• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN TERHADAP KECERDASAN EMOSIONAL SISWA DI SDN SUMURBANDUNG LEBAK BANTEN. Ratna Sari Dewi, M. Pd

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN TERHADAP KECERDASAN EMOSIONAL SISWA DI SDN SUMURBANDUNG LEBAK BANTEN. Ratna Sari Dewi, M. Pd"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

54

Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.2 Juli 2011 PENGARUH PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN TERHADAP KECERDASAN EMOSIONAL

SISWA DI SDN SUMURBANDUNG LEBAK BANTEN Ratna Sari Dewi, M. Pd

Abstrak, Tujuan pendidikan nasional tidak akan dapat tercapai dengan maksimal tanpa ada program pendamping di luar kurikulum formal di sekolah. Gerakan Pramuka merupakan suatu program yang cukup ideal untuk mencapai tujuan pendidikan nasional terutama dalam membentuk kecerdasan emosional. Gerakan Pramuka merupakan lembaga nonformal di luar sekolah dan keluarga yang bertujuan untuk membina generasi muda. Gerakan pramuka bertujuan untuk membentuk setiap pramuka agar memiliki kepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, dan memiliki kecakapan hidup sebagai kader bangsa dalam menjaga dan membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan Pancasila, serta melestarikan lingkungan hidup. Berdasarkan hal itu, maka pendidikan kepramukaan cukup ideal dalam rangka membentuk karakter generasi muda.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pendidikan kepramukaan dengan kecerdasan emosional. Untuk itu, dilakukan penelitian di SDN Sumurbandung 1 Kabupaten Lebak, Banten dengan jumlah responden sebanyak 100 orang siswa. Pengumpulan data utama dilakukan dengan kuisioner. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik korelasi dengan menggunakan rumus Korelasi Pearson Product Moment. Dari hasil perhitungan, diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,61. Angka ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pendidikan kepramukaan dengan kecerdasan emosional siswa di SDN Sumurbandung.

Kata Kunci: Kecerdasan emosional. PENDAHULUAN

Mengacu kepada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nosional, pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

Dari tujuan pendidikan nasional tersebut, kita dapat membagi ke dalam beberapa kelompok atau dimensi, yaitu dimensi intelektual, dimensi emosional, dimensi sosial, dan dimensi spiritual. Dengan

demikian, tujuan pendidikan tidak hanya membentuk kecerdasan intelektual, tetapi kecerdasan lainpun harus menjadi perhatian, agar pendidikan tidak kehilangan ruhnya.

Kematangan yang menyangkut watak dapat ditafsirkan bahwa lulusan suatu jenjang pendidikan tertentu harus memiliki karakter (ahlak, budi pekerti) yang kuat. Pendidikan yang baik tentu harus menghasilkan lulusan yang kuat mental, mengenal siapa dirinya, mengenal siapa Tuhannya, mampu membedakan perilaku yang baik dengan perilaku yang buruk, mampu mengendalikan emosinya, mampu menyesuaikan dengan lingkungannya, dan seterusnnya.

(2)

55

Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.2 Juli 2011 Untuk mencapai kematangan

emosional, sepertinya tidak cukup hanya mengandalkan proses pembelajaran di kelas saja. Oleh karenanya harus ada program pendamping untuk mencapainya. Salah satu program pendamping yang dapat dikembangkan adalah dengan kegiatan ekstrakurikuler. Ekstrakurikuler yang dapat dikembangkan sebagai sarana untuk mencapai kematangan emosional adalah ekstrakurikuler yang bersifat pembinaan karakter (ahlak, budi pekerti). Salah satu ekstrakurikuler yang memiliki karakteristik ini adalah Gerakan Pramuka. Hal ini dipandang cukup beralasan, mengingat hakikat pramuka adalah pendidikan di luar sekolah yang membantu pemerintah dan masyarakat, membina dan mendidik anak-anak dan pemuda Indonesia dalam melaksanakan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia melalui pendidikan kepramukaan.

Pada pasal pasal 4 Undang-Undang Nomor 12 tahun 2010 tentang gerakan pramuka diuraikan bahwa :

“Gerakan pramuka bertujuan untuk membentuk setiap pramuka agar memiliki kepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, dan memiliki kecakapan hidup sebagai kader bangsa dalam menjaga dan membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan Pancasila, serta melestarikan lingkungan hidup”.

