• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK DENGAN MEDIA CERITA BERGAMBAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK DENGAN MEDIA CERITA BERGAMBAR"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Vol. II No.2 Oktober 2020, e- ISSN: 2721-1509

182

KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK DENGAN MEDIA CERITA BERGAMBAR

Yatiningsih, Fu‟ad Arif Noor STPI Bina Insan Mulia Yogyakarta

e-mail: yatigani795@gmail.com, fuad.arif.noor@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini untuk mengetahui bagaimana peningkatan kemampuan berbahasa dengan media cerita bergambar pada anak BA „Aisyiyah Gani Socokangsi Jatinom Klaten. Penilitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Subjek penelitian ini adalah anak kelompok A BA „Aisyiyah Gani Socokangsi Jatinom, Klaten yang terdiri 12 anak laki-laki dan 8 anak perempuan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sedangkan instrumen penelitian yang digunakan adalah pedoman wawancara dan lembar observasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) penggunaan media cerita bergambar yang dilaksanakan dengan beberapa langkah, yaitu: a) mempersiapkan bahan atau materi pembelajaran yang akan disampaikan, b) mengkondisikan anak didik supaya tenang dan memperhatikan, c) memperlihatkan cover buku sambil memberikan rangsangan awal kepada anak kemudian guru mulai membacakan cerita yang berjudul “Kisah Uli dan Kelelawar”, d) guru mulai mengajukan pertanyaan kepada anak tentang isi cerita tersebut dan menyimpulkan isi cerita bersama anak-anak, e) ciptakan suasana yang kondusif, asik dan menyenangkan, f) memberi motivasi kepada anak didik agar melaksanakan kegiatan dengan memberikan hadiah atau reward, 2) peningkatan kemampuan berbahasa pada anak usia dini di BA „Aisyiyah Gani Socokangsi Jatinom Klaten setelah penggunaan media cerita bergambar yang semula hanya 25% meningkat pada siklus I menjadi 55% dan pada Siklus II mencapai 90%. Jadi peningkatannya sebesar 65%. Kata Kunci: kemampuan bahasa, media cerita bergambar

ABSTRACT

This research is to find out how to improve language skills using pictorial story media in BA 'Aisyiyah Gani Socokangsi Jatinom Klaten children. This research uses a type of classroom action research (PTK). The subjects of this study were children of group A BA 'Aisyiyah Gani Socokangsi Jatinom, Klaten, which consisted of 12 boys and 8 girls. The data collection techniques used were interviews, observation, and documentation. While the research instruments used were interview guidelines and observation sheets. The results of this study indicate that: 1) the use of pictorial story media is carried out in several steps, namely: a) preparing materials or learning materials to be delivered, b) conditioning students to be calm and paying attention, c) showing book covers while providing initial stimulation to the children then the teacher begins to read the story entitled "The Story of Uli and Bat", d) the teacher begins to ask questions to the child about the content of the story and concludes the story with the children, e) create a conducive, fun and enjoyable atmosphere, f) motivating students to carry out activities by giving gifts or rewards, 2) increasing language skills in early childhood at BA

(2)

Vol. II No.2 Oktober 2020, e- ISSN: 2721-1509

183

'Aisyiyah Gani Socokangsi Jatinom Klaten after using pictorial story media which was originally only 25% increased in cycle I to 55% and in Cycle II reaches 90%. So the increase is 65%.

Keywords: language skills; pictorial story media

PENDAHULUAN

Perkembangan anak usia dini merupakan peningkatan kesadaran dan kemampuan anak untuk mengenal dirinya dan berinteraksi dengan lingkungannya. Seiring dengan pertumbuhan fisik yang dialaminya. Salah satu aspek perkembangan anak usia dini yaitu aspek perkembangan Bahasa. Perkembangan bahasa diantaranya mencakup kemampuan membaca, menulis, menyimak, mendengar, berbicara dan berkomunikasi.

Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia karena bahasa merupakan alat komunikasi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dengan Bahasa, seorang dapat menyampaikan ide, pikiran, perasaan kepada orang lain, baik secara lisan maupun tulisan. Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi seorang anak untuk mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya. Menurut Depdiknas1 dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahasa juga merupakan alat untuk menyatakan pikiran dan perasaan kepada orang lain yang sekaligus juga berfungsi untuk memahami pikiran dan perasaan orang lain. Orang tidak akan dapat memahami hasil pemikiran kita kalau tidak diungkapkan dengan menggunakan bahasa baik lisan maupun tulisan dengan baik dan tepat. Itulah sebabnya bahasa memiliki peran yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia itu sendiri. Pentingnya bahasa bagi kehidupan manusia itu maka pembelajaran bahasa haruslah mulai diajarkan sejak dini.

Banyak pihak baik dari orang tua serta pendidik anak usia dini menekankan akan pentingnya perkembangan kemampuan bahasa selama masa kanak-kanak awal. Menurut Suyanto2 pada periode ini anak-anak berada dalam masa emas atau golden

age. Periode ini mempunyai pengaruh yang sangat berarti dalam pembentukan

kepribadian dan kecerdasan anak ketika dewasa. Aspek perkembangan bahasa anak

1 Depdiknas, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarat: Balai Pustaka, 2000), hal.15.

2 Suyanto, Konsep Dasar Anak Usia Dini, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional , 2005), hal. 21.

(3)

Vol. II No.2 Oktober 2020, e- ISSN: 2721-1509

184

usia dini dapat menjadi bagian yang amat penting bagi aspek perkembangan lainnya. Seperti yang diungkapkan Berko dalam Santrock3yang menyatakan bahwa anak-anak yang memasuki jenjang sekolah dasar dengan kosakata yang terbatas, beresiko mengembangkan masalah-masalah yang berkaitan dengan membaca.

