• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN DAN PERENCANAAN TEKNIS SISTEM PENGOLAHAN AIR MINUM KABUPATEN SUMEDANG TUGAS AKHIR. Oleh : Ricky Alamsyah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN DAN PERENCANAAN TEKNIS SISTEM PENGOLAHAN AIR MINUM KABUPATEN SUMEDANG TUGAS AKHIR. Oleh : Ricky Alamsyah"

Copied!
269
0
0

Teks penuh

(1)

2253/1016/D/2016

PENGEMBANGAN DAN PERENCANAAN TEKNIS SISTEM

PENGOLAHAN AIR MINUM KABUPATEN SUMEDANG

TUGAS AKHIR

Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana.

Oleh :

Ricky Alamsyah

15312055

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2016

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Tugas Akhir Sarjana

PENGEMBANGAN DAN PERENCANAAN TEKNIS SISTEM

PENGOLAHAN AIR MINUM KABUPATEN SUMEDANG

Adalah benar dibuat oleh saya sendiri dan belum pernah dibuat dan diserahkan sebelumnya baik sebagian ataupun seluruhnya, baik oleh saya maupun orang lain,

baik di ITB maupun institusi pendidikan lainnya.

Bandung, Agustus 2016 Penulis,

Ricky Alamsyah 15312055

Bandung, Agustus 2016 Pembimbing Tugas Akhir,

Ir. Yuniati, MT, M.Sc., Ph.D. NIP 196806011994032004

Mengetahui

Ketua Program Studi Teknik Lingkungan,

Dr. Benno Rahardyan ST, MT NIP 197206181997021001

(3)

ABSTRAK

Kabupaten Sumedang terdiri dari dua puluh enam (26) kecamatan, dengan luas wilayah 155.871,98 Ha. Pelayanan kebutuhan air di Kabupaten Sumedang masih belum maksimal. Masyarakat masih belum mendapatkan pelayanan dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Medal Sumedang secara merata. Debit air yang dipasok PDAM Tirta Medal Sumedang pada tahun 2015 rata-rata 30-40 liter/detik dengan potensi sebenarnya bisa mencapai 50-80 liter/detik. Sementara itu kebutuhan masyarakat akan air bersih dan minum semakin meningkat. Sehingga diperlukan peningkatan cakupan pelayanan dengan tetap menjaga kualitas air dan keberlanjutan dari sumber air baku yang digunakan. Kecamatan Rancakalong, Kecamatan Sumedang Selatan, dan Kecamatan Sumedang Utara merupakan wilayah potensial di Kabupaten Sumedang untuk pengembangan pelayanan air bersih/minum. Wilayah ini diprediksikan sebagai wilayah yang akan mengalami perkembangan pesat di masa mendatang. Wilayah ini memiliki luas 17.798,31 Ha dan jumlah penduduk 226.693 pada tahun 2015. Berdasarkan hasil proyeksi, kebutuhan air bersih akan mencapai 912.1 liter/detik pada tahun 2035. IPAM ini direncanakan akan beroperasi selama 20 tahun (2016-2035), dengan rencana pengembangan dalam dua tahap perencanaan. Tahap I akan melayani dengan debit 386 liter/detik dan penambahan kapasitas pada Tahap II sebesar 314 liter/detik. Sumber air baku untuk IPAM ini adalah Sungai Cipeles dan Mata Air Sirah Cikandung, dengan alasan utama adalah debit yang memenuhi kebutuhan air perencanaan dan masih belum termanfaatkan secara optimal. Sedangkan lokasi IPAM direncanakan berada di Desa Nyalindung dan Desa Passanggrahan Baru dengan alasan ketersediaan lahan dan jarak relatif dekat dengan intake. Unit-unit pengolahan yang direncanakan dalam instalasi Sungai Cipeles adalah intake, pra-sedimentasi, aerasi, koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, desinfeksi dan netralisasi. Sedangkan unit-unit pengolahan yang direncanakan dalam instalasi Mata Air Sirah Cikandung adalah intake, dan desinfeksi. Instalasi juga akan dilengkapi dengan bangunan pendukung, seperti bangunan pembubuh bahan kimia, menara air, unit pengolah lumpur dan bangunan kantor.

Kata Kunci: Kebutuhan air, Wilayah potensial, Rencana Pengembangan, Instalasi Pengolahan Air Minum, Sungai Cipeles, Mata Air Sirah Cikandung.

(4)

ABSTRACT

Sumedang regency consists of twenty-six (26) sub-district, with an area of 155,871.98 hectares. Water service needs in Sumedang is still not optimal. People are still not getting the services of the Regional Water Company (RWC) Tirta Medal Sumedang evenly. Discharge of water supplied by RWC Tirta Medal Sumedang in 2015 an average of 30-40 liters / sec with real potential can reach 50-80 liters / sec. While the community needs for clean water and drinking is increasing. So it is necessary to increase the scope of services while maintaining water quality and sustainability of the source of raw water used. Rancakalong Sub District, North Sumedang Sub District, and South Sumedang Sub District are regions of Sumedang regency which have potential for the development of water services / drinking. The areas are predicted as the region that will experience rapid development in the future. These regions have an area of 17798.31 hectares and a population of 226693 in 2015. Based on the projections, the need for clean water will reach 912.1 liters / second in 2035. Water Treatment Plan (WTP) is planned to be in operation for 20 years (2016-2035), with the development plan in two stages of planning. First stage will serve with discharge 386 liters / sec and additional capacity in second stage of 314 liters / sec. Raw water source for this WTP is Cipeles River and Spring Sirah Cikandung, the main reason is discharge water that meets the needs of planning and is still not utilized optimally. While WTP planned location in the Nyalindung village and New Passanggrahan village because of the grounds availability of land and relatively close proximity to the intake. The processing units are planned in the installations of Cipeles River are intake, pre-sedimentation, aeration, coagulation, flocculation, sedimentation, filtration, disinfection and neutralization. While the processing units is planned in the installation of Spring Sirah Cikandung are intake, and disinfection. Installation will also be equipped with ancillary buildings, such as chemicals material buildings, water towers, sludge treatment units and office buildings.

Keywords: Water requirements, Potential regional, Development plan, Water

(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil‘alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Pengembangan dan Perencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Minum Kabupaten Sumedang”.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam penyelesaian penulisan tugas akhir ini, khusunya kepada:

1. Allah SWT, atas segala nikmat dan anugerah lahir batin yang tiada hentinya. Atas segala rencana terbaik-Nya, atas segala keajaiban yang telah dan akan terjadi. Alhamdulillah.

2. Neni Yuliani yang merupakan Ibu tercinta serta seluruh keluarga penulis yang selalu memberikan semangat dan dorongan secara mental, spiritual, dan materi.

3. Ibu Ir. Yuniati, M.T., M.Sc., Ph.D. selaku dosen pembimbing.

4. Dr. Benno Rahardyan, ST, MT. selaku Ketua Program Studi Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung.

5. Dr. Kania Dewi, ST, MT. selaku koordinator tugas akhir. 6. Dr. Suharyanto, S.T., M.Sc. selaku dosen wali.

7. Mas Budi dan seluruh staf Laboratorium Kualitas Air.

8. Ibu Ernawati, Pak Wawan, Pak Asep, Pak Yono, Ibu Sri dan segenap karyawan serta karyawati Teknik Lingkungan ITB.

9. Pak Fahmi Shidiq selaku Kepala Seksi Perencanaan PDAM Tirta Medal Sumedang.

10. Pak Ade Sunardi selaku staf Bidang Fisik BAPPEDA Kabupaten Sumedang.

11. Arkaniyata, atas segala informasi yang membantu penulis menyelesaikan laporan ini.

(6)

ii

12. Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan ITB yang selalu menjadi tempat saya bernaung dan berkembang selama menuntut ilmu di Kampus ITB. 13. Semua orang yang telah membantu saya selama mengerjakan tugas akhir

ini, baik langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.

Penulis berharap laporan ini akan menjadi bahan pembelajaran bagi semua pihak yang terlibat didalamnya. Penulis menyadari dalam penulisan laporan tugas akhir ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran yang membangun sebagai pembelajaran untuk kesempatan yang mendatang.

Bandung, Agustus 2016

(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii BAB I PENDAHULUAN ... I-1 1.1. Latar Belakang ... I-1 1.2. Maksud dan Tujuan ... I-2 1.3. Ruang Lingkup ... I-3 1.4. Sumber Data ... I-3 1.5. Sistematika Penulisan ... I-4 BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI ... II-1 2.1. Karakteristik Fisik Daerah ... II-1 2.1.1. Geografis ... II-1 2.1.2. Topografi dan Fisiografi ... II-3 2.1.3. Hidrologi dan Hidrogeologi ... II-3 2.1.4. Klimatologi ... II-5 2.1.5. Bencana Alam ... II-6 2.2. Sarana dan Prasarana ... II-7 2.2.1. Irigasi ... II-7 2.2.2. Sarana Perekonomian ... II-7 2.2.3. Sarana Sosial dan Kesehatan ... II-8 2.2.4. Sarana Peribadatan ... II-11 2.2.5. Kawasan Strategis ... II-13 2.3. Sosial Ekonomi ... II-14 2.3.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... II-14

(8)

iv

2.3.2. Mata Pencaharian Penduduk ... II-16 2.4. Ruang dan Lahan ... II-17 2.4.1. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) ... II-17 2.4.2. Penggunaan Lahan dan Tata Guna Lahan ... II-20 2.4.3. Kawasan Lindung ... II-22 2.4.4. Rencana Pemanfaatan Ruang Sumedang ... II-24 2.4.5. Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum ... II-26 2.5. Kependudukan ... II-28 BAB III KONDISI EKSISTING SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM .. III-1 3.1. Kondisi Sistem Penyediaan Air Minum Kabupaten Sumedang ... III-2 3.1.1. Penyediaan Air Bersih PDAM ... III-4 3.1.2. Jumlah Pelanggan PDAM ... III-4 3.1.3. Daerah Pelayanan ... III-5 3.1.4. Unit Air Baku ... III-5 3.1.5. Unit Produksi ... III-6 3.1.6. Kinerja Instalasi Air PDAM Tirta Medal ... III-7 3.1.7. Permasalahan SPAM Setiap Unit Kerja PDAM ... III-7 3.2. Penyediaan Air Bersih Non PDAM ... III-7 3.2.1. Daerah Yang Terlayani Sistem Non PDAM ... III-8 3.2.2. Sumber Air Baku ... III-9 3.2.3. Daerah Yang Belum Terlayani ... III-9 3.2.4. Daerah Rawan Air ... III-10 BAB IV POTENSI AIR BAKU WILAYAH STUDI ... IV-1 4.1. Potensi Air Permukaan ... IV-4 4.2. Potensi Air Tanah ... IV-5 4.3. Kualitas Mata Air ... IV-7 4.4. Neraca Air ... IV-8 4.5. Alternatif Sumber Air Baku ... IV-9 4.6. Potensi Waduk Jatigede Sebagai Sumber Air Baku ... IV-10 4.6.1. Pengembangan Sistem Penyediaan Air Bersih Jatigede ... IV-12

