• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keanekaragaman Tumbuhan Invasif Di Kawasan Taman Hutan Kenali Kota Jambi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Keanekaragaman Tumbuhan Invasif Di Kawasan Taman Hutan Kenali Kota Jambi"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Semirata 2013 FMIPA Unila |433

Keanekaragaman Tumbuhan Invasif Di Kawasan Taman

Hutan Kenali Kota Jambi

Try Susanti* ,Suraida*, dan Harlis Febriana*

* Program Studi Biologi, Fakultas Tarbiyah IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi e-mail: trysusantidarma@yahoo.co.id

Abstrak. Taman Hutan Kenali Kota Jambi (THKKJ) dengan luas 10,25 ha, merupakan

hutan sekunder yang berperan sebagai kawasan penyangga. THKKJ ini mempunyai vegetasi yang dalam keadaan masih baik, didominasi oleh Pinus (Pinus mercusii), Bulian (Eusideroxylon zwageri), Gaharu (Aquilaria malacensis) dan beberapa jenis tumbuhan lainnya. Pada saat ini kawasan hutan tersebut dimanfaatkan masyarakat sebagai sarana wisata, penelitian, dan outbond. Hal ini menyebabkan kekhawatiran akan terjadinya degradasi keanekaragaman spesies asli dan mungkin keberadaannya akan digantikan oleh jenis-jenis baru (aliens species/spesies invasif), sehingga merupakan ancaman serius bagi komunitas tumbuhan, terutama tumbuhan bawah. Penelitian bertujuan untuk menganalisis keanekaragaman tumbuhan invasif di kawasan THKKJ. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode petak ganda ukuran (5m x 5m), sebanyak 100 petak, disarangkan (nested) pada setiap unit petak besar yang berukuran (50m x 50m) sebanyak 4 petak[10][11]. Berdasarkan hasil koleksi dan identifikasi ditemukan sebanyak 4 famili, yang terdiri atas 6 spesies dan 3096 individu yang dikategorikan sebagai spesies invasif berdasarkan list invasive species[12][13]. Indeks keanekaragaman spesies invasif 0,263<1 (rendah). Nilai Kepentingan tertinggi diperoleh spesies semak Clidemia hirta (Melastomaceae) 141,83%, diikuti oleh Melastoma malabathricum (Melastomaceae), Lantana camara (Verbenaceae), Mikania micrantha (Asteraceae), Ageratum conyzoides (Asteraceae), dan Passiflora foetida (Passifloraceae).

Kata kunci: Nilai Kepentingan, Metode Petak, Tumbuhan Invasif, Keanekaragaman,

THKKJ.

PENDAHULUAN

Indonesia memiliki kekayaan flora dan fauna serta kehidupan liar lain yang mengundang perhatian dan kekaguman berbagai pihak baik di dalam maupun di luar negeri. Tercatat lebih dari 38.000 jenis tumbuhan terdistribusi di Indonesia, sehingga Indonesia dijuluki sebagai ―megabiodiversity country‖.

Salah satu pulau besar di Indonesia yang juga memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dan endemisitas yang luar biasa, yaitu pulau Sumatera. Kekayaan tersebut terdapat dalam berbagai tipe ekosistem, dan habitat mulai dari dataran rendah sampai pegunungan.

Kawasan dataran rendah Sumatera diantaranya terdapat di Kota Jambi yang

secara geografis berada pada 010 30‘ 1,07‖ LS – 010 40‘ 2,98‖ LS dan 1030 40‘ 0,22‖ BT – 1030 40‘ 1,67‖ BT dengan luas 205,38 km2. Sebanyak 0,44% dari luas wilayah kota merupakan hutan kota dan ruang terbuka hijau terdiri atas Hutan Kota M. Sabki (11 ha), Taman Rimba/Arena MTQ (10 ha), Taman Anggrek (2,25 ha), Taman Arena Remaja (2,24 ha), Hutan Rengas Danau Teluk Kenali (54,77 ha), dan Taman Hutan Kenali/Hutan Pinus (10.25 ha).