Perkembangan bahasa seorang anak akan lebih optimal jika anak mendapatkan lingkungan sekitar yang mendukung proses perkembangan itu sendiri, tidak hanya di dalam sekolah formal dan keluarga tetapi juga di lingkungan sekitar anak di luar rumah, sebagai bekal untuk bersosialisasi dengan tata aturan masyarakat yang lebih luas. Kemampuan Bahasa yang dilatih sejak usia dini akan lebih efektif karena usia prasekolah merupakan periode kritis. Pendidikan dan pembiasaan yang diberikan pada periode ini akan memberikan pengaruh pada periode selanjutnya.

Banyak cara untuk mengembangkan kemampuan interaksi sosial anak usia dini, diantaranya adalah dengan menyekolahkan anak ke Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Untuk mengembangkan kemampuan bahasa di Pendidikan Usia Dini salah satunya di Taman Kanak-kanak, guru merancang berbagai aspek kegiatan. Aspek kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengembangkan kemampuan bahasa di taman kanak-kanak menurut Suhartono yaitu dengan cara merangsang minat anak untuk berbicara, latihan menggabungkan bunyi bahasa, memperkaya perbendaharaan kata, mengenalkan kalimat melalui cerita dan nyanyian dan mengenalkan lambang tulisan.4

Di Taman Kanak-kanak bercerita adalah salah satu media untuk meningkatkan bahasa yang dapat mengembangkan beberapa aspek fisik maupun psikis anak usia dini sesuai dengan tahap perkembangannya. Bercerita berfungsi membantu perkembangan bahasa dan berpikir anak serta dapat memotivasi anak untuk cinta membaca. Berdasarkan bentuknya, cerita dapat dibedakan menjadi dua yaitu bercerita tanpa alat peraga dan bercerita dengan alat peraga. Bercerita dengan alat peraga yang digunakan yaitu alat peraga langsung diantaranya binatang atau benda yang sebenarnya, sedangkan alat peraga tak langsung yaitu benda-benda tiruan, guntingan-guntingan gambar yang ditempel pada papan flannel, buku cerita bergambar dan sebagainya.

3 J.W. Santrock, Perkembangan Anak Jilid 2, (Jakarta: Erlangga, 2007), hal. 10.

4 Suhartono, Pengembangan Keterampilan Bicara Anak Usia Dini, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasiona, 2005), hal 30.

(4)

Vol. II No.2 Oktober 2020, e- ISSN: 2721-1509

185

Kenyataan yang ditemukan di lapangan menunjukkan bahwa di kelompok A BA „Aisyiyah Gani Socokangsi Jatinom Klaten masih banyak anak sulit dalam berbicara secara lancar dan benar, anak-anak banyak yang diam apabila diajak untuk berkomunikasi dengan guru, anak-anak terkesan sulit memahami kalimat yang disampaikan oleh guru, karena minimnya penguasaan kosakata dan kurangnya

kemampuan anak dalam mengungkapkan atau mendengarkan serta

menginterpretasikannya. Kesulitan yang dialami oleh anak dalam bahasa ada pengaruhnya dari kebiasaan-kebiasaan anak di lingkungan keluarga yang kurang komunikatif atau metode dan alat yang digunakan guru kurang maksimal dalam pembelajaran serta kurangnya motivasi dalam melakukan kegiatan.

Berdasarkan permasalahan dan kendala yang ada di lapangan, maka peneliti mencoba untuk memecahkan masalah dengan media cerita bergambar yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan bahasa anak usia 4-5 tahun (kelompok A) BA „Aisyiyah Gani Socokangsi Jatinom Klaten. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bahasa anak usia 4-5 tahun (kelompok A) BA „Aisyiyah Gani Socokangsi Jatinom Klaten dengan media cerita bergambar.

Risiko Bencana di Sekolah yang ditujukan kepada gubernur, bupati/walikota seluruh Indonesia dinyatakan bahwa: (1) Penyelenggaraan penangulangan bencana perlu dilakukan di sekolah melalui pelaksanaan strategi pengarusutamaan pengurangan risiko bencana di sekolah, (2) Pelaksanaan strategi pengerusutamaan pengurangan risiko bencana di sekolah dilakukan baik secara struktural maupun non-struktural guna mewujudkan budaya kesiapsiagaan dan keselamatan terhadap bencana di sekolah melalui: (a) pemberdayaan peran kelembagaan dan kemampuan komunitas sekolah; (b) pengintegrasian pengurangan risiko bencana ke dalam kurikulum satuan pendidikan formal, baik intra maupun ekstrakulikuler; (c) pembangunan kemitraan dari jaringan antar berbagai pihak untuk mendukung pelaksanaan pengurangan risiko bencana di sekolah.1 Di akhir pendahuluan disebutkan tujuan penulisan artikel atau ruang lingkup penelitian secara jelas.