(9)

4.6.2. Air Baku ... IV-12 4.7. Pemilihan Sumber Air Potensial ... IV-13 BAB V KEBUTUHAN AIR MINUM DI WILAYAH PERENCANAAN .. V-1 5.1. Penentuan Wilayah Pelayanan ... V-1 5.1.1. Pola Pemanfaatan Ruang ... V-2 5.1.2. Evaluasi Tata Ruang Sumedang ... V-3 5.1.3. Kawasan Strategis Sumedang ... V-5 5.1.4. Rencana Sistem Pusat-Pusat Pelayanan ... V-7 5.1.5. Pemilihan Wilayah Potensial Perencanaan ... V-9 5.2. Periode Pelayanan ... V-14 5.3. Proyeksi Jumlah Penduduk ... V-14 5.4. Proyeksi Kebutuhan Air Minum ... V-17 BAB VI TINJAUAN SUMBER AIR BAKU ... VI-1 6.1. Umum ... VI-1 6.2. Persyaratan Air Baku Air Minum ... VI-2 6.3. Sumber Air Potensial di Daerah Perencanaan ... VI-3 6.4. Kuantitas Air Baku ... VI-6 6.5. Kualitas Air Baku ... VI-6 6.6. Prosedur Pemilihan Sumber Air Bersih ... VI-10 6.7. Lokasi Intake ... VI-16

BAB VII RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR

MINUM ... VII-1 7.1. Umum ... VII-1 7.2. Alternatif Sistem 1 ... VII-2 7.3. Alternatif Sistem 2 ... VII-5 7.4. Alternatif Sistem 3 ... VII-7 7.5. Alternatif Sistem 4 ... VII-10 7.6. Rekapitulasi Alternatif Sistem ... VII-14

(10)

vi

7.7. Rencana Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum Terpilih .. VII-14 BAB VIII RENCANA INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM ... VIII-1 8.1. Umum ... VIII-1 8.2. Baku Mutu Air Minum ... VIII-1 8.3. Analisa Kualitas Air Baku Terhadap Baku Mutu Air Minum ... VIII-3 8.3.1. Zat Padat Tersuspensi ... VIII-6 8.3.2. Besi ... VIII-7 8.3.3. Mangan ... VIII-7 8.3.4. Zat Organik ... VIII-8 8.3.5. Total Coli ... VIII-9 8.4. Lokasi Instalasi Pengolahan Air Minum ... VIII-10 8.5. Kapasitas Instalasi Pengolahan Air Minum ... VIII-11 8.6. Pemilihan Unit Pengolahan Air Minum ... VIII-12 8.7. Kebutuhan Bahan Kimia ... VIII-18 8.8. Unit-unit Pengolahan Instalasi Air Minum ... VIII-19 8.8.1. Intake ... VIII-21 8.8.2. Pra-Sedimentasi ... VIII-28 8.8.3. Koagulasi ... VIII-29 8.8.4. Flokulasi ... VIII-31 8.8.5. Sedimentasi... VIII-33 8.8.6. Filtrasi (Rapid Sand Filter) ... VIII-36 8.8.7. Desinfeksi ... VIII-40 8.8.8. Reservoir... VIII-41 8.8.9. Sludge Drying Bed ... VIII-44 BAB IX HASIL PERHITUNGAN UNIT-UNIT PENGOLAHAN ... IX-1

9.1. Umum ... IX-1 9.2. Unit Pengolahan Sungai Cipeles ... IX-1 9.2.1. Intake ... IX-1 9.2.2. Pra-Sedimentasi ... IX-8

(11)

9.2.3. Aerasi ... IX-13 9.2.4. Koagulasi ... IX-14 9.2.5. Flokulasi ... IX-17 9.2.6. Sedimentasi... IX-19 9.2.7. Filtrasi ... IX-25 9.2.8. Desinfeksi ... IX-40 9.2.9. Netralisasi ... IX-41 9.2.10. Menara Air... IX-43 9.2.11. Reservoir... IX-46 9.2.12. Sludge Drying Bed ... IX-47 9.2.13. Profil Hidrolis ... IX-48 9.3. Unit Pengolahan Mata Air Sirah Cikandung ... IX-51 9.3.1. Intake ... IX-51 9.3.2. Desinfeksi ... IX-52 9.3.3. Menara Air... IX-54 9.3.4. Reservoir... IX-55 9.3.5. Profil Hidrolis ... IX-57 BAB X SPESIFIKASI PEKERJAAN ... X-1 10.1. Persyaratan Umum... X-1 10.1.1. Nama Pekerjaan dan Lokasi Proyek ... X-1 10.1.2. Pemberi Tugas ... X-1 10.1.3. Pemborong ... X-1 10.1.4. Pengawas Lapangan ... X-2 10.1.5. Bangunan Sementara ... X-2 10.1.6. Ketentuan Penyelidikan Bahan/Alat ... X-3 10.1.7. Gambar-Gambar ... X-3 10.1.8. Pekerjaan Kurang/Lebih ... X-4 10.1.9. Rencana Kerja ... X-4 10.1.10. Laporan dan Perintah Kerja ... X-5 10.1.11. Kerapihan, Kebersihan dan Pengamanan ... X-5 10.1.12. Tuntutan ... X-6 10.1.13. Pemutusan Hubungan Kerja ... X-6

(12)

viii 10.1.14. Peraturan-Peraturan ... X-6 10.2. Spesifikasi Umum ... X-7 10.2.1. Pekerjaan Tanah ... X-7 10.2.2. Pekerjaan Beton ... X-8 10.2.3. Pekerjaan Kayu ... X-13 10.2.4. Pekerjaan Tembok ... X-14 10.2.5. Pekerjaan Plesteran ... X-15 10.2.6. Pekerjaan Siaran ... X-15 10.2.7. Pekerjaan Kaca dan Cat ... X-16 10.2.8. Pekerjaan Perpipaan dan Instalasi ... X-16 10.3. Spesifikasi Khusus ... X-18 10.3.1. Bangunan Penangkap Air (Intake) ... X-18 10.3.2. Bangunan Pra-Sedimentasi ... X-19 10.3.3. Bangunan Pengaduk Cepat (Koagulasi) ... X-20 10.3.4. Bangunan Pengaduk Lambat (Flokulasi) ... X-20 10.3.5. Bangunan Pengendap (Sedimentasi) ... X-21 10.3.6. Bangunan Saringan Pasir Cepat (Filtrasi) ... X-22 10.3.7. Bangunan Penampung Air Bersih (Reservoir) ... X-24 10.3.8. Bangunan Bahan Kimia ... X-25 10.3.9. Bangunan Penampung Lumpur ... X-26 10.3.10. Gudang ... X-26 10.3.11. Kantor ... X-27 BAB XI RENCANA ANGGARAN BIAYA ... XI-1 DAFTAR PUSTAKA ... xiii LAMPIRAN ... xvi

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumedang ... II-2 Tabel 2.2. Curah Hujan Sumedang Tahun 2010 -2013... II-6 Tabel 2.3. Rasio Jaringan Irigasi Kabupaten Sumedang Tahun 2009-2013 ... II-7 Tabel 2.4. Data Prasarana Dikdasmen Sumedang Tahun 2013/2014 ... II-9 Tabel 2.5. Sarana Prasarana Kesehatan Sumedang... II-11 Tabel 2.6. Jumlah Pemeluk dan Sarana Peribadatan di Sumedang ... II-12 Tabel 2.7. Perkembangan PDRB Sumedang Tahun 2010-2013 ... II-15 Tabel 2.8. Indikasi Program Pemanfaatan Ruang ... II-20 Tabel 2.9. Rencana Pemanfaatan Wilayah Sumedang ... II-24 Tabel 2.10. Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Kabupaten Sumedang Tahun 2012-2013 ... II-29 Tabel 3.1. Kondisi Pelayanan Air Bersih di Kabupaten Sumedang ... III-3 Tabel 3.2. Jumlah Sambungan Langsung (SL) PDAM Labupaten Sumedang .. III-5 Tabel 3.3. Sumber Air Baku yang Digunakan PDAM Kabupaten Sumedang .. III-6 Tabel 3.4. Desa yang Dilayani PAMSIMAS di Kabupaten Sumedang ... III-8 Tabel 3.5. Wilayah Belum Terlayani Air Bersih ... III-9 Tabel 4.1. Pemakaian Air di Beberapa Sungai ... IV-5 Tabel 4.2. Pemakaian Sumber Air Baku (Water Balance) ... IV-8 Tabel 4.3. Sumber Mata Air... IV-9 Tabel 5.1. Evaluasi Rencana Tata Ruang Sumedang ... V-6 Tabel 5.2. Kawasan Perkotaan di Sumedang ... V-8 Tabel 5.3. Hasil Perhitungan Nilai Rata-Rata ATP ... V-11 Tabel 5.4. Perbandingan Tarif PDAM dan Ability to Pay ... V-12 Tabel 5.5. Wilayah Potensial Kabupaten Sumedang untuk Pengembangan

Pelayanan Air Bersih/Minum ... V-13 Tabel 5.6. Proyeksi Penduduk Wilayah Perencanaan ... V-16 Tabel 5.7. Asumsi dan Dasar Perhitungan Proyeksi Kebutuhan Air Minum ... V-17 Tabel 6.1. Debit Sungai Cipeles tahun 2010-2015 ... VI-6 Tabel 6.2. Kualitas Mata Air Ciburial... VI-7 Tabel 6.3. Kualitas Sungai Cipeles ... VI-8 Tabel 6.4. Kualitas Mata Air Sirah Cikandung ... VI-9 Tabel 6.5. Karakteristik Umum Jenis Sumber Air ... VI-10 Tabel 6.6. Acuan Pemilihan Sumber Air Dilihat Dari Kualitas Air ... VI-12 Tabel 6.7. Kriteria Pengolahan Air ... VI-13 Tabel 6.8. Pemilihan Sumber dan Persaingan Pemakaian ... VI-15 Tabel 6.9. Pemilihan Sumber dan Persaingan Pemakaian di Sumedang ... VI-16

