• Tidak ada hasil yang ditemukan

KADAR MALONDIALDEHID HATI TIKUS PUTIH (Rattus novergicus) GALUR Wistar JANTAN DEWASA PASCA PENGHENTIAN PAJANAN MONOSODIUM GLUTAMAT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KADAR MALONDIALDEHID HATI TIKUS PUTIH (Rattus novergicus) GALUR Wistar JANTAN DEWASA PASCA PENGHENTIAN PAJANAN MONOSODIUM GLUTAMAT."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

KADAR MALONDIALDEHID HATI TIKUS PUTIH (Rattus novergicus) GALUR Wistar JANTAN DEWASA PASCA PENGHENTIAN PAJANAN

MONOSODIUM GLUTAMAT

Rosa Linda1, Nawangsari2, Muhammad In’am Ilmiawan3, Virhan Novianry4

Intisari

Latar Belakang: Monosodium glutamat (MSG) merupakan bahan tambahan makanan yang berguna sebagai penyedap rasa yang dapat menyebabkan terjadinya stress oksidatif dijaringan hati. Food and Drugs Administration pada tahun 1995 telah menetapkan batas keamanan untuk penggunaan MSG yaitu tidak lebih dari 120 mg/kgBB/hari. Stress oksidatif menghasilkan peroksida lipid yang tidak stabil dan reaktif yang mengakibatkan terjadi degradasi lemak sehingga terbentuk malondialdehida (MDA). Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengamati kadar MDA jaringan hati tikus putih setelah dilakukan penghentian pajanan MSG. Metodologi: Penelitian ini merupakan eksperimental murni dengan rancangan simple random sampling. Kelompok kontrol (K) 1,2,3 diberikan aquades selama 28 hari; kelompok perlakuan pertama (P1) 1,2,3 diberikan MSG dosis 4 g/kgBB/hari selama 28 hari; kelompok perlakuan kedua (P2) 1,2,3 diberikan MSG dosis 6 g/kgBB/hari selama 28 hari kemudian pajanan dihentikan dan dibiarkan selama 1 hari, 28 hari, 56 hari. Kemudian dilakukan pembedahan dan pembuatan homogenat jaringan kemudian dilakukan pengukuran kadar MDA jaringan dengan metodeWills. Data dianalisa menggunakan uji Kruskal-Wallis dilanjutkan dengan post hoc test Mann-Whitney.Hasil: Analisis data menunjukan pada penghentian pajanan MSG hari ke-1 setelah perlakuan terjadi peningkatan kadar MDA secara statistik antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan pertama dan kelompok perlakuan kedua. Perlakuan pada hari ke-29 dan ke-57 tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan pertama dan kelompok perlakuan kedua. Meskipun tidak terdapat perbedaan bermakna namun terjadi penurunan kadar MDA. Kesimpulan: Penghentian pajanan MSG dapat menyebabkan terjadinya penurunan kadar MDA pada hati tikus putih.

Kata Kunci: Tikus Putih, Hati, Monosodium Glutamat, Stress oksidatif, Kadar Malondialdehid.

__________________________________________________________________________________________________________

1) Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura Pontianak, Kalimantan Barat.

2) Departemen Biologi Kimia, Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura Pontianak, Kalimantan Barat.

(2)

LIVER MALONDIALDEHYDE LEVEL OF WHITE RAT (Rattus novergicus) ADULT MALE WISTAR STRAIN POST

DISCONTINUATION OF MONOSODIUM GLUTAMATE EXPOSURE

Rosa Linda1, Nawangsari2, Muhammad In’am Ilmiawan3, Virhan Novianry4

Abstract

Introduction: Monosodium glutamate (MSG) is a ingredient that used as a flavor

enhancers that can lead to oxidative stress in liver. Food and Drugs Administration (FDA) in 1995 has established the safety limit in the usage of MSG, no more than 120 mg/kgBW/day.Oxidative stress produce unstable and reactive lipid peroksidase that caused lipid degradation and generate malondialdehid (MDA).Objective: The purpose of

this research was to observe MDA levels of liver after termination of MSG exposure.

