• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAH LAKU HARIAN LANDAK RAYA (Hystrix brachyura) PADA SIANG HARI DI PENANGKARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINGKAH LAKU HARIAN LANDAK RAYA (Hystrix brachyura) PADA SIANG HARI DI PENANGKARAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAH LAKU HARIAN LANDAK RAYA (

Hystrix brachyura)

PADA SIANG HARI DI PENANGKARAN

Wardi1), W.R. Farida2), dan H.C.H. Siregar 3) 1) Alumi Departemen IPTP, Fakultas Peternakan IPB 2) Puslit Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

3) Departemen IPTP, Fakultas Peternakan IPB

ABSTRACT

Information about malayan porcupine (Hystrix brachyura) is still limited, whereas in fact porcupine behaviour could give a lot of information about feeding and drinking, grooming, locomoting, urinating, defecating, and resting which is useful for malayan porcupine in captivity. The aim of this research was to observed, study, and analyze the behaviour activity daily of malayan porcupine at captivity small Mammal, Zoology Division, Research Center of Biology LIPI Cibinong, that used to support productivity of porcupines. This information used to handle better pet system, so malayan porcupine (Hystrix brachyura) population at proximately can be kept, developed, and exploited. The behaviour was observed with one zero sampling method. Two porcupines aged two years in different sex were used in this experiment. They were observed every 15 minutes from 6 a.m until 6 p.m. The data were analyzed descriptively. Point one would be given if any activity conducted and zero when there was no activity. The temperature and relative humidity were 22–31° C and 64,1–82,2% respectively. The observation showed that resting was the most activity (51.71%), followed by locomoting (20.25%), grooming (13.5%), feeding (9.24%), agonistic (3.2%), urinating (1.62%), drinking (0.36%), and defecating (0.11%). The porcupines were given kangkung (Ipomoea aquatica Forsk), sweet corns (Zea mays L), guava (Psidium guajava L), sweet potatoes (Ipomoea batatas Poir) and yambean (Pachyrhizus erosus L) with cafeteria system. The sequence of feed election was sweet corn, sweet potatoes, guava, yambean, and kangkung.

Key words: porcupine, Hystrix brachyura, behaviour

PENGANTAR Indonesia merupakan negara yang kaya akan flora dan fauna. Kekayaan ini merupakan aset bangsa yang harus dijaga kelestariannya demi kepentingan masa depan Indonesia. Salah satu satwa liar yang saat ini terancam kelestariannya adalah landak raya (Hystrix brachyura). Hal ini disebabkan rusaknya habitat dan perburuan liar. Apabila keadaan ini terus berlanjut, tanpa dilakukan pengawasan dan pengendalian yang tepat, maka landak akan terancam punah. Penangkaran merupakan salah satu program pelestarian satwa di luar habitatnya. Prinsip yang harus diperhatikan dalam usaha penangkaran adalah memenuhi kebutuhan satwa agar dapat hidup layak dan dapat mengkondisikan lingkungannya seperti di habitat alaminya, sehingga diharapkan satwa tersebut dapat berproduksi dengan baik. Keberhasilan usaha budi daya dari suatu spesies satwa, sangat didukung oleh pengetahuan pola tingkah laku hariannya yang dibutuhkan untuk pemenuhan kebutuhan dan kelangsungan hidup satwa tersebut. Informasi mengenai perilaku landak raya di penangkaran masih sangat terbatas, padahal perilaku satwa tersebut dapat memberikan gambaran dan informasi tentang cara makan, minum, grooming, lokomosi, urinasi, dan istirahat. Informasi ini dapat menunjang sistem pemeliharan yang lebih baik, dengan demikian populasi landak raya di masa yang akan datang, dapat dipertahankan dan lebih lanjut dapat dikembangkan lagi serta dimanfaatkan dalam diverfikasi pangan asal hewani guna menunjang ketahanan pangan. Selain itu satwa liar sering khususnya landak raya dijadikan bahan pangan bagi manusia. Daging landak digunakan sebagai pangan alternatif pengganti daging asal ternak. Meskipun belum terbukti secara ilmiah, daging landak dipercaya sebagai obat tradisonal untuk mencegah keropos tulang; hati dan empedunya berkhasiat menghilangkan sakit asma, dan gerusan duri untuk obat sakit gigi dan bisul.