Taman Hutan Kenali Kota Jambi (THKKJ) sebagai salah satu kawasan konservasi di daerah perkotaan Jambi diharapkan dapat menjadi tempat bagi penelitian, pendidikan konservasi dan dapat memenuhi fungsinya sebagai wilayah resapan air yang mampu menjaga wilayah di sekitarnya dari ancaman banjir dan

(2)

longsor di musim hujan serta ancaman kekeringan di musim kemarau. Hal tersebut sesuai dengan tujuan penyelenggaraan hutan kota di dalam PP nomor 63 tahun 2002 pasal 2 adalah untuk kelestarian, keserasian, dan keseimbangan ekosistem perkotaan yang meliputi unsur lingkungan, sosial dan budaya.

THKKJ mempunyai vegetasi yang masih dalam keadaan baik, adapun jenis tumbuhan yang dominan adalah Pinus mercusii, disamping itu juga terdapat Acacia mangium, Tamarindhus indica, Bulian Eusideroxylon zwageri, Aquilaria malacensis, Durio zibethinus, Bambusa vulgaris, dan Areca catecu. THKKJ juga merupakan tempat persinggahan burung-burung lokal seperti tekukur, kutilang, pipit, elang, dan balam.

Di sisi lain kawasan THKKJ yang ditetapkan untuk menunjang keseimbangan tata air bagi wilayah di sekitarnya saat ini telah dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sarana rekreasi keluarga, wisata outbond, dan bahkan cenderung mengalami degradasi fungsi akibat berbagai faktor, seperti kurangnya pemahaman masyarakat sekitar tentang konservasi exsitu. Hal ini menyebabkan kekhawatiran akan terjadinya degradasi keanekaragaman tumbuhan spesies asli dan bukan tidak mungkin keberadaaannya akan digantikan oleh jenis-jenis baru (Invasive Alien Species).

Invasive Aliens Species (IAS) telah menjadi perhatian dunia, hal ini disebabkan dampak negatif yang ditimbulkan oleh perkembangan IAS yang tidak terkendali di lokasi tertentu sehingga menimbulkan kerusakan lingkungan dan kerugian ekonomi.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa introduksi suatu spesies tumbuhan yang melewati batas geografis, baik disengaja maupun tidak, dapat menyebabkan perubahan struktur dan komposisi komunitas tumbuhan di

ekosistem yang baru. Hal ini menyebabkan keberadaan spesies tumbuhan asing invasif pada suatu habitat baru cenderung merugikan karena dapat mengancam ekosistem dan keanekaragaman hayati.

Spesies asing invasif diakui sebagai ancaman bagi spesies terancam punah di USA dan berdampak buruk bagi kehidupan burung, tumbuh-tumbuhan, samping itu spesies asing invasif juga dapat mendominasi suatu habitat baru dimana spesies tersebut tumbuh akibat tidak adanya predator dan parasit alami di habitat tersebut. dan juga membebankan biaya yang sangat besar pada pertanian, kehutanan, perikanan dan manusia, seperti halnya pada kesehatan manusia. IAS juga dapat menyebabkan homogenitas biotik melalui kompetesi sumber daya yang terbatas.

Beberapa contoh spesies IAS tersebut adalah sembung rambat (Micania micranta), Akasia (Acacia nilotica), bunga tahi ayam (Lantana camara), dan putri malu (Mimosa pigra) yang berasal dari Amerika. Spesies tumbuhan invasif yang paling serius mengancam ekologi di suatu habitat adalah spesies yang tidak memiliki musuh alami, alat perkembangan generatif dan vegetatif yang baik dan penyebarannya mudah, cepat membentuk naungan, umumnya memiliki habitus semak, liana, herba, pohon dan palem.