METODE PENELITIAN

(5)

Vol. II No.2 Oktober 2020, e- ISSN: 2721-1509

186

Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR). Menurut Wardhani Penelitian tindakan kelas berkembang dari penelitian tindakan. PTK berfokus pada proses belajar mengajar yang terjadi dikelas dilakukan pada situasi alami. Dalam PTK, guru memberikan tindakan kepada siswa. Tindakan tersebut merupakan suatu kegiatan yang sengaja dirancang untuk dilakukan oleh siswa dengan tujuan tertentu.5 Tempat yang digunakan sebagai penelitian adalah BA „Aisyiyah yang beralamatkan dukuh Gani Socokangsi Jatinom Klaten. Pelaksanaan penelitian ini direncanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2019/2020. Selama kurang lebih 16 kali pertemuan. Subjek pada penelitian ini adalah peserta didik kelompok A BA „Aisyiyah Gani Socokangsi Jatinom Klaten yang terdiri dari 20 anak dengan jumlah putra 12 anak dan putri 8 anak. Tempat yang digunakan untuk penelitian ini adalah TK Bustanul Athfal Aisyiyah Gani, Jatinom, Klaten.

Penelitian akan dilaksanakan pada semester satu (ganjil) tahun pelajaran 2019/2020. Waktu penelitian dilaksanakan kurang lebih 2 bulan, yaitu bulan Agustus – September 2019. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas secara garis besar dilaksanakan dalam empat tahapan yang lazim dilalui yaitu: 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) pengamatan, 4) refleksi.6 Data yang diambil dalam penelitian ini yaitu kemampuan bahasa anak dan penerapan bercerita dengan cerita bergambar. Teknik pengumpulan data dengan penelitian ini dilakukan dengan cara: Observasi, wawancara dan dokumentasi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bahasa merupakan alat komunikasi bagi setiap orang termasuk anak- anak. Anak dapat mengembangkan kemampuan sosialnya (Sosial skill) melalui bahasa dengan lingkungan sosial, yang dimulai dengan penguasaan kemampuan bahasa yang baik. Melalui bahasa anak dapat mengekspresikan pikirannya sehingga orang lain dapat mengerti dan menangkap apa yang difikirkannya, sehingga anak dapat menciptakan hubungan sosialnya dan mengembangkan kemampuan yang berhubungan dengan kemampuan bahasa yang lain seperti menulis, membaca dan berhitung. Bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan. Menurut Dhieni, bahasa

5Wardhani, IGK, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), hal 11. 6

(6)

Vol. II No.2 Oktober 2020, e- ISSN: 2721-1509

187

adalah alat penghubung atau komunikasi antara anggota masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang menyatakan pikiran, perasaan, dan keinginannya.7

Perkembangan Bahasa dan Literasi Anak Usia Dini

Kemampuan berbahasa telah dimiliki oleh anak sejak ia dilahirkan. Kemampuan berkomunikasi juga telah dimiliki anak ketika masih bayi, seorang anak akan berkomunikasi dengan cara menangis dan merespon orang terdekat dengan cara tersenyum.

Yusuf dalam Yudha menyatakan bahwa perkembangan bahasa berkaitan erat dengan perkembangan berfikir anak. Perkembangan fikiran dimulai pada usia 1,6 – 2,0 tahun, yaitu pada saat anak dapat menyusun kalimat dua atau tiga kata. Lebih lanjut dijelaskan bahwa dalam bahasa anak dituntut untuk menuntaskan atau menguasai tugas pokok perkembangan Bahasa. Adapun tugas tersebut adalah:

1) Pemahaman, yaitu kemampuan memahami makna ucapan orang lain; 2) Pengembangan perbendaharaan kata;

3) Penyusunan kata-kata menjadi kalimat; dan 4) Ucapan.

Bromley mengemukakan bahwa perkembangan bahasa terbagi atas dua periode besar yaitu periode Pralinguistik (0-1 tahun) dan Linguistik (1-5 tahun). Mulai periode

linguistik inilah anak mulai mengucapkan kata-kata yang pertama. Yang merupakan

saat paling menakjubkan bagi orang tua.8 Periode linguistik terbagi dalam tiga fase yaitu:

1) Fase satu kata atau Holofrase

Menurut Tarigan pada fase ini anak mempergunakan satu kata untuk menyatakan pikiran yang kompleks, baik yang berupa keinginan, perasaan atau temuannya tanpa perbedaan yang jelas. Misalnya kata duduk, bagi anak dapat berarti “saya mau duduk”, atau kursi tempat duduk, dapat juga berarti “mama sedang duduk”. Orang tua baru dapat mengerti dan memahami apa yang dimaksudkan oleh anak tersebut, apabila kita tahu dalam konteks apa kata tersebut diucapkan, sambil

7 Nurbiana Dhieni, Metode Pengembangan Bahasa, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), Hal. 11-14.

8

(7)

Vol. II No.2 Oktober 2020, e- ISSN: 2721-1509

188

mengamati mimik (raut muka) gerak serta bahasa tubuh lainnya. Pada umumnya kata pertama yang diucapkan oleh anak adalah kata benda, setelah beberapa waktu barulah disusul dengan kata kerja.9

2) Fase lebih dari satu kata

Menurut Marrat Fase dua kata muncul pada anak berusia sekitar 18 bulan. Pada fase ini anak sudah dapat membuat kalimat sederhana yang terdiri dari dua kata. Kalimat tersebut kadang-kadang terdiri dari pokok kalimat dan predikat, kadang-kadang pokok kalimat dengan obyek dengan tata Bahasa yang tidak benar. Setelah dua kata, munculah kalimat dengan tiga kata, diikuti oleh empat kata dan seterusnya. Pada periode ini bahasa yang digunakan oleh anak tidak lagi egosentris, dari dan untuk dirinya sendiri. Mulailah mengadakan komunikasi dengan orang lain secara lancar. Orang tua mulai melakukan tanya jawab dengan anak secara sederhana. Anak pun mulai dapat bercerita dengan kalimat- kalimatnya sendiri yang sederhana.10

