• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun dengan tegas menyebutkan bahwa tujuan negara adalah untuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun dengan tegas menyebutkan bahwa tujuan negara adalah untuk"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembukaan Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 dengan tegas menyebutkan bahwa tujuan negara adalah untuk menyejahterakan masyarakat. Kutipan dari naskah undang – undang yang memuat tujuan negara Republik Indonesia adalah sebagai berikut1:

“Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial...”

Demi melaksanakan tujuan negara, pemerintah berupaya untuk melakukan reformasi di segala arah untuk memaksimalkan seluruh potensi dan sumber daya yang ada2. Industri minyak dan gas bumi merupakan salah satu bidang industri yang mengalami revolusi besar – besaran ditinjau dari sisi pengaturan maupun pelaksanaan di lapangan. Salah satu revolusi yang dilakukan di bidang industri migas adalah dengan diundangkannya Undang – Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (migas).

1 Pembukaan Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 alinea ke-4 2 Pertimbangan Undang – Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi

(2)

Revolusi tersebut membuat munculnya berbagai bentuk kerjasama maupun perjanjian di bidang industri migas di Indonesia.

Minyak dan gas bumi merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan yang sifatnya dikuasai oleh negara3. Komoditas minyak bumi dan gas bumi digolongkan sebagai kebutuhan vital yang membuatnya begitu penting dalam menguasai hajat hidup orang banyak. Hal ini membuat migas penting dalam pembangunan dan ekonomi nasional.

Minyak dan gas bumi merupakan campuran hydrocarbon, serta senyawa – senyawa organik lainnya berupa oksigen, nitrogen, sulfur, dan senyawa – senyawa lainnya yang terbentuk melalui proses alami yang terbentuk di permukaan bumi. Minyak dan gas bumi apabila dipanaskan memiliki titik didih 160’C, sedangkan senyawa – senyawa lainnya memiliki titik didih lebih dari 450’C4.

Pertambangan minyak dan gas bumi di Indonesia telah dikenal sebelum terjadinya kemerdekaan di Indonesia. Fase pra kemerdekaan merupakan fase dimana pihak – pihak asing yang diprakarsai oleh Hindia Belanda berkeinginan kuat untuk menguasai minyak di Indonesia tanpa memikirkan kesejahteraan rakyat. Pada tahun 1899 Belanda mengundangkan Indishche Mijn Wet sebagai pengatur industri migas di Indonesia. Undang – undang ini memberi hak

3Ibid.,

4 Anton Pedro Hendrik Van Meurs, 1971, Petroleum Economics and Offshore Mining Legislation, Elsevier Publishing Company: New York, hlm. 5

(3)

konsesi pertambangan wilayah Indonesia kepada pihak – pihak asing yang ingin membuka ladangnya di Indonesia (Inggris, Amerika)5.

Fase pasca kemerdekaan merupakan fase dimana munculnya gerakan perebutan kembali industri migas di Indonesia oleh himpunan tenaga laskar minyak Periode ini berakhir pada tahun 1971. Munculnya Undang – Undang No. 8 tahun 1971 membuat sejarah baru bagi usaha pertambangan minyak dan gas bumi di Indonesia yang mandiri tanpa alih – alih atau campur tangan negara asing . Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara (PERTAMINA) adalah satu – satunya perusahaan di Indonesia yang didirikan berdasarkan undang – undang tersebut hingga saat ini6.

Bentuk – bentuk kerjasama usaha migas yang kini ada di Indonesia bentuknya beragam. Bentuk – bentuk pengusahaan migas yang ada di Indonesia diprakarsai dari perkembangan minyak dunia yang mau tidak mau membuat Indonesia harus terus berinovasi untuk mengikuti kebutuhan pasar dan mengusahakan lahannya di Indonesia. Salah satu bentuk kerjasama yang banyak diminati oleh berbagai pihak (tidak hanya dalam operasi migas) adalah kerjasama operasi (KSO). Kerjasama Operasi (KSO) adalah kerjasama antara satu perusahaan dengan perusahaan lain untuk mengusahakan atau mengoperasikan suatu hal untuk memperoleh tujuan yang ingin dilaksanakan dari kerjasama tersebut.