Berkaitan dengan masalah-masalah tersebut maka perlu dilakukan penelitian mengenai jenis-jenis tumbuhan Invasive Aliens Species sebagai salah satu upaya melindungi keanekaragaman hayati di kawasan Taman Hutan Kenali Kota Jambi. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi tentang keanekaragaman sumber hayati tumbuhan IAS dan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam upaya pengelolaan, pengembangan dan perlindungan spesies tumbuhan yang ada di kawasan THKKJ.

(3)

Semirata 2013 FMIPA Unila |435

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Kawasan Taman Hutan Kenali Kota Jambi pada area seluas 10,25 Hektar yang terletak di batas Kota Jambi dengan Kabupaten Muaro Jambi.

Taman Hutan Kenali dibangun pada tahun 1961 dan digunakan untuk pelestarian plasma nutfah, penyuplai bibit tanaman kehutanan, sebagai sumber , pendidikan, rekreasi, olah raga, camping, out bond.

Penelitian ini di lakukan dari bulan Desember 2011 sampai Maret 2012. Metode penelitian ini terdiri dari tahapan survei, pengumpulan data, dan pengolahan data. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah komunitas tumbuhan di Kawasan THKKJ, serta alkohol 70%. Sementara alat-alat yang digunakan meliputi GPS, kamera, meteran, patok kayu, koran bekas, tali rapia, karton, gunting, pisau, kantong plastik, spidol permanen, kalkulator, dan alat tulis.

Tahapan prosedur kerja pada pengumpulan data meliputi :

1. Analisis Vegetasi

Intensitas minimum area pengambilan sampling sebesar 10% dari total luas area. Pencuplikan tumbuhan menggunakan metode petak ganda[10]11], dengan membuat petak besar berukuran 50m x 50m yang di dalamnya dibuat petak kecil berukuran 5m x 5m sebanyak 100 petak. Petak ganda yang dibuat dilakukan pada empat lokasi yang telah dipilih secara acak.

Pengumpulan spesimen dilakukan pada kelompok tumbuhan yang berhabitus herba, liana, semak, dan perdu. Parameter yang diamati adalah nama spesies baik lokal maupun ilmiah, jumlah individu, dan habitus.

2. Pembuatan Herbarium

Pembuatan herbarium dilakukan terhadap semua spesies tumbuhan yang ditemukan. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pembuatan herbarium mencakup koleksi sampel, pengawetan di

lapangan, pengapitan, pengeringan, mounting, pemberian label dan penyimpanan.

3. Identifikasi Spesies Tumbuhan Asing Invasif.

Identifikasi spesies tumbuhan asing invasif dilakukan dengan menggunakan buku panduan lapangan tentang IAS, dan list species invasive.

Kemelimpahan spesies tumbuhan asing invasif di kawasan THKKJ dapat diketahui dengan menggunakan parameter indeks nilai penting (INP). Analisis vegetasi yang digunakan adalah Kerapatan (K), Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi (F), Frekuensi Relatif (FR). Keanekaragaman spesies

dihitung menggunakan Indeks

Keanekaragaman Shannon-Wienner (HI). 1. Besarnya indeks keanekaragaman jenis

menurut Shanon–Wienner

didefinisikan sebagai berikut :

2. Nilai HI>3 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu tempat adalah melimpah tinggi.

3. Nilai 1≥HI≤3 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu tempat adalah sedang.

4. Nilai HI<1 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu tempat adalah sedikit atau rendah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan ditemukan 6 spesies tumbuhan asing invasif yang termasuk dalam 4 famili dan terdiri atas 3096 individu. Spesies terbanyak ditemukan dari famili Melastomaceae dan Asteraceae (masing-masing 2 spesies), Verbenaceae (1 spesies) dan Passifloraceae (1 spesies). Asteraceae merupakan famili terbanyak setelah Poaceae yang spesies-spesiesnya termasuk kedalam gulma berbahaya di dunia dengan daya kompetisi yang tinggi[14]. Clidemia hirta dan Melastoma malabathricum dari famili Melastomaceae banyak tumbuh

(4)

sebagai gulma di lahan pertanian dan merupakan spesies pionir yang agresif karena kemampuan bijinya berkecambah cepat, yang menginvasi tempat- tempat terbuka, tanah longsor, tepi jalan dan jalan setapak, ladang yang diberakan dan rumpang di hutan serta dapat cepat tumbuh dan toleran terhadap naungan[15]. Dilihat dari segi habitus, spesies flora invasif yang ditemukan di kawasan THKKJ kebanyakan berhabitus herba (3 spesies).