BAHAN DAN CARA KERJA Lokasi Penelitian

Penelitian tentang tingkah laku landak raya ini dilakukan di Penangkaraan Mamalia Kecil, Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi–LIPI, Cibinong. Penelitian dilaksanakan dari pertengahan Juli sampai dengan akhir Agustus 2008.

(2)

Hewan Penelitian Penelitian ini menggunakan hewan percobaan landak raya (Hystrix brachyura) sebanyak dua ekor (satu ekor jantan dan satu ekor betina), berumur kurang lebih dua tahun. Landak yang digunakan berasal dari hewan tangkapan. Kandang Kandang yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang individu yang dilengkapi dengan tempat pakan dan minum. Ukuran masing-masing kandang berukuran panjang 386 cm, lebar 210 cm dan tinggi 260 cm. Peralatan Alat-alat yang digunakan adalah termoterhigrometer, jam tangan, peralatan kebersihan, tempat makan, tempat minum, timbangan, dan alat tulis. Pakan Pakan yang digunakan terdiri dari lima jenis pakan, yaitu kangkung (Ipomea aquatica Forsk), jagung manis (Zea mays L), jambu biji (Psidium guajava L), bengkuang (Pachyrhizus erosus L) dan ubi jalar merah (Ipomea

batatas P).

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode

one zero sampling. Nilai satu diberikan bila ada aktivitas

yang dilakukan dan nol bila tidak ada aktivitas (Martin dan Batesson, 1988). Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif.

Peubah yang Diamati

Persentase tingkah laku setiap individu dihitung dengan menggunakan rumus: Persentase Aktivitas = A × 100%B A = rata-rata nilai perilaku selama pengamatan B = total rata-rata nilai perilaku selama pengamatan Peubah yang diamati sebagai berikut: 1. Aktivitas makan a. Perilaku ingestif yang meliputi: - Aktivitas minum dan makan b. Perilaku eliminatif yaitu aktivitas membuang kotoran yang meliputi: - Aktivitas defekasi yaitu aktivitas membuang feses - Aktivitas urinasi yaitu aktivitas membuang urin

c. Rangking pemilihan pakan adalah urutan pengambilan dan intake pakan oleh landak. Rangking pemilihan pakan diperoleh dari:

Rangking = Total urutan pengambilanJumlah hari pengamatan 2. Aktivitas selain aktivitas makan a. Aktivitas bergerak (lokomosi) yaitu aktivitas yang berhubungan dengan reproduksi, menjilati alat reproduksi dan bersuara. b. Aktivitas grooming yaitu aktivitas membersihkan diri dan berinteraksi dengan hewan lainnya. c. Aktivitas istirahat yaitu terjadi ketika hewan tidak melakukan aktivitas dan hanya melakukan metabolisme basal. Prosedur

Sebelum dilakukan penelitian terlebih dahulu dilakukan penelitian preliminary yaitu penelitian pendahuluan yang dilakukan selama satu minggu untuk adaptasi dan penetapan selang waktu pengamatan. Pengamatan dilakukan mulai pukul 06.00 sampai dengan pukul 18.00 WIB. Waktu pengamatan dibagi tiga periode yaitu pagi hari (06.00–10.00 WIB), siang hari (10.00– 14.00 WIB) dan sore hari (14.00–18.00 WIB). Setiap periode pengamatan dibagi lagi interval waktu selama 15 menit. Aktivitas yang diamati kemudian dicatat apabila ada aktivitas diberi nilai satu, sedangkan apabila tidak ada diberi nilai nol. Pengamatan pada pemilihan pakan dilakukan dengan cara melihat pakan pertama yang dimakan dari semua jenis pakan yang diberikan. Pencatatan suhu dan kelembaban dilakukan pada pagi pukul 06.00 WIB, siang pukul 12.00 WIB, dan sore hari pada pukul 18.00 WIB. Preferensi landak raya terhadap pakan yang diberikan juga diamati dan kemudian dicatat. HASIL