(14)

x

Tabel 7.1. Kapasitas IPAM Eksisting di Wilayah Perencanaan ... VII-2 Tabel 7.2. Panjang Pipa Sistem 1 ... VII-5 Tabel 7.3. Panjang Pipa Sistem 2 ... VII-7 Tabel 7.4. Panjang Pipa Sistem 3 ... VII-10 Tabel 7.5. Panjang Pipa Sistem 4 ... VII-13 Tabel 7.6. Rekapitulasi Kriteria Jaringan Alternatif Sistem ... VII-14 Tabel 7.7. Rencana Kapasitas IPAM ... VII-15 Tabel 8.1. Baku Mutu yang Digunakan Dalam Mengolah Air Baku ... VIII-2 Tabel 8.2. Perbandingan Kualitas Air Sungai Cipeles Terhadap Baku Mutu. VIII-4 Tabel 8.3. Kualitas Mata Air Sirah Cikandung Terhadap Baku Mutu ... VIII-5 Tabel 8.4. Persyaratan Penerapan Metode Pengolahan Air Minum ... VIII-14 Tabel 8.5. Model Prediksi Proses Pengolahan Air Minum ... VIII-15 Tabel 8.6. Pengaruh Proses Pengolahan terhadap Parameter Tertentu ... VIII-16 Tabel 8.7. Kebutuhan Jenis Pengolahan untuk Sungai Cipeles ... VIII-17 Tabel 8.8. Kebutuhan Jenis Pengolahan untuk Mata Air Sirah Cikandung .. VIII-17 Tabel 8.9. Pengaruh Pembubuhan Bahan Kimia terhadap Air Baku ... VIII-19 Tabel 8.10. Desain Kriteria Untuk Bar Screen ... VIII-23 Tabel 8.11. Kriteria Jumlah Pompa Yang Digunakan ... VIII-28 Tabel 8.12. Perbandingan Tipe Unit Flokulasi ... VIII-32 Tabel 8.13. Kriteria Unit Sedimentasi ... VIII-34 Tabel 8.14. Kriteria Unit Filtrasi (Saringan Cepat) ... VIII-38 Tabel 9.1. Perencanaan Ukuran Media Penyaring ... IX-25 Tabel 9.2. Distribusi Media Pasir... IX-26 Tabel 9.3. Distribusi Lapisan Media Antrasit ... IX-27 Tabel 9.4. Karakteristik Media Penyangga ... IX-27 Tabel 9.5. Distribusi Media Penyangga ... IX-27 Tabel 10.1. Macam Campuran Menggunakan Agregat Kasar dan Halus ... X-9 Tabel 10.2. Jenis Adukan pada Perencanaan ... X-15 Tabel 11.1. Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya IPAM Sungai Cipeles

Kabupaten Sumedang ... XI-1 Tabel 11.2. Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya IPAM Mata Air Sirah

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Distribusi Persentase PDRB Menurut Sektor di Kabupaten

Sumedang Tahun 2014 ... II-16 Gambar 2.2. Kawasan Metropolitan di Jawa Barat ... II-19 Gambar 2.3. Skema Pelayanan Air Bersih Sistem Regional

Jatinangor-Cimanggung ... II-27 Gambar 2.4. Skema Pelayanan Air Bersih Sistem Regional Jatigede ... II-28 Gambar 2.5. Grafik Pertumbuhan Penduduk Sumedang Tahun 2005-2015... II-28 Gambar 3.1. Diagram Capaian Layanan Air Minum di Sumedang ... III-4 Gambar 4.1. Peta Cekungan Air Tanah Sumedang dan Sekitarnya... IV-7 Gambar 5.1. Sistem Pusat-Pusat Pelayanan Sumedang dan Sekitarnya ... V-4 Gambar 5.2. Potensi Kawasan Perkotaan ... V-7 Gambar 5.3. Perhitungan Proyeksi Penduduk ... V-15 Gambar 5.4. Proyeksi Penduduk Wilayah Perencanaan ... V-17 Gambar 5.5. Proyeksi Kebutuhan Air Minum ... V-20 Gambar 6.1. Reservoir Intake ... VI-19 Gambar 6.2. River Intake ... VI-19 Gambar 6.3. Lake Intake ... VI-20 Gambar 6.4. Canal Intake ... VI-21 Gambar 7.1. Skema Sistem 1 Pengembangan SPAM Sumedang ... VII-3 Gambar 7.2. Tahapan Sistem 1 Pengembangan SPAM Sumedang ... VII-3 Gambar 7.3. Jaringan Perpipaan Sistem 1 ... VII-4 Gambar 7.4. Skema Sistem 2 Pengembangan SPAM Sumedang ... VII-5 Gambar 7.5. Tahapan Sistem 2 Pengembangan SPAM Sumedang ... VII-6 Gambar 7.6. Jaringan Perpipaan Sistem 2 ... VII-7 Gambar 7.7. Skema Sistem 3 Pengembangan SPAM Sumedang ... VII-8 Gambar 7.8. Tahapan Sistem 3 Pengembangan SPAM Sumedang ... VII-8 Gambar 7.9. Jaringan Perpipaan Sistem 3 Tahap 1 ... VII-9 Gambar 7.10. Jaringan Perpipaan Sistem 3 Tahap 2 ... VII-10 Gambar 7.11. Skema Sistem 4 Pengembangan SPAM Sumedang ... VII-11 Gambar 7.12. Tahapan Sistem 4 Pengembangan SPAM Sumedang ... VII-11 Gambar 7.13. Jaringan Perpipaan Sistem 4 Tahap 1 ... VII-12 Gambar 7.14. Jaringan Perpipaan Sistem 4 Tahap 2 ... VII-13 Gambar 8.1. Kebutuhan Air Maksimum ... VIII-11 Gambar 8.2. Rencana Kapasitas IPAM ... VIII-12 Gambar 8.3. Skema IPAM Mata Air Sirah Cikandung ... VIII-20 Gambar 8.4. Skema IPAM Sungai Cipeles ... VIII-20 Gambar 8.5. Reaksi Klorin di dalam Air ... VIII-41 Gambar 8.6. Lapisan Pasir pada Sludge Drying Bed ... VIII-45

(16)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I LAMPIRAN II LAMPIRAN III LAMPIRAN IV LAMPIRAN V

LAMPIRAN A PROYEKSI PENDUDUK

LAMPIRAN B PROYEKSI KEBUTUHAN AIR MINUM

LAMPIRAN C PERATURAN-PERATURAN TENTANG KUALITAS AIR LAMPIRAN D HASIL PERCOBAAN DAN KEBUTUHAN BAHAN KIMIA LAMPIRAN E DETAIL UNIT PENGOLAHAN SUNGAI CIPELES

LAMPIRAN F DETAIL UNIT PENGOLAHAN MATA AIR SIRAH CIKANDUNG

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebutuhan air sudah menjadi kebutuhan dasar hampir semua makhluk hidup untuk keberlangsungan hidupnya, tak terkecuali bagi manusia. Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat juga menuntut terpenuhinya kebutuhan air bersih secara merata, tidak terbatas, dan berkelanjutan. Untuk mengatasi hal tersebut sumber-sumber air bersih, seperti air tanah, air permukaan, air hujan, dan sebagainya telah dimanfaatkan keberadaannya dalam memenuhi kebutuhan akan air. Tidak hanya dari segi kuantitas dan kontinuitas, air juga harus dapat memenuhi kualitas tertentu jika ingin digunakan sebagai air minum, seperti bebas dari bahan kimia yang berbahaya bagi fungsi tubuh.

Penyediaan air minum merupakan salah satu kebutuhan dasar dan hak sosial ekonomi masyarakat yang harus dipenuhi oleh Pemerintah, baik itu Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Pusat. Ketersediaan air minum merupakan salah satu penentu peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang mana diharapkan dengan ketersediaan air minum dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, dan dapat mendorong peningkatan produktivitas masyarakat, sehingga dapat terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu, penyediaan sarana dan prasarana air minum menjadi salah satu kunci dalam pengembangan ekonomi wilayah.

Dalam mengelola Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM), penyelenggara harus berdasarkan pada prinsip Good Corporate Governance, memenuhi standar pelayanan minimum, persyaratan kualitas air minum sesuai peraturan Menteri Kesehatan yang berlaku dan memberikan pelayanan secara penuh 24 jam per hari kepada pelanggan.

Menilik dari permasalahan tumpang tindihnya program pengembangan sarana dan prasarana air minum menyebabkan ketersediaan air baku dan kondisi pelayanan air

(18)

I-2

minum kurang maksimal sehingga dapat memberikan implikasi penyelenggaraan SPAM yang berbeda untuk masing-masing wilayah. Untuk itu dibutuhkan suatu konsep dasar yang kuat guna menjamin ketersediaan air minum bagi masyarakat sesuai dengan tipologi dan kondisi di daerah.

Pelayanan kebutuhan air di Kabupaten Sumedang masih belum maksimal. Masyarakat masih belum mendapatkan pelayanan dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Medal Sumedang secara merata. Debit air yang dipasok PDAM Tirta Medal Sumedang saat ini rata-rata 30-40 liter/detik dengan potensi sebenarnya bisa mencapai 50-80 liter/detik. Sementara itu kebutuhan masyarakat akan air bersih dan minum semakin meningkat. Sehingga diperlukan peningkatan cakupan pelayanan dengan tetap menjaga kualitas air dan keberlanjutan dari sumber air baku yang digunakan.

Target pemerintah yakni target 100-0-100 yang mulai dikenalkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat adalah target yang tercantum dalam rancangan (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) RPJMN 2015-2019. Target 100% akses air minum, 0% kawasan permukiman kumuh, dan 100% akses sanitasi layak. Maka dari itu, perencanaan teknis dan pengembangan SPAM di Kabupaten Sumedang sangatlah diperlukan, terutama untuk menentukan wilayah dan sumber air baku yang potensial untuk menyokong pembangunan di Kabupaten Sumedang.

