•
Tahap-tahap berkenaan dengan
kerugian keuangan negara
•
Menghitung kerugian keuangan negara
Tahap-tahap Berkenaan dengan
Kerugian Keuangan Negara
Tahap-tahap Berkenaan Dengan
Kerugian Keuangan Negara
Akuntansi Forensik & Audit Investigasi
1.
Menentukan ada atau tidaknya kerugian
keuangan negara;
2.
Menghitung besarnya kerugian keuangan
negara tersebut, jika ada;
3.
Menetapkan kerugian keuangan negara;
Tahap 1: Menentukan ada tidaknya
Kerugian Keuangan Negara
Penyelidik merumuskan perbuatan melawan
hukumnya / merumuskan tindak pidana korupsi
Analisa fakta-fakta hukum
Peluang untuk memenangkan perkara di pengadilan
kekuatan bukti yang disajikan
Menentukan apakah adanya kerugian negara
Bersama dengan akuntan forensik menghitung
besarnya kerugian negara tersebut
Proses berlangsung terus sampai siap dengan
penuntutan di pengadilan
(sbg ilustrasi pola lidik yg diterapkan kepolisian dan
Akuntansi Forensik & Audit Investigasi
DILAPORKAN
- KORBAN
- ORG LAIN /
PELAPOR
LP
MODEL B
SIDIK
LIDIK
TINDAK
RIKSA
BERKAS
RAH KARA
- LENGKAPI BUKTI
- CARI TSK LAIN
DITANDA TANGANI
OLEH PELAPOR
INFO
-
ORG LAIN
- LEMBAGA GO/NGO/LSM
- MEDIA MASSA
- SURAT ANONIM/
KALENG
- DLL.
LIDIK
TERTUTUP
(INFORMAL)
TERBUKA
(FORMAL
)
POLA :
*
OBSERVASI
*
INTEVIEW ( SCR TERTUTUP )
* SURVELIANCE
*
UNDERCOVER
THD ORG
THD BENDA
THD TMPT
THD KEJAH
.
MOBIL
TETAP
LONGGAR
KETAT
GABUNGAN
COVER NAMA
COVER JOB
COVER STORY
CARI BUKTI
PERMULAAN
POLA : - OBSERVASI
- INTERWIEW ( DATANGI )
- PRESENTASI / PEMAPARAN
DITEMUKAN
BUKTI
PERMULAAN
YG CUKUP
TIDAK
DITEMUKAN
KIRIM
INST.LAIN
JAWAB
TERTULIS
LP
MODEL A
DIBUAT &
DITANGANI
PETUGAS/
PENYELIDIK
SIDIK
LIDIK TINDAK
RIKSA BERKAS
RAH KARAJPU
PERIS-
TIWA
Diambil dari Yose Rizal
(2008)
Rumusan Tindak Pidana Korupsi
Delik yg terkait dg kerugian
keuangan negara
Delik Perbuatan Pemerasan
Delik Perbuatan Curang
Delik Penggelapan dalam
Jabatan
Delik Gratifikasi
Pasal 2(1); 3
Pasal 12 huruf e,f,g
Pasal 7 (1) huruf a,b,c,d;
Ps 7 (2); Ps 12 huruf h
Pasal 8; 9; 10 a,b,c
Pasal 12B jo Pasal 12C
Delik-delik
yg diadopsi
dari KUHP
(berasal dari
pasal 1 ayat
1 sub c UU
no. 31/99 jo
UU no20/01)
Delik pemberian sesuatu/janji
kpd Peg Neg/PN (Penyuapan)
Ps 5(1) a,b; Ps 13; Ps, 5(2);
Ps 12 a,b; Ps 11; Ps 6(1) a,b;
Ps 6(2); Ps 12 c,d
Delik Benturan kepentingan
dalam Pengadaan Pasal 12 huruf i
Tindak Pidana yang Terkait dengan TPK, al:
Merintangi Proses Pemeriksaan Perkara Korupsi
– Psl. 21
Pemegang Rahasia Jabatan yang Tidak Memberikan Keterangan Atau
Memberikan Keterangan Palsu – Psl. 22 Jo Psl. 36
Tahap 2: Menghitung Kerugian
Keuangan Negara
Akuntansi Forensik & Audit Investigasi
Yang dapat melakukan adalah Ahli, menurut
KUHAP - seorang yang memiliki keahlian khusus
tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang
suatu perkara pidana guna kepentingan
pemeriksaan (pribadi) misal, akuntan forensik
UU No 15 2006 tentang BPK – BPK (lembaga)
UU No 31 1999 jo UU 20 2001 ahli di bidang
keuangan negara,praktisi di bidang audit
Tahap 1 dan 2 berjalan secara interaktif dan
reiterative
Wilayah