Method: This research was a true experimental research with simple random sampling.

The control group (K) 1,2,3 were given aquades for 28 days. The first treatment group (P1) 1,2,3 were given MSG 4 g/kgBW/day for 28 days. The second treatment group (P2) 1,2,3 were given MSG 6 g/kgBW/day for 28 days and then stopped for 1 day, 28 days, and 56 days. Then, the rats were sacrificed and the liver was processed to be homogenate and then conducted to MDA’s level measurements using Will’s Methode. Data was analyzed using Kruskal-Wallis test, continued with post hoc test Mann-Whitney.

Result: The data analysis showed at the end of exposure to MSG on day 1 after treatment of statistically elevated MDA levels between control group and first treatment group and second treatment group. Treatments on the 29th and 57th day showed no

significant differences between the control group and the first treatment group and the second treatment group.Although there was no significant difference but decreased MDA levels. Conclusion: discontinuation of MSG exposure may lead to a decrease in MDA

levels in rats liver.

Keywords: Rats, Liver, Monosodium Glutamate, Oxidative Stress, MDA levels

1) Medical Education Program, Faculty of Medicine, Tanjungpura University, Pontianak, West Borneo.

2) Department of Chemical Biology, Faculty of Medicine, Tanjungpura University, Pontianak, West Borneo.

(3)

LATAR BELAKANG

Monosodium glutamat (MSG) merupakan bubuk kristal berwarna putih yang sejak lama telah digunakan sebagai bahan tambahan tiap jenis makanan diberbagai negara. Diketahui komposisi senyawa MSG adalah 78% glutamat, 12% natrium dan 10% air. World Health Organization (WHO) danFood and Drugs Administration (FDA) pada tahun 1995 telah menetapkan keamanan untuk penggunaan MSG tidak lebih dari 120 mg/kgBB/hari. Setelah harga MSG menjadi murah, penggunaan MSG menjadi tidak wajar dan berlebihan. Hasil survei Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menemukan bahwa para pedagang mie bakso, mie pangsit dan mie rebus di Jakarta menggunakan MSG sebanyak 1840-3400 mg/mangkok.1,2

Telah banyak penelitian yang melaporkan kerusakan yang timbul diakibatkan penggunaan MSG secara berlebihan, tetapi masih sangat terbatas penelitian yang melaporkan tentang pengaruh penghentian penggunaan MSG terhadap tubuh khususnya organ hati setelah terjadi kerusakan akibat pajanan MSG pada hati. Pada penelitian Farombi dan Onyema, menyatakan bahwa keadaan stres oksidatif juga dijumpai setelah pemberian MSG sebanyak 4 mg/kgBB pada tikus yang ditandai dengan adanya peningkatan pembentukan kadar MDA pada hati, ginjal dan otak.3

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini merupakan studi in vivo dengan pendekatan eksperimental murni. Hewan uji yang digunakan sebagai subjek penelitian adalah tikus putih jantan dewasa galur Wistar. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara simple randomization yaitu pengambilan sampel dengan cara mengambil anggota populasi yang tersedia secara acak. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Non Mikroskopis dan

(4)

dilakukan di Laboratorium Hewan Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak pada bulan Januari hingga Agustus 2016.

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah Tikus putih jantan galur

Wistar, umur 8 – 12 minggu, berat badan 150 – 250 gr, Kondisi badan

sehat (aktif dan tidak cacat secara anatomi). Kriteria eksklusi tikus sakit atau mati saat penelitian berlangsung.Jumlah sampel dalam penelitian yang memenuhi kriteria inklusi adalah 27 ekor tikus.

Pada hari ke-1, ke-29 dan ke-57 setelah perlakuan, tikus dibedah untuk diambil jaringan hatinya. Jaringan hati tersebut kemudian dibuat menjadi homogenate jaringan dan diukur kadar MDA menggunakan metode Wills. Setelah didapatkan kadar MDA, data dianalisis menggunakan uji parametrikKruskal-Wallis.

