• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGABAIAN PADA LANSIA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGABAIAN PADA LANSIA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGABAIAN PADA LANSIA DENGAN PEMENUHAN

KEBUTUHAN SPIRITUAL

The Neglect Of The Elderly And

Spiritual Need Fulfillment

Dwyna Putri Rahayu1*, Juanita2

1

Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2

Bagian Keilmuan Keperawatan Gerontik Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh e-mail: dwynaputrirahayu@gmail.com; tatapsik.nad@gmail.com

ABSTRAK

Lansia merupakankelompok yang sangat rentan untuk mengalami pengabaian oleh pihak keluarga, baik secara fisik, psikologis, maupun finansial yang nantinya akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan lansia termasuk kebutuhan spiritual.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengabaian pada lansia dengan pemenuhan kebutuhan spiritual di Desa Blang Kecamatan Darussalam Aceh Besar. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional study. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dengan jumlah sampel 51 lansia. Pengumpulan data dilakukan tanggal 7-13 Juni 2016, alat pengumpulan data menggunakan kuesioner pengabaian pada lansia yang terdiri dari 21 item pertanyaan dan kuesioner pemenuhan kebutuhan spiritual yang terdiri dari 16 item pertanyaan dalam bentuk skala likert dengan cara ukur wawancara terpimpin. Uji statistik yang digunakan adalah uji

Chi-Square dengan confidence interval 95% dan α = 0,05. Hasil analisis data didapatkan ada hubungan yang

signifikan antara pengabaian fisik (p = 0,003) dan pengabaian finansial (p = 0,009) dengan pemenuhan kebutuhan spiritual, tidak ada hubungan yang signifikan antara pengabaian psikologis dengan pemenuhan kebutuhan spiritual (p = 0,144), dan tidak ada hubungan yang signifikan antara pengabaian dengan pemenuhan kebutuhan spiritual dengan nilai p = 0,082 (p > α); Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengabaian tidak mempengaruhi spiritual seseorang karena terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi spiritual lansia. Diharapkan kepada keluarga untuk terus memfasilitasi segala kebutuhan lansia termasuk kebutuhan spiritual dengan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki oleh keluarga, baik secara fisik, psikologis maupun finansial. Kata kunci : Pengabaian, spiritual, lansia

ABSTRACT

The elderly are particularly vulnerable to neglect by the family, either physically, psychologically or financially which affect the fulfillment of the needs of the elderly, including spiritual needs. The purpose of this study was to determine the relationship between the neglect of the elderly and spiritual fulfillment in Blang Village of Darussalam Subdistrict of Aceh Besar. The study used descriptive correlative design with cross sectional study approach. The sampling technique used in this study was purposive sampling technique with total samples of 51 elderly. Data were collected on June 7-13, 2016 by using questionnaire consisting of 21 question items and spiritual fulfillment questionnaire consisting of 16 question items in the form of Lickert scale administered through guided interviews. The statistical test used was Chi-Square test with internal confidence of 95% and α = 0,05. The result of data analysis showed that physical neglect (p = 0.003) and financial neglect (p = 0.009) was significantly related with spiritual fulfillment, there was no significant relationship between psychological neglect and spiritual need fulfillment (p = 0.144), and there was no significant relationship between neglect and spiritual need fulfillment with p = 0.08 (p> a). the result of this study indicated that the neglect did not affect a person’s spiritual condition because there were other factors that could affect the elderly spiritual needs. It is expected that the family continue to facilitate all the needs of the elderly, including spiritual needs to take advantage of all the potential of the family, either physically, psychologically or financially.

(2)

2

PENDAHULUAN

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2015), jumlah lansia di Indonesia pada tahun 2014 diperkirakan sebanyak 12.740.265 jiwa, jumlah ini tergolong besar dan membuktikan bahwa angka harapan hidup lansia di Indonesia semakin tinggi. Khususnya di Aceh, menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh (2015), jumlah lansia saat ini dengan rentang usia lebih dari enam puluh lima tahun mencapai 188.100 jiwa dan diperkirakan akan terus bertambah setiap tahunnya.