1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dari perencanaan ini adalah untuk memberikan masukan dan alternatif pengembangan terhadap sistem pengolahan air minum didaerah Kabupaten Sumedang. Adapun tujuan dari perencanaan ini adalah:

1. Menyusun rencana pengembangan Sistem Pengolahan Air Minum (SPAM) di Kabupaten Sumedang.

2. Membuat perencanaan teknis Sistem Pengolahan Air Minum (SPAM) di wilayah potensial Kabupaten Sumedang.

(19)

1.3. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pengembangan dan perencanaan teknis sistem pengolahan air minum yang akan dilaksanakan meliputi:

 Studi gambaran umum daerah perencanaan meliputi gambaran umum, batas administrasi dan pembagian wilayah, klimatologi, topografi, jenis tanah, hidrologi, kependudukan, kondisi sosial ekonomi dan kondisi eksisting penyediaan air bersih.

 Melakukan pengkajian, analisis dan memilih sumber air baku paling potensial untuk menyokong pertumbuhan dan pembangunan di Kabupaten Sumedang.

 Perhitungan proyeksi kebutuhan air minum berdasarkan pada kondisi kependudukan yang terdapat dalam wilayah perencanaan strategis dan potensial, dengan periode perencanaan tertentu berdasarkan karakteristik pertumbuhan penduduk wilayah tersebut.

 Studi sumber air baku terhadap beberapa parameter fisik, kimia dan biologi. Hasilnya akan digunakan sebagai acuan dalam analisis pengolahan air minum yang direncanakan.

 Perencanaan pengembangan sistem penyediaan air minum yang meliputi alternatif pengembangan penyediaan air minum.

 Perencanaan desain Instalasi Pengolahan Air Minum yang meliputi pemilihan unit-unit, perhitungan dimensi unit dan gambar layout instalasi pengolahan air minum.

 Penyusunan spesifikasi teknis pekerjaan dan Rancangan Anggaran Biaya dalam pembangunan yang akan dilaksanakan.

1.4. Sumber Data

Data-data yang digunakan dalam penyusunan pengembangan dan perencanaan teknis sistem pengolahan air minum diperoleh dari:

1. Data primer hasil pengamatan di lapangan 2. Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumedang

(20)

I-4

4. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sumedang 5. Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sumedang

6. Dinas Binamarga Kabupaten Sumedang

7. Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Perumahan Kabupaten Sumedang 8. Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang

9. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Sumedang

1.5. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir ini terdiri dari:  Bab I Pendahuluan

Meliputi latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup, sumber data, dan sistematika penulisan.

 Bab II Gambaran Umum Wilayah Studi

Menggambarkan secara umum wilayah studi yang terdiri dari batas administratif dan pembagian wilayah, klimatologi, topografi, jenis tanah, kependudukan, hidrologi, kependudukan, sosial ekonomi dan budaya, kondisi sarana dan prasarana, sarana kesehatan lingkungan, ruang dan lahan berdasarkan rencana RTRW Kabupaten Sumedang.

 Bab III Kondisi Eksisting Sistem Penyediaan Air Minum

Menguraikan kondisi SPAM eksisting, aspek teknis dan non teknis serta permasalahan yang terjadi mengenai sistem penyediaan air minum di wilayah studi.

 Bab IV Potensi Air Baku Wilayah Studi

Menguraikan potensi sumber-sumber air baku di wilayah Kabupaten Sumedang yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan SPAM Kabupaten Sumedang. Kemudian setelah melalui analisis akan dipilih sumber air baku yang paling potensial untuk memenuhi kebutuhan air bersih, menyokong pertumbuhan dan pembangunan di Kabupaten Sumedang.

(21)

 Bab V Kebutuhan Air Minum di Wilayah Perencanaan

Menentukan daerah pelayanan, periode perencanaan, proyeksi jumlah penduduk dan proyeksi kebutuhan air minum. Proyeksi kebutuhan berdasarkan perhitungan kebutuhan air minum untuk kebutuhan domestik, non domestik, sarana perkotaan dan perkiraan fluktuasi pemakaian air.  Bab VI Tinjauan Sumber Air Baku

Meliputi data-data mengenai persyaratan air baku air minum, sumber air baku air minum, lokasi intake, kuantitas air baku dan kualitas air baku.  Bab VII Rencana Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

Meliputi sumber air baku yang akan digunakan serta beberapa alternatif sistem pengembangan penyediaan air minum. Selain itu bab ini juga berisi tentang analisa hidrolis untuk setiap alternatif yang disajikan.

 Bab VIII Rencana Instalasi Pengolahan Air Minum

Meliputi baku mutu air minum, analisa kualitas air baku terhadap baku mutu air minum, dasar-dasar pemilihan unit pengolahan air minum dan kebutuhan bahan kimia, tinjauan pustaka dan kriteria desain keseluruhan instalasi pengolahan air minum yang direncanakan.

 Bab IX Hasil Perhitungan Unit-Unit Pengolahan

Menuliskan hasil kalkulasi dan perencanaan keseluruhan instalasi pengolahan air minum yang direncanakan.

 Bab X Spesifikasi Pekerjaan

Menjelaskan spesifikasi teknis pekerjaan yang diperlukan dalam pelaksanaan pembangunan instalasi pengolahan air minum.

 Bab XI Rencana Anggaran Biaya

Estimasi anggaran biaya yang diperlukan dalam pembangunan instalasi pengolahan air minum yang direncanakan.

(22)

II-1

BAB II

GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

2.1. Karakteristik Fisik Daerah 2.1.1. Geografis

Menurut letak geografis wilayah administratif Kabupaten Sumedang berbatasan langsung dengan wilayah administrasi:

 Sebelah Utara : Kabupaten Indramayu;

 Sebelah Selatan : Kabupaten Garut dan Kabupaten Bandung;

 Sebelah Barat : Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Subang;  Sebelah Timur : Kabupaten Majalengka.

Batas administratif Kabupaten Sumedang tersebut terletak pada posisi 06034’46,18” - 07°00'56,25" Lintang Selatan dan 107001’45,63” - 108°12'59,04" Bujur Timur. Secara visualisasi wilayah administratif dapat dilihat dalam peta wilayah Kabupaten Sumedang pada Lampiran I.1.

Luas Wilayah Kabupaten Sumedang adalah 155.871,98 Ha sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang No 2 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumedang Tahun 2011 - 2031 yang terdiri dari 26 kecamatan terbagi ke dalam 276 desa dan 7 kelurahan. Kecamatan yang paling luas wilayahnya adalah Kecamatan Buahdua (6,91%) dari total luasan Kabupaten Sumedang, sedangkan yang paling kecil luas wilayahnya adalah Kecamatan Cisarua (1,14%). Rincian luas wilayah Kabupaten Sumedang menurut kecamatan lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.1.

(23)

Tabel 2.1. Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumedang (Sumber: Perda No. 2 Tahun 2012 tentang RTRW Sumedang 2011-2031, 2012)

No. Kecamatan Luas Wilayah (ha) Jumlah Desa/ Kelurahan 1 Jatinangor 3,160.35 12 2 Cimanggung 5,555.18 11 3 Tanjungsari 4,486.04 12 4 Sukasari 4,181.77 7 5 Pamulihan 5,069.83 11 6 Rancakalong 5,506.87 10 7 Sumedang Selatan 9,251.27 10/4 *) 8 Sumedang Utara 3,040.17 10/3 **) 9 Ganeas 2,289.70 8 10 Situraja 4,323.37 14 11 Cisitu 6,502.82 10 12 Darmaraja 4,937.64 16 13 Cibugel 5,951.82 7 14 Wado 8,426.83 11 15 Jatinunggal 7,212.00 9 16 Jatigede 10,624.03 12 17 Tomo 8,474.29 10 18 Ujungjaya 8,622.62 9 19 Conggeang 10,697.52 12 20 Paseh 3,162.36 10 21 Cimalaka 4,328.85 14 22 Cisarua 1,770.74 7 23 Tanjungkerta 4,372.13 12 24 Tanjungmedar 6,067.27 9 25 Buahdua 10,768.28 14 26 Surian 7,088.23 9

(24)

II-3

2.1.2. Topografi dan Fisiografi

Topografi wilayah Kabupaten Sumedang berada pada ketinggian antara 20 – 1.000 meter dari permukaan laut. Visualisasi dari fisiografi dapat diamati pada Lampiran I.2. Dan visualisasi topografi Kabupaten Sumedang dapat dilihat pada Lampiran I.3. Kemudian, visualisasi kemiringan lereng di kabupaten Sumedang dapat diamati pada Lampiran I.4.

2.1.3. Hidrologi dan Hidrogeologi

Hidrologi suatu wilayah sangat diperlukan dalam pengendalian dan pengaturan tata air wilayah tersebut, di mana pengendalian dan pengaturan tata air tersebut meliputi masalah sumber air, kebutuhan air tanaman, banjir, peluapan, erosi, dan sedimentasi. Sumber air suatu wilayah tergantung pada daur hidrologi wilayah tersebut, baik daur alami maupun yang telah diintervensi manusia. Daur hidrologis alami dipengaruhi oleh kondisi cuaca, topografi, geologi, dan letak dari wilayah tersebut dalam satuan wilayah sungai atau daerah tangkapan air.

Aliran-aliran sungai besar di wilayah ini bersama dengan anak-anak sungainya membentuk pola Daerah Aliran Sungai (DAS) yang dapat digolongkan atas 6 Sub DAS yakni Sub DAS Citarik, Cipeles, Cipunegara, Cipelang, Cimanuk, dan Sub DAS Cilutung. Peta DAS Kabupaten Sumedang dapat diamati pada Lampiran I.1. Dan peta Sub-DAS Kabupaten Sumedang dapat dilihat pada Lampiran I.2.

Terkait dengan DAS adalah keberadaan air tanah yang secara umum dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya curah hujan, luas daerah peresapan, sifat kelulusan bahan permukaan, lapisan batuan serta morfologi suatu wilayah. Tipe air tanah terbagi dalam 2 kategori yakni air tanah bebas dan air tanah tertekan.

a) Air tanah bebas, sering disebut dengan air tanah dangkal, karena dapat diperoleh dengan mudah (menggali pada kedalaman antara 1-20 meter). Di daerah dataran umumnya kedalaman pencapaian air lebih dangkal yakni <3 meter. Sedangkan di daerah perbukitan, muka air tanah mencapai >3 meter dari permukaan tanah seperti di daerah Tanjungsari yang mencapai 20 meter. Di Daerah Paseh dan sekitarnya, muka air tanah mencapai 4-10 meter dan air tanah terdapat pada rongga-rongga endapan lahar dan breksi.