Akuntan/Auditor/Akuntan
Forensik
Output Tahap 1 dan 2
Bukti dan barang bukti yg dihimpun dalam tahap 1 dan 2
digunakan untuk memutuskan:
Mengumpulkan bukti dan barang bukti tambahan;
Mengupayakan pemulihan kerugian keuangan negara melalui
jalur perdata atau hukum administratif (meskipun tidak
terdapat cukup bukti spt diuraikan di bawah)
Menghentikan penyelidikan (KPK) atau
penyelidikan/penyidikan (kepolisian dan kejaksaan)
Apabila Tidak Terdapat Cukup Bukti, tetapi secara nyata telah
ada kerugian keuangan negara
Hentikan Penyelidikan / Penyidikan
Menyerahkan berkas perkara hasil penyidikan ke Jaksa
Pengacara Negara Gugatan Perdata
Menyerahkan berkas perkara hasil penyidikan ke Instansi
yang Dirugikan Gugatan
Tahap 3: Menetapkan Kerugian
Keuangan Negara
Akuntansi Forensik & Audit Investigasi
Merupakan putusan majelis hakim.
Putusan majelis dilakukan di
Pengadilan Negeri;
Pengadilan Tinggi dan
Mahkamah Agung.
Tahap 4: Menetapkan Besarnya Uang
Pengganti
Tahap ini bisa ada bisa tidak ada;
Berhubungan dengan pemidanaan dalam TPK
Pidana pokok -> Tabel 1.8
Pidana tambahan
Perampasan barang bergerak (berwujud dan tidak
berwujud) atau barang tidak bergerak yang digunakan atau
diperoleh dari TPK
Pembayaran uang pengganti yg maksimal sama dengan
harta yang diperoleh dari TPK
Penutupan seluruh atau sebagian perusahaan maks 1
tahun
Pencabutan seluruh/sebagian hak-hak tertentu atau
keuntungan tertentu yg telah atau dapat diberikan oleh
pemerintah kepada terpidana
Menghitung Kerugian Keuangan
Negara
Menghitung Kerugian
Keuangan Negara
Pembakuan / Standarisasi Penghitungan Keuangan
Negara
Kesamaan bentuk kerugian keuangan negara yang beraneka
ragam
Perbedaan tingkat kerumitan dalam merumuskan tindak pidana
korupsi
Kerugian Keuangan Negara - Aset
Akuntansi Forensik & Audit Investigasi
Pengadaan Barang (dan Jasa)
Bentuk dasar pembayaran yang melebihi jumlah
seharusnya
Markup untuk barang yang spesifikasinya sudah sesuai dengan
dokumen
Harga sesuai dengan kontrak, namun barang kualitas lebih
rendah
Terms of Delivery beda, namun Terms of Payments tetap
Pelepasan Aset
Penjualan aset dilakukan dengan nilai “buku”
Penjualan tanah dan bangunan diatur melalui NJOP
Ruislag tanah dan bangunan milik negara dengan aset
lain
Kerugian Keuangan Negara - Aset
Pemanfaatan Aset
Aset negara yang belum dimanfaatkan secara penuh –
pemanfaatan oleh pihak ketiga berupa sewa, kerjasama
operasional, dll
Negara tidak memperoleh imbalan yang layak menurut harga pasar
Negara dapat kehilangan aset, jika aset tersebut dijadikan jaminan
Penempatan Aset
Kesengajaan menempatkan dana-dana milik negara pada
investasi yang tidak seimbang risk-reward nya
Umumnya didukung oleh segala dokumen hukum yang
lengkap dan sah
Imbalan yang tidak sesuai dengan risiko
Jumlah pokok yang ditanamkan
Kerugian Keuangan Negara - Aset
Akuntansi Forensik & Audit Investigasi
Kredit Macet
Kredit diberikan dengan melanggar rambu-rambu
perkreditan, baik yang ditetapkan oleh Bank
Kerugian Keuangan Negara - Kewajiban