Indek Nilai Kepentingan (INP) menggambarkan pentingnya peranan suatu

spesies dalam komunitasnya. Apabila INP suatu spesies bernilai tinggi, maka spesies tersebut sangat mempengaruhi keseimbangan dan keberfungsian komunitas tersebut. Semakin tinggi nilainya berarti semakin baik penyesuaian dan pemanfaatan sumber-sumber energinya dalam komunitas tersebut. Jenis tumbuhan yang paling mendominasi atau memiliki INP terbesar di tiap lokasi yaitu Harendong bulu (Clidemia hirta) sedangkan tumbuhan yang sangat rendah keberadaannya yaitu Seletupan (Passiflora foetida).

Tabel 1. Jenis Tumbuhan Invasif di Kawasan Taman Hutan Kenali Kota Jambi No Family Scientific Name Vernacular Name Habitus

1 Melastoma Ceae Clidemia hirta Harendong bulu Semak Melastoma malabathri

Cum

Sikeduduk Perdu

2 Asteraceae Ageratum conyzoides Babandotan Herba Mikania micrantha Sembung rambat Herba 3 Verbena Ceae Lantana camara Bunga Tahi ayam Semak 4 Passiflora Ceae Passiflora foetida Seletupan Herba

Tabel 2. Nilai INP Tumbuhan Invasif di Kawasan Taman Hutan Kenali Kota Jambi

No Family Spesies KR (%) FR (%) INP (%)

1 Melastomaceae Clidemia hirta 86,8 55,03 141,83 Melastoma

malabathricum

6,97 22,82 29,79

2 Astera ceae Ageratum conyzoi Des 1,29 4,03 5,32 Mikania micrantha

2,06 6,04 8,1 3 Verbenaceae Lantana camara 2,45 10,07 12,52 4 Passifloraceae Passiflora foetida 0,38 2,01 2,39

(5)

Semirata 2013 FMIPA Unila |437 Berdasarkan Tabel 2 spesies tumbuhan

invasif yang mendominasi atau memiliki nilai INP terbesar adalah jenis Clidemia hirta (Harendong bulu) sebesar 141.83% dan terendah Passiflora foetida (seletupan) sebesar 2.39%. Spesies yang dominan dalam suatu komunitas tumbuhan biasanya memiliki INP paling tinggi diantara spesies lainnya. Selain itu, besarnya nilai INP juga menandakan besar atau tidaknya pengaruh spesies tersebut dalam suatu komunitas tumbuhan.

Clidemia hirta (Harendong bulu) tercatat dalam 100 spesies asing paling invasif di dunia[12][13]. Tingkat kehadiran Clidemia hirta tinggi, ditemukan pada semua plot sehingga mendominasi dan memiliki pengaruh di komunitasnya. Spesies tersebut berasal dari Amerika Utara (Meksiko) dan Amerika Selatan (daerah tropis dan Karibia).

Berpengaruhnya Clidemia hirta di di komunitasnya tidak terlepas dari kemampuannya yang dapat tumbuh di tempat terbuka dan sedikit naungan, berbunga sepanjang tahun, memproduksi buah melimpah serta tidak mudah terbakar[18]. Sehingga laju pertumbuhannya menjadi sangat cepat dibandingkan spesies invasif lainnya.