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL

Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah homogenat hati tikus putih jantan dewasa galur wistar untuk dilakukan pemeriksaan kadar malondialdehid jaringan hati. Hasil yang didapatkan dengan rerata dan ± SD kadar MDA jaringan hati dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1. Rerata dan ± SD Kadar MDA Jaringan Hati Tikus Putih Pasca Penghentian Pajanan MSG Pada Tiap Kelompok

Keterangan :

Kontrol = Aquades 1,5ml

Kelompok 1 = Dosis MSG 4g/KgBB Kelompok 2 = Dosis MSG 6g/KgBB Kelompok

Kadar MDA Tikus Pasca Perlakuan (Mean±SD) Kadar MDA Hari ke-1 (Perlakuan 1) Kadar MDA Hari ke-29 (Perlakuan 2) Kadar MDA Hari ke-57 (Perlakuan 3) Kontrol 0,92 ± 0,11 1,01 ± 0,04 1,02 ± 0,24 Kelompok 1 1,32 ± 0,07 1,03 ± 0,32 1,11 ± 0,15 Kelompok 2 1,44 ± 0,08 1,18 ± 0,38 1,25 ± 0,04

(5)

Berdasarkan hasil rerata dan ±SD kadar MDA di atas dapat dilihat pada kelompok perlakuan hari ke-1 terjadi peningkatan kadar MDA pada kelompok 1 dan kelompok 2 dibandingkan dengan kontrol pasca penghentian pajanan hari ke-1. Pada tiap kelompok perlakuan hari ke-29 dan hari ke-57 didapatkan hasil tidak terdapat perbedaan kadar MDA secara statistik pada kelompok 1 dan kelompok 2 dengan kontrol pasca penghentian pajanan hari ke-29 dan hari ke-57. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa meskipun tidak terdapat perbedaan bermakna namun terjadi penurunan kadar MDA.

PEMBAHASAN

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah tikus putih jantan galur wistar dengan perlakuan berupa pemberian MSG dengan dosis 4 g/kgBB dan 6 g/kgBB. Dosis tersebut telah melebihi ambang batas aman yang ditetapkan oleh Food and Drugs Asosiatian (FDA) dan World

Health Asosiatian (WHO) pada tahun 1995 yaitu 120 mg/kgBB. Hal ini

bertujuan untuk menunjukkan adanya peroksidasi lipid akibat adanya stress oksidatif yang disebabkan oleh pajanan MSG berlebih. Peroksidasi lipid ini dapat dinilai secara kuantitatif dengan mengukur kadar MDA jaringan hati tikus. Monosodium glutamat adalah garam natrium glutamat yang merupakan asam amino nonessensial yang bersifat eksitotoksik. Terdapat dugaan bahwa glutamat berpotensi menyebabkan peningkatan stres oksidatif di hati dengan mekanisme yang sama dengan eksitotoksisitas karena reseptor glutamat ditemukan di hati.

Pengukuran kadar MDA jaringan hati kelompok K1, K2 dan K3 menunjukkan hasil yang tidak berbeda secara signifikan. Hasil Uji statistik tidak menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara masing-masing kelompok perlakuan (Post-hoc test Mann-Whitney, p>0,05). Hal ini terjadi karena pada kelompok kontrol tikus hanya diberikan perlakuan berupa pemberian akuades selama 28 hari dan kemudian dibedah pada

(6)

Pengambilan jaringan hati tikus pertama kali dilakukan pada hari ke-1 setelah penghentian pajanan MSG untuk diukur kadar MDA-nya, yang kemudian dilanjutkan pada hari ke-29 dan hari ke-57. Hasil dari pengukuran kadar MDA jaringan hati tikus putih terjadi peningkatan kadar MDA antar kelompok perlakuan MSG dengan dosis 4 g/kgBB dan 6 g/kgBB pada hari yang sama. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Vinodini dan Hamza RZ, yang menyatakan bahwa terjadi peningkatan kadar MDA pada testis tikus yang diberikan MSG 4 g/kgBB, 6 g/kgBB, 17,5 g/kgBB dan 60 g/kgBB. Pada penelitian Farombi dan Onyema juga menunjukkan bahwa adanya peningkatan kadar MDA hati, ginjal dan otak pada tikus putih yang diberikan pajanan MSG 4 mg/gBB. Hal ini terjadi karena mekanisme antioksidan gagal dalam menetralkan pembentukan Reactive Oxygen Species (ROS) yang berlebihan. Hati memiliki reseptor terhadap glutamat sehingga rentan mengalami kerusakan akibat stress oksidatif. Ini menunjukkan bahwa MSG dalam dosis toksik dapat menyebabkan terjadinya stress oksidatif pada jaringan hati dan jaringan lainnya.3-6