(25)

b) Air tanah tertekan terdapat dalam lapisan yang terletak antara dua lapisan batuan kedap air. Air tanah tertekan jarang dijumpai di Wilayah Kabupaten Sumedang.

Berdasarkan hidrogeologinya, wilayah Kabupaten Sumedang dapat dikategorikan dalam 5 tipe estimasi produktivitas air tanah, yaitu:

a) Akuifer dengan aliran melalui ruang antar butir, meliputi akuifer dengan produktivitas sedang (akuifer tidak menerus, tipis, dan rendah keterusannya), muka air tanah umumnya dangkal, debit sumur umumnya kurang dari 5 liter/detik. Komposisi litologinya terdiri dari aluvium berupa lempung, pasir, dan kerikil.

b) Akuifer dengan aliran melalui celahan dan ruang antar butir meliputi : o Akuifer dengan produktivitas tinggi dan penyebaran luas (akuifer dengan

keterusan dan kedalaman muka air tanah yang sangat beragam) dengan debit sumur yang umumnya lebih dari 5 liter/detik.

o Akuifer produktif dengan keterusan yang sangat beragam. Umumnya air tanah ini tidak digunakan karena dalamnya muka air tanah. Komposisi litologi batuan dan kelulusannya berupa endapan vulkanik muda yang terdiri dari breksi tufaan, lahar, tufa, dan aliran lava dengan kelulusan yang beragam.

c) Akuifer (bercelah/sarang) dengan produktivitas rendah dan daerah air tanah langka meliputi :

o Akuifer dengan produktivitas rendah, setempat berarti. Umumnya keterusannya sangat rendah, setempat air tanah dangkal dalam jumlah yang terbatas. Jenis air tanah ini diperoleh di lembah-lembah atau pada zona-zona pelapukan. Sedangkan komposisi litologi batuan dan kelulusan dari wilayah ini umumnya batu pasir tufaan dengan batu apung, nafal tufaan, serpih tufaan berselingan dengan batu lempung atau nafal. Kelulusan yang dimiliki umumnya rendah sampai sedang.

o Daerah air tanah langka. Komposisi litologi batuan dan kelulusan jenis air tanah langka di wilayah ini berupa breksi vulkanik, tufa dan lava

(26)

II-5

bersisipan batu pasir, batu lanau, dan batu lempung sangat padu. Umumnya tingkat kelulusannya rendah dengan kelulusan sedang terutama berada di zona pelapukan yang tebal.

Selain air tanah adalah air permukaan berupa sungai. Sungai berfungsi mengumpulkan air hujan ke daerah aliran sungai. Dengan membandingkan curah hujan rata-rata dengan volume air sungai, diperkirakan sebagian besar curah air hujan meresap ke dalam tanah dan sisanya mengalir sebagai air permukaan. Sungai-sungai besar yang banyak dimanfaatkan airnya adalah Sungai Cipeles, Sungai Cirajang, Sungai Cipunegara, dan Sungai Cisugan. Hulunya di daerah pegunungan antara lain Gunung Tampomas, Gunung Pangarang, dan Gunung Calangcang. Disamping air sungai, air permukaan ditunjang oleh keberadaan mata termasuk mata air panas seperti di Kecamatan Conggeang dan Buahdua dengan debit antara 10-100 liter/detik.

2.1.4. Klimatologi

Curah hujan menurut kecamatan selama tahun 2010 sampai dengan 2013 ditunjukan oleh Tabel 2.2. Selama tahun 2013 hari hujan terbanyak terjadi di Kecamatan Conggeang sebanyak 202 hh, sedangkan curah hujan terbanyak terjadi di Kecamatan Wado yaitu sebesar 5.313 mm3. Mengenai peta rata-rata curah hujan

(27)

Tabel 2.2. Curah Hujan Sumedang Tahun 2010 -2013 (Sumber: Kabupaten Sumedang Dalam Angka, 2014)

2.1.5. Bencana Alam

Potensi bencana alam yang banyak dijumpai di Kabupaten Sumedang pada umumnya berupa gerakan tanah, erosi dan banjir setempat. Salah satu faktor alam penyebab terjadinya gerakan tanah disamping faktor-faktor alam lainnya seperti curah hujan, struktur geologi, stratigrafi (kedudukan bidang pelapisan terhadap kemiringan lerengnya), tataguna lahan, morfologi dan kegempaan. Untuk gerakan tanah sering terjadi di bagian utara terutama di sekitar Surian, Buahdua, Tanjungkerta, Cimalaka, Conggeang dan Rancakalong sedangkan di bagian Timur terutama yang berada pada jalur sesar berada di Tomo, Jatigede, Darmaraja dan Jatinunggal. Peta rawan bencana di Kabupaten Sumedang dapat diamati pada Lampiran I.4.

(28)

II-7

2.2. Sarana dan Prasarana 2.2.1. Irigasi

Kabupaten Sumedang merupakan kabupaten agraris dimana sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Sumedang, maka perlu adanya sarana irigasi untuk menunjang sektor pertanian tersebut, sampai dengan sekarang di Kabupaten Sumedang memiliki sarana irigasi panjang 1.450,25 km dengan 46.144 km areal pemanfaatan. Adapun perkembangan rasio irigasi selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Rasio Jaringan Irigasi Kabupaten Sumedang Tahun 2009-2013 (Sumber: Profil Kabupaten Sumedang, 2014)

No. Jaringan Irigasi

Panjang Jaringan 2009 2010 2011 2012 2013 1 . Jaringan primer 28,89 25,83 25,85 23,67 20,65 2 . Jaringan Sekunder 44,08 44,12 44,09 41,74 39,56 3 . Jaringan Tersier 22,03 30,05 30,06 34,69 39,79 4 Luas lahan budidaya - - - 63,30% - 5 . Rasio 1.035 1.025 1.025 1.025 1.035 2.2.2. Sarana Perekonomian

Kabupaten Sumedang menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam yang tetap mengandalkan potensi agrobisnis dan kepariwisataan daerah yang dikembangkan pada sumber daya air terbangun (bendungan Jatigede) dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu dan teknologi terapan yang terus meningkat. Berdasarkan analisis terhadap indikator makro ekonomi Kabupaten Sumedang, dengan memperhatikan kondisi ekonomi nasional dan global serta Fokus Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahap tiga (2014-2018) bidang ekonomi yaitu:

o Pengembangan Kabupaten Sumedang sebagai Kabupaten Agribisnis yang didukung oleh kepariwisataan dan perindustrian secara efektif, berdayasaing dan berkelanjutan sebagaimana tertuang dalan Perda Nomor 2 Tahun 2012

(29)

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Sumedang 2011-2031 dan kontribusi PDRB dari sektor Pertanian sebesar 28,82%;

o Pengembangan sistem perekonomian daerah berparadigma ekonomi kreatif guna mendorong penciptaan lapangan kerja masal dan penurunan jumlah kemiskinan, sejalan dengan Inpres No. 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif;

o Memantapkan keterpaduan antara Industri Besar dengan Industri Kecil dan Menengah (IKM) dalam pemanfaatan potensi ekonomi daerah dan keterkaitan antar rantai bisnis.

Maka arah pembangunan perekonomian Kabupaten Sumedang dapat diprioritaskan kepada beberapa sektor yang dominan memberikan kontribusi terhadap PDRB dan prioritas pembangunan ekonomi tahun 2014 yaitu sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor industri pengolahan. Juga kepada sektor yang memiliki prospek yang baik dimasa yang akan datang serta tahan terhadap guncangan ekonomi yaitu sektor Usaha Menengah Kecil dan Mikro (UMKM) berbasis ekonomi kreatif dan pariwisata. Sedangkan sektor lainnya menjadi pendukung. Kebijakan pembangunan ekonomi pada masing-masing sektor dapat diarahkan antara lain:

1) Sektor pertanian;

2) Sektor pertambangan dan penggalian; 3) Sektor industri pengolahan;

4) Sektor listrik, gas, dan air bersih; 5) Sektor perdagangan, hotel dan restoran;

6) Sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan; 7) Sektor jasa pariwisata.

2.2.3. Sarana Sosial dan Kesehatan Pendidikan

Data pendidikan di Kabupaten Sumedang terdiri dari tiga jenjang dan 13 satuan pendidikan, yaitu 1) SD, 2) MI, 3) SDLB, dan 4) Paket A, 5) SMP, 6) MTs, 7) SMPLB, 8) Paket B, 9) SMA, 10) MA, 11) SMK, 12) SMALB, dan 13) Paket

(30)

II-9

C. Dalam bahasan berikutnya hanya dirinci menurut jenjang, yaitu SD, SMP, dan SM serta rangkuman dikdasmen.

Data dikdasmen yang disajikan diuraikan menjadi 14 variabel data pada Tahun 2013/2014. Sebanyak 8 variabel pertama adalah prasarana yang terdiri dari sekolah, rombongan belajar (kelas), ruang kelas, perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, laboratorium, dan ruang olahraga sedangkan 6 variabel berikutnya adalah sumber daya manusia seperti siswa baru, siswa, lulusan, guru, mengulang, dan putus sekolah.

Untuk data keadaan prasarana pendidikan dasar dan menengah di Kabupaten Sumedang secara umum dapat dilihat pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4. Data Prasarana Dikdasmen Sumedang Tahun 2013/2014 (Sumber: Profil Kabupaten Sumedang, 2014)

No Variabel SD/MI SMP/MTS SM/MA Dikdasmen

1 Sekolah 667 159 10 6 932 2 Rombongan Belajar 4.969 1.760 1.076 7.805 3 Ruang kelas 4.102 1.801 86 9 6.772 4 Perpustakaan 359 126 7 7 562 5 Ruang UKS 185 80 8 4 349 6 Ruang Komputer 139 87 8 4 310 7 Laboratorium - 104 12 4 228 8 Ruang Olahraga 81 64 8 6 231

Berdasarkan Tabel 2.4. diatas Kabupaten Sumedang terdapat jumlah sekolah dikdasmen sebesar 932 buah dengan sekolah terbesar adalah jenjang Sekolah Dasar sebesar 667 sekolah dan terkecil adalah jenjang Sekolah menengah Atas & Kejuruan sebesar 106 sekolah. Seperti satuan pendidikan di kabupaten/kota lainnya, ternyata makin tinggi jenjang pendidikan makin sedikit jumlah satuan pendidikan yang ada jika dibandingkan dengan jenjang pendidikan yang lebih rendah.