Melastoma malabathricum dapat tumbuh di sembarang tempat, baik yang ternaungi cahaya matahari maupun area terbuka. Sikeduduk menempati peringkat ke-2 dalam komunitasnya dengan INP sebesar 29,79%. Hal ini sesuai dengan penjelasan mengenai lingkungan tempat tumbuh Sikeduduk, yakni merupakan tumbuhan liar, pionir yang agresif karena kemampuan bijinya berkecambah cepat, menginvasi tempat- tempat terbuka, tanah longsor, tepi jalan, jalan setapak, ladang yang diberakan dan rumpang di hutan serta toleran terhadap naungan. Tumbuh sebagai gulma di lahan pertanian pada tanaman keras, seperti karet, kelapa, kelapa sawit, dan jati. Hidup di

dataran rendah sampai ketinggian 2.000 mdpl. Tumbuhan ini berasal dari Amerika Tropis dan telah diperkenalkan di Indonesia khususnya di Jawa sudah lebih dari satu abad yang lalu.

Lantana camara (Tembelekan atau bunga tahi ayam) memiliki INP sebesar 12,52%, dan menduduki peringkat ke-3 di komunitasnya. Di temukan di area yang mendapat penyinaran matahari cukup, muncul pada plot 2, 3 dan 4 di daerah yang tidak ternaungi tajuk pohon. Tumbuhan ini berasal daro Amerika, termasuk salah satu tumbuhan invasif di dunia, hal ini dikarenakan Lantana camara dapat tumbuh dengan baik pada tanah miskin hara dan mudah bereproduksi, biji disebarkan oleh burung dan koloni Lantana camara dapat membentuk semak tebal memungkinkan dapat mengubah komposisi, distribusi, pertumbuhan dan julah spesies lain atau terdegradasinya spesies asli.

Mikania micrantha (Sembung rambat) banyak dijumpai di tepian plot yang relatif terbuka. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan memanjat dan merambat di semak-semak dan pohon kecil, kemudian membentuk semak tebal, tergolong ke dalam spesies toleran artinya spesies ini dapat hidup di tempat yang memiliki cukup cahaya dan kurang cahaya. Biji disebarkan oleh angin sehingga mudah tersebar dan mendominasi sautu habitat sehingga Mikania micrantha termasuk kategori tumbuhan asing invasif di dunia[12], namun pada kawasan THKKJ Sembung rambat hanya ditemui pada plot-plot yang relatif terbuka, dan memiliki INP yang tergolong rendah hanya sebesar 8,1% atau peringkat ke-4 di komunitasnya.

Ageratum conyzoides (Babandotan) biasa dijumpai di area persawahan, ladang, tepi jalan, pekarangan, dan wilayah semak-belukar. Dominansi Babandotan di THKKJ tergolong rendah, INP hanya sebesar 5,32% atau menempati peringkat ke-5. Ageratum

(6)

conyzoides termasuk dalam golongan gulma agak ganas berdasarkan interaksinya dengan tanaman yang dibudidayakan dan digolongkan ke dalam gulma semusim yaitu gulma yang umurnya kurang dari satu tahun, umumnya berkembangbiak dengan biji, pertumbuhannya cepat dan memiliki kemampuan bereproduksi tinggi.

Meski tergolong gulma dengan tingkat reproduksi tinggi, pada kawasan penelitian spesies ini hanya ditemukan pada plot 1 dan plot 4, rendahnya kehadiran spesies ini akibat banyaknya kawasan yang tertutup oleh tajuk pohon, sehingga spesies ternaungi dalam memperoleh cahaya matahari, dengan demikian dapat dikatakan bahwa proses fotosintesis pun menjadi terhambat. Babandotan merupakan spesies intoleran yang petumbuhannya akan teredusir apabila cahaya kurang optimal.

