiol tripeptida terdiri dari tiga asam amino yaitu, L-glutamin, L-cystien, dan L-glysin (Luberda 2005). Glutathione merupakan antioksidan penting yang dapat memproteksi mitokondria dari kerusakan karena adanya radikal bebas. Glutathione dapat mengkontrol homeostatik baik di dalam maupun di luar sel (Parris, 1998), senyawa antioksidan berupa komponen sulfihidril non-protein di dalam sel yang dapat membersihkan radikal bebas hidroksil yang sangat reaktif dan menyebabkan terjadinya peroksidasi lipid pada membran plasma sel (Suryohudoyo 2000; Tuminah 2000).

Radikal bebas merupakan atom ataumolekul yang sifatnya sangat tidak stabil karena mempunyai satu elektron atau lebih yang tidak berpasangan, sehingga untuk memperoleh pasangan elektron, senyawa ini bereaksi dengan atom

(7)

atau molekul lain seperti asam lemak tidak jenuh, protein, asam nukleat atau lipopolisakarida, yang berakibat akan menimbulkan senyawa yang tidak normal (Triwulanningsih, 2003). Glutathione dapat mengurangi terjadinya reaksi reduksi-oksidasi (redoks) di dalam sel yang menyebabkan rusaknya DNA akibat meningkatnya konsentrasi hidrogen peroksida. Glutathione juga memegang peranan penting sebagai modulator homeostasis seluler, meliputi detoksifikasi metal dan oksiradikal (Ringwood dan Conners, 2000).

Glutathione (GSH) mempunyai dua mekanisme yang dapat mencegah reaksi peroksidasi lipida pada membran plasma sel. Pertama, reaksi GSH + H2O2→ GSSG + 2H2O terjadi apabila glutathione menonaktifkan hidrogen peroksida (H2O2). Hidrogen peroksida memang bukan radikal bebas, akan tetapi sebagai salah satu zat oksidan, dia juga dapat menimbulkan akibat yang sama dengan akibat yang ditimbulkan oleh radikal bebas. Kedua, reaksi GSH + •OH → H2O + GS• (radikal glutathione) dan GS• + GS• → GSSG (glutathione teroksidasi) terjadi apabila glutathione menonaktifkan radikal bebas hidroksil (•OH), salah satu jenis senyawa oksigen reaktif yang paling berbahaya. Radikal bebas pada membran plasma sel (asam lemak tak jenuh) menimbulkan reaksi yang akan membentuk radikal bebas baru dan apabila bertemu dengan molekul lain akan terjadi lagireaksi sehingga dapat membentuk radikal bebas baru. Reaksi itu dapat berhenti apabila seluruh membran plasma sel telah mengalami kerusakan atau dihentikan dengan cara menambahkan senyawa antioksidan. Pada reaksi di atas terlihat reaksi akan berhenti karena dua radikal glutathione (GS•) akan bereaksi membentuk glutathione teroksidasi (GSSG) (Suryohudoyo, 2000).

(8)

Penambahan glutathione di dalam pengencer mampu menghasilkan semen beku dengan kualitas baik karena glutathione berfungsi sebagai senyawa antioksidan yang mencegah terjadinya reaksi peroksidasi lipida pada membran plasma spermatozoa selama proses pengolahan semen, sehingga membran plasma tetap dalam keadaan utuh (Rizalet al., 2002). Glutathione berfungsi mencegah terjadinya peroksidasi lipida membran plasma sel spermatozoa selama proses pembekuan semen, sehingga dapat meningkatkan motilitas dan integritas akrosom setelah thawing (Holt, 2000a), sedangkan menurut Priceet aI., (1990) glutathione dapat berfungsi sebagai antioksidan melalui berbagai mekanisme. Senyawa tersebut secara kimia dapat bereaksi dengan oksigen singlet, radikal superoksida dan hidroksil, dan secara langsung dapat berperan sebagai scavenger radikal bebas.

Referensi

Dokumen terkait

Kerangka Analisis Harvard digunakan untuk melihat bagaimana peran antara wanita dan laki-laki di dalam suatu proyek pembangunan, apakah wanita dapat mengakses dan mempunyai

Kerja sama tim sangat dibutuhkan dalam peningkatan keselamatan pasien. Prinsip komunikasi terbuka antar tenaga kesehatan dalam praktik professional. Adanya mekanisme monitor

Sementara serin pada 500 mg/l merupakan konsentrasi yang paling potensial dalam induksi kalus dengan 55% potensi tumbuh anter, 24% anter beregenerasi, dan 1,4 anter per

687 Tahun 2002 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum Di Wilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap Dan Teratur, dimana nilai faktor muat yang distandarkan adalah 70 %

Hasil penelitian Agus Sartono dan Mishabul Munir menyimpulkan bahwa rata-rata PER untuk tujuh industri yang berbeda adalah tidak sama; pertumbuhan laba, ROA, Devidend Payout

• Menjadi bagian dari program ini merupakan kehormatan dan sangat berharga sekali, karena selain diberikan pemahaman tentang penguatan analisa anggaran melalui

Jalan dapat berubah kondisinya tergantung volume, kecepatan dan kerapatan seperti telah dinyatakan sebelumnya.Perubahan kondisi ini dapat terjadi karena keterkaitan antara

Adapun penerapan metode Electre dengan mengimplementasikan sistem pendukung keputusan untuk penerima bantuan PKH dengan cara menginput bobot dari setiap penduduk dan