Berdasarkan undang-undang tersebut, maka cukup beralasan jika Gerakan

Pramuka dijadikan sebagai program pendidikan pendamping untuk membentuk karakter generasi muda agar memiliki kecerdasan emosional.

Jika pendidikan kepramukaan dijalankan sebagaimana mestinya, yaitu berpatokan kepada metode kepramukaan, maka diharapkan Gerakan Pramuka dapat membantu tercapainya tujuan pendidikan nasional. Namun demikian perlu diungkapkan data empiris untuk mengungkap pertanyaan: (1) Bagaimana pelaksanaan pendidikan kepramukaan di sekolah? Dan (2) Bagaimana pengaruh pendidikan kepramukaan terhadap kecerdasan emosional siswa?

KAJIAN PUSTAKA

1. Pengertian Gerakan Pramuka

Gerakan Pramuka Indonesia merupakan nama dari organisasi pendidikan di luar sekolah sebagai lembaga yang menyelenggarakan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia.

Kata “Pramuka” merupakan singkatan dari Praja Muda Karana, yang berarti rakyat muda yang suka berkarya. “Pramuka” merupakan sebutan bagi anggota Gerakan Pramuka.

Menurut Pasal 32 ayat (1) Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka, yang dimaksud dengan Anggota Gerakan Pramuka adalah perseorangan warga negara Indonesia yang secara sukarela dan aktif mendaftarkan diri sebagai Anggota Gerakan Pramuka, telah mengikuti program perkenalan kepramukaan serta telah dilantik sebagai anggota.

Anggota Gerakan Pramuka terdiri atas: Anggota Biasa, Anggota Luar Biasa, dan Anggota Kehormatan. Anggota Biasa

(3)

56

Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.2 Juli 2011 Gerakan Pramuka terdiri atas anggota muda

dan anggota dewasa.

Anggota muda adalah anggota biasayang terdiri dari Pramuka Siaga, Pramuka Penggalang, Pramuka Penegak, dan Pramuka Pandega.

Pramuka Siaga berusia 7 tahun sampai dengan 10 tahun, Pramuka Penggalang berusia 11 tahun sampai dengan 15 tahun, Pramuka Penegak berusia 16 tahun sampai dengan 20 tahun, dan Pramuka Pandega berusia 21 sampai dengan 25 tahun.

2. Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan Menurut Pasal 18 Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka, Prinsip Dasar Kepramukaan adalah : (a) Iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b) Peduli terhadap bangsa dan tanah air, sesama hidup dan alam seisinya, (c) Peduli terhadap pribadi, (d) Taat kepada Kode Kehormatan Pramuka.

Berdasarkan Prinsip Dasar tersebut, maka setiap anggota Gerakan Pramuka wajib menerima Prinsip Dasar Kepramukaan tersebut sebagai norma hidup yang harus ditanamkan dan ditumbuhkembangkan kepada setiap peserta didik Gerakan Pramuka. Dengan demikian, maka pelaksanaan Prinsip Dasar Kepramukaan mengandung makna bahwa anggota Gerakan Pramuka harus:

1) Menaati perintah Tuhan Yang Maha Esa dan menjauhi laranganNya serta beribadah sesuai tata cara dari agama yang dipeluknya.

2) Memiliki kewajiban untuk menjaga dan melestarikan lingkungan sosial, memperkokoh persatuan, serta

menerima kebinekaan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

3) Memerlukan lingkungan hidup yang bersih dan sehat agar dapat menunjang dan memberikan kenyamanan dan kesejahteraan hidup dan karenanya setiap anggota Gerakan Pramuka wajib peduli terhadap lingkungan hidup dengan cara menjaga, memelihara dan menciptakan kondisi yang lebih baik. 4) Mengakui bahwa manusia tidak hidup

sendiri, melainkan hidup bersama berdasarkan prinsip peri-kemanusiaan yang adil dan beradab dengan makhluk lain ciptaan Tuhan, khususnya dengan sesama manusia.

5) Memahami prinsip diri pribadi untuk dikembangkan dengan cerdas guna

kepentingan masa depan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Menurut Pasal 19 Anggaran Dasar Kepramukaan, metode kepramukaan merupakan salah satu cara belajar interaktif progresif melalui:

1) Pengamalan Kode Kehormatan Pramuka.