Passiflora foetida (Seletupan) ditemukan pertama kali di Jawa dan Madura, dan berasal dari Amerika Tropis. Seletupan merupakan spesies tumbuhan invasif yang ditemukan dengan habitus herba, keberadaannya cukup rendah dengan INP sebesar 2,39% atau menduduki peringkat ke-6, pada penelitian yang telah dilakukan herba ini hanya ditemukan pada dua lokasi plot saja, pada plot 2 dan plot 3. Rendahnya dominansi spesies ini erat kaitannya dengan persaingan komunitas tumbuhan dalam memperebutkan cahaya matahari. Tumbuhan yang cepat tumbuh (lebih tinggi), dan tajuknya lebih rimbun akan memperoleh cahaya lebih banyak. Sedangkan tumbuhan lain yang lebih pendek, muda dan kurang tajuknya akan ternaungi oleh tumbuhan yang terdahulu sehingga pertumbuhannya terhambatl[18]. Hal ini yang memicu rendahnya tingkat dominansi Passiflora foetida pada kawasan tersebut.

Nilai indeks keanekaragaman spesies di kawasan penelitian menggambarkan

kekayaan spesies di komunitas tersebut. Indeks keanekaragaman tertinggi ditemukan pada plot 4 dengan nilai 0,43, sedangkan yang terendah adalah plot 1 dengan nilai 0,199. Spesies yang memiliki nilai keanekaragaman paling tinggi dari pada spesies lainnya Melastoma malabrathicum dengan nilai 0,080. Sementara spesies dengan nilai keanekaragaman yang paling rendah yaitu Passiflora foetida dengan nilai 0,007.

Berdasarkan kriteria indek

keanekaragaman (H‘) maka

keanekaragaman spesies tumbuhan invasif yang diteliti di THKKJ tergolong rendah, yaitu 0,263. Nilai (H‘) rendah tersebut menunjukkan bahwa komunitas tumbuhan invasif di THKKJ mencerminkan kondisi komunitas yang berkembang di habitat terbuka baik yang terbentuk secara alami maupun buatan. Faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya keanekaragaman spesies dalam komunitas adalah kondisi habitat dan juga adanya gangguan baik secara alami ataupun karena kegiatan manusia.

Gambar 1. Indeks Keanekaragaman spesies di kawasan Taman Hutan Kenali Kota Jambi

(7)

Semirata 2013 FMIPA Unila |439

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian di THKKJ disimpulkan bahwa diitemukan 6 spesies tumbuhan invasif terdiri dari 4 famili yaitu: Clidemia hirta (Melastomaceae) Melastoma malabathricum (Melastomaceae), Lantana camara (Verbenaceae), Mikania micrantha (Asteraceae), Ageratum conyzoides (Asteraceae), dan Passiflora foetida (Passifloraceae), namun dari 6 spesies tersebut hanya Clidemia hirta yang menunjukkan sifat dominansi paling tinggi. Indek keanekaragaman tumbuhan invasif tergolong rendah yaitu 0,263.

Meski Keanekaragaman tumbuhan invasif tergolong rendah namun tetap perlu dilakukan kegiatan pemantauan terhadap perkembangan spesies invasif terutama Clidemia hirta di Kawasan THKKJ. Hal ini juga dapat dianalogikan pada kawasan hutan di Indonesia, terutama kawasan konservasi agar tidak terjadi invasi spesies invasif di kawasan konservasi tersebut.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terimakasih peneliti kepada Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Kehutanan Kota Jambi sebagai pengelola Taman Hutan Kenali Kota Jambi yang telah memberi bantuan tenaga dan waktu selama pelaksanaan penelitian serta semua pihak yang telah banyak membantu terselesaikannya penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Bappenas. (2003). Strategi dan Rencana Aksi keanekaragaman hayati Indonesia 2003 -- 2020. IBSAP Dokumen Regional. Bappenas. Jakarta: xi + 289 hlm.

Pitriana, P & Rahmatia, D. (2008). BioEkspo: Menjelajah Alam dengan Biologi. Wangsa Jatra Lestari. Solo.

