• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Berdasarkan Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah serta PP No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah yang dimana secara lebih teknis mengacu pada Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang telah mendapat perubahan menjadi Permendagri No. 59 Tahun 2007. Dengan melihat beberapa aturan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pemerintah wajib membuat laporan keuangan dan menganggarkan penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Berdasarkan aturan-aturan yang telah disebutkan di atas, maka pemerintah mengharapkan agar pengelolaan keuangan yang ditangani disetiap pemerintahan daerah maupun kota dapat terlaksana dengan baik dan maksimal sehingga hal-hal yang dapat membuat penurunan dalam penerimaan daerah atau kota dapat ditangani dengan baik.

Dengan adanya otonomi daerah yang menyatakan bahwa otonomi daerah merupakan upaya pemberdayaan daerah dalam pengambilan keputusan daerah berkaitan dengan pengelolaan sumber daya yang dimiliki sesuai dengan

               

(2)

kepentingan, prioritas dan potensi daerah tersebut. Dengan pemberian otonomi daerah kabupaten dan kota, pengelolaan keuangan sepenuhnya ada ditangan daerah. Oleh karena itu sistem pengelolaan keuangan daerah yang baik diperlukan untuk mengelola dana desentralisasi secara transparan, ekonomis, efisien, efektif dan akuntabel. Beberapa prioritas perbaikan dalam pengelolaan keuangan daerah penting dilakukan sebagai pertanggungjawaban bagi masyarakat.

Dalam rangka mewujudkan pengelolaan pemerintah yang baik, khususnya bidang pengelolaan keuangan daerah, pemerintah telah melakukan reformasi ketentuan yang ditandai dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Peraturan tersebut juga ditunjang dengan aturan lain yaitu Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah yang telah direvisi menjadi aturan Permendagri No. 59 Tahun 2007 dan dituangkan dalam Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah.

Selain aturan Undang-Undang yang telah disampaikan pada bahasan sebelumnya yaitu tentang UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan dilengkapi pula dengan adanya Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara serta Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negaraterdapat salah satu menjadi hal penting yang diatur dalam ketentuan tersebut adalah adanya presiden telah menyusun dan menyampaikan rancangan Undang-Undang tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) berupa Laporan

               

(3)

Pemerintahan Daerah yang telah diperksa oleh Badan Pemeriksa Daerah (BPK). Laporan Keuangan Pemerintah Daerah telah disusun oleh masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Laporan Keuangan Pemerintah Daerah terdiri atas Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Arus Kas (LAK), dan Catatan Atas Laporan Keuangan (CaLK) yang dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan daerah dan badan usaha lainnya.

APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa 1 (satu) tahun anggaran yang terdiri atas pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah. Pendapatan daerah merupakan keseluruhan dari penerimaan daerah yang masuk ke dalam Rekening Kas Umum Daerah yang dapat menambah ekuitas dana lancar. Pendapatan merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Pada pendapatan daerah yang merupakan sumber penerimaan daerah maka pemerintah daerah haruslah mengoptimalkan penerimaan daerah.

Sumber Penerimaan Daerah yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD), dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Dari beberapa sumber penerimaan daerah, PAD merupakan sumber penerimaan suatu daerah yang terpenting.PAD merupakan bagian dari pendapatan daerah yang bersumber dari potensi daerah itu sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah tersebut yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang belaku. Kewenangan daerah dalam memungut PAD dimaksudkan agar daerah tersebut dapat mendanai pelaksanaan pembangunan daerah yang sesuai dengan aturan otonomi daerah tersebut sendiri sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh daerah

               

(4)

tersebut. Klasifikasi PAD berdasarkan Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah adalah terdiri sebagai berikut :

“Klasifikasi PAD terdiri dari : 1. Pajak daerah

2. Retribusi daerah

3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 4. Lain-lain PAD yang sah

(Permendagri No. 13 Tahun 2006) Salah satu komponen PAD adalah penerimaan yang berasal dari pajak daerah. Pajak merupakan kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat maemaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah dalam meningkatkan kemakmuran rakyat di daerahnya.Pajakyang terdapat di Indonesia terbagi menjadi 2 (dua) macam, yaitu pajak provinsi dan pajak kabupaten ataupun pajak kota. Pajak provinsi terdiri dari pajak kendaraan bermotor (PKB) dan kendaraan di atas air, bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air, pajak bahan bakar kendaraan bermotor dan pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan. Pajak kabupaten atau kota terdiri dari pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak pengolahan bahan galian golongan C, dan pajak parkir serta adanya penambahan pajak daerah yang lain yang dimana diperkirakan pada semenjak akhir tahun 2010, di setiap pemerintahan kota maupun pemerintahan daerah telah menetetapkan pula pajak BPHTB menjadi pajak daerah.                

(5)

Salah satu pajak yang dimiliki dan ditangani oleh daerah Kabupaten Cianjur dan yangakan menjadi bahan atau materi yang akan peneliti teliti lebih lanjut yaitu tentang pajak reklame. Dalam memperkuat pajak ini, pemerintah daerah kemudian mengeluarkan peraturan daerah untuk mengatur pemungutan dari pajak reklame ini. Pemungutan pajak reklame ini menggunakan sistem official assessmentyaitu sistem pengenaan pajak yang ketentuan pajak, kredit pajak, membayar pajak serta pelaporan pajak reklame tersebut ditentukan oleh pihak Dinas Perpajakan Daerah tersebut sehingga Wajib Pajak (WP) diharuskan membayar sesuai perhitungan dan penetapan pajak yang diberikan oleh Dinas terkait. Tetapi dengan keadaan seperti itu pula bukan berarti pihak Dinas dapat bertindak sesuka hati ataupun sewenang-wenangnya dalam memberikan beban pajak maupun kredit pajak, melakuan penarikan pajak serta pemungutan pajak. Pihak Dinas pun terlibat dalam rutinitas dalam melakukan pemantauan berupa kunjungan sebagai pembuktian bagi pengenaan pajak yang akan diberikan oleh pihak Dinas terhadap WP.

Dalam melakukan pemungutan pajak reklame, pajak reklamenya pun seharusnya memperhatikan pula faktor-faktor yang mempengaruhi di sekitarnya yang lebih menitikberatkan pada keefektifan pengendalian intern dalam pemungutan pajak reklame tersebut. Pemungutan pajak reklame agar terjadi secara efektif dan efisien, maka dalam pemungutan pajak reklame hal yang paling berpengaruh adalah sistem pengendalian intern nya. Yang menjadi unsur dalam sistem pengendalian intern meliputi lingkungan pengendalian pajak reklame, penilaian risiko pajak reklame, kegiatan pengendalian dalam pajak reklame,

               

(6)

informasi dan komunikasi pajak reklame serta pemantauan pengendalian intern pajak reklame. Hal itu lah yang berpengaruh dalam pemungutan serta pengelolaan pajak reklame sehingga pengelolaan pajak reklame yang di hasilkan pun dapat selalu mencapai target yang di inginkan baik segi target yang dimiliki maupun perealisasiannya. Peneliti hubungkan dengan sistem pengendalian intern dikarenakan dari kelima komponen yang dimiliki sistem pengendalian intern ditermukan adanya kekurangan yang telah peneliti saksikan dengan mata kepala sendiri disaat dalam pelaksanaan kerja praktek, maka dengan hal itu lah peneliti hubungkan hal tersebut dengan sistem pengendalian intern yang telah dimiliki dan dilaksanakan oleh DIPERDA dalam penanganan pajak daerah Kabupaten Cianjur. Kabupaten Cianjur merupakan salah satu kabupaten yang terletak di daerah salah satu provinsi Jawa Barat yang merupakan suatu daerah kecil yang dekat dengan perbatasan daerah Kabupaten Bandung Barat. Kabupaten Cianjur merupakan salah satu daerah yang sering digunakan oleh masyarakat sebagai kota persinggahan dari arah Jakarta menuju Bandung ataupun sebaliknya tetapi daerah Kabupaten Cianjur ini memiliki perekonomian yang cukup baik yang dapat berdiri sendiri dalam membangun pembangunan daerahnya sesuai sistem otonomi daerah yang dimilikinya.Pajak Daerah bukanlah salah satu penerimaan yang cukup besar bagi Kabupaten Cianjur. Walaupun bukan yang menjadi faktor utama penerimaan daerah Kabupaten Cianjur tetap saja cukup memilki pengaruh bagi peningkatan pembangunan Kabupaten Cianjur sendiri, karena penerimaan utama yang paling besar bagi PAD Kabupaten Cianjur yaitu berasal dari Retribusi Daerahnya, tetapi dengan adanya otonomi daerah khusus bagi Kabuapten Cianjur,

               

(7)

hal penanganan PAD tersebut yang meliputi, retribusi daerah, pajak daerah, serta pendapatan lain-lain yang sah telah di tangani oleh pihak Dinas terkait, yang memiliki kewenangan lebih berhak dalam menangani masalah pemungutannya masing-masing pajak daerah yang dikarenakan adanya desentralisasi dana dalam penanganannya yang telah diterapkan di Pemerintahan Daerah Kabupaten Cianjur. Pajak Daerah bagi Kabupaten Cianjur ini, cukup memberikan kontribusi yang cukup baik bagi PAD, walaupun pajak daerah Kabupaten Cianjur terbilang di bawah 50 persen kontribusinya.Salah satu yang menjadi komponen dalam penerimaan PADyaitu merupakan pendapatan yang berasal dari pajak daerah. Sesuai Perda No.07 Tahun 2008 dan Perbup No.10 Tahun 2009 yang menyebutkan dan menjelaskan bahwa PAD yang di kelola oleh Dinas Perpajakan Daerah Kabupaten Cianjur hanyalah perpajakan saja sedangkan PAD lain seperti retribusi daerah dan pendapatan lain-lain yang sah yang telah sesuai dengan otonomi daerah Kabupaten Cianjur memutuskan bahwa penanganan dan pengelolannya di atur sesuai Dinas masing-masing yang terkait dan berperan dalam menangani pendapatan tersebut sehingga untuk pengelolaan PAD, secara menyeluruhnya yang merupakan rincian dari pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan lain-lain yang sah tidak di miliki dalam satu kesatuan SKPD sehingga pelaporannya pun masih sesuai dengan kegiatan Dinas yang bersangkutan.

Sesuai dengan keputusan Perbup No. 10 Tahun 2009 dengan terjadinya pergantian nama yang seharusnya bernamakan DIPENDA (Dinas Pendapatan Daerah) bagi Dinas yang menangani masalah PAD, kini bagi

               

(8)

Kabupaten Cianjur telah berganti nama menjadi DIPERDA (Dinas Perpajakan Daerah).

Dan bagi perealisasian PAD dari Pajak Daerah akan disajikan di bawah ini yang (dapat dilihat pada tabel 1.1)

Tabel 1.1

Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Pajak Daerah Tahun 2006-2010

Tahun Realisasi (PAD)

(Rp) Realisasi Pajak Daerah (Rp) Kontribusi (%)

2006 56.520.110.000 15.475.101.794 27.3 2007 66.675.208.153 17.541.078.147 26.3 2008 77.807.075.267 19.090.941.038 24.5 2009 87.867.000.000 21.693.138.386 24.7 2010 108.385.766.600 21.104.067.037 19.5 Sumber : djpk.depkeu.go.id

Pada tabel 1.1 terlihat bahwa kontribusi pajak daerah terhadap PADbisa dikatakan masih terhitung minim dikarenakan hal tersebut terlihat dari kontribusi pajak daerah terhadap PAD yang menunjukkan pada standar di bawah 50 persen.Selain itu pula, yang ditunjukkan pada tabel 1.1 yang menyatakan bahwa kontribusi pajak daerah terhadap realisasi PAD,justru tiap tahun ke tahunnya semakin minim atau menurunyang menjelaskan bahwa terjadinya ketidakstabilan kondisi pajak daerah.Alasan utama yang melatarbelakangi penurunan kontribusi pajak daerah terhadap realisasi PAD, yaitu semenjak beroperasionalnya jalan tol Cipularang tahun 2006, itulah alasan mendasar yang menyebabkan terjadinya penurunan pada kontribusi Pajak Daerah yang diberikan terhadap realisasi PAD.Sehingga dapat peneliti simpulkan bahwa semenjak operasional tol Cipularang mulai berjalan, ternyata bukan memberikan pengaruh positif bagi daerah Cianjur, justru sebaliknyadengan adanya tol Cipularang

               

(9)

mendatangkan efek buruk bagi Cianjur yang dapat menurunkan penerimaan pajak daerah Kabupaten Cianjur.Hal tersebut dapat kita pastikan dengan tampilan tabel 1.1 yang menyatakan bahwa tahun 2006 lah, tahun yang memberikan kontribusi pajak daerah terbesar terhadap perealisasian PAD Kabupaten Cianjur sebesar 27.3 persen dengan perealisasian pajak daerahnya sebesar Rp 15.475.101.794. Berdasarkan tampilan tabel 1.1 pula yang menyebutkan bahwa tahun 2010 merupakan perealisasian terbesar bagi pajak daerah Rp. 21.104.067.037 tetapi perealisasian nilai pajak daerah yang besar pun tidak menentukan bahwa kontribusi pajak daerah yang diberikan terhadap PAD juga besar, karena hal ini terlihat pada kolom kontribusi tahun 2010 yang menyatakan bahwa kontribusi tahun 2010 sebesar 19.5 persen.

Berikut adalah tampilan data baik berupa target maupun realisasi pajak daerah dari tahun 2006-2010 (dapat dilihat pada tabel 1.2)

Tabel 1.2

Target dan Realisasi Pajak Daerah Tahun 2006-2010

Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) Presentase (%)

2006 14.598.874.310 15.475.101.794 106.00

2007 17.399.399.310 17.541.078.147 100.81

2008 18.657.922.672 19.090.941.038 102.32

2009 20.567.703.376 21.693.138.386 105.47

2010 23.961.559.379 21.104.067.037 88.07

Sumber : Dinas Perpajakan Daerah Kabupaten Cianjur

Berdasarkan Tabel 1.2, dalam kurun waktu 2006-2010, dapat dikatakan bahwa pendapatan pajak daerah Kabupaten Cianjur mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini terlihat dari peningkatan kenaikan target yang telah ditetpakan oleh pemerintah daerah setempat. Akan tetapi, dalam

               

(10)

pencapaian target yang terjadi kenaikan setiap tahunnya justru berbanding terbalik dengan kenaikan presentase yang di tampilkan pada tabel 1.2 di atas, bahkan presentase di atas terjadi penurunan atau ketidakstabilan posisi dari tahun sebelumnya. Ketidakstabilan presentase pada tabel 1.2 pun dapat terlihat terlihat jelas pada kolom presentase.

Peneliti menemukan ketidakefektifan serta ketidakefisiensian yang menunjukkan bahwa pada tahun 2009 memiliki target Rp.20.567.703.376 dan peralisasiannya Rp.21.693.138.386 yang jika di presentase menunjukkan sebesar 105.47 persen, hal tersebut menunjukkan bahwa baik target dan peralisasian pajak tahun 2009 tersebut bisa dikatakan pengelolaan pajak daerah yang cukup baik dikarenakan terlihat pula dari tampilan presentasenya yang menyatakan di atas 100 persen. Tetapi hal tersebut berbeda sekali dengan data yang tercantum di tahun 2010 yang menunjukkan bahwa jumlah target yang dimiliki tahun tersebut sebesar Rp.23.961.559.379 dan perealisasiannya justru menjadi menurun dari jumlah target yang dimilikinya, yang menunjukkan bahwa besarnya jumlah perealisasian pajak daerah di tahun 2010 adalah sebesar Rp.21.104.067.037 serta dinyatakan pula dalam presentase sebesar 88.07 persen.

Dengan kondisi yang telah ditampilkan pada tabel 1.2, peneliti menjadi ingin lebih mengkaji kembali yang terjadi dalam hal penurunan, yang telah di tuangkan dalam jumlah target pajak, perealisasian pajak dan pernyataan dalam bentuk presentase dari tahun 2009 ke tahun 2010 yang mengalami penurunan, padahal dalam tahun 2010 lah kondisi target yang dimiliki oleh Kabupaten Cianjur dalam Pajak Daerah merupakan jumlah target pajak yang

               

(11)

paling besar diantara tahun-tahun sebelumnya, tetapi malah terjadi penurunan dalam perealisasian pajak daerahnya yang dinyatakan pula dalam bentuk presentase.

Dari banyak nya jenis-jenis pajak daerah yang ditangani di Kabupaten Cianjur, peneliti lebih tertarik pada pajak reklame Kabupaten Cianjur. Selain penerimaan pajak hotel dan pajak restoran yang terbesar bagi Kabupaten Cianjur, pajak reklame pun merupakan jenis penerimaan pajak daerah yang cukup besar pula bagi Cianjur.Pajak reklame yang diatur dalam Peraturan Daerah No. 02 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sertaPeraturan Daerah Nomor 11 Tahun 1998 tentang Pajak Pajak Reklame. Yang akan ditampilkan pada tabel 1.3

Tabel 1.3

Target dan Realisasi Pajak Relame Tahun 2006-2010

Tahun Target Pajak

Reklame (Rp) Realisasi Pajak Reklame (Rp) Presentase (%)

2006 2.172.000.000 2.319.361.229 106.78

2007 3.060.199.996 3.072.418.401 100.39

2008 3.213.209.900 2.914.738.610 90.71

2009 2.863.209.900 2.736.931.231 95.59

2010 2.863.209.900 2.897.127.719 101.18

Sumber : Dinas Perpajakan Daerah Kabupaten Cianjur

Berdasarkan Tabel 1.3 di atas, pertumbuhan penerimaan pajak reklame Kabupaten Cianjur selama lima tahun dari tahun 2006-