3) Fase diferensiasi

Menurut Clark, periode terakhir dari masa balita yang berlangsung antara usia dua setengah sampai lima tahun. Keterampilan anak dalam berbicara mulai lancar dan berkembang pesat. Dalam berbicara anak bukan saja menambah kosa katanya yang mengagumkan, akan tetapi anak mulai mampu mengucapkan kata demi kata sesuai dengan jenisnya, terutama dalam pemakaian kata benda dan kata kerja. Anak telah mampu mempergunakan kata ganti orang “saya” untuk menyebut dirinya, mampu mempergunakan kata dalam bentuk jamak, awalan, akhiran dan berkomunikasi lebih lancar lagi dengan lingkungan. Anak mulai dapat mengkritik, bertanya, menjawab, memerintah, memberi tahu dan bentuk- bentuk kalimat lain yang umum untuk satu pembicaraan.11

Perkembangan Bahasa anak usia 4 tahun, menurut NAEYC (National Assiciation

for Education of Young Children) adalah; memperluas kosakata dari 4000 kata menjadi

6000 kata, memperlihatkan perhatian pada kata kata abstrak, berbicara dalam 4-6 kata

9 Madyawati, Strategi Pengembangan Bahasa Pada Anak, (Jakarta: Prenada Group, 2016), Hal. 26.

10 Madyawati, Strategi,...Hal. 52. 11

(8)

Vol. II No.2 Oktober 2020, e- ISSN: 2721-1509

189

dalam satu kalimat, suka menyanyikan lagu lagu yang sederhana tahu beberapa persajakan dan permainan jari jari, berbicara didepan kelompok dengan malu malu suka bercerita dengan keluarga dan teman mereka, menggunakan perintah lisan untuk menuntut sesuatu, mulai menggoda teman sebayanya, mulai menggunakan beberapa kata abstrak, sering membuat pertanyaan menggunakan kata mengapa, mengekspresikan emosi melalui gerak air muka dan membaca isyarat tubuh orang lain serta meniru tingkah laku anak yang lebih dewasa atau orang tua, dapat mengontrol volume suara untuk beberapa saat jika diingatkan, mulai membaca konteks isyarat sosial, dapat menggunaka struktur kalimat kompleks seperti menggunakan klausa relatif dan mencoba coba konstruksi baru menyusun beberapa kalimat yang sulit untuk pendengarnya, mencoba mengkonsumsikan kata-kata yang melibihi kosakatanya meminjam dan menyusun kata-kata untuk membentuk makna, mempelajari kata-kata baru dengan cepat jika berkaitan dengan pengalamannya sendiri, dapat menceritakan kembali 4 hingga 5 babak dalam urutan sebuah cerita.12

Dhieni mengatakan bahwa anak usia dini, khususnya usia 4-5 tahun dapat mengembangkan kosakata secara mengagumkan. Anak usia 4-5 tahun rata rata dapat menggunakan koskata yang berbeda. Mereka menggunakan 4-5 kata dalam kalimat yang dapat berbentuk kalimat pertanyaan, negatif, tanya, dan perintah. Anak usia 4 tahun sudah mulai dapat menggunakan kalimat yang beralasan seperti saya menangis karena sakit. Pada usia 5 tahun pembicaraan mereka mulai berkembang dimana kosa kata yang digunakan lebih banyak dan rumit. Anak usia 4 tahun mulai menunjukkan minat aktifitas literasi seperti mengeja huruf bunyi, menjiplak huruf, dan aktifitas lain yang berkaitan dengan buku. 13

Kecepatan anak dalam berbicara (bahasa pertama) merupakan salah satu keajaiban alam dan menjadi bukti kuat dari dasar biologis untuk memperoleh bahasa. Pada saat yang sama, perkembangan kompetensi bahasa yaitu kemampuan untuk menggunakan seluruh aturan bahasa baik untuk ekspresi (berbicara) maupun interpretasi (memberi makna), dipengaruhi oleh pengalaman dan lingkungan anak.14

12 Musfiroh, Tadkiroatun, Bermain Sambil Belajar Dan Mengasah Kecerdasan, (Jakarta: Depdiknas,2005), Hal. 13.

13 Nurbiana Dhieni, Metode ,...Hal. 53. 14

(9)

Vol. II No.2 Oktober 2020, e- ISSN: 2721-1509

190

Menurut Yusuf ada dua tipe perkembangan Bahasa anak, yakni: Egosentric speech, dimana anak berbicara kepada dirinya sendiri dan Sosialized speech, yaitu bentuk komunikasi ketika ada kontak antara anak dengan temannya atau dengan lingkungannya. Egosentric speech berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berpikir anak yang pada umumnya dilakukan oleh anak pada saat berusia 2-3 tahun. Sedangkan Socialized speech bisa mengembangkan kemampuan penyesuaian sosial anak. 15 Dapat disimpulkan bahwa bahasa anak akan berkembang terus menerus, anak banyak belajar dari lingkungannya, dengan demikian bahasa anak terbentuk oleh keluarga, masyarakat, dan teman sebaya.

Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Anak

Perkembangan bahasa anak dipengaruhi oleh lingkungan anak dan lingkungan sekitarnya. Interaksi dengan orang yang lebih dewasa atau penutur yang lebih matang memainkan peranan yang sangat penting dalam membantu peningkatan kemampuan anak untuk berkomunikasi atau mengungkapkan bahasa.

