• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Soedjono (1977) kata pelacuran yang identik dengan kata asing prostitusi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Soedjono (1977) kata pelacuran yang identik dengan kata asing prostitusi"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pekerja Seks Komersial

Pekerja seks komersial sering juga disebut dengan wanita tuna susila (WTS), pelacur bahkan dalam masyarakat umum sering disebut dengan sebutan “lonte”. Menurut Soedjono (1977) kata pelacuran yang identik dengan kata asing prostitusi berasal dari Bahasa Latin prostituo yang artinya sebagai perilaku terang-terangan menyerahkan diri pada perzinaan.

Pelacuran adalah pemberian akses seksual pada basis yang tidak diskriminatif untuk memperoleh imbalan baik berupa barang atau uang, tergantung pada kompleksitas sistem ekonomi lokal. Secara keseluruhan dapat dikatakan terdapat tiga elemen utama dari pelacuran antara lain: ekonomi, seksual dan psikologis (struktur

psiko-individual, emosional) (Truong, 1992). Definisi lain menempatkan pelacuran di bawah isu pekerjaan, kelangkaan akan pelayanan dan ketrampilan seksual.

Menurut Bonger dalam Mudjijono (2005) prostitusi adalah gejala sosial ketika wanita menyediakan dirinya untuk perbuatan seksual sebagai mata pencahariannya. Commenge dalam Soedjono (1977) prostitusi adalah suatu perbuatan di mana seorang wanita memperdagangkan atau menjual tubuhnya, untuk memperoleh pembayaran dari laki-laki yang datang membayarnya dan wanita tersebut tidak ada mata pencaharian nafkah lain dalam hidupnya kecuali yang diperoleh dengan melakukan hubungan sebentar-sebentar dengan banyak orang.

(2)

Prostitusi secara etimologis berasal dari kata prostitutio yang berarti hal menempatkan, dihadapkan, hal menawarkan. Adapula arti lainnya menjual, menjajakan, namun secara umum diartikan sebagai penyerahan diri kepada banyak macam orang dengan memperoleh balas jasa untuk pemuasan seksual orang itu.

Beberapa pengertian lainnya dari prostitusi (Simanjuntak, 1981)

a) Paulus Moedikdo Moeljono, pelacuran adalah penyerahan badan wanita dengan menerima bayaran kepada orang banyak guna pemuasan nafsu seksuil orang itu, b) Budisoesetyo, pelacuran adalah pekerjaan yang bersifat menyerahkan diri kepada

umum untuk perbuatan kelamin dengan mendapat upah,

c) Warouw, prostitusi adalah mempergunakan badan sendiri sebagai alat pemuas seksuil untuk orang lain dengan mencapai keuntungan.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapatlah ditarik esensi dari perbuatan melacur sebagai berikut:

a) Unsur ekonomis yang berupa pembayaran sebagai tegen prestasi,

b) Unsur umum yang berupa patner yang tidak bersifat selektif, dengan kata lain siapa saja diterima asal diberi uang,

c) Unsur kontiniu yang dilakukan beberapa kali.

Menurut Soedjono (1973), pelacuran dapat diartikan sebagai penyerahan badan wanita dengan pembayaran, kepada laki-laki guna pemuasan nafsu seksual orang-orang itu. Adapun bentuk dan polanya bermacam-macam, ada yang langsung di rumah-rumah (rumah bordil), biasanya pelacur yang di rumah bordil ini dipelihara oleh germo, dan oleh sigermo diatur dan harus menurut kehendak sigermo.

(3)

2.2. Penyakit Sifilis

2.2.1. Pengertian Penyakit Sifilis

Sifilis adalah penyakit kelamin yang disebabkan oleh infeksi Treponema pallidum, menular melalui hubungan seksual atau secara transmisi vertikal. Sifilis bersifat kronik, sistemik dan menyerang hampir semua alat tubuh (Saiful, 2000).