Diketahui bahwa untuk menampung siswa jenjang SD sebesar 115,831 tersedia 667 sekolah dan 4.102 ruang kelas serta rombongan belajar sejumlah 4.969 Hal yang sama untuk menampung siswa jenjang SMP sebesar 53,746 orang, tersedia 159 sekolah dan 1.801 ruang kelas dengan jumlah rombongan belajar sebesar 1.760 Untuk menampung siswa jenjang SM sebesar 34,253 orang, tersedia sebesar 106

(31)

sekolah dan 869 ruang kelas dengan jumlah rombongan belajar sebesar 1.076 Dengan demikian, untuk dikdasmen telah menampung sebanyak 203,830 orang di 932 sekolah dan 6.772 ruang kelas dengan jumlah rombongan belajar sebesar 7.805. Juga diketahui ruang kelas jenjang Sekolah Menengah Atas & Kejuruan yang lebih kecil jika dibandingkan dengan rombongan belajar yang ada sedangkan jenjang Sekolah Dasar dengan kondisi sebaliknya. Bila satu rombongan belajar harus menggunakan satu ruang kelas maka masih terdapat kekurangan ruang kelas. Kondisi di Kabupaten Sumedang, untuk jenjang SD kekurangan 867 ruang, namun jenjang SMP kelebihan 41 ruang kelas, dan jenjang SM kekurangan 207 ruang sehingga untuk dikdasmen kekurangan 1.033 ruang. Terjadinya kekurangan ruang kelas di jenjang Sekolah Dasar tersebut hendaknya dipenuhi dalam rangka meningkatkan siswa yang masuk ke jenjang SMP sehingga Misi K1 meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan dapat tercapai sesuai dengan Rencana Strategi Kemdiknas 2010-2014. Sebaliknya, jenjang pendidikan SMP yang kelebihan ruang kelas hendaknya diupayakan untuk meningkatkan jumlah siswa bersekolah sehingga ruang kelas yang ada tidak dibiarkan kosong agar ketersediaan layanan pendidikan dapat tercapai.

Kesehatan

Dalam rangka meningkatkan keterjangkauan pelayanan kesehatan Pemerintah Kabupaten Sumedang mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 8 tahun 2006 tentang Pelayanan Kesehatan Dasar Dengan Bebas Biaya. Pembebasan Biaya Pelayanan Kesehatan Dasar ini dilaksanakan di Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Polindes. Adapun jadwal pelayanan Pembebasan Biaya Pelayanan Kesehatan Dasar di UPTD Puskesmas, Pustu dan Polindes mulai jam 07.30 s/d 12.30, Jumat : 07.30 s/d 11.00, Sabtu : 07.30 s/d 12.00 WIB.

Akses masyarakat terhadap Puskesmas semakin tahun semakin menurun, kunjungan masyarakat ke Puskesmas paling tinggi pada tahun 2008 ketika bebas biaya pertama kali diberlakukan. Penurunan kunjungan Puskesmas ini dapat dipengaruhi beberapa faktor antara lain derajat kesehatan masyarakat yang semakin meningkat kemudian bertambahnya sarana pelayanan kesehatan swasta di Kabupaten Sumedang.

(32)

II-11

Sumber daya Kesehatan sangat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas kesehatan. Sumber daya kesehatan dapat berupa sumber daya manusia/ tenaga kesehatan, sarana prasarana kesehatan dan pembiayaan kesehatan. Informasi jumlah sarana prasarana kesehatan Kabupaten Sumedang dapat diamati lebih lengkap pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5. Sarana Prasarana Kesehatan Sumedang (Sumber: Profil Kabupaten Sumedang, 2014)

Jenis Sarana Prasarana Kesehatan Jumlah Sarana Kesehatan Pemerintah Jumlah Sarana Kesehatan Swasta

Rumah Sakit Umum 1 1

Puskesmas 32 - Puskesmas DTP 6 - Puskesmas Non DTP 26 - Puskesmas Pembantu 73 - Poskesdes/Polindes 307 - Balai Pengobatan 5 106 dr. Praktek Umum - 142 Bidan Praktek - 195 Rumah Bersalin - 6 Apotik - 68 Toko Obat - 48 Batra - 21 Radiologi - 4 Laboratorium - 6 2.2.4. Sarana Peribadatan

Untuk mengetahui perkembangan keagamaan di Kabupaten Sumedang secara umum dapat di lihat pada Tabel 2.6.

(33)

Tabel 2.6. Jumlah Pemeluk dan Sarana Peribadatan di Sumedang (Sumber: Profil Kabupaten Sumedang, 2014)

Nama Nilai Satuan

2009 2010 2011 2012 2013

I. Jumlah Pemeluk Agama Orang 1). Islam 977695 1027855 1076491 1276491 1301047 Orang 2). Kristen 3385 3420 3531 3622 4777 Orang 3). Katolik 410 521 620 719 745 Orang 4). Hindu 98 102 108 114 120 Orang 5). Budha 396 396 403 407 408 Orang 6). Konghucu 533 533 533 536 536 Orang 7). Lainnya 13 13 13 14 15 Orang

II. Sarana Ibadah

1). Masjid 2562 2582 2601 2620 2660 Buah

2). Langgar/Mushola 2820 2826 2828 2831 2836 Buah

3). Gereja Kristen 3 3 4 5 6 Buah

4). Gereja Katolik/Kapel 3 3 3 3 3 Buah

5). Pura/Kuil/Sanggah 2 2 2 2 2 Buah

6).Vihara/Cetya/Klenteng 1 2 2 2 2 Buah

III. Jumlah Jemaah Haji Orang

1). Kuota 842 842 842 842 674 Orang

2). Pemberangkatan 830 829 832 833 638 Orang

IV. Jumlah KUA

1). Total 26 26 26 26 26 Buah

2). Rusak Berat 8 7 9 7 3 Buah

3). Rusak Ringan 7 6 8 8 5 Buah

V. Jumlah Penyuluh Agama 1). Perkualifikasi 31/341 31/263 31/259 31/259 31/259 Buah 2). PNS/Non PNS 31/341 31/263 31/259 31/259 31/259 Buah VI.Jumlah Lembaga

Pendidikan Keagamaan Buah

1). Taman Pendidikan

Al-Qur'an (TPA) 584 585 682 933 844 Buah

2). Sekolah Minggu 0 0 0 0 0 Buah

3). Pondok Pesantren 182 203 225 233 243 Buah 1. Kapasitas Kurang dari

100 Santri 169 190 213 220 230 Buah

2. Kapasitas antara

100-500 Santri 9 9 9 9 9 Buah

3. Kapasitas lebih dari 500

Santri 4 4 4 4 4 Buah

4. Jumlah Pondok/Rombel 273 305 338 350 365 Buah 5. Jumlah Santri 16244 16511 16803 1706 17239 Orang

(34)

II-13

Tabel 2.6. menunjukkan bahwa sampai dengan tahun 2013, penduduk Kabupaten Sumedang mayoritas beragama islam, dengan tren positif dari tahun sebelumnya yakni sebesar 1,92%. Selanjutnya penduduk yang beragama Kristen di peringkat kedua dengan perkembangan tren positif sebesar 31,9% dari tahun sebelumnya atau terjadi penambahan pemeluk sebanyak 1155 orang. Kemudian di susul oleh pemeluk Konghucu di peringkat ketiga, pemeluk Buda keempat dan Hindu di peringkat kelima. Demikian pula untuk sarana ibadah mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dengan bertambahnya jumlah Masjid sebanyak 40 buah atau 1,53% dari tahun sebelumnya serta mushola sebesar 0,18%. Untuk kuota dan pemberangkatan haji mengalami tren negatif (penurunan) hal ini dimungkinkan karena penurunan dan pembatasan kuota haji di Indonesia yang berimplikasi kepada kuota dan pemberangkatan haji di Kabupaten Sumedang.

2.2.5. Kawasan Strategis

Kawasan strategis wilayah kabupaten merupakan bagian wilayah kabupaten yang penataan ruangnya diprioritaskan, karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial budaya, dan/ atau lingkungan. Penentuan kawasan strategis kabupaten lebih bersifat indikatif. Batasan fisik kawasan strategis kabupaten akan ditetapkan lebih lanjut di dalam rencana tata ruang kawasan strategis. Peta rencana kawasan strategis Kabupaten Sumedang dapat diamati pada Lampiran I.5.

Beberapa kawasan strategis di Kabupaten Sumedang adalah sebagai berikut: 1) Kawasan Strategis Nasional (KSN)

KSN yang ada di wilayah Kabupaten Sumedang meliputi:

o Kawasan Pengamatan Dirgantara Tanjungsari dengan sudut kepentingan pendayagunaan sumberdaya alam dan teknologi tinggi; dan o Kawasan Metropolitan Bandung Raya dengan sudut kepentingan

(35)

2) Kawasan Strategis Provinsi (KSP)

KSP yang ada di wilayah Kabupaten Sumedang meliputi : o KSP Koridor Bandung–Cirebon; dan

o KSP Pendidikan Jatinangor. 3) Kawasan Strategis Kabupaten (KSK)

KSK yang ada di wilayah Kabupaten Sumedang meliputi : o Kawasan Perkotaan Sumedang;

o Rintisan Kawasan Industri Ujungjaya; o Kawasan Waduk Jatigede;

o Kawasan Tanjungari dan sekitarnya; o Kawasan DI Sentig; dan

o Kawasan Di Ujungjaya.

KSK dari sudut kepentingan sosial budaya Kawasan Kampung Sunda yang terletak di Kawasan Jatigede.

KSK dari sudut kepentingan pendayagunaan sumberdaya alam dan teknologi tinggi meliputi :

o Kawasan Gunung Tampomas dan sekitarnya; dan o Kawasan Agroteknobisnis Sumedang.

2.3. Sosial Ekonomi

2.3.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Pada tahun 2013 nilai PDRB adalah berlaku kabupaten Sumedang mencapai Rp. 16.582,85 milyar mengalami peningkatan sebesar Rp. 1.659,13 milyar jika dibanding tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp. 14.923,72 milyar. Demikian juga nilai PDRB adh konstan tahun 2013 mencapai 6.437,59 milyar naik dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya mencapai 6.154,59 milyar atau mengalami kenaikan sebesar 283,01 milyar. Hal tersebut tidak terlepas dari peranan sektor pertanian

(36)

II-15

yang masih mendominasi perekonomian Kabupaten Sumedang. Peranan sektor pertanian terhadap perekonomian Kabupaten Sumedang memberikan andil sebesar 28,03%, kemudian peranan sektor perdagangan dan industri memberikan andil masing-masing sebesar 27,86 persen dan 21,74%. Bila dikaji lebih mendalam sub sektor pertanian yang memberikan andil terbesar adalah tanaman bahan makanan. Hal ini berarti bahwa masyarakat Kabupaten Sumedang sebagian besar bermata pencaharian di bahan pokok makan terutama padi. Detail perkembangan PDRB Kabupaten Sumedang dapat diamati pada Tabel 2.7.