Yusuf menyatakan bahwa bahasa anak dapat berkembang dengan cepat16. Kealamian pemerolehan bahasa tidak dibiarkan mengalir begitu saja, tetapi diusahakan sedemikian rupa, sehingga anak mendapat simulus positif sebanyak dan sevariatif mungkin. Dengan demikian, anak tidak akan mengalami kesulitan ketika memasuki tahap perkembangan bahasa untuk kemudian menjadi seseorang yang terampil mengungkapkan bahasa. Oleh karena itu, pola asuh yang kreatif, inovatif, seimbang, dan sesuai dengan tahap perkembangan anak akan menciptakan interaksi dan situasi komunikasi yang memberi kontribusi positif terhadap kemampuan mengungkapkan bahasa anak. Kesehatan, intelegensi, status sosial ekonomi keluarga, jenis kelamin ana, serta hubungan sosial keluarga juga dapat mempengaruhi perkembangan bahasa anak, sehingga perkembangan bahasa anak dapat berkembang dengan cepat.

Tujuan dan Fungsi Perkembangan Kemampuan Bahasa Anak Usia Dini

Tujuan perkembangan bahasa anak usia dini masa perkembangan bicara dan bahasa yang paling intensif pada manusia terletak pada masa usia dini, tepatnya pada tiga tahun

15Yusuf, Syamsu, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), Hal. 39.

16

(10)

Vol. II No.2 Oktober 2020, e- ISSN: 2721-1509

191

dari hidupnya, yakni suatu periode dimana otak manusia berkembang dalam proses mencapai kematangan. Masa usia dini merupakan masa keemasan (golden age) disepanjang rentang usia perkembangan manusia.

Montesori menyatakan bahwa masa tersebut merupakan periode sensitif (sensitive

period), dimana secara khusus mudah menerima stimulus stimulus dari lingkungannya.

Berdasarkan fakta yang dikemukakan oleh sumber diatas maka harus ada lingkungan yang kondusif, yang mengupayakan pengembangan bahasa anak, termasuk anak usia dini secara intensif. 17

Menurut Gardner bahwa fungsi bahasa bagi anak taman kanak kanak adalah sebagai alat mengembangkan kemampuan intelektual dan kemampuan dasar anak serta mengembangkan ekspresi, perasaan, imajinasi, dan pikiran.18 Bromley menyebutkan 5 macam fungsi bahasa sebagai berikut:

1) Bahasa menjelaskan keinginan dan kebutuhan individu, 2) Bahasa dapat mengubah dan mengontrol perilaku, 3) Bahasa membantu perkembangan bognitif,

4) Bahasa membantu mempererat interaksi dengan orang lain,

5) Bahasa mengekspresikan keunikan individu. Bahasa mungkin bukan prasyarat dalam kemampuan berpikir yang luas. Namun Bahasa membantu kemampuan berpikir anak karena keduanya berkembang bersama.19

Karakteristik dan Kemampuan Mengungkapkan Bahasa Anak Usia Dini

Menurut Hallidy berdasarkan aspek perkembangan bahasa anak usia dini, pada usia 5-6 tahun memiliki karakteristik antara lain:

1) Sudah dapat mengungkapkan lebih dari 2500 kosa kata.

2) Lingkup kosa kata yang dapat diucapkan anak menyangkut warna, ukuran, bentuk, rasa, bau, keindahan, kecepatan, suhu, perbedaan, perbandingan, jarak, permukaan (halus, kasar).

3) Anak usia 5-6 tahun sudah dapat melakukan peran sebagai pendengar yang baik.

17

Sujiono, Yuliani Nurani Dan Sujiono, Bambang, Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak, (Jakarta: Indeks, 2010), Hal. 118.

18Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini, (Jakarta: Kencana Prenada. Media Group),

Hal. 23. 19

(11)

Vol. II No.2 Oktober 2020, e- ISSN: 2721-1509

192

4) Dapat berpartisipasi dalam suatu percakapan, anak sudah dapat mendengar orang lain berbicara dan menanggapi pembicaraan.

5) Percakapan yang dilakukan oleh anak usia 5-6 tahun telah menyangkut berbagai komentarnya terhadap apa yang dilakukan oleh dirinya sendiri, orang lain dan apa yang dilihatnya.

6) Anak pada usia 5-6 tahun sudah dapat melakukan ekspresi diri, menulis, membaca dan berpuisi. 20

Kemampuan bahasa merupakan salah satu dari bidang pengembangan kemampuan dasar yang telah dipersiapkan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan dan kreatifitas anak sesuai dengan tahap perkembangannya, dan tercantum dalam Permendikbud No. 146 tahun 2014, tentang Kurikulum 2013 PAUD sesuai dengan indikator pencapaian perkembangan anak usia dini. Pengembangan kemampuan bahasa bertujuan agar anak mampu:

1) Mengungkapkan keinginan, perasaan dan pendapat dengan kalimat sederhana dalam berkomunikasi dengan anak atau orang dewasa;

2) Menunjukkan perilaku senang membaca buku terhadap buku yang dikenalnya. 3) Mengungkapkan perasaan, ide dengan pilihan kata yang sesuai ketika

berkomunikasi.

4) Menceritakan kembali isi cerita secara sederhana, menunjukkan simbol dan bentuk-bentuk (pra menulis).