Schaudinn dan Hoffman (1905), berhasil menemukan penyebab sifilis yaitu Treponema pallidum. Organisme ini termasuk dalam ordo Spirochaetales, famili Spirochaetaceae dan genus Treponema dengan tingkat virulensi yang tinggi Treponema pallidum berbentuk spiral yang teratur rapat dengan jumlah lekukan sebanyak 8 – 24. Panjangnya berkisar 6 – 15 μm dengan lebar 0,15 μm. Apabila difiksasi, Treponema pallidum terlihat seperti gelombang dengan panjang gelombang sebesar 1,1μm dan amplitudo 0,2 – 0,3 mm (Djuandi. A, 2000).

Stadium DINI MENULAR 2 tahun Stadium LANJUT TAK ENULAR Stadium Rekuren

S.t. S I S II S III

2-4 6-8 minggu minggu

3-10 tahun Sifilis laten dini Sifilis laten lanjut

Menular Tidak menular

(4)

Keterangan : S. t = Sanggama tersangka S I = Sifilis stadium I S II = Sifilis stadium II S III = Sifilis stadium III

Gambar 2.1. Klasifikasi Penyakit Sifilis 2.2.2. Gejala dan Tanda

Lesi primer (Chancre=ulcus durum) biasanya muncul 3 minggu setelah terpajan. Lesi biasanya keras (indurasi), tidak sakit, terbentuk ulcus dengan mengeluarkan eksudat serosa di tempat masuknya mikroorganisme. Masuknya mikroorganisme ke dalam darah terjadi sebelum lesi primer muncul, biasanya ditandai dengan terjadinya pembesaran kelenjar limfe (bubo) regional, tidak sakit, keras non fluktuan. Infeksi juga dapat terjadi tanpa ditemukannya ulcus durum yang jelas, misalnya kalau infeksi terjadi di rectum atau cervik. Walaupun tidak diberi pengobatan ulcus akan hilang sendiri setelah 4-6 minggu. Sepertiga dari kasus yang tidak diobati akan mengalami stadium generalisata, stadium dua, di mana muncul erupsi kulit yang kadangkala disertai dengan gejala kontitusional tubuh. Timbul makolo popular biasanya pada telapak tangan dan telapak kaki diikuti dengan limfa denopati. Erupsi sekunder ini merupakan gejala klasik dari Sifilis yang akan hilang spontan dalam beberapa minggu atau sampai 12 bulan kemudian. Penderita stadium erupsi sekunder ini, sepertiga dari mereka yang tidak diobati akan masuk ke dalam fase laten selama berminggu-minggu bahkan selama bertahun-tahun.

(5)

Pada awal fase laten sering muncul lesi infeksius yang berulang pada selaput lendir. Terserangnya Susunan Syaraf Pusat (SSP) ditandai dengan gejala meningitis sifilitik akut dan berlanjut menjadi sifilis meningovaskuler dan akhirnya timbul paresis dan tabes dorsalis. Periode laten ini kadangkala berlangsung seumur hidup. Pada kejadian lain yang tidak dapat diramalkan, 5-20 tahun setelah infeksi terjadi lesi aorta yang sangat berbahaya (sifilis kardiovaskuler) atau guma dapat muncul di kulit, saluran pencernaan tulang atau pada permukaan selaput lendir.

Stadium awal sifilis jarang sekali menimbulkan kematian atau disabilitas yang serius, sedangkan stadium lanjut sifilis memperpendek umur, menurunkan kesehatan dan menurunkan produktivitas dan efisiensi kerja. Mereka yang terinfeksi sifilis dan pada saat yang sama juga terkena infeksi HIV cenderung akan menderita sifilis SSP.

Infeksi pada janin terjadi pada ibu yang menderita sifilis stadium awal pada saat mengandung bayinya dan ini sering sekali terjadi sedangkan frekuensinya makin jarang pada ibu yang menderita stadium lanjut sifilis pada saat mengandung bayinya. Infeksi pada janin dapat berakibat aborsi, stillbirth, atau kematian bayi karena lahir prematur atau lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) atau mati karena menderita penyakit sistemik. Infeksi congenital dapat berakibat munculnya manifestasi klinis yang muncul kemudian berupa gejala neurologis terserangnya SSP. Dan kadangkala infeksi konginital dapat mengakibatkan berbagai kelainan fisik yang dapat menimbulkan stigmasasi di masyarakat seperti gigi Hutchinson, saddlenose (hidung pelana kuda), saber shins (tulang kering berbentuk pedang), keratitis

(6)

interstitialis dan tuli. Sifilis congenital kadangkala asimtomatik, terutama pada minggu-minggu setelah lahir (James Chin, 2006).