Meningkatnya jumlah populasi lansia dapat menyebabkan berbagai masalah yang berkaitan dengan perkembangan kehidupan lansia. Semakin lanjut usia seseorang, maka kemampuan fisiknya akan semakin menurun sehingga dapat mengakibatkan kemunduran pada peran-peran sosialnya. Hal ini mengakibatkan timbulnya gangguan dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya, sehingga dapat meningkatkan ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain. Disamping itu, kebutuhan psikologis pada lanjut usia juga harus diperhatikan, seperti kebutuhan rasa nyaman bagi diri sendiri serta rasa nyaman terhadap lingkungan. (Tamher & Noorkasiani, 2009).

Masalah yang paling serius terjadi di kalangan masyarakat adalah pengabaian pada lansia. Menurut laporan Administration of

aging (1998), pengabaian pada lansia di

Amerika meliputi perlakuan pengabaian sebesar 49%, kekerasan emosional 26% dan lansia ditinggalkan sendiri sebesar 3%. Hal ini termasuk salah satu masalah yang sulit untuk diidentifikasi karena berbagai alasan dalam masyarakat. Kemungkinan lansia yang mengalami pengabaian tidak berani untuk menuntut haknya karena takut akan penganiayaan dan takut ditinggalkan dipanti (Stockslager & Schaeffer, 2007).

Menurut Swagerty, Takahashi dan Evans (dikutip dari Mezey, 2007), pengabaian adalah kegagalan yang dilakukan oleh pemberi perawatan pada lansia untuk memberikan pelayanan yang baik atau mempersiapkan segala sesuatu yang lansia butuhkan untuk mencapai fungsi optimal dan menjauhi dari sesuatu yang membahayakan. Menurut Blais, dkk, (2006) ; Maas, dkk, (2011), pengabaian terbagi kepada tiga jenis, diantaranya pengabaian fisik, pengabaian psikologis, serta pengabaian finansial (Stockslager & Schaeffer, 2007).

Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai kesempatan untuk memberikan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan yang komprehensif meliputi bio-psiko-sosiokultural dan spiritual yang berespon secara holistik dan unik terhadap perubahan kesehatan. Aspek yang diberikan perawat tidak lepas dari aspek spiritual yang merupakan bagian integral dari interaksi perawat dengan klien (Yani, 2008).

Ketika seseorang mencapai usia lanjut aktifitas spiritualnya juga mengalami peningkatan. Lansia lebih percaya bahwa agama dapat memberikan jalan bagi pemecahan masalah kehidupan, agama juga berfungsi sebagai pembimbing dalam kehidupannya dan menentramkan batinnya. Perubahan spiritual ini sangat memberikan motivasi yang besar pada lansia untuk lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dan menjalani segala bentuk ibadah dengan sungguh-sungguh (Padila, 2013).

Lansia dengan komitmen agama yang kuat cenderung mempunyai harga diri yang tinggi. Dalam studi lain disebutkan bahwa harga diri lansia lebih tinggi ketika mereka memiliki komitmen religius yang kuat dan sebaliknya agama dan spiritual dapat memenuhi kebutuhan psikologis pada lansia, membantu mereka menghadapi kematian, membantu dan menjaga rasa akan keberartian

(3)

3 dan signifikan dalam hidup serta menerima

kehilangan yang tak terelakkan pada masa tua. Secara umum agama dan spiritual dapat memainkan peran penting dalam kehidupan lansia (Santrock, 2006).

Berdasarkan wawancara peneliti dengan empat orang lansia di desa, terdapat lansia yang tinggal dengan keluarga dan lansia yang tinggal sendiri. Walaupun lansia tinggal dengan keluarga mereka tetap membantu pekerjaan rumah. Selanjutnya, lansia yang tinggal sendiri mengatakan keluarganya hanya datang mengantarkan makanan saja, sedangkan untuk kebutuhan yang lain harus dipenuhi sendiri.

Berdasarkan fenomena tersebut penulis ingin mengetahui hubungan pengabaian pada lansia dengan pemenuhan kebutuhan spiritual di Desa Blang Kecamatan Darussalam Aceh Besar.