Tabel 1. Urutan pemilihan pakan landak raya

Jenis Pakan Landak jantan Landak betina Ranking rata-rata rata-rata Jagung manis 1 1,18 1 Ubi jalar 2,14 2,29 2 Jambu biji 3,54 2,79 3 Bengkuang 3,86 3,89 4 Kangkung 4,46 4,86 5

Keterangan: 1–5 menunjukkan nomor urutan pemilihan pakan dari pakan yang pertama kali dipilih sampai pakan yang terakhir dipilih untuk dikonsumsi.

(3)

Gambar 1. Persentase aktivitas landak raya selama pengamatan

Gambar 2. Aktivitas landak yang berhubungan langsung dengan pola makan landak raya

Gambar 3. Aktivitas yang memengaruhi pola makan landak raya

PEMBAHASAN Kondisi Penangkaran

Penangkaran Mamalia Kecil, Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi–LIPI, Cibinong. Terletak di Desa Sampora, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Kisaran suhu antara 22–31° C dengan rataan suhu selama penelitian adalah sebesar 25,3° C (pagi), 30,8° C (siang) dan 30,2° C (sore). Rataan kelembaban sebesar 82,2% (pagi), 64,1% (siang) dan 64,9% (sore). Temperatur lingkungan yang ideal bagi landak tropis adalah 70–85° F atau 21– 29.4° C (Bartos, 2004). Kondisi suhu yang rendah dan kelembaban yang tinggi pada pagi hari serta suhu tinggi dan kelembaban rendah pada siang hari akan berpengaruh terhadap kondisi dan aktivitas landak, seperti makan, lokomosi dan istirahat.

Aktivitas dan Tingkah laku Landak Raya

Aktivitas landak raya yang diamati terdiri dari aktivitas yang berhubungan langsung dengan aktivitas makan (makan, minum, urinasi, dan defekasi) dan aktivitas yang mempengaruhi aktivitas pola makan (lokomosi, grooming dan istirahat). Aktivitas Makan Tingkah laku makan dipengaruhi oleh faktor genetik, suhu lingkungan, jenis makanan yang tersedia dan habitat. Landak raya menjadi aktif ketika pakan diletakkan di luar kandang. Hal ini dikarenakan landak mendapatkan rangsangan dari luar. Umumnya landak langsung menghampiri pakan yang dimasukkan ke kandang. Tingkah laku makan landak diawali dengan mengendus (mencium) pakan yang diberikan lalu mengambil pakan yang dipilih dengan mulutnya. Selama makan, pakan dipegang dengan kedua kaki depan, dikunyah dengan menggeluarkan suara seperti orang mengecap kemudian ditelan. Aktivitas Minum Landak sangat jarang melakukan aktivitas minum di penangkaraan. Hal ini terlihat dalam persentase 0,36% dari total aktivitas. Kandungan air dalam pakan yang cukup tinggi diperkirakan memenuhi kebutuhan air, sehingga landak tidak banyak minum. Jenis pakan yang diberikan berupa sayuran segar (kangkung) yang mempunyai kadar air sekitar 91%. Pemberian pakan pada pagi dan sore hari dapat menjamin landak memperoleh pakan yang segar dengan kadar air yang mencukupi kebutuhannya. Keadaan seperti ini sangat menguntungkan dalam manajemen pemeliharaan landak karena tidak banyak memerlukan air, sehingga budi daya landak dapat diterapkan di dataran tinggi dan daerah kering.