2.2.3. Cara Penularan

Cara penularan sifilis adalah dengan cara kontak langsung yaitu kontak dengan eksud. Sifilis tiat infeksius dari lesi awal kulit dan selaput lendir pada saat melakukan hubungan seksual dengan penderita sifilis. Lesi bisa terlihat jelas ataupun tidak terlihat jelas. Pemajanan hampir seluruhnya terjadi karena hubungan seksual. Penularan karena mencium atau pada saat menimang bayi dengan sifilis konginetal jarang sekali terjadi. Infeksi transplasental terjadi pada saat janin berada dalam kandungan ibu menderita sifilis.

Transfusi melalui darah donor bisa terjadi jika donor menderita sifilis pada stadium awal. Penularan melalui barang-barang yang tercemar secara teoritis bisa terjadi namun kenyataannya boleh dikatakan tidak pernah terjadi. Petugas kesehatan pernah dilaporkan mengalami lesi primer pada tangan mereka setelah melakukan pemeriksaan penderita sifilis dengan lesi infeksius (James Chin, 2006).

2.2.4. Cara Pencegahan

Adapun cara pencegahan penyakit sifilis adalah sebagai berikut: 1. Selalu menjaga higienis (kebersihan/kesehatan) organ ginetalia. 2. Jangan lupa menggunakan kondom bila melakukan hubungan seks.

3. Mintalah jarum suntik baru setiap kali menerima pelayanan medis yang menggunakan jarum suntik.

(7)

2.3. Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immuno Deficiency Syndrome (HIV/AIDS)

2.3.1. Pengertian AIDS

AIDS merupakan “kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang merusak sistem kekebalan tubuh manusia sehingga daya yahan tubuh makin melemah dan mudah terjangkit infeksi”. Virus HIV, yang digolongkan sebagai jenis yang disebut retrovirus yang menyerang sel darah putih dan melumpuhkan sistem kekebalan tubuh.

2.3.2. Gejala dan Tanda

Orang yang terinfeksi HIV biasanya masih tampak sehat, segar bugar dalam 5-10 tahun sesudah virus ini mulai bersarang di dalam tubuhnya. Pada waktu 5-10 tahun umumnya seorang pengidap virus HIV mulai merasakan berbagai gejala, termasuk mudah sekali terserang berbagai penyakit infeksi, dari infeksi jamur sampai berbagai infeksi lain yang jauh lebih berbahaya.

2.3.3. Cara Penularan

Penularan HIV/AIDS terjadi terutama melalui: 1) hubungan seks tanpa perlindungan kondom dengan sesorang yang mengidap HIV, 2) penggunaan alat suntik yang tidak steril secara bergantian dengan seseorang yang pengidap HIV, terutama Napza/narkoba suntik, 3) ibu pengidap HIV ke bayi (dalam rahim, selama proses persalinan, atau lewat ASI), 4) transfusi darah, atau pencangkokan organ tubuh dari donor pengidap HIV (KPA Nasional, 2005).

(8)

James Chin dalam I Nyoman Kandun (2000) menyatakan bahwa Virus HIV/AIDS kadang-kadang ditemukan di air liur, air mata, urin dan secret bronkial, penularan sesudah kontak dengan secret ini belum pernah dilaporkan. Resiko dari penularan HIV melalui hubungan seks lebih rendah dibandingkan dengan PMS lainnya. Namun adanya penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual terutama penyakit seksual dengan luka seperti chancroid, besar kemungkinan dapat menjadi pencetus penularan HIV. Determinan utama dari penularan melalui hubungan seksual adalah pola dan prevalensi dari orang-orang dengan “sexual risk behavior” seperti melakukan hubungan seks yang tidak terlindungi dengan banyak pasangan seks. Carriers sering tanpa gejala, mereka tidak sadar akan status mereka. Tidak ada bukti epidemiologis atau laboratorium yang menyatakan bahwa gigitan serangga bisa menularkan infeksi HIV.