Perikatan yang Menimbulkan Kewajiban Nyata
Menciptakan transaksi fiktif yang menyerupai transaksi normal
lainnya, dengan dokumentasi yang terlihat seakan-akan
transaksi ini sah
Jumlah kerugian keuangan negara adalah sebesar jumlah pokok
kewajiban plus bunga (jika ada)
Berasal dari Kewajiban Bersyarat
Perikatan yang meminta jaminan dari induk perusahaan
Jumlah kerugian keuangan negara adalah sebesar jumlah pokok
kewajiban plus bunga sejak berubah menjadi kewajiban nyata sampai
dengan pengembalian dana
Berasal dari Kewajiban Tersembunyi
Aliran dana yang diduga untuk membantu mantan pejabatnya
mengatasi masalah hukum menciptakan aset
Kerugian Keuangan Negara - Penerimaan
Akuntansi Forensik & Audit Investigasi
Wajib pajak tidak menyetor kewajibannya
Penerimaan negara tidak disetor penuh oleh
pejabat yang bertanggung jawab
Pengurangan pendapatan negara yang dinikmati
Kerugian Keuangan Negara -
Pengeluaran
Kegiatan fiktif
Kegiatan yang sudah dicantumkan dalam Anggaran
tidak dilaksanakan, tetapi dilaporkan seolah-olah sudah
dilaksanakan
Pengeluaran berdasarkan ketentuan yang sudah
tidak berlaku
Pohon Kerugian Keuangan Negara
Akuntansi Forensik & Audit Investigasi
R
E
A
L
PENERIMAAN PENGELUARAN ASET KEWAJIBAN (RECEIPT ) (EXPENDITURE) (ASSET) (LIABILITIES)
Wajib bayar tidak
setor Kegiatan fiktif
Pengadaan
barang Kewajiban nyata
Pelepasan aset
W ajib pungut tidak setor
Perundangan tidak
berlaku lagi Pelepasan aset
Kewajiban bersyarat menjadi nyata Pelepasan aset Potongan penerimaan Pengeluaran lebih
cepat Kredit macet
Kewajiban tersembunyi
Pola Perhitungan
Kerugian Keuangan Negara
Kerugian Total
Seluruh jumlah yang dibayarkan dinyatakan sebagai kerugian keuangan
negara
Kerugian Total dengan Penyesuaian
Kerugian total ditambah dengan penyesuaian yang akan menambah nilai
kerugian total
Kerugian Bersih
Kerugian total ditambah dengan penyesuaian yang akan mengurangi nilai
kerugian total
Contoh: kasus korupsi Prof Nazaruddin Sjamsoedin, Ketua Komisi
Pemilihan Umum.
KPK, Jaksa KPK, dan Pengadilan Tipikor: kerugian keuangan negara: Rp14,8
miliar (dana yang dikeluarkan untuk membeli polis PT Asuransi Bumi Putra
Muda 1967 sebagai pertanggungan semua pekerja KPU di seluruh Indonesia
dalam melaksanakan tugas penyelenggaran rangkaian Pemilu 2004), dikurangi
klaim yang dibayarkan asuransi: Rp607 juta.
Pola Perhitungan
Kerugian Keuangan Negara
Akuntansi Forensik & Audit Investigasi
Harga Wajar
Harga wajar ditentukan dengan menggunakan kriteria “arm’s length
transactions”
Pendekatan harga wajar menggunakan harga-harga yang dapat
dijadikan sebagai pembanding
Harga penawaran dari peserta tender
Catatan harga pasar
Contoh: Penjualan very large crude carrier (VLCC) Pertamina dalam
lelang yang dimenangkan Frontline Ltd.
Menurut KPPU harga jual itu jauh lebih rendah daripada harga pasar saat itu
(Juli 2004), yang berkisar antara US$ 102-110 juta per unit dan US$ 204-240
juta untuk dua unit.
Potensi penerimaan negara yang hilang dari selisih harga mencapai US$ 20-50
juta atau sekitar Rp 180 miliar-Rp 504 miliar.