5) Membuat gambar dengan coretan/tulisan yang sudah berbentuk huruf/kata. 6) Menulis huruf-huruf dari namanya sendiri.21

Pengembangan kemampuan mengungkapkan bahasa ini sebaiknya dilakukan dengan menggunakan pendekatan yang berpedoman Pada suatu program kegiatan yang telah disusun dan berorientasi pada prinsip-prinsip perkembangan anak, kebutuhan, belajar melalui bermain, menggunakan pendekatan tematik, kreatif, inovatif, dan lingkungan yang kondusif, serta mengembangkan kecakapan hidup.

20 Rita Kurnia, Metodologi Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini, (Pekanbaru: Cendikia Insani, 2009), Hal. 93.

21 Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146, Tahun 2014 Tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini.

(12)

Vol. II No.2 Oktober 2020, e- ISSN: 2721-1509

193

Hakikat Metode Bercerita dengan Media Cerita Bergambar

Bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan kepada orang lain dengan alat tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk pesan,

informasi, atau hanya sebuah dongeng yang dikemas dalam bentuk cerita yang dapat didengarkan dengan rasa menyenangkan. Pada pendidikan anak usia dini, bercerita adalah salah satu metode pengembangan Bahasa yang dapat mengembangkan beberapa aspek fisik maupun psikis anak sesuai dengan tahapannya. Salah satunya yaitu kemampuan berbicara.

Bercerita merupakan salah satu metode dan teknik bermain yang banyak dipergunakan di TK. Bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak TK dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Jadi, bercerita adalah cara bertutur dan menyampaikan cerita atau memberikan penjelasan secara lisan. Seorang guru TK hendaklah mampu menjadi seorang pendongeng yang baik yang akan menjadikan cerita sebagai kegiatan bermain yang menarik dan dapat menjadikan pengalaman yang unik bagi anak. Seorang guru ketika bercerita harus mampu menguasai isi dari cerita tersebut agar anak akan lebih mudah menangkap isi cerita tersebut. Selain itu isi cerita nya pun harus sesuatu yang dekat dengan anak, misal cerita tentang binatang.

Metode bercerita adalah cara penyampaian atau penyajian materi pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak didik.22 Metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak TK dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Cerita yang digunakan harus menarik, dan mengundang perhatian anak dan tidak terlepas dari tujuan pendidikan bagi anak.23 Usahakan ketika bercerita guru harus mampu menguasai kelas.

Metode bercerita yaitu cara membawakan cerita kepada anak dengan meninggalkan tujuan dari pembelajaran tersebut. Dalam penggunaan metode bercerita juga harus memperhatikan beberapa hal yaitu, cerita yang disampaikan harus dikemas menarik dan sesederhana mungkin sehingga anak akan akan tertarik dan merespon serta memberi kesempatan kepada anak untuk bertanya dan menanggapi isi dari cerita tersebut.

22 Masitoh, Strategi Pembelajaran TK, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008).

23 Moeslichatoen R, Metode Pengajaran Di Taman Kanak – Kanak (Jakarta: Asdi Mahasatya, 2004), hal. 19.

(13)

Vol. II No.2 Oktober 2020, e- ISSN: 2721-1509

194 Tujuan Metode Bercerita

Kegiatan bercerita merupakan kegiatan pemberian pengalaman belajar pada anak agar anak memperoleh penguasaan isi cerita yang telah disampaikan dengan baik. Tujuan kegiatan bercerita adalah:

1) Menghibur para siswanya untuk menikmati sajian cerita yang dikemas dengan ide yang menarik, pengimajinasian yang luas, dan penyajian yang memukau.

2) Menambah wawasan dan pengetahuan umum bagi para siswa. 3) Memakai gaya bahasa penyampaian yang indah

4) Bercerita dengan menggunakan papan flannel 5) Bercerita dengan menggunakan media boneka 6) Dramatisasi cerita

7) Bercerita sambil memainkan jari tangan.24

Bentuk-bentuk Metode Bercerita

Dalam penyampaiannya, metode bercerita dibagi menjadi dua bentuk agar anak tidak bosan dalam mendengarkan cerita dan juga akan terlihat lebih bervariasi, yaitu: 1) Bercerita Tanpa Alat Peraga

Bercerita tanpa alat peraga adalah bentuk cerita yang mengandalkan kemampuan pencerita dengan menggunakan mimik (ekspresi muka), pantomim (gerak tubuh), dan vokal pencerita sehingga yang mendengarkan dapat menghidupkan kembali dalam fantasi dan imajinasinya.

2) Bercerita Dengan Alat Peraga

Bercerita dengan menggunakan alat peraga adalah bentuk bercerita yang mempergunakan alat peraga bantu untuk menghidupkan cerita. Fungsi alat peraga ini untuk menghidupkan fantasi dan imajinasi sehingga terarah sesuai dengan yang diharapkan si pencerita. Bentuk bercerita dengan alat peraga terbagi menjadi dua, yaitu alat peraga langsung dan alat peraga tidak langsung.

Definisi Cerita Bergambar

Cerita Bergambar atau Big Book adalah buku bergambar yang dipilih untuk

24 Lilis Madyawati, Strategi Pengembangan Bahasa pada Anak, (Jakarta: Prenada Media Group, 2016), hal. 75.

(14)

Vol. II No.2 Oktober 2020, e- ISSN: 2721-1509

195

diperbesarkan, memiliki karakteristik khusus, yaitu adanya perbesaran teks maupun gambar. Hal ini sengaja dilakukan supaya terjadi kegiatan membaca bersama (shared

reading) antara guru dan murid atau orang tua dan anak. Buku ini mempunyai

karakteristik khusus yang penuh warna warni, gambar yang menarik, maupun kata yang dapat diulang-ulang, mempunyai plot yang mudah ditebak, dan memiliki pola teks yang berirama untuk dapat dinyanyikan25.