Aktivitas Defekasi dan Urinasi

Aktivitas urinasi dan defekasi biasanya dilakukan dengan posisi setengah mengangkat ekornya dan fesesnya

(4)

selalu berada di salah satu sudut kandang dan tak pernah berpindah. Aktivitas defekasi rata-rata diawali dengan aktivitas urinasi. Aktivitas defekasi tertinggi terjadi pada pukul 06.00– 07.00 WIB, yaitu sebesar 0,08% (Gambar 2). Aktivitas defekasi ini disebabkan oleh hasil metabolisme konsumsi pakan pada hari sebelumnya yang tidak dicerna dan tidak digunakan lagi oleh tubuh, sehingga harus dikeluarkan pada pagi keesokan harinya. Hasil pengamatan menunjukkan aktivitas defekasi cukup banyak dilakukan landak pada pagi hari dibandingkan dengan sore hari. Aktivitas ini sering dilakukan pada pagi hari menjelang matahari terbit; walaupun terkadang dilakukan pada siang hari, itupun sangat jarang terjadi. Hal ini dikarenakan landak adalah hewan nokturnal atau aktif pada malam hari (Bartos, 2004). Aktivitas Lokomosi Lokomosi adalah aktivitas pergerakan yang dilakukan dari suatu titik ke titik tertentu. Persentase akitivitas ini 20,25% dari total keseluruhan aktivitas. Gambaran ini memperlihatkan bahwa satwa ini sangat menyukai lokomosi. Landak raya merupakan hewan terrestrial dan memerlukan area horisontal yang luas (Bartos, 2004). Hal ini diperkuat dengan pendapat Nowak (1999) yang menyatakan bahwa landak di habitatnya dapat berjalan dengan jarak 15 km per malam dalam pencarian pakan. Aktivitas Grooming Aktivitas grooming mempunyai nilai persentase sebesar 13,5% dari keseluruhan Aktivitas. Aktivitas ini biasanya dilakukan ketika landak sedang istirahat (diam dan merebahkan tubuh). Selain itu terdapat juga kebiasaan lain seperti mengasah gigi dengan menghancurkan tulang, tongkol jagung dan mengigit tembok dan pintu besi. Menurut Sastrapradja et al. (1982) dan Nowak (1999), landak raya sebagai hewan pengerat senang menggerogoti tulang binatang untuk merawat giginya serta untuk mendapatkan kalsium dan fosfor yang sering ditemukan di sekitar sarangnya. Aktivitas seperti ini dimasukkan ke dalam aktivitas grooming. Oleh karena itu, dalam manajemen pemeliharaan landak sebaiknya dalam kandang disediakan tulang. Aktivitas grooming yang lain adalah seperti menjilati badan dan durinya. Aktivitas Istirahat Aktivitas istirahat merupakan aktivitas yang paling dominan dari landak di penangkaraan. Sekitar separuh waktunya (51,71%) dihabiskan landak untuk istirahat. Umumnya landak di habitatnya banyak waktu digunakan untuk beristirahat di pohon yang disebut dengan istilah istirahat pohon (Olson, 1999). Istirahat landak di penangkaran biasanya tidur dengan posisi miring dengan mata tertutup atau terpejam.