METODE

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif dengan desain cross sectional study. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara terpimpin. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016. Penelitian dilakukan di Desa Blang Kecamatan Darussalam Aceh Besar. Alat pengumpulan data yang digunakan berupa kuesioner pengabaian yang terdiri dari 21 pernyataan dan kuesioner pemenuhan kebutuhan spiritual sebanyak 16 pertanyaan. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang ada di Desa Blang Kecamatan Darussalam Aceh Besar dengan jumlah 126 lansia, sedangkan untuk sampel dalam penelitian ini berjumlah 56 lansia.

HASIL

Data demografi

Data yang diperoleh berdasarkan kuesioner terhadap 51 rerponden adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Data Demografi Responden Lansia Kategori Frekuensi Persentase

Usia a. Middle Age (55-59 tahun) b. Elderly (60-74 tahun) 16 35 31,4 68,6 Jenis Kelamin a. Laki-laki b. Perempuan 16 35 31,4 68,6 Status Perkawinan a. Menikah b. Janda c. Duda 30 18 3 33,3 54,9 5,9 Pendidikan a.Tidak sekolah b.Pendidikan dasar c.Pendidikan menengah d.Pendidikan tinggi 17 28 5 1 33,3 54,9 9,8 2,0

Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar responden berada pada usia elderly (68,6%), berjenis kelamin perempuan (68,6%), berstatus menikah (58,8%), dan memiliki tingkat pendidikan dasar(54,9%).

Tabel 2. Hubungan Pengabaian pada Lansia dengan Pemenuhan Kebutuhan Spiritual

Penga baian Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Total p-valu e Kurang Baik f % f % f % Tinggi 2 3,9 0 0 2 3,9 0,08 2 Renda h 13 25,5 36 70,6 49 96,1 Total 15 29,4 36 70,6 51 100

Berdasarkan tabel diatas, tidak terdapat hubungan antara pengabaian dengan kebutuhan

(4)

4 spiritual pada lansia di Desa Blang Kecamatan

Darussalam Aceh Besar (p-value = 0,082). Tabel 3. Hubungan Pengabaian Fisik pada Lansia dengan Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Fisik Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Total p-valu e Kurang Baik f % f % f % Tinggi 10 19,6 7 13,7 17 33,3 0,00 3 Rendah 5 9,8 29 56,9 34 66,7 Total 15 29,4 36 70,6 51 100

Berdasarkan tabel dia atas, terdapat hubungan yang signifikan antara pengabaian fisik dengan kebutuhan spiritual pada lansia di Desa Blang Kecamatan Darussalam Aceh Besar (p-value = 0,003).

Tabel 4. Hubungan Pengabaian Psikologis pada Lansia dengan Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Psikolo gis Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Total p-valu e Kurang Baik f % f % f % Tinggi 3 5,9 2 3,9 5 9,8 0,14 4 Rendah 12 23,5 34 66,7 46 90,2 Total 15 29,4 36 70,6 51 100

Berdasarkan tabel di atas, tidak terdapat hubungan antara pengabaian psikologis dengan kebutuhan spiritual pada lansia di Desa Blang Kecamatan Darussalam Aceh Besar (p-value = 0,144).

Berdasarkan tabel dibawah, terdapat hubungan yang signifikan antara pengabaian finansial dengan kebutuhan spiritual pada lansia di Desa

Blang Kecamatan Darussalam Aceh Besar (p-value = 0,009).

Tabel 5. Hubungan Pengabaian Finansial pada Lansia dengan Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Finansi al Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Total p-valu e Kurang Baik f % f % f % Tinggi 7 13,7 4 7,8 11 21,6 0,00 9 Rendah 8 15,7 32 62,7 40 78,4 Total 15 29,4 36 70,6 51 100 PEMBAHASAN

Hubungan pengabaian pada lansia dengan pemenuhan kebutuhan spiritual

Berdasarkan hasil analisis bivariat pada penelitian ini didapatkan tidak ada hubungan yang bermakna antara pengabaian pada lansia dengan pemenuhan kebutuhan spiritual (p = 0,082). Hal ini berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Taylor, Lillis dan Le Mone ; Craven dan Himk (dikutip dari Azizah, 2011), bahwa tidak ada yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi spiritual adalah pengabaian.