Kerjasama Operasi (KSO) memberikan kemudahan kepada para – para pihak untuk bekerjasama dan menyalurkan keahlian – keahlian terbaiknya

5Rudi M. Simamora, 2000, Hukum Minyak dan Gas Bumi, Djambatan, Jakarta, hlm. 13 6Ibid., hlm. 31.

(4)

(skills) untuk bekerjasama dalam suatu proyek atau waktu tertentu. KSO juga memberikan kemudahan perihal resiko yang tidak hanya ditanggung oleh salah satu pihak namun dapat ditanggung oleh kedua belah pihak. Intinya ada share atau kerjasama dari pihak – pihak lain sehingga pengerjaan proyek atau tanggung jawab tertentu tidak hanya dirasakan oleh satu pihak saja.

Seperti yang kita ketahui ladang – ladang minyak yang ada di Indonesia saat ini sebagian besar merupakan ladang minyak tua yang telah berada sejak zaman penjajahan kolonial Belanda. Ladang – ladang minyak ini sesungguhnya masih memiliki ketersediaan minyak yang tersembunyi di bawahnya namun sulit untuk sampai di permukaan karena satu dan lain hal tertentu (usia, keterbatasan teknologi, jebakan tanah, dll) . Untuk mengusahakan ladang minyak tersebut dibutuhkan suatu teknologi mutakhir untuk mengangkat minyak di permukaan. Teknologi yang digunakan dalam pengusahaan tersebut dinamakan Enhanced Oil Recovery (EOR).

Enhanced Oil Recovery banyak diguanakan dalam ladang – ladang pengusahaan minyak di dunia. Enhanced Oil Recovery (EOR) dalam standard Technical Assistance Contract PERTAMINA memiliki arti “the recovery of Incremental Oil by approriate process or method including but not limited to: energy injection into oil bearing formations; usually in the form of liquids, liquid with surfactan, polymers or other chemicals, gas, steam or heat injected through an input wells. Enhanced Oil Recovery includes secondary recovery and tertiary recovery” 7.

7Ibid., hlm. 102

(5)

Salah satu sumber dalam pendapatnya menuturkan bahwa EOR terbukti dapat meningkatkan angka cadangan migas yang dapat diambil (recovery factor)8. Perolehan angka cadangan migas (recovery factor) pada

umumnya mencapai 30%, adapun pasca penerapan EOR terjadi, recovery faktor yang diperoleh meningkat menjadi 60 persen bahkan bisa 70 hingga 85 persen jika menggunakan teknologi terkini, hal ini sebagamana dituturkan oleh Kepala Dinas Humas dan Hubungan Kelembagaan, Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS), Elan Biantoro.

Pelaksanaan EOR di Indonesia umumnya diwadahi oleh suatu wadah kerjasama atau perjanjian yang bernama perjanjian KSO. Perjanjian KSO sebagaimana telah dituturkan dalam bab awal memudahkan kedua belah pihak yang memiliki kepentingan bekerjasama untuk mentransfer keahlian mereka. Umumnya pelaksanaan yang dilakukan oleh salah satu pihak dalah pelaksanaan teknis yang dilakukan oleh mitra. Unruk dijadikan sebagai perbandingan , perjanjian KSO banyak sekali saat ini digunakan dalam industri – industri migas di Indonesia maupun dunia.

Target utama yang diinginkan dalam industri migas di Indonesia adalah minyak namun, apabila minyak tidak dapat diperoleh dalam pelaksanaan pencarian migas , dapat diperoleh bentuk lain seperti gas bumi

8Anonim, “12 Perusahaan Migas Siap Terapkan EOR”, http://www.esdm.go.id/berita/40-migas/4664-12-perusahaan-migas-siap-terapkan-eor.html?tmpl=component&print=1&page=, diakses tanggal 21 Juni 2015

(6)

(hal ini dikarenakan minyak dan gas bumi selalu berdekatan letak dan bentuknya) 9.

Perjanjian KSO yang dikaji dalam penulisan hukum ini adalah Perjanjian Kerjasama Operasi antara PT. Pertamina Ep dan PT. Samudra Energy BWP Meruap. Perjanjian ini merupakan perjanjian pengusahaan sejumlah lahan migas di area operasi Meruap, Sumatera Selatan. Perjanjian ini muncul lantaran PT. Pertamina Ep sebagai perusahaan migas hulu memiliki keterbatasan untuk mengelola wilayah kerjanya dari sisi teknis dan teknologis. PT. Pertamina Ep tidak memiliki kemampuan teknologi EOR dan alat – alat yang dibutuhkan untuk meningkatkan perolehan minyak pada sumur operasi di area Meruap10.

Hal tersebut yang membuat PT. Pertamina Ep menjalin sebuah kerjasama dengan PT. Samudra Energy sebagai mitra pelaksana untuk melaksanakan operasi sesuai dengan hal – hal yang termuat di dalam perjanjian . Perjanjian ini secara khusus mengangkat tema EOR / Tertiary Recovery sebagai inti operasi. Pengusahaan migas yang dilakukan oleh mitra dalam kerjasama ini menggunakan metoda Chemical Flooding yang disepakati oleh para pihak.

Beberapa hal yang akan dibahas terkait perjanjian dalam penulisan hukum ini adalah sebagai berikut :

9 Berdasarkan wawancara dengan Bapak Heru Sudharto, senior manager admin dan support PT. Samudra Energy BWP Meruap, 8 Februari 2015

10 Berdasarkan wawancara dengan Dyah Ajeng Larassaty, S.H., legal counsel contract and

(7)

1. Kemungkinan injeksi Pilot Chemical Flooding dalam tahapan produksi EOR menunjukkan hasil non konklusif serta akibat hukumnya bagi mitra pelaksana;

2. Klausa early termination atau pemutusan perjanjian lebih awal yang harus dilakukan dikarenakan sebab – sebab tertentu yang termuat dalam Pasal XVI perjanjian kerjasama operasi Meruap.

Hal – hal yang dituturkan dalam uraian poin di atas menjadi sangat menarik untuk dibahas dalam penulisan hukum ini lantaran inti utama dari isi perjanjian ini adalah pelaksanaan operasi EOR sebagai teknologi moderen terbaru untuk meningkatkan perolehan lahan minyak pada areal tertentu yakni daerah operasi Meruap.

Berkaitan dengan hal tersebut, penulis mengambil judul penulisan hukum

“KAJIAN YURIDIS PERJANJIAN KERJASAMA OPERASI ANTARA PT. PERTAMINA EP DENGAN PT. SAMUDERA ENERGY BWP MERUAP” yang memfokuskan studi pada Perjanjian Kerjasama Operasi

antara PT. PERTAMINA EP dan PT. SMUDERA ENERGY BWPMERUAP untuk PRODUKSI – EOR TERTIARY RECOVERY di AREA MERUAP.

Catatan : Dokumen perjanjian yang dibahas oleh penulis hanya sebatas dokumen perjanjian utama (perjanjian kerjasama operasi ) sehingga tidak memuat ketentuan – ketentuan lain terkait biaya operasi, komitmen pasti serta hal – hal penting lainnya yang spesifik menjadi objek perjanjian.

Dokumen – dokumen pendukung yang termuat dalam lampiran sepenuhnya menjadi kerahasiaan pihak - pihak dan tidak dapat di-share ke

(8)

muka publik. Lampiran dokumen perjanjian kerjasama operasi Meruap kurang lebih mengatur seputar perolehan minyak yang harus diperoleh oleh Mitra dalam pelaksanaan operasi, tahun komitmen pasti, serta anggaran dan biaya pelaksanaan operasi yang sepenuhnya menjadi kerahasiaan para pihak (confidential).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan pada sub-bab sebelumnya, Penulis menemukan beberapa permasalahan yang patut untuk dibicarakan, rumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut :

1. Apa akibat hukum bagi mitra dalam hal pelaksanaan injeksi Pilot Chemical Flooding sebagai bagian dari Komitmen Pasti menunjukkan hasil Non Konklusif ?

2. Apa akibat hukum dalam hal perjanjian kerjasama operasi antara PT. Pertamina Ep dan PT. Samudera Energy BWP Meruap mengalami Early Termination (Pemutusan Perjanjian Lebih Awal) ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini antara lain : 1. Tujuan Objektif

Tujuan Objektif sebagaimana telah dipaparkan dalam rumusan masalah di sub bab sebelumnya yakni :

a. Untuk mengetahui dan menganalisis akibat hukum bagi mitra pelaksana apabila ia gagal melaksanakan kesepakatan yang telah disepakatinya;

(9)

b. Untuk mengetahui dan menganlisis akibat hukum bagi para pihak bila perjanjian mengalami early termination atau pemutusan perjanjian lebih awal.

2. Tujuan Subjektif

Penelitian ini dibuat untuk memperoleh data dalam rangka penyusunan penulisan hukum guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana hukum (S.H.,) dari Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada

D. Keaslian Penelitian

Penulis telah melakukan beberapa penelurusan sebelum mengambil tema penulisan perjanjian kerjasama operasi hukum migas di Indonesia. Beberapa perpustakaan yang menjadi tempat penelurusan penulis antara lain :

1. Perpustakaan Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat 2. Perpustakaan Ibnu Sutowo Kantor Pusat Pertamina, Jakarta 3. Perpustakaan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Secara spesifik penulis hanya mampu menemukan satu judul penulisan hukum yang mengangkat topik perjanjian kerjasama operasi migas di Indonesia. Judul Penulisan tersebut yakni “Perjanjian kerjasama operasi

antara PT Pertamina E.P. dengan PT Formasi Sumatera Energi di Tanjung Tiga Timur Sumatera Selatan (Suatu tinjauan yuridis). Penulisan

hukum ini dibuat oleh Nenden Dewi Anggraeni mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Indonesia angkatan tahun 200911.

11 Nenden Dewi Anggraeni, 2009, “Perjanjian kerjasama operasi antara PT Pertamina E.P. dengan

PT Formasi Sumatera Energi di Tanjung Tiga Timur Sumatera Selatan (Suatu tinjauan yuridis)”, Penulisan Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia.

(10)

Meski serupa namun penulis berpendapat bahwa terdapat perbedaan – perbedaan utama dalam penulisan hukum tersebut. Perbedaan tersebut antara lain :

1. Penulisan hukum dengan judul “Perjanjian kerjasama operasi

antara PT Pertamina E.P. dengan PT Formasi Sumatera Energi di Tanjung Tiga Timur Sumatera Selatan (Suatu tinjauan yuridis)” mengangkat analisis seputar kesesuaian isi dan muatan

perjanjian dengan peraturan perundang – undangan maupun hukum positif yang berlaku di Indonesia.

2. Penulisan hukum yang dibuat oleh Sdri. Nenden Dewi Aggraeni memiliki perbedaan dalam rumusan masalah yang mengangkat topik seputar keabsahan isi perjanjian tersebut ditinjau dari undang – undang dan peraturan hukum positif yang berlaku.

3. Penulisan hukum yang diangkat oleh Sdri. Nenden Dewi Anggraeni memiliki rumusan masalah terkait wanprestasi dan perihal penyelsaian sengketa isi perjanjian yang diatur dalam perjanjian kerjasama operasi tersebut.

4. Perbedaan objek penelitian. Penelitian yang diangkat oleh Sdri. Nenden Dewi Anggraeni mengkaji perjanjian dengan PT. Formasi Sumatera Energi di Tanjung Tiga, Sumatera Selatan, sedangkan penelitian yang diangkat penulis mengkaji perjanjian PT. Smudera Energy BWP Meruap, Sumatera Selatan.

(11)

Penulisan hukum ini tentu saja berbeda, rumusan masalah yang diambil oleh penulis mengambil tema seputar kemungkinan gagal atau tidak terlaksananya operasi perjanjian dikarenakan oleh satu dan hal tertentu yang diatur dalam perjanjian. Pelaksanaan operasi yang tidak dapat terlaksana tentu saja memiliki konsekuensi hukum yang harus ditanggung atau dipenuhi oleh pihak pelaksana.

Penulis, dalam rumusan masalah kedua juga mengangkat topik seputar kemungkinan putusnya perjanjian di tengah jalan / early termination atau pemutusan perjanjian lebih awal dikarenakan pihak – pihak tertentu yang ingin mengakhiri perjanjian sebelum jangka waktu berakhir. Hal ini tentu saja berbeda dengan penulisan hukum yang diangkat oleh Sdri. Nenden Dewi Anggraeni karena beliau dalam pembahasannya cenderung meneliti seputar keabsahan dari perjanjian tersebut.

Penulis berkesimpulan bahwa penulisan hukum yang diangkat oleh Sdri. Nenden Dewi Anggraeni berbeda dengan penulisan hukum yang diangkat oleh penulis. Perbedaan – perbedaan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Topik pembahasan beserta rumusan masalah di dalamnya;

2. Objek penelitian yang diteliti dilihat dari sisi perusahaan dan dokumen perjanjian yang melengkapinya.

Melalui penjelasan dan kesimpulan tersebut, Penulis berpendapat bahwa penulisan hukum dengan judul “Kajian Yuridis Perjanjian Kerjasama

Operasi PT. Pertamina EP dan PT. Samudra Energy BWP Meruap”

sepanjang pengetahuan dan penelusuran penulis adalah asli dan tidak memiliki persamaan apapun dengan penulisan hukum lainnya yang ada di Indonesia.

(12)

E. Manfaat Penelitian

Penulis berpendapat bahwa penulisan hukum mengenai minyak dan gas bumi di Indonesia harus terus dikembangkan dan disebarluaskan untuk membuka mata masyarakat mengenai potensi sumber daya alam yang ada di Indonesia. Potensi tersebut tidak seharusnya dikuasai oleh bangsa asing, melainkan harus sepenuhnya memberi keuntungan bagi bangsa Indonesia.

Penulisan hukum ini secara spesifik memberikan manfaat tersendiri bagi Penulis. Penulis memiliki keingintahuan besar dalam sektor industri migas, dan melalui penulisan hukum ini penulis mampu untuk memenuhi rasa ingin tahu terhadap kondisi riil dari minyak dan gas bumi di Indonesia. Dengan melaksanakan penulisan hukum dengan tema kerjasama operasi di bidang industry migas, penulis mampu mengetahui bentuk – bentuk kerjasama industri migas yang dipakai di dunia pada umumnya dan di Indonesia pada khususnya.

Kegunaan dari penulisan hukum berjudul “Kajian Yuridis Perjanjian

Kerjasama Operasi PT. Pertamina EP dan PT. SAMUDRAEnergy BWP Meruap” antara lain sebagai berikut :

1. Kegunaan Akademis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu hukum, khususnya dalam bidang hukum perdata mengenai perjanjian dalam industri migas.

(13)

b. Mengetahui bentuk – bentuk perjanjian jenis baru dalam hukum perdata khususnya perjanjian kerjasama operasi dalam industri migas.

2. Kegunaan Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat untuk mengurangi bentuk – bentuk pelanggaran atau penyelewengan terhadap hukum minyak dan gas di Indonesia, terutama dalam melaksanaan perjanjian.

b. Hasil penelitian ini memberikan gambaran praktis mengenai pelaksananan kerjasama operasi sebagai bentuk perjanjian jenis baru beserta kemungkinan – kemungkinan putusnya perjanjian yang dapat terjadi di dalamnya.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan geometri peledakan aktual, didapatkan volume hasil batuan per bulan masih belum mencapai target produksi yang diinginkan perusahaan sebesar 80.000 ton.

1 tahun 2010, Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Matematika akan melaksanakan Diklat Supervisi Akademik Pengawas Sekolah In Service

Pada acara ini awal dilaksanakan di dalam kantor Bupati Pinrang setelah program ini berjalan Bupati Pinrang menyarankan agar acara ini di laksanakan diluar agar

Pemerintah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka

potensi dan masalah, mengumpulkan informasi, desain produk, validasi desain, dan uji coba produk. Instrumen pengumpulan data dikumpulkan dengan menggunakan angket,

Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa media video pembelajaran mata pelajaran sejarah pada materi perang dunia dan kelembagaan dunia untuk

Hasil isolasi bakteri endofitik pada daun zodia didapatkan tiga isolat bakteri endofitik memiliki bentuk koloni yang berbeda dan dilakukan pengujian uji

Parameter kualitas air yang penting di sekitar keramba jaring apung di Danau Maninjau telah menunjukkan kadar yang tidak mendukung untuk kehidupan ikan di dalam