Tabel 2.7. Perkembangan PDRB Sumedang Tahun 2010-2013 (Sumber: Statistik Daerah Kabupaten Sumedang, 2014)

Uraian 2010 2011 2012 2013

PDRB ADHK (milyar Rp.) 5.608,74 5.879,09 6.154,59 6.437,59 PDRB ADHB (milyar Rp.) 12.265,68 13.531,78 14.923,72 16.582,85

PDRB/ Kapita (Ribu Rp.) 11.215,87 12.210,93 13.303,52 14.739,00

Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator makro yang sering digunakan sebagai salah satu alat strategi kebijakan bidang ekonomi sehingga laju pertumbuhan ekonomi tersebut menjadi salah satu indikator yang sangat penting untuk bahan evaluasi pembangunan. Secara umum pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sumedang pada tahun 2013 mengalami pertumbuhan sebesar 4,60 persen. Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tumbuh 4,69 persen, maka mengalami perlambatan. Perlambatan ini diakibatkan melemahnya beberapa sub sektor pertanian antara lain sub sektor perkebunan (0,91%), peternakan (0,49%) dan kehutanan (1,43%).

Untuk melihat peranan masing-masing sektor terhadap perekonomian Kabupaten Sumedang tahun 2013 dapat dilihat pada Gambar 2. 1. Pada tabel tersebut peranan sektor pertanian mencapai 28,03%. Sektor ini yang menjadi andalan Kabupaten Sumedang ini pada dasarnya berpeluang dapat lebih mendorong roda perekonomian. Sektor perdagangan, hotel dan restoran menempati urutan kedua dalam pembentukan PDRB Kabupaten Sumedang, yaitu sebesar 27,86%. Penyumbang terbesar ke tiga terhadap PDRB Kabupaten Sumedang adalah sector industri pengolahan dimana sektor ini memberikan andil sebesar 21,74%.

(37)

Gambar 2.1. Distribusi Persentase PDRB Menurut Sektor di Kabupaten Sumedang Tahun 2014

(Sumber: Statistik Daerah Kabupaten Sumedang, 2014)

2.3.2. Mata Pencaharian Penduduk

Dilihat dari mata pencahariannya, sebagian besar penduduk bekerja di sekitar pertanian yaitu sebanyak 199.694 orang (43.85%), selanjutnya bekerja di sektor perdagangan sebanyak 89.718 orang dan sektor industri sebanyak 57.876 orang, sedangkan jumlah tenaga kerja yang paling sedikit adalah yang bekerja di sektor keuangan yaitu sebanyak 2406 orang atau sekitar 0.53% dari sejumlah tenaga kerja. Sementara di sektor jasa jumlah PNS di lingkungan Kabupaten Sumedang menunjukkan jumlah yang cukup banyak yang mencapai 12.496 orang.

(38)

II-17

2.4. Ruang dan Lahan

Secara garis besar penggunaan lahan di wilayah Sumedang terdiri dari perkampungan, industri, persawahan, tegalan, kebun campuran, perkebunan, hutan dan lain-lain. Dari penggunaan lahan tersebut diatas, penggunaan lahan persawahan seluas 28.041,85 Ha, yang kedua adalah hutan lindung seluas 24.588,68 Ha. 2.4.1. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Kedudukan Kabupaten Sumedang Dalam RTRW Provinsi

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 22 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2029, wilayah Provinsi Jawa Barat terbagi ke dalam 6 (enam) Wilayah Pengembangan (WP), yaitu WP Bodebekpunjur, WP Purwasuka, WP Ciayumajakuning, WP Priangan Timur dan Pangandaran, WP Sukabumi dan sekitarnya, serta WP Kawasan Khusus (KK) Cekungan Bandung, dengan potensi masing-masing wilayah adalah:

1) WP Bodebekpunjur, yang mencakup wilayah Kabupaten Bogor, Kabupaten Bekasi, Kota Bekasi, Kota Depok, Kota Bogor dan sebagian Kabupaten Cianjur (Kecamatan Cugenang, Kecamatan Pacet, Kecamatan Sukaresmi dan Kecamatan Cipanas). Wilayah ini memiliki potensi untuk dikembangkan dalam sektor pariwisata, industri manufaktur, perikanan, perdagangan, jasa,pertambangan, agribisnis dan agrowisata;

2) WP Purwasuka, yang meliputi daerah Kabupaten Subang, Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Karawang. Wilayah ini memiliki potensi pengembangan pada sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan,perikanan, bisnis kelautan, industri pengolahan, pariwisata, dan pertambangan;

3) WP Ciayumajakuning, yang mencakup Kabupaten Kuningan, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Indramayu dan Kota Cirebon. Wilayah ini merupakan wilayah yang potensial untuk dikembangkan dalam sektor agribisnis, agroindustri, perikanan, pertambangan, dan pariwisata;

(39)

4) WP Priatim – Pangandaran, yang mencakup Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, Kota Tasikmalaya, Kota Banjar dan Kabupaten Pangandaran. Wilayah ini memiliki potensi pengembangan dalam sektor pertanian, perkebunan, perikanan tangkap, pariwisata, industri pengolahan, dan pertambangan mineral;

5) WP Sukabumi, wilayahnya mencakup Kabupaten Sukabumi, Kota Sukabumi dan Kabupaten Cianjur. Wilayah ini memiliki potensi untuk dikembangkan dalam sektor pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan tangkap, pariwisata, industri pengolahan, bisnis kelautan, dan pertambangan mineral. 6) WP Kawasan Khusus Cekungan Bandung, yang meliputi Kabupaten

Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi, Kota Bandung dan sebagian Kabupaten Sumedang (Kecamatan Jatinangor, Kecamatan Tanjungsari, Kecamatan Cimanggung, Kecamatan Sukasari dan Kecamatan Pamulihan). Wilayah ini memiliki potensi pengembangan pada sektor pertanian hortikultura, industri non-polutif, industri kreatif, perdagangan dan jasa, pariwisata, dan perkebunan.

Dari pembagian wilayah pengembangan tersebut, terlihat bahwa wilayah kabupaten Sumedang bagian selatan dan timur tidak termasuk dalam WP Ciayumakuning, namun ditinjau dari sektor sumber air baku, Wilayah Kabupaten Sumedang Bagian Timur dan selatan tersebut mempunyai peran penting untuk menunjang kebutuhan air baik kebutuhan pertanian maupun kebutuhan air Industri dan Rumah tangga di wilayah WP Ciayumajakuning, khususnya kebutuhan air Metropolitan Cirebon Raya dan Rencana pembangunan Aerocity Kertajati serta Bandara Internasional Jawa Barat di Kabupaten Majalengka yang letaknya berbatasan dengan Kecamatan Ujungjaya (Kabupaten Sumedang). Visualisasi kawasan metropolitan di Jawa Barat dapat diamati pada Gambar 2.2.

(40)

II-19

Gambar 2.2. Kawasan Metropolitan di Jawa Barat

(Sumber: West Java Province Metropolitan Development Management (WJP-MDP)-Bappeda Propinsi Jawa Barat, 2012)

Selain tata ruang Kabupaten Sumedang berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 22 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2029. Terdapat Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumedang Tahun 2011-2031 yang didalamnya menerangkan tentang program pemanfaatan ruang di Kabupaten Sumedang, khususnya mengenai prasarana sumber daya air seperti pada Tabel 2.8.

(41)

Tabel 2.8. Indikasi Program Pemanfaatan Ruang

(Sumber: Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumedang Tahun 2011-2031, 2012)

Program Utama Lokasi Besaran Sumber

Dana Instansi Pelaksana Prasarana Sumber Daya Air Prasarana Air Baku/Air Bersih *Peningkatan prasarana dan perluasan air baku/bersih Perkotaan Permukiman perkotaan di Kab. Sumedang Sesuai kapasitas PDAM APBD Kab/Prov, APBN PDAM/ Pemkab *Peningkatan prasarana dan perluasan air baku/bersih Pedesaan Permukiman pedesaan di Kab. Sumedang Sesuai program Dinas PU APBD Kab/Prov, APBN, Swasta/Publik Pemkab/ DPU/ Masyarakat

2.4.2. Penggunaan Lahan dan Tata Guna Lahan

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumedang Tahun 2011 – 2031 Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Sumedang terdiri atas:

o Rencana pengembangan sistem perkotaan; dan

o Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah.

Visualisasi rencana struktur ruang di Kabupaten Sumedang dapat diamati pada Lampiran I.6.

1) Rencana Sistem Perkotaan

Rencana sistem perkotaan terdiri atas; o Pusat kegiatan; dan

o Peran pusat kegiatan.