2) Belajar sambil melakukan. 3) Sistem beregu.

4) Kegiatan yang menantang dan menarik serta mengandung pendidikan yang sesuai dengan perkembangan rohani dan jasmani anggota muda.

5) Kegiatan di alam terbuka.

6) Kemitraan dengan anggota dewasa dalam setiap kegiatan.

7) Sistem tanda kecakapan.

8) Sistem satuan terpisah untuk putra dan untuk putri.

(4)

57

Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.2 Juli 2011 3. Pendidikan Kepramukaan

Pendidikan Kepramukaan adalah proses pendidikan di luar lingkungan sekolah dan di luar lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka dengan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan, yang sasaran akhirnya pembentukan watak, akhlak dan budi pekerti luhur. Kepramukaan adalah sistem pendidikan kepanduan yang disesuaikan dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan masyarakat dan bangsa Indonesia.

Kecerdasan Emosional 1. Pengertian Emosi

Daniel Goleman dalam Asrori (2009 : 82) menndefinisikan emosi merujuk kepada makna yang paling harfiah yang diambil dari “Oxford English Dictionary” yang memaknai emosi sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, prasaan, nafsu; setiap keadaan mental yang hebat dan meluap-luap. Emosi merujuk kepada suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.

Menurut Asrori (2009 : 82), emosi adalah:

“suatu respos terhadap suatu perangsang yang menyebabkan perubahan fisiologis disertai perasaan yang kuat dan biasanya mengandung kemungkinan untuk meletus. Respon demikian terjadi baik terhadap perangsang-perangsang eksternal maupun internal. Dengan definisi ini semakin jelas perbedaan antara emosi dengan perasaan, bahkan di sini tampak jelas bahwa perasaan

termasuk ke dalam emosi atau menjadi bagian dari emosi”.

Berdasarkan uraian di atas, maka emosi lebih dari sekedar perasaan. Dalam hal ini dapat juga disimpulkan bahwa emosi tidak hanya merasakan, tetapi juga memahami atau mengerti terhadap rangsangan-rangsangan yang diberikan. Emosi merupakan sesuatu yang kompleks, karena emosi itu terdiri dari bermacam-macam ekspresi.

Hal senada diungkapkan oleh Daniel Goleman (1995) yang mengungkapkan bahwa sesungguhnya ada ratusan emosi dengan berbagai variasi, campuran, mutasi, dan nuansanya sehingga makna yang dikandungnya lebih banyak, lebih kompleks, dan lebih halus daripada kata dan definisi yang digunakan untuk menjelaskan emosi. (Asrori, 2009 : 83)

2. Bentuk-bentuk Emosi

Daniel Goleman mengidentifikasi emosi menjadi beberapa kelompok, yaitu sebagai berikut:

a. Amarah; di dalamnya meliputi beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggun, rasa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan, tindak kekerasan, dan kebencian patologis. b. Kesedihan; di dalamnya meliputi pedih,

sedih, muram, suram, melankolis, mengasihani diri, kesepian, ditolak, putus asa, dan depresi.

c. Rasa takut; di dalamnya meliputi cemas, takut, gugup, khawatir, waswas, perasaan takut sekali, sedih, waspada, tidak tenang, ngeri, kecut, panik, dan pobia. d. Kenikmatan; di dalamnya meliputi

(5)

58

Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.2 Juli 2011 bangga, kenikmatan inderawi, takjub,

terpesona, puas, rasa terpenuhi, girang, senang sekali, dan mania.

e. Cinta; di dalamnya meliputi penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran, dan kasih sayang.

f. Terkejut; di dalamnya meliputi terkesiap,

takjub, dan terpana.

g. Jengkel; di dalamnya meliputi hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka, dan mau muntah.

h. Malu; di dalamnya meliputi rasa bersalah, malu hati, kesal hati, menyesal, hina, aib, dan hati hancur lebur.

Pengertian Kecerdasan Emosional

Para ahli mengungkapkan bahwa pada hakikatnya kecerdasan manusia tidak hanya berupa kecerdasan intelektual atau intelegensi saja, tetapi pada diri manusia terdapat potensi kecerdasan di luar kecerdasan intelektual yaitu kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional merupakan kecerdasan yang bersifat spiritual. Oleh karena itu, perkembangan berikutnya banyak para ahli menguraikan kecerdasan manusia menjadi : Kecerdasan intelektual (intelegece quotient/IQ), kecerdasan emosional (emotional

quotient/EQ), dan kecerdasan spiritual

(sprititual quotient/SQ).