Penggunaan media cerita bergamar atau Big Book dapat mengembangkan kemampuan dasar anak dalam semua aspek Bahasa, khususnya pada aspek perkembangan berbicara (mengungkapkan bahasa anak), misalnya dengan cara guru merangsang komentar anak tentang isi gambar atau cerita dalam Big Book, selain itu juga ada kegiatan berdiskusi dan menceritakan kembali cerita dalam Big Book sehingga dapat mengasah perkembangan bahasa anak khususnya dalam mengungkapkan bahasa.

Fungsi dan Peranan Cerita Bergambar

Cerita bergambar merupakan media komunikasi yang kuat. Fungsi- fungsi yang bisa dimanfaatkan oleh cergam antara lain adalah untuk pendidikan, untuk advertising, maupun sebagai sarana hiburan. Tiap jenis cergam memiliki kriteria-kriteria tertentu yang harus dipenuhi agar pesan yang ingin disampaikan dapat dipahami dengan jelas. Berikut jenis-jenis cergam berdasarkan fungsinya:

1) Cergam untuk informasi pendidikan, baik cerita maupun desainnya dirancang khusus untuk menyampaikan pesan-pesan pendidikan. Inti pesan harus dapat diterima dengan jelas.

2) Cergam sebagai media advertising. Maskot suatu produk dapat dijadikan tokoh utama dengan sifat-sifat sesuai dengan citra yang diinginkan produk atau brand tersebut. Sementara pembaca membaca cergam, pesan-pesan promosi produk atau brand dapat tersampaikan.

3) Cergam sebagai sarana hiburan merupakan jenis yang paling umum dibaca oleh anak-anak dan remaja. Bahkan sebagai hiburan sekalipun. Cergam dapat memiliki muatan yang baik. Nilai-nilai seperti kesetiakawanan, persahabatan, dan pantang menyerah dapat digambarkan secara dramatis dan menggugah hati pembaca.

25

(15)

Vol. II No.2 Oktober 2020, e- ISSN: 2721-1509

196

Dengan media Big Book dapat mengembangkan aspek perkembangan Bahasa termasuk kemampuan literasi pada anak yang mencakup dengar, cakap, baca dan tulis.

Berikut ini keistimewaan media cerita bergambar atau Big Book menurut Lynch: 1) Memberikan kesempatan kepada anak untuk terlibat dalam situasi nyata dengan cara

yang tidak menakutkan.

2) Memungkinkan anak melihat tulisan yang sama ketika guru/ orang tua membaca tulisan tersebut.

3) Memungkinkan anak bekerja sama memberi makna pada tulisan.

4) Bagi anak yang memiliki keterlambatan dalam membaca diberikan kesempatan untuk mengenal tulisan dengan bantuan guru dan teman-temannya.

5) Semua aspek bahasa anak akan berkembang termasuk keaksaraan dan pengungkapan Bahasa.

6) Guru dapat melakukan tanya jawab dengan anak berkaitan dengan isi cerita dalam

Big Book sehingga topik bacaan semakin berkembang sesuai pengalaman dan

imajinasi anak.26

Pelaksanaan PTK dilakukan dengan dua siklus yaitu siklus 1 dan siklus 2, pada masing-masing siklus di lakukan dengan 2 kali pertemuan (tatap muka). Hal ini dilakukan atas pertimbangan bahwa dengan menggunakan metode bercerita ini perlu dilakukan berulang-ulang agar anak dapat meningkatkan kemampuan bahasanya. Adapun hasil dari setiap siklus memaparkan kemampuan masing-masing anak dalam melakukan aspek yang diberikan.

Penggunaan media pembelajaran berbasis komputer untuk meningkatkan kemampuan literasi dilaksanakan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut: mempersiapkan peralatan atau media pembelajaran yang digunakan; pengenalan perangkat komputer; menjelaskan aturan-aturan dalam pembelajaran; praktek Pelaksanaan Pembelajaran dengan media komputer bisa dilakukan baik secara klasikal, kelompok, maupun individu; evaluasi setelah pembelajaran. Dalam proses pembejaran menggunakan media berbasis komputer, perlu adanya pengawasan dan kontrol dari pihak guru maupun orangtua.

26

(16)

Vol. II No.2 Oktober 2020, e- ISSN: 2721-1509

197

Peningkatan Kemampuan berbahasa anak kelompok A dapat dilihat dari peningkatan persentase kemampuan anak dalam kemampuan berbahasa pada Pra Tindakan dengan persentase kemampuan anak kemampuan berbahasa pada Siklus I dan Siklus II, adapun peningkatannya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1. Prosentase Peningkatan Kemampuan Berbahasa pada setiap siklus

No Siklus Persentase

1 Prasiklus 25%

2 Siklus I 55%

3 Siklus II 90%

Tabel I Peningkatan Kemampuan berbahasa Anak Prasiklus dan Siklus I

Dari tabel tersebut dapat diperjelas dengan gambar berikut ini:

Gambar 1.: Persentase Kenaikan Kemampuan berbahasa Prasiklus, Siklus I dan Siklus II

Berdasarkan Tabel I dan gambar 1 di atas dapat dilihat

bahwa Persentase pencapaian anak prasiklus sebesar 25%.

Sedangkan pada siklus II persentase pencapaian anak sebesar 90%. Hasil pencapaian siklus II mengalami peningkatan sebesar 65%.