A-1 Pusat kegiatan sebagaimana ditentukan secara hirarkis meliputi:

o Kecamatan Jatinangor, Kecamatan Tanjungsari, Kecamatan Cimanggung, Kecamatan Sukasari dan Kecamatan Pamulihan sebagai bagian dari Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Kawasan Perkotaan Bandung Raya;

(42)

II-21

o Pusat Kegiatan Lokal (PKL) di Kawasan Perkotaan Sumedang, yang meliputi Kelurahan Kotakaler, Kelurahan Talun, Kelurahan Situ, Desa Padasuka, Desa Mulyasari, Desa Girimukti, Desa Mekarjaya, Desa Margamukti, Desa Kebonjati, Desa Jatihurip, Desa Jatimulya, Desa Rancamula Kecamatan Sumedang Utara. Kelurahan Regolwetan, Kelurahan kotakulon, Kelurahan Pasanggrahan, Kelurahan Cipameungpeuk, Desa Baginda, Desa Sukagalih, Desa Sukajaya Kecamatan Sumedang Selatan;

o Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) meliputi:  Tanjungsari di Kecamatan Tanjungsari;  Tanjungkerta di Kecamatan Tanjungkerta;  Conggeang di Kecamatan Conggeang;  Wado di Kecamatan Wado; dan  Tomo di Kecamatan Tomo;

o Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) meliputi:  Desa Hegarmanah di Kecamatan Jatinangor;  Desa Sindangpakuan di Kecamatan Cimanggung;  Desa Sukarapih di Kecamatan Sukasari;

 Desa Pamulihan di Kecamatan Pamulihan;  Desa Nagarawangi di Kecamatan Rancakalong;  Desa Ganeas di Kecamatan Ganeas;

 Desa Linggajaya di Kecamatan Cisitu;  Desa Situraja di Kecamatan Situraja;  Desa Darmajaya di Kecamatan Darmaraja;  Desa Tarikolot di Kecamatan Jatinunggal;  Desa Cijeungjing di Kecamatan Jatigede;  Desa Ujungjaya di Kecamatan Ujungjaya;  Desa Buahdua di Kecamatan Buahdua;  Desa Legok Kidul di Kecamatan Paseh ;  Desa Surian di Kecamatan Surian;

(43)

 Desa Jingkang di Kecamatan Tanjungmedar;  Desa Cimalaka di Kecamatan Cimalaka;  Desa Cisarua di Kecamatan Cisarua; dan  Desa Cibugel di Kecamatan Cibugel. A-2 Peran pusat kegiatan sebagaimana meliputi:

o PKL Perkotaan Sumedang sebagai pusat pemerintahan kabupaten, pusat bisnis regional, pusat jasa, pusat pendidikan menengah, jasa pariwisata danpertanian;

o PPK Tanjungsari sebagai pusat pemerintahan kecamatan, pusat perdagangan lokal, pusat industri, pertanian, jasa pariwisata dan pusat pendidikan tinggi;

o PPK Tanjungkerta sebagai pusat pemerintahan kecamatan, pertanian, peternakan, pariwisata, perkebunan, dan pusat perdagangan lokal;

o PPK Conggeang sebagai pusat pemerintahan kecamatan, pertanian, peternakan, pariwisata, perkebunan, dan pusat perdagangan lokal;

o PPK Wado sebagai pusat pemerintahan kecamatan, pertanian, peternakan, dan pusat perdagangan lokal;

o PPK Tomo sebagai pusat pemerintahan kecamatan, industri, pertanian, pusat perdagangan regional, dan pariwisata; dan

o PPL Hegarmanah, Sindangpakuan, Sukarapih, Pamulihan, Nagarawangi, Ganeas, Linggajaya, Situraja, Darmajaya, Tarikolot, Cijeungjing, Ujungjaya, Buahdua, Legok Kidul, Surian, Jingkang, Cimalaka, Cisarua, dan Cibugel sebagai pusat pemerintahan desa, pusat permukiman, pusat pengolahanpertanian, pusat koleksi dan distribusi, jasa dan pelayanan sosial ekonomi skala lingkungan.

2.4.3. Kawasan Lindung

Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, terdapat 10 jenis kawasan lindung meliputi :

o Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya.  Hutan lindung, terletak di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH);

(44)

II-23

 Kawasan berfungsi lindung di luar kawasan hutan;

 Kawasan resapan air terdiri dari Gunung Cakrabuana 560 ha, Gunung Tampomas 1.280,39 ha, Gunung Kareumbi 8.624,80 ha, Gunung Manglayang 1.800 ha.

o Kawasan perlindungan setempat.  Sempadan pantai;

 Sempadan sungai, meliputi 215 sungai yang terbagi dalam DAS Cimanuk (Sub-DAS Cimanuk 38 sungai, Sub-DAS Cipeles 85 sungai, Sub-DAS Cipelang 9 sungai, Sub-DAS Cilutung 5 sungai) dan DAS Citarum (Sub-DAS Citarik 18 sungai dan (Sub-DAS Cipunagara Sub-(Sub-DAS Cikandung 50 sungai);

 Kawasan sekitar danau / waduk, Waduk Jatigede;  Kawasan sekitar mata air, terdapat 331 sumber mata air;  Tanah timbul / Delta, di Tomo, Ujungjaya dan lainnya. o Kawasan suaka alam dan cagar budaya.

 Cagar Alam, Cagar Alam Gunung Jagat seluas 126,6 ha (SK Mentan tahun 1954);

 Suaka margasatwa;

 Suaka alam laut dan perairan;  Kawasan hutan payau.

o Kawasan pelestarian alam.  Taman nasional;

 Taman hutan raya, Taman Hutan Raya Gunung Palasari dan Gunung Kunci 35,81 ha;

 Taman wisata alam, Taman Wisata Alam Gunung Tampomas 1.280,39 ha (SK Mentan Tahun 1979) Ha dan Gunung Lingga 1,20 ha.

o Taman buru, Taman Buru Masigit Kareumbi (di Kabupaten Sumedang, Garut dan Sumedang) seluas 8.624,80 ha.

o Kawasan perlindungan plasma nutfah, antara lain Ubi Cilembu, Talas Semir, Jeruk Cikoneng.

(45)

o Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan Cadas Pangeran, Desa Adat Rancakalong,

o Museum Geusan Ulun, Makam Cut Nyak Dien, dan Makam Dayeuh Luhur. o Kawasan konservasi geologi, terdiri dari kawasan cagar alam geologi dan

kawasan kars.

o Kawasan rawan bencana alam

 Kawasan rawan bencana alam gunung berapi.

 Kawasan rawan gempa bumi, terdiri dari kawasan rawan gempa bumi dan kawasan rawan gerakan tanah seperti di Kawasan Cadas Pangeran, Paseh, Tomo, Ujungjaya, Wado, Jatinunggal, Jatigede, Situraja, Ganeas, Sumedang Selatan, Rancakalong, Pamulihan.

 Kawasan rawan banjir, seperti Ujungjaya, Tomo, Cimangung, Jatinangor. o Hutan Kota, antara lain taman hutan raya, taman hutan raya Gunung Palasari

dan Gunung Kunci 35,81 ha.

2.4.4. Rencana Pemanfaatan Ruang Sumedang

Rencana Pemanfaatan Ruang di Sumedang terdiri atas 2 pemanfaatan yaitu rencana pemanfaatan ruang kawasan lindung dan rencana pemanfaatan ruang kawasan budidaya. Untuk lebih jelasnya rencana pemanfaatan ruang di Sumedang dapat dilihat pada Tabel 2.9.

Tabel 2.9. Rencana Pemanfaatan Wilayah Sumedang (Sumber: RTRW Sumedang 2009-2029, 2015)

No Jenis Pemanfaatan Luas (Ha) Luas (%) Lokasi A Hutan Suaka Alam dan Perlindungan Alam

Cagar Alam Gunung

Jagat 126,70 0,08 Jatinungal Jatigede

TWA Gunung Tampomas 1.250 0,80 Cimalaka, Conggeang, dan Buahdua

Tahura (Taman Hutan

Rakyat) Gunung Palasari 35,81 0,02 Sumedang Selatan Taman Buru Gunung

Masigit Kareumbi 12.300,42 7,89

Cimanggung, Pamulihan, Sumedang Selata, Situraja, Darmaraja, Cibugel

(46)

II-25

No Jenis Pemanfaatan Luas (Ha) Luas (%) Lokasi

Hutan Lindung 24.588,68 15,77 % terdapat di semua kecamatan

Areal Genangan 3.330,21 2,14 Kecamatan Cisitu, Darmaraja, Wado, Jatinunggal, Jatigede,dan Surian Jumlah 41.631,82 26,71

B Kawasan Budidaya dengan fungsi Perlingdungan

Kawasan Hutan Produksi

Terbatas 15.825,49 10,15

Paseh, Cisitu’ Tanjungkerta, Tanjungmedar, Darmaraja, Cibugel, Surian, Jatigede, Tomo, Ujungjaya, Conggeang, Buahdua

Kawasan Hutan Produksi

Tetap 11.203,96 7,19

Sumedang Selatan, Ganeas, Cimalaka, Tanjungkerta, Tanjungmedar, Cisitu, Darmaraja, Cibugel, Wado Jatigede, Tomo, Conggeang, Buahdua dan Surian.

Kawasan Perkebunan 20.635,16 13,24 Perkebunan Besar : Pamulihan, Sumedang Selatan, Tanjungkerta, Buahdua.Perkebunan Rkyat di seluruh Kecamatan Kawasan Pertanian Lahan

Kering 17.892,80 11,48 Seluruh Kecamatan Kawasan Budidaya

Kawasan Pertanian Lahan

Basah 28.041,85 17,99 Seluruh Kecamatan Kawasan permukiman 18.866,92 12,10 Seluruh Kecamatan

Kawasan Industri 1.773,98 1,14 Jatinangor, Cimanggung dan Ujungjaya

Gambar

Gambar 2.1. Distribusi Persentase PDRB Menurut Sektor di Kabupaten  Sumedang Tahun 2014
Gambar 2.2. Kawasan Metropolitan di Jawa Barat
Gambar 2.3. Skema Pelayanan Air Bersih Sistem Regional Jatinangor- Jatinangor-Cimanggung
Gambar 2.4. Skema Pelayanan Air Bersih Sistem Regional Jatigede  (Sumber: Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Sumedang, 2015)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Curah hujan wilayah yang terdapat pada suatu daerah aliran sungai (DAS) sangat diperlukan untuk mengetahui mengenai informasi tentang pengaturan air irigasi, mengetahui

Bahan yang digunakan berupa peta administrasi enam (6) kabupaten yang masuk dalam wilayah Sub DAS Dengkeng, peta batas Daerah Aliran Sungai (DAS), peta kemiringan

Model Erosion Hazard untuk Pengelolaan Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisokan Provinsi Jawa Barat.. Program Magister Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas

1) Sub DAS Bringin B9 merupakan daerah aliran sungai yang akan bermuara di Laut Jawa, hasil erosi dan sedimentasi yang tinggi di wilayah ini yang menjadi salah

Dilihat dari kondisi topografinya Daerah Aliran Sungai (DAS) Kali Ngotok bagian hulu berada di Kabupaten Jombang dan sebagian kecil dihilir berada di

Dalam penelitian analisis curah hujan dan runoff pada sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Enim, dan perhitungan dilakukan menggunakan metode SCS dan Persamaan

Ketersediaan sarana sanitasi berpengaruh terhadap kualitas air pada sumber air dari waktu ke waktu dan menjadi sumber pencemar pada sebagian daerah aliran sungai. Karena

Kesimpulan Berdasarkan analisis hasil penelitian yang dilakukan pada penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa : - Model ramalan curah hujan wilayah Daerah Aliran Sungai DAS