Kecerdasan emosional merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mengenali, mengelola dan mengendalikan emosi pada diri sendiri, memahami perasaan orang lain, menjalin hubungan yang baik dengan orang lain, pemecahan masalah, serta berpikir realistis sehingga mampu berespon secara positif terhadap setiap

kondisi yang merangsang munculnya emosi-emosi tersebut. (http://www.masbow.com)

Menurut Riny Yunita

(http://rinyyunita.wordpress.com), kecerdasan emosi dapat juga diartikan sebagai kemampuan mental yang membantu kita mengendalikan dan memahami perasaan-perasaan kita dan orang lain yang menuntun kepada kemampuan untuk mengatur perasaan-perasaan tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, maka seseorang yang memiliki kecerdasan emosional tidak hanya memiliki emosi atau perasaan saja, tetapi juga dapat memahami apa artinya.

Aspek-aspek Kecerdasan Emosional

Menurut Riny Yunita

(http://rinyyunita.wordpress.com), setidaknya ada 5 unsur yang membangun kecerdasan emosi, yaitu:

a. Memahami emosi-emosi sendiri b. Mampu mengelola emosi-emosi sendiri c. Memotivasi diri sendiri

d. Memahami emosi-emosi orang lain e. Mampu membina hubungan sosial

Sementara dalam

http://www.masbow.com, aspek-aspek kecerdasan emosional menurut Salavey dan Mayer dalam Coleman (2000), ada lima aspek dalam kecerdasan emosional yaitu : a. Mengenali emosi diri, merupakan inti dan

dasar dari kecerdasan emosional yaitu kemampuan untuk memantau perasaan dari waktu ke waktu bagi pemahaman diri dan kemampuan mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi.

b. Mengenali emosi diri yaitu kemampuan untuk menguasai perasaannya sendiri agar perasaan tersebut dapat diungkap

(6)

59

Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.2 Juli 2011 dengan tepat. Orang tidak mampu

mengelola emosinya akan terus menyesali kegagalannya sedangkan mereka mampu mengelola emosinya akan segera bangkit dari kegagalan yang menimpanya.

a. Memotivasi diri sendiri yaitu kemampuan untuk mengendalikan diri dan menahan diri terhadap kepuasan sesaat untuk tujuan yang lebih besar, lebih agung dan lebih menguntungkan.

b. Mengenali emosi orang lain, yaitu kemampuan menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi, yang mengisyaratkan apa yang dibutuhkan atau dikehendaki oleh orang lain. c. Membina hubungan dengan orang

lain yaitu kemampuan seseorang untuk membentuk hubungan, membina kedekatan hubungan, meyakinkan, mempengaruhi dan membuat orang lain nyaman, serta dapat terjadi pendengar yang baik.

Pelaksanaan Pendidikan Kepramukaan di Sekolah Dasar

Kegiatan Pramuka di Sekolah Dasar dilakukan dengan cara:

1. Latihan runtin pada hari tertentu

2. Kegiatan Perkemahan Mandiri yang dilaksanakan setiap semester

3. Kegiatan Perkemahan Partisipasi yang diselenggarakan oleh pihak lain dalam rangka peringatan hari-hari besar tertentu atau kegiatan khusus, seperti Peringatan Hari Pramuka, Kemah Bakti dan Lain-lain. Seluruh rangkaian kegiatan kepramukaan di Sekolah Dasar diarahkan terhadap tujuan sebagai berikut:

c. Peningkatan mutu mental, moral, spiritual, emosional, sosial, intelektual dan fisik.

d. Proses pendidikan lebih diarahkan untuk mengembangkan dan membentuk nilai-nilai, sikap, perilaku dan pengetahuan. e. Pada hakikatnya pendidikan

kepramukaan di Sekolah Dasar dilakukan untuk memberdayakan peserta didik agar mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal.

f. Landasan pendidikan kepramukaan di Sekolah Dasar adalah keteladanan.