KESIMPULAN

Penggunaan media cerita bergambar dapat meningkatkan kemampuan berbahasa anak kelompok A BA „Aisyiyah Gani Socokangsi Jatinom Klaten. Hal ini dapat

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Prasiklus Siklus I Siklus II 25,00%

55,00%

90,00%

Persentase Peningkatan Kemampuan Berbahasa Prasiklus dengan Siklus I dan

Siklus II Indikator keberhasilan penelitian yaitu jika ≥76% anak berhasil mencapai kriteria BSH dan

(17)

Vol. II No.2 Oktober 2020, e- ISSN: 2721-1509

198

dilihat dari adanya peningkatan kemampuan berbahasa anak yang semula sebesar 25% meningkat pada Siklus I sebesar 55% dan pada Siklus II mencapai 90%. Jadi peningkatan Kemampuan berbahasa pada anak kelompok A di BA „Aisyiyah Gani Socokangsi Jatinom setelah pelaksanaan permainan cerita bergambar ini sebesar 65%.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Susanto, Ahmad. (2011). Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Arikunto, S. dkk. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara, 2006 Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian Pendekatan Praktik. Jakarta:

Gramedia.

Asih, Rusmiyati. (2014). Pengaruh Bercerita Dengan Media Big Book Terhadap

Kecerdasan Linguistik Anak TK A PAUD Saymara Kartasura Tahun Ajaran 2013/ 2014. Skripsi: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Depdiknas. (2007). Pedoman Penembangan Bidang Kognitif Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdiknas Direktorat Pembinaan TK Dan SD.

Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Dhieni, Nurbiana. (2008). Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka.

Fadilah, M. (2012). Desain Pembelajaran PAUD. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. IGK, Wardhani. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka. Islami, Maulid Alam. (2010). Perancangan Cergam Cerita Rakyat Memecah Matahari.

Tugas Akhir Jurusan Desain Komunikasi Visual. Universitas Komputer Indonesia.

Khadijah. (2015). Media Pembelajaran Anak Usia Dini. Medan: Perdana Publishing. Kurnia, Rita. (2009). Metodologi Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini. Pekanbaru:

Cendikia Insani.

Madyawati, Lilis. (2016). Strategi Pengembangan Bahasa pada Anak. Jakarta: Prenada Media Group.

Masitoh. (2008). Strategi Pembelajaran TK. Jakarta: Universitas Terbuka.

Mulyana, Deddy. (2005). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

(18)

Vol. II No.2 Oktober 2020, e- ISSN: 2721-1509

199

Peraturan Menteri pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146, Tahun 2014 Tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini.

R, Moeslichatoen. (2004). Metode Pengajaran Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Asdi Mahasatya.

Sanjaya, Wina. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Santrock, J. W. (2007). Perkembangan Anak. Jilid 1 Edisi Kesebelas. Jakarta: Erlangga. Sudijono, Anas. (2010). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Sujiono, Bambang. dan Yuliani Nurani. (2010). Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan

Jamak. Jakarta: Indeks.

Sunarto. dan Agung Hartono. (2013). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Renika Cipta.

Susanto, Ahmad. (2011). Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Predana Media Group.

Sutrisno. (2002). Metodologi Riset. Yogyakarta: Andi Ofset.

Tadkiroatun, Musfiroh. (2005). Bermain Sambil Belajar Dan Mengasah Kecerdasan. Jakarta: Depdiknas.

Wibowo, Cintiya Elna. (2014). Pengaruh Media Cerita Big Book Terhadap

Perkembangan Bahasa Anak Kelompok Bermain Fatimah Purbayan, Baki, Sukoharjo Tahun Pelajaran 2013/2014. Skripsi: Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

Wina, Sanjaya. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana.

Yudha, Andi. (2009). Kenapa Harus Guru Kreatif. Bandung: Mizan Pustaka. Yus, Anita. (2011). Model Pendidikan Usia Dini. Jakarta: Predana Media Group.

Yusuf, Syamsu. (2007). Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Gambar

Tabel I Peningkatan Kemampuan berbahasa Anak Prasiklus dan Siklus I  Dari tabel tersebut dapat diperjelas dengan gambar berikut ini:

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan untuk: (1) menganalisis tingkat keselarasan antara konten soal kimia TIMSS dengan kompetensi dasar dan pembelajaran IPA-Kimia SMP, dan (2)

Untuk itu akan dilakukan prediksi beban listrik jangka pendek untuk 3 tipe hari yaitu hari kerja, hari libur akhir pekan, dan hari libur nasional dengan metode

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Muhammadiyah Surakarta Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non- exclusive Royalti-Free Right) atas

Pendapatan Petani Kecil (proyek P4-K) dengan menggunakan. pendekatan pendapatan

memperbaiki cara mengajar dan penyampaian materi pelajaran yang dilakukan oleh guru akan berpengaruh pada kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa. Perbaikan ini akan

Pengaruh Insentif dan Pengembangan Karir terhadap Kepuasan Kerja melalui Kinerja Karyawan sebagai Variable Intervening/Moderating pada AJB Asuransi Bumiputera 1912 Palembang.

Pengaruh Manajemen Pembiayaan Pendidikan dan Fasilitas Pembelajaran Terhadap Mutu Sekolah SMP di Kabupaten Bandung Barat.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tournament) yang digunakan dalam pembelajaran Mata Kuliah Praktik Keda Batu mampu membuat mahasiswa aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran serta dapat membentuk