Selanjutnya James Chin dalam I Nyoman Kandun (2000), mengemukakan bahwa dari 15-35% bayi yang dilahirkan dari ibu dengan HIV (+) terinfeksi melalui plasenta: pengobatan wanita hamil dengan antivirus seperti zidovudine mengurangi kejadian penularan kepada bayi secara bermakna. Obat yang dapat mencegah infeksi perinatal adalah azidothimidine (AZT), diberikan peroral pada kehamilan usia 14 minggu dan diteruskan sampai menjelang kelahiran, diberikan secara intravena pada saat melahirkan, diberikan secara oral pada bayi baru lahir pada 6 minggu pertama. Cara-cara ini menurunkan transmisi perinatal sebesar 66%, sedangkan pemberian AZT jangka pendek menurunkan angka transmisi 40%.

(9)

2.3.4. Cara Pencegahan

Sebagai cara yang paling efektif mencegah infeksi HIV lewat hubungan seksual: 1. “A” = anda menjauhi seks sampai anda kawin atau menjalin hubungan

jangka panjang dengan pasangan (Abstinesia).

2. “B” = bersikap saling setia dengan pasangan dalam hubungan perkawinan atau hubungan tetap jangka panjang (Be faithful).

3. “C” = cegah dengan memakai kondom secara benar dan konsisten untuk pekerja seks atau orang yang tidak mampu melaksanakan A dan B (Condom).

2.4. Landasan Teori

Perilaku secara umum diartikan masyarakat sebagai tingkah laku seseorang dalam kehidupannya. Menurut Sitepu (2002) perilaku adalah suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya. Dalam prakteknya perilaku bisa diartikan sebagai respon seseorang pada rangasangan dari luar subjek. Respon ini ada 2 bentuk yaitu:

a) Bentuk pasif adalah respon internal yang terjadi dalam diri manusia dan secara tidak langsung dapat dilihat orang lain yaitui berfikir, memberi tanggapan, dan lain-lain.

b) Bentuk Aktif adalah perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung. Bloom (1974) membedakan pengetahuan, sikap dan perilaku sebagai berikut: kognitif (menyangkut kesadaran atau pengetahuan), afektif (sikap dan emosi) dan psikomotor (tindakan atau gerakan). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, setelah dilakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu yakni dengan indera

(10)

penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan perasaan. Sikap merupakan respon seseorang yang tertutup pada suatu objek. Tindakan diwujudkan dengan sikap menjadi perbuatan nyata.

Menurut Soekidjo (1985), bentuk operasional dari perilaku manusia dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis yaitu:

a) Pengetahuan adalah mengenal, mengetahui situasi atau ransangan dari luar. b) Sikap adalah tangga batin terhadap suatu ransangan dari luar diri si subyek. c) Tindakan adalah perbuatan (action) yang sudah kinkrit terhadap situasi atau

ransangan dari luar.

Dengan pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dan pengetahuan dapat diukur dengan melakukan wawancara (Notoatmojo, 1997).

Perilaku dalam bentuk pengetahuan adalah individu dapat mengenal situasi atau rangsangan yang datang dari luar individu tersebut. Tingkatan pengetahuan seseorang berbeda dengan orang lainnya karena banyak faktor yang mempengaruhinya. Sikap adalah proses mental yang berlaku individual yang akan menentukan respons-respons, baik yang nyata ataupun yang potensial, dari setiap orang yang berbeda. Berdasarkan hal tersebut berarti sikap adalah daya mental manusia untuk bertindak atau menentang ke arah suatu obyek atau nilai tertentu (Sitepu, 2002).

Definisi sikap dari beberapa para ahli, sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan tidak mendukung atau

(11)

tidak memihak (Berkowitz, 1972). Menurut Notoatmojo (1997) sikap merupakan reaksi yang masih tertutup sehingga tdak terlihat secara langsung. Menurut Mar’at (1982) sikap merupakan produk dari proses sosialisasi di mana seseorang bereaksi sesuai dengan rangsang yang diterimanya. Sikap relatif konstan dan agak sukar berubah sehingga jika ada perubahan dalam sikap berarti adanya tekanan yang kuat.