Hal ini terjadi karena adanya pengaruh faktor usia, dimana sebagian besar lansia berada pada usia elderly (68,6%), dan sebagian besar memiliki spiritual yang baik (70,6%). Sesuai teori yang dikemukakan oleh Hamid (2008), menyatakan bahwa lansia mempunyai lebih banyak waktu untuk kegiatan agama, walaupun dalam keadaan kehilangan lansia tetap akan mempertahankan kebutuhan spiritualnya.

Menurut Hakim (dikutip dari Padila, 2013), aktivitas lansia yang berkaitan dengan agama mengalami peningkatan, artinya perhatian

(5)

5 mereka terhadap agama semakin meningkat

sejalan dengan bertambahnya usia. Lansia lebih percaya bahwa agama dapat memberikan jalan bagi pemecahan masalah kehidupan, agama juga berfungsi sebagai pembimbing dalam kehidupannya dan menentramkan batinnya. Hal ini terbukti bahwa semakin meningkatnya usia maka spiritual seseorang akan terus meningkat.

Hasil penelitian ini bertentangan dengan teori yang dikemukakan oleh Robert dan Grene (2009), yang mengemukakan bahwa lansia yang mengalami pengabaian sangat rentan terhadap spiritual yang rendah.

Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kebutuhan spiritual tidak selalu dipengaruhi oleh pengabaian. Terdapat faktor lain seperti usia, dimana sejalannya pertambahan usia lansia maka kebutuhan spiritualnya juga akan meningkat.

Hubungan pengabaian fisik pada lansia dengan pemenuhan kebutuhan spiritual

Berdasarkan hasil analisis bivariat pada penelitian ini didapatkan ada hubungan yang bermakna antara pengabaian fisik pada lansia dengan pemenuhan kebutuhan spiritual (p = 0,003).

Usia lanjut adalah individu yang mengalami suatu proses perubahan. Perubahan-perubahan tersebut pada umumnya mengarah pada kemunduran kesehatan fisik termasuk kemampuan mengingat. Oleh karena itu, pada penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner SPMSQ yang digunaan untuk mengukur fungsi kognitif pada lansia, dimana diketahui bahwa umur dan pendidikan sangat mempengaruhi fungsi kognitif seseorang. Hal ini juga dibuktikan dengan hasil analisa fungsi kognitif pada lansia dimana lansia yang mengalami kerusakan kognitif sedang sebanyak 15 orang (29,4%). Penelitian yang dilakukan oleh Roan (2009), menyatakan bahwa kerusakan kognitif dapat terjadi pada

setiap umur, tetapi lebih banyak pada lansia dengan rentang umur 65-74 tahun.

Pengabaian fisik termasuk salah satu bentuk pengabaian yang paling tampak dikalangan masyarakat, hal ini dapat dilihat ketika lansia harus memenuhi segala kebutuhan dasarnya sendiri walaupun keluarga atau pemberi pelayanan kepada lansia mampu dan sadar akan hak-hak yang harus dipenuhi terhadap lansia (Maas, dkk, 2011). Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan peneliti, dari 51 lansia yang diwawancarai hanya 13 orang (25,4%) yang tidak lagi menyiapkan makanannya sendiri, sedangkan 40 lansia lainnya (78,4%) menjawab selalu dan kadang-kadang harus menyiapkan makanan sendiri setiap harinya.

Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Fahri (2013), tentang kekerasan pada lansia dalam keluarga di Desa Tandang Kecamatan Tembalang Semarang, didapatkan tindak kekerasan pengabaian fisik menempati urutan yang paling tinggi dibandingkan pengabaian psikologis dan finansial yaitu dengan nilai mean 35,50. Dapat disimpulkan bahwa faktor pengabaian fisik yang terjadi pada lansia kemungkinan disebabkan dari kurangnya pengetahuan keluarga terhadap pengabaian fisik itu sendiri, penelitian ini berhubungan dengan penelitian dari Furiyah (2010), yang menyatakan bahwa dukungan keluarga pada usia lanjut sangat berarti dan berdampak baik pada fungsi kesehatan usia lanjut itu sendiri karena dengan dukungan keluarga yang baik akan dapat meminimalkan terjadinya tindak kekerasan pada usia lanjut di dalam keluarga.