Untuk mencapai tujuan di atas, salah satunya dibentuk melalui kegiatan latihan rutin. Kegiatan latihan rutin, dilakukan berdasarkan kurikulum yang telah ditetapkan. Materi-materi yang disampaikan dalam latihan rutin adalah :

a. Materi: Sejarah, asas, tujuan, tugas pokok dan fungsi, serta sifat Gerakan Pramuka

b. Materi: Sistem Among, Prinsip Dasar Kepramukaan, Kode Kehormatan, Metode Kepramukaan, Motto dan Kiasan Dasar Gerakan Pramuka.

c. Materi: Penanaman spiritual keagamaan sebagai landasan dalam setiap kegiatan d. Materi : Struktur Organisasi Kepramukaan e. Materi: Penanaman wawasan

kebangsaan (kewarganegaraan)

f. Materi: Satuan Karya (Saka) Gerakan Pramuka

g. Materi: Lambang, Bendera, Pakaian Seragam dan Tanda-tanda, Hymne, Panji, dan Mars Gerakan Pramuka. h. Materi dan Praktik: Pertolongan Pertama

Pada Kecelakaan (P3K)

i. Materi dan Praktik : Tata Upacara Bendera dan Baris-berbaris

(7)

60

Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.2 Juli 2011 j. Materi dan Praktik: Pengenalan

lingkungan dan alam

k. Materi dan Praktik: Peta dan Kompas l. Materi dan Praktik: Morse dan

Semaphore

m. Materi dan Praktik: Teknologi dasar (rancang-bangun) dan pendirian tenda n. Materi dan Praktik: Sistem perbekalan

kegiatan alam terbuka

o. Materi dan Praktik: Teknologi Informasi dan Komunikasi dasar

p. Materi dan Praktik: Pengenalan seni dan budaya

q. Materi dan Praktik: Keolahragaan

r. Praktik: Pendidikan alam terbuka (kemah) atau bakti sosial

PEMBAHASAN

Pengaruh Pendidikan Kepramukaan Terhadap Kecerdasan Emosional Siswa

Untuk mengungkapkan pengaruh Pendidikan Kepramukaan terhadap Kecerdasan Emosional, Penulis telah melakukan penelitian di SDN Sumurbandung 1 Kecamatan Cikulur Kabupaten Lebak Provinsi Banten.

Data kuantitatif diperoleh melalui instrumen pengamatan terhadap 100 orang siswa kelas IV, V, dan VI.

Teknik pengolahan data dan uji hipotesis menggunakan Rumus Korelasi Pearson Product Moment dan menunjukkan hasil perhitungan untuk nilai .

Angka tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pendidikan kepramukaan dengan kecerdasan emosional.

Dikatakan signifikan, karena setelah dilakukan Uji signifikansi atas koefisien korelasi dengan mengkonsultasikan r hitung

terhadap r tabel, menunjukkan nilai pada N = 100 dan taraf signifikansi 5% diperoleh nilai r tabel = 0,195.

Dengan demikian, r hitung lebih besar daripada r tabel (rh>rtab) sehingga dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pendidikan kepramukaan dengan kecerdasan emosional siswa di SDN Sumurbandung 1. Artinya, semakin baik pendidikan kepramukaan, maka kecerdasan emosional semakin baik.

PENUTUP Kesimpulan

1. Pendidikan kepramukaan di SDN Sumurbandung 1 merupakan program pendamping kurikulum dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Dalam pelaksanaannya, pendidikan kepramukaan di SDN Sumurbandung 1 mengacu kepada Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan sebagaimana tercantum dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka. Di SDN Sumurbandung 1, pelaksanaan pendidikan kepramukaan berjalan dengan baik, dan merupakan program yang diwajibkan untuk seluruh siswa Kelas IV, V, dan VI. Pendidikan kepramukaan di SDN Sumurbandung 1 disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan usia peserta didik. 2. Berdasarkan hasil penelitian melalui

kuisioner diperoleh kesimpulan bahwa pendidikan kepramukaan berpengaruh terhadap kecerdasan emosional. Hal ini diketahui berdasarkan perhitungan koefisien korelasi sebesar 0,61 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara pendidikan

(8)

61

Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.2 Juli 2011 kepramukaan dengan kecerdasan

emosional.

Saran

1. Pendidikan kepramukaan merupakan program ideal untuk melengkapi kurikulum formal di sekolah. Oleh karena itu, bagi sekolah yang belum melaksanakan program kepramukaan, ada baiknya untuk melaksanakan program kepramukaan di sekolahnya. Bagi sekolah yang sudah memiliki program kepramukaan, sebaiknya terus meningkatkan eksistensi dan aktivitas kepramukaan agar dapat memberikan manfaat untuk para anggotanya. Jika ini sudah dapat dilaksanakan, maka diharapkan dapat membantu generasi muda agar dapat menyalurkan aktivitasnya ke dalam suatu kegiatan yang positif dan bermanfaat.

2. Secara konseptual, kegiatan kepramukaan sangat ideal untuk membina generasi muda. Namun demikian, seringkali dalam pelaksanaannya ada hal-hal yang berjalan di luar ketentuan yang semestinya, seperti kurangnya kedisiplinan anggota, kurangnya variasi latihan sehingga Pramuka dianggap monoton. Oleh karena itu kepada para pemangku kepentingan hendaknya memiliki kreativitas dan variasi agar kegiatan Pramuka tidak monoton. Dengan demikian, diharapkan dapat menimbulkan minat dari para generasi muda.

(9)

62

Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.2 Juli 2011 DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Mudzakir. (1997). Psikologi Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta

Departemen Agama RI. (1999). Dasa Dharma Pramuka dan Ajaran Islam. Jakarta : Direktorat Penerangan Agama Islam Ditjen Bimas Islam dan Urusan Haji

Depdiknas. (2002). Pedoman Penyusunan Standar Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : CV Mini Jaya Abadi

Goleman, Daniel. (2000). Emitional Intelligence (terjemahan). Jakata : PT Gramedia Pustaka Utama.

Sugiyono. (2004). Statatistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta

Tim Pengembanag Ilmu Pendidikan FIP-UPI. (2009). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung : Imperial Bhakti Utama

Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor 203 Tahun 2009 Tentang Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka. Jakarta : Kwartir Nasional Gerakan Pramuka.

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 053/X/2001 tentang Pedoman Penyusunan Standar Minimal Penyelenggaraan Persekolahan Pendidikan Dasar dan Menengah

Keputusan Presiden RI Nomor 2009 Tentang Pengesahan Anggaran Dasar Gerakan Pramuka. Jakarta : Sekretariat Kabinet RI.

Muhibbin, Syah. (2000). Psikologi Pendidikan dengan Suatu Pendekatan Baru. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Tim Redaksi Fokusmedia. (2003). Undang-undang RI No. 20/2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional : Beserta Penjelasannya. Bandung : Fokusmedia

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka.

Wahyuningsih, Amalia Sawitri. (2004). Skripsi: Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Prestasi Belajar Pada Siswa Kelas II SMU Lab School Jakarta Timur. Jakarta : Fakultas Psikologi Universitas Persada Indonesia YAI

Daftar Riwayat Hidup Peneliti:

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengamatan rata-rata tinggi tanaman, panjang batang produksi, diameter batang, berat batang utuh dan berat batang setiap meter yang lebih tinggi atau lebih rendah

Six tetraploid Alstroemeria clones were micropropagated by rhizome multiplication, a system whereby the shoots were cut off from the rhizome and discarded. In a three-week

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Abdullah, Mawarni dan Dawarnis (2013), dengan judul Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Dan Dana Alokasi Umum

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, pengembangan media pembelajaran mobile learning dalam bentuk buku saku digital kompetensi dasar analisis

Pertama, Mengungkap makna dari fenomena atau perilaku yang diteliti di lapangan (life history) sebagai data dasar (fakta), berupa penanganan demonstrasi secara profesional. Kajian

Menurut Pergub No 56 Th.2014 tentang pedoman pemberian hibah dan bantuan sosial yang bersumber dari Anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi banten, bahwa syarat

Bekantan (Nasalis larvatus) adalah maskot fauna Provinsi Kalimantan Selatan.Sebaran dan kondisinya di Kabupaten Hulu Sungai Tengah belum didata.Penelitian bertujuan

Kementerian Luar Negeri sebagai Atase Kehutanan pada Kedutaan Besar RI di Tokyo Pada Sub Direktorat Penilaian Kinerja Industri dan Pemasaran Hasil Hutan, Direktorat Bina Pengolahan