Harga Pokok
Harga pokok harus disesuaikan, karena tidak sama dengan harga jual
Pola Perhitungan
Kerugian Keuangan Negara
Harga Perkiraan Sendiri
Dihitung dengan pengetahuan dan keahlian mengenai
barang/jasa yang ditenderkan dan berdasarkan data
yang dapat dipertanggungjawabkan
Harga pasar setempat
Informasi biaya satuan yang dipublikasikan secara resmi
Daftar biaya yang dikeluarkan oleh agen tunggal
Biaya kontrak sebelumnya yang sedang berjalan
Daftar biaya standar yang dikeluarkan oleh instansi berwenang
Harga bukan termasuk arm’s length transaction
Penggunaan Appraiser
Pola Perhitungan
Kerugian Keuangan Negara
Akuntansi Forensik & Audit Investigasi
Opportunity Cost
Statistik Metode Penghitungan Kerugian
Keuangan Negara
Akuntansi Forensik & Audit Investigasi
Kerugian keseluruhan (total loss) dengan beberapa
penyesuaian : 3 kasus
Selisih antara harga pokok dengan harga pokok
pembelian atau harga pokok produksi : 5 kasus
Selisih antara harga kontrak dengan harga atau
nilai pembanding tertentu : 4 kasus
Penerimaan yang menjadi hak negara tapi tidak
disetorkan ke Kas Negara : 2 kasus
Pengeluaran yang tidak sesuai anggaran,
digunakan untuk kepentingan pribadi atau
pihak-pihak tertentu : 1 kasus
Example: Great River
Menghitung Kerugian Keuangan Negara
Permasalahan bermula saat Great River menerbitkan obligasi I pada Oktober 2003.
Obligasi senilai Rp 300 miliar itu jatuh tempo pada 13 Oktober 2008. Bertindak sebagai
wali amanat adalah Bank Mandiri. Namun, pada 13 Januari 2005, Great River belum
membayar kupon bunga kelima senilai Rp 11 miliar.
Manajemen beralasan, perseroan mengalami kesulitan arus kas. Penyebabnya, pada 20
Januari 2005, perseroan harus mempersiapkan penyisihan dana (sinking fund) Rp 17
miliar untuk obligasi anak perusahaan. Obligasi dimaksud adalah obligasi Inti Fasindo
Rp100 miliar yang diterbitkan pada 2002.
Selain utang obligasi, Great River juga memiliki utang kepada Bank Mandiri senilai
Rp250 miliar. Utang itu terdiri dari obligasi Great River senilai Rp 50 miliar dan
pinjaman senilai Rp 200 miliar.
TEMPO Interaktif
Selasa, 01 Maret 2005 |
Empat Petinggi Bank Mandiri Diperiksa; Kasus Kredit Macet PT
Great River International
Tim penyidik Kejaksaan Agung (Kejagung) kemarin kembali memeriksa sejumlah petinggi Bank Mandiri sehubungan dengan dugaan kredit macet PT Great River
International di bank tersebut. Mereka yang dipanggil itu adalah Omar S. Anwar (direktur consumer banking Bank Mandiri), Taufik Hidayat P.J.S. (department head III CRG Bank Mandiri), Andreas Susetyo (information technology Bank Mandiri), dan Alexander
Roemoekoy (mantan group head credit recovery Bank Mandiri). Omar dkk dipanggil sebagai saksi. Materi pertanyaan menyangkut pembelian obligasi PT Great River International (GRI) senilai Rp 50 miliar. Materi lainnya adalah pemberian/penggunaan fasilitas cash loan dan non-cash loan dari PT Bank Mandiri kepada perusahaan tersebut. Pemeriksaan lancar. Semua saksi menjawab seluruh pertanyaan penyidik, kata
Kapuspenkum Masyhudi Ridwan di gedung Kejagung, Jakarta, kemarin. Tim penyidik beranggota enam jaksa. Mereka adalah Hasan Madani, Radja Nafrizal, Bima Suprayoga, Evi Kholis, Adi Prabowo, dan Bambang. Menurut dia, dengan pemeriksaan tersebut, sampai sekarang telah diperiksa 21 saksi. Penyidik menduga, dalam kasus itu, potensi kerugian Rp 265 miliar. Sejauh ini, penyidik belum menentukan tersangkanya, jelas jaksa senior kelahiran Tulungagung, Jawa Timur, itu. Dari catatan Puspenkum Kejagung, kasus