Sebagai respon terhadap adanya radikal bebas, tubuh sebenarnya telah memiliki beberapa enzimatik dan nonenzimatik untuk menonaktifkan radikal bebas tersebut, yang meliputi superoksida dismute (SOD), glutation (GSH), katalase, dan antioksidan endogen lainnya. Pajanan MSG telah terbukti menurunkan kadar enzim pengikat radikal bebas, antara lain GSH, katalase dan SOD. Singh et al dan Contini et al menemukan penurunan kadar enzim superoksida dismute dan katalase pada tikus yang diberi pajanan MSG. Onyema et al juga menemukan adanya penurunan kadar glutation (GSH) dijaringan hati setelah dipajankan MSG. Deplesi glutation merupakan indikator adanya degenerasi atau kerusakan jaringan, terutama akibat radikal bebas.7-9

Perlakuan tikus yang dibedah pada hari ke-29 dan hari ke-57 pasca penghentian pajanan MSG menunjukkan adanya penurunan kadar MDA pada setiap kelompok jika dibandingkan dengan kelompok perlakuan tikus

(7)

yang dibedah pada hari ke-1. Hasil uji statistik pada masing-masing kelompok tersebut tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna (

Post-hoc test Mann-Whitney, p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terjadi

perbaikan pada jaringan hati tikus putih yang diberikan pajanan MSG dengan dosis 4 g/kgBB dan 6 g/kgBB setelah dilakukan penghentian pajanan selama 56 hari. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Heryanto A yang menyatakan bahwa terjadi perbaikan derajat kerusakan jaringan hati setelah penghentian pajanan MSG selama 14 hari (setelah sebelumnya diberi pajanan MSG selama 28 hari).10

Penghentian pajanan MSG akan menurunkan kadar MSG di dalam darah. Berkurangnya monosodium glutamat lama kelamaan akan memutuskan reaksi berantai radikal bebas. Selain itu, dalam keadaan normal terdapat pertahanan enzimase terhadap radikal bebas salah satunya dilakukan oleh glutation peroksidase. Glutation peroksidase membantu mencegah kerusakan sel yang disebabkan oleh radikal bebas dengan mengkatalisis hidrogen peroksida dan peroksida lemak oleh glutation.11,12

Berdasarkan pengukuran kadar MDA jaringan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa kadar MDA jaringan tertinggi terdapat pada tikus kelompok 2 yaitu kelompok yang diberikan pajanan MSG 6 g/kg BB. Pada kelompok 1 yang diberikan pajanan MSG dengan dosis 4 g/kgBB juga terjadi peningkatan kadar MDA jaringan, namun peningkatan tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan kelompok 2. Setelah pajanan dihentikan dan tikus dibedah pada hari ke-29 dan ke-57 terjadi penurunan kadar MDA pada masing-masing kelompok tersebut jika dibandingkan dengan hari ke-1. Hal ini menunjukkan bahwa penghentian pajanan MSG selama 4 minggu dan 8 minggu dapat menurunkan kadar MDA jaringan hati tikus. Dapat disimpulkan bahwa terjadi penurunan tingkat stress oksidatif setelah penghentian pajanan MSG selama 4 minggu dan 8 minggu.

(8)

KESIMPULAN

Penghentian pajanan MSG dapat menyebabkan terjadinya penurunan kadar malondialdehid (MDA).