Aktivitas Agonistik

Aktivitas ini ditandai dengan bunyi ekor yang gemerincing. Bunyi ekor ini disebabkan bulu-bulu ekor saling beradu sehingga mengeluarkan suara gemerincing. Suara ini berasal dari getaran yang ditimbulkan akibat gesekkan antar duri-duri getar (Sastrapradja et al., 1982). Landak akan mengembangkan bulu kerasnya sehingga seluruh tubuh terlihat penuh dengan duri yang tajam dan keras. Selain itu landak juga bertindak agresif dengan mengundurkan diri (membalikan badannya), selanjutnya landak siap menyerang dengan cara berusaha menancapkan duri-durinya yang tajam ke dalam mangsanya (Sastrapradja et al., 1982 dan Yong, 2008). Pemilihan Pakan Pemilihan pakan dapat menunjukkan jenis pakan yang paling disukai ataupun tidak disukai oleh landak. Selain itu tingkat kesukaan jenis pakan dapat diketahui dengan cara menghitung jumlah konsumsi pakan. Church (1976) menyatakan bahwa hewan memiliki sifat seleksi yang cukup tinggi terhadap pakan yang tersedia, sehingga landak akan lebih banyak memakan jenis pakan yang paling disukainya. Pemilihan pakan dapat menunjukkan tingkat kesukaan terhadap jenis pakan yang dimakan oleh landak. Tingkat palatabilitas pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu aroma, tekstur, suhu, rasa, dan kandungan nutrisi. Merujuk Tabel 1, urutan pakan mulai dari rangking 1–5 yang paling disukai dan yang tidak disukai masing-masing adalah jagung manis, ubi jalar, jambu biji merah, bengkuang dan kangkung. Landak memakan sebagian besar berupa hijau tumbuh-tumbuhan, akar-akaran, umbi dan buah. Mereka kadang-kadang hidup dengan tanaman panenan yang ditanami, bangkai dan serangga (Bartos, 2004). Salah satu faktor lain yang juga harus diperhatikan dalam pemberian pakan satwa liar yang dipelihara di penangkaran adalah tipe saluran pencernaannya. Landak merupakan satwa omnivora, sehingga jenis pakan yang diberikan dapat berupa daun-daunan, umbi-umbian dan buah-buahan. Hal ini dilakukan agar landak dapat memperoleh nutrisi sesuai di habitat aslinya.

(5)

KEPUSTAKAAN Bartos C, 2004. Husbandry Standards for Keeping Porcupines in Captivity. Baltimore Zoo, Druid Hill Park, Baltimore MD 21217. Church DC, 1976. Digestive Physiology and Nutrition of Ruminant Volume 1. Digestive Physiology 2nd Ed. Metropolitan Point Co., Portland. Martin P dan Beteson P, 1988. Measuring Behaviour, An Introduction Guide. 2nd Ed. Cambridge University Press, Cambridge. Nowak RM, 1999. Walker’s Mammals of the World Vol. 2. 6th Ed. Baltimore MD and London, U.K. The Johns Hopkins University Press. Olson R, 1999. Porcupine Ecology and Damage Management Techniques for Rural Homeowners. University of Wyoming. Sastrapradja S, Adisoemarto S, Boeadi, Munaf HB, dan Pranowo, 1982. Berbagai Jenis Mamalia. Lembaga Biologi Nasional LIPI, Bogor. Yong MYM, 2008. Landak. http://www.geocities.com/datahaiwan/ faktahaiwan landak. htm. Diakses 20 Mei 2008.

(6)

Gambar

Tabel 1.  Urutan pemilihan pakan landak raya  Jenis Pakan Landak jantan Landak betina
Gambar 2.  Aktivitas landak yang berhubungan langsung dengan  pola makan landak raya

Referensi

Dokumen terkait

Mikrognatia adalah suatu keadaan dimana ukuran rahang yang lebih kecil dari normal dan bentuknya abnormal, dapat terjadi pada maksila atau mandibula.. Mikrognatia

The Ratio of Academic Qualifications of Regular Workers, Temporary Workers (Freeter) and Other (NEET) (Data from ESS2002) ..... Contoh Suasana Kamar Pelaku

Jenis penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan pektin terhadap sifat organoleptik jam buah naga merah yang meliputi warna, rasa, aroma,

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi penelitian berikutnya, yang pada akhirnya dapat menjadi informasi kepada ibu hamil muda untuk tidak mengkonsumsi

Syukur Alhamdulillaahi rabbil ‘alamin terucap ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat-Nya sehingga dengan segala keterbatasan waktu, tenaga, pikiran dan keberuntungan

Put your floppy disk in the drive (be sure you have completed the previous MKDIR task) 2. Go to the MS-DOS prompt and log on to the A: drive. Use the CHDIR command to enter the

Distribusi Frekuensi kadar Mikroalbumin urine berdasarkan Jenis Kelamin, maka penderita Diabetes Melitus menahun dengan jenis kelamin Laki – laki jumlah total

Pertama, partisipasi dalam membuat keputusan. Terkait dengan hal ini, maka partisipasi pemuka pendapat dalam membuat keputusan ini terkait dengan penentuan alternatif