Berdasarkan uraian diatas peneliti berasumsi bahwa pada lansia, kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar hidupnya semakin menurun dan berdampak pada aktivitas sehari-hari yang terganggu sehingga hal ini akan mempengaruhi spiritual lansia.

(6)

6 Hubungan pengabaian psikologis pada lansia

dengan pemenuhan kebutuhan spiritual

Berdasarkan hasil analisis bivariat pada penelitian ini didapatkan tidak ada hubungan yang bermakna antara pengabaian psikologis pada lansia dengan pemenuhan kebutuhan spiritual (p = 0,144).

Pengabaian psikologis dapat terjadi ketika keluarga atau pemberi pelayanan kepada lansia tidak dapat memenuhi kebutuhan psikologis atau emosional lansia. Beberapa faktor yang dihadapi para lansia yang sangat mempengaruhi psikologis lansia yaitu penurunan kondisi fisik, perubahan aspek psikososial, perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan serta perubahan dalam peran sosial dimasyarakat (Samino dikutip dari Qamariah dan Sudrajat, 2013).

Selanjutnya, gambaran tingkat pendidikan lansia diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden berpendidikan dasar (54,9%), berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan lansia masih tergolong rendah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Khasanah (2012), menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan fungsi kognitif pada lansia. Hal ini mengakibatkan rendahnya pengetahuan lansia terhadap hal-hal yang harus dipenuhi keluarga terhadap lansia.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pengabaian psikologis tidak mempengaruhi spiritual lansia, dimana lansia tidak mempermasalahkan sikap keluarga terhadapnya dan terus meningkatkan aktifitas spiritual agar dapat hidup sejahtera di masa tuanya.

Hubungan pengabaian finansial pada lansia dengan pemenuhan kebutuhan spiritual

Berdasarkan hasil analisis bivariat pada penelitian ini didapatkan ada hubungan yang

bermakna antara pengabaian finansial pada lansia dengan pemenuhan kebutuhan spiritual (p = 0,009).

Terdapat faktor lainnya yang mempengaruhi spiritual dimana sebanyak 30 orang (58,8%) diantaranya berstatus menikah. Keberadaan pasangan ternyata berkorelasi negatif terhadap kesejahteraan hidup lansia. Hal ini disebabkan karena ketiadaan pasangan hidup menjadikan lansia lebih aktif dibidang sosial sebagai kompensasi dari kejadian tersebut sehingga secara sosial lansia berada pada kondisi sejahtera. Namun, berdasarkan wawancara peneliti dengan lansia, didapatkan bahwa lansia yang selalu mendapatkan penghasilan tambahan dari keluarga hanya 8 orang (15,6%) dan menjawab kadang-kadang sebanyak 30 orang (58,8%) dan tidak pernah mendapatkan penghasilan tambahan dari keluarga sebanyak 13 orang (25,4%), hal ini menunjukkan bahwa mayoritas lansia masih harus memenuhi kebutuhan finansialnya sendiri.

Keberadaan pasangan lebih mempengaruhi kondisi emosional lansia sesuai dengan pendapat Atshley (dalam Papalia, 2008), bahwa kondisi menjanda merupakan salah satu tantangan emosional terbesar yang mungkin dihadapi manusia, karena hidup rata-rata wanita lebih panjang dibandingkan pria. Selain itu, perkembangan zaman yang berdampak pada perubahan gaya hidup termasuk keputusan untuk memiliki atau tidak memiliki pasangan hidup secara sosial akan mempengaruhi juga individu memaknai keberadaan pasangan hidup.

Berdasarkan pembahasan peneliti dapat disimpulkan bahwa ketika segala kebutuhan yang diperlukan lansia dari segi finansial terpenuhi, maka akan memberikan dampak yang baik bagi spiritual lansia dimana lansia dapat menikmati successful aging atau dikenal sebagai hari tua yang menyenangkan tanpa harus bekerja. Beberapa lansia yang berhasil

(7)

7 diwawancarai pada saat penelitian diketahui

masih bekerja di pabrik pembuatan batu bata dari pagi hingga siang hari bahkan terkadang sampai menjelang sore hari.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pengabaian tidak berhubungan dengan kebutuhan spiritual pada lansia , karena lansia yang mencapai usia elderly lebih fokus pada kehidupan spiritualnya, sehingga tidak akan berpengaruh terhadap situasi yang terjadi dalam kehidupannya. Selain itu, terdapatnya pengaruh budaya Aceh terhadap pola piker lansia yang mayoritasnya adalah Muslim. Sehingga kehidupan spiritualnya juga akan tinggi.

REFERENSI

Azizah, L. M. (2011). Keperawatan lanjut usia. Ed.1. Yogyakarta: GRAHA ILMU.

Badan Pusat Statistik. (2015). Aceh dalam angka 2015: Aceh in figure. BPS Provinsi Aceh.

Blais, K. K., dkk. (2006). Praktik keperawatan professional. Ed.4. Jakarta: EGC. Furiyah. (2010). Hubungan dukungan keluarga

dengan tingkat kemampuan aktifitas sehari-hari pada lansia di Desa Gaji Kecamatan Guntur Kabupaten Demak. Universitas Muhammadiyah Semarang.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2015). Profil kesehatan Indonesia 2014. Kementrian Kesehatan RI. Maas, dkk. (2011). Asuhan keperawatan

gerontik. Jakarta: EGC.

Mezey, M. D. (2007). The encyclopedia of elder care: The comprehensive resource on geriatric and social care. New York: Springer.

Padila. (2013). Buku ajar keperawatan gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.

Papalia, D. O. S. (2008). Psikologi perkembangan. Jakarta: Kencana prenada media grup.

Ramlah, T. (2011). Hubungan pelaksanaan tugas kesehatan dan dukungan keluarga dengan pengabaian pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Kassa kassi Makasar. Universitas Indonesia.

Sufi, R. & Wibowo, A. B. (2004). Budaya masyarakat Aceh. Badan Perpustakaan Provinsi Aceh.

Tamher, S. & Noorkasiani. (2009). Kesehatan usia lanjut dengan pendekatan asuhan keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Yani, H. A. (2008). Buku ajar aspek

spiritual

dalam

keperawatan.

Gambar

Tabel  2.  Hubungan  Pengabaian  pada  Lansia  dengan Pemenuhan Kebutuhan Spiritual

Referensi

Dokumen terkait

Metode Cohort merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk menghitung probabilita transisi kredit dengan menggunakan data historical.. Metode Cohort sering digunakan

Total cost diketahui dari analisis pendekatan biaya, dan total revenue adalah hasil dari unit output apartemen dikalikan dengan besarnya nilai harga P

Di samping itu, dapatan kajian Laible, Carlo dan Scott (2004) di USA selari dengan kajian pengkaji di mana ia menunjukkan ibu bapa merupakan orang yang paling rapat

Pada tujuan pembelajaran keempat yakni siswa dapat menyebutkan reproduksi Protista yang mirip hewan dengan benar, pada kelas eksperimen juga menunjukan persentase

We propose a task-af fi nity real-time scheduling heuristics algorithm (TARTSH) for periodic and independent tasks in a homogeneous multicore system based on a Parallel Execution

dengan skor 47, pada pernyataan nomer 9 “ Perawat menggunakan sarung tangan sebelu m memberikan obat”. Sedangkan ke trampilan klinis

tujuan dari penelitian ini yaitu Membuat biocoal dengan memanfaatkan batubara lignit, sekam padi, dan tempurung kelapa sebagai energi alternatif pengganti bahan bakar dan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa siswa cakap dalam mengidentifikasi variabel, merumuskan hipotesis, merancang penelitian dan melakukan