(9)

DAFTAR PUSTAKA

1. Sukmaningsih AA, et al. Gangguan spermatogenesis setelah pemberian monosodium glutamat pada mencit (Mus musculus L). 2011;Jurnal Biologi :49.

2. Setiawati FSN. Dampak penggunaan MSG terhadap kesehatan lingkungan. 2008;Orbith :4:453-9.

3. Farombi EO, et al. Monosodium glutamate induced oxidative damage and genotoxicity in the rat: modulatory role of vitamin C, vitamin E dan quercetin. 2006;Hum Exp Toxicol :25:251-9.

4. Marks Dawn B, et al. Biokimia Kedokteran Dasar : Sebuah Pendekatan Klinis. Edisi ke-1. Jakarta 2000; EGC.

5. Hamza RZ, Al-Harbi MS. Monosodium Glutamate Induced Testicular Toxicity and the Possible Ameliorative Role of Vitamin E or Selenium in Male Rats. Journal of Toxicology. Elsevier. 2014. 1037–45

6. Vinodini NJ, et al. Effect of monosodium glutamate induced oxidative damage on rat testis. J Chinese Clin Med. 2008 Jan; (1):3:370-3.

7. Singh K, et al. Studies on the effect of monosodium glutamate (MSG) administration on the activity of xanthine oxidase, superoxide dismute and catalase in hepatic tissue of adult male mice. Indian J Clin Biochem. 2002;1(17):29-33.

8. Contini, et al. Kidney and liver functions and stress oxidative markers of monosodium glutamate-induced obese rats. Food and Public Health. 2012;2(5):168-177.

9. Maulida A. Pengaruh pemberian vitamin C dan E terhadap gambaran histologi hepar mencit (Mus musculus L.) yang dipajankan monosodium glutamat (MSG) [internet]. USU;2013 [diakses pada 2 Agustus 2017]. Tersedia di jurnal.usu.ac.id/index.php/sbiologi/article/view/1277

(10)

10. Heryanto A. Gambaran histologi regenerasi hati pasca penghentian pajanan monosodium glutamat pada tikus wistar [skripsi]. Universitas Tanjungpura. Pontianak. 2015.

11. Range et al. Pharmacology Range and Dale's, Ed ke-7. Churcill Livingstone: Elsevier. 2011.

12. Manev H, Favaron M, Guidotti A, and Costa E. Delayed increase of Ca2+ influx elicited by glutamate: role in neuronal death. Molecular Pharmacology.2007 Jan;36(1):106-12.

Referensi

Dokumen terkait

Komoditas perikanan yang akan dikembangkan di kawasan Minapolitan sesuai potensi perikanan Kabupaten Pinrang, yakni udang, ikan Bandeng, rumput laut dan

Dalam kasus bahasa Melayu, seorang penulis profesional dari Batavia, Muhammad Bakir, memiliki 76 judul naskah untuk disewakan pada akhir abad ke-19, sementara

[r]

.DGDU DLU 3-/% \DQJ GLEXDW EHUNLVDU DQWDUD ² GHQJDQ UDWDUDWD .DGDU DLU 3-/%LQLPHPHQXKLSHUV\DUDWDQNDGDUDLUXQWXN SURGXN ND\X SDGD XPXPQ\D NDUHQD QLODLQ\D NXUDQJ GDUL NDGDU DLU

Berdasarkan tabel 4.8 diatas dapat dilihat bahwa hasil perhitungan kualitas pelayanan PT PLN (Persero) Cabang Palembang Rayon Rivai Golongan Rumah Tangga Kecamatan Bukit

Hasil: Hasil uji antimikroba dari beberapa variasi kombinasi ekstrak etanol cabe jawa, kemukus, lada hitam, sirih hijau, sirih merah terhadap Escherichia coli

Berdasarkan hasil penelitian dari 82 responden di Poliklinik Saraf RSU Anutapura Palu Tahun 2018 tentang hubungan derajat depresi dengan nyeri kepala pada penderita

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya growth overfishing rajungan ( Portunus pelagicus ), yang meliputi hubungan lebar-berat, sex ratio , Tingkat