Perilaku adalah “niat” yang sudah direalisasikan dalam bentuk tingkah laku yang tampak dan memerlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan. Menurut ensiklopedi Amerika perilaku diartikan sebagai aksi dan reaksi terhadap lingkungannya. Robert Kwick (1974) dalam Notoatmojo (1997) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari.

Menurut teori aksi dari Weber, individu melakukan suatu tindakan berdasarkan pengalaman, persepsi, pemahaman dan penafsiran atas situasi atau objek stimulus tertentu. Oleh karena itu, perilaku individu tergantung pada keadaan lingkungannya. Perilaku sekelompok orang yang berbeda ada kemungkinan berbeda pula, demikian juga dengan perilaku seksual (Soekidjo, 1993).

Berdasarkan tinjauan pustaka, maka dapat disimpulkan landasan teori yaitu sebagai berikut:

Perilaku sehat adalah perilaku proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Menurut Gochman dalam Notoatmodjo (2003), perilaku sehat (health behavior) dapat dilihat:

(12)

”sebagai atribut-atribut personal seperti kepercayaan-kepercayaan, harapan-harapan, motif-motif, nilai-nilai, persepsi dan unsur-unsur kognitif lainnya, sebagai karakteristik individu meliputi unsur-unsur dan keadaan afeksi dan emosi dan sebagai pola-pola perilaku yang tampak (overt) yakni tindakan-tindakan dan kebiasaan-kebiasaan yang berhubungan dengan mempertahankan, memelihara dan untuk meningkatkan kesehatan.

Green (1980) menjelaskan secara umum bahwa kualitas hidup dipengaruhi oleh kesehatan, sedangkan kesehatan dipengaruhi oleh perilaku dan gaya hidup serta lingkungan. Perilaku dan gaya hidup dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu:

a) Faktor Predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan dan nilai-nilai.

b) Faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia tidaknya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan.

c) Faktor pendorong (reinforcing factors), yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lainnya yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

(13)

2.5. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan landasan teori maka dapat dirumuskan kerangka konsep sebagai berikut:

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian Faktor Predisfosing 1. Umur 2. Pendidikan 3. Masa kerja 4. Penghasilan Faktor Enabling Ketersediaan Fasilitas Yankes Faktor Reinforcing Sumber Informasi Perilaku 1. Pengetahuan 2. Sikap 3. Tindakan Penyakit Sifilis dan HIV

Gambar

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian Faktor Predisfosing 1.  Umur 2.  Pendidikan 3.  Masa kerja  4

Referensi

Dokumen terkait

Zbog svojstva monotonosti invertibilnosti funkcije pomiˇcnog ruba, Stefanov problem moˇzemo prikazali u obliku paraboliˇcke varijacijske nejednakosti za koje smo pokazali egzistenciju

Tujuan dari William Flexion Exercise William Flexion Exercise adalah untuk mengurangi nyeri, memberikan adalah untuk mengurangi nyeri, memberikan stabilitas lower trunk

 Konsep rumah tangga pertanian adalah rumah tangga yang salah satu atau lebih anggota rumah tangganya melakukan dan bertanggungjawab dalam kegiatan pembudidayaan,

Pada bagian antarmuka digunakan mikrokontroler ATmega16, sedangkan rancangan perangkat lunak berbasis pada Android versi 2.3 dan program aplikasi simulator AFL

Dari tujuh karakteristik responden Desa Cinagara dan Desa Pasir Buncir hanya dua karakter yang akan diuji dengan menggunakan pengujian regresi linear berganda, diduga dua

Pertunjukan tayub biasanya dipandu oleh seorang pengarih, tetapi apabila pertunjukan itu melibatkan beberapa orang joged (biasanya lebih dari empat orang joged) maka

a) Mengidentifikasi biaya produksi dan mengelompokkannya berdasarkan jenis-jenisnya seperti biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik tetap dan

Dari hasil survei terhadap 32 manajer berbagai perusahaan di Indonesia, disimpulkan bahwa komitmen organisasional adalah variabel pemoderasi yang memperkuat hubungan antara