Dinas Kehutanan. (2006). Bahan sosialisasi Hutan Kota. Kantor Kehutanan Kota Jambi, Jambi: 14 hlm. Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan

Hayati Nabati. (2011). Konsepsi Kebijakan Pengawasan Invasive Alien Species di Indonesia. Kantor Pusat Kementan. Jakarta.

R. Wittenberg and M.J.W. Cock (2003). Invasive Alien Species. A Toolkit Best Prevention and Management Practices. Cambridge: CABI Publishing.

Wilcove DS, Rothstein D, Dubow J, Phillips A, Losos E. (1998). Quantifying threats to imperiled species in United States. BioSciences 48(8): 607-615. Primack R.B. (1998). Biologi Konservasi.

Terj. A Primer of Conservation Biology. Oleh: Supriatna J, Indrawan M, Krama dibrata P. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Olden, J.D. Poff N.L. Douglas M.E. Faucsh K.D. (2004). Ecological and evolutionary consequences biotic homogenezation. Tren in Ecol an Evol 19 (1): 18-24.

Biotrop. (2011). Invasive Alien Species.

diakses 26 Agustus 2011.

http://www.biotrop.org/

Mueller-Dombois, D. & H. Ellenberg. 1974. Aims and methods of vegetation ecology. John Wiley & Sons, Inc., New York: xx + 547 hlm.

Cox, G.W. (1967). Laboratory manual of general ecology. Wm. C. Brown Company Publishers, New York: ix + 165 hlm.

Lowe S, Browne M, Boudjelas S, De Poorter M. (2000). 100 of the World‟s Invasive Alien Species. Published by ISSG (Invasive Species Specialist Group).

Hastwell, G.T., A.J. Daniel and Smith, G.V. (2008). Predicting Invasiveness in Exotic

(8)

Species: do Subtropical Native and Invasive Exotic Aquatic Plant Differ in Their Growth responses to Macronutrients. Biodiversity Research. Australia.

Sastroutomo SS. (1990). Ekologi Gulma. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Faravani, M. & B. Bakar. (2007). Effects of

light on seed germination, growth pattern of straits Rhododendron (Melastoma malabathricum L.). Journal of Agricultural and Biological Science 2(3): 1 – 5.

Odum, E.P. (1971). Fundamentals of Ecology. 3rd edition. Saunders College Publishing, Georgia: xv + 697 hlm. Indriyanto. (2006). Ekologi Hutan. Jakarta

Bumi Aksara.

Webber E. (2003). Invasive Plant Species of the World : A Refererence Guide to Environmental Weeds. Cambridge: CABI Publishing.

Whitmore, T.C. (1986). Tropical rain forests of the Far East. Oxford University Press, Oxford: xvi + 352 hlm.

Referensi

Dokumen terkait

Seiring dengan perkembangan teknologi dalam perencanaan bangunan tahan gempa, telah dikembangkan suatu pendekatan desain alternatif untuk mengurangi resiko

50% 9 Penyelenggaraan Sistem Akuntabilitas Kinerja Aparatur Penerapan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah berbasis Teknologi Informasi % Penerapan SAKIP

Dari hasil penelitian pada tahap penilaian mengenai unsur iklan IM3, diperoleh hasil pada tahap afektif yang menilai secara keseluruhan menyatakan bahwa responden pada

Hasil koefisien pada faktor keluarga yang sudah di dummy menjadi dummy faktor keluarga adalah sebesar 1481,585 dan nilai sig-t sebesar 0,249 dengan demikian p value &gt;

Desa Balungdowo Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo merupakan desa yang sebagian masyarakatnya bermata pencaharian sebagai nelayan kupang dan terletak sekitar 10 km

Efek peningkatan kadar CO , kekeringan, serangan 2 penyakit, hujan, dan evolusi gulma disampaikan dalam artikel ini untuk meningkatkan kesadaran petani, perusahaan

Surat permohonan pindah harus diterima Rektor Universitas Mulawarman paling lambat 2 (dua) bulan sebelum kuliah semester baru. Keputusan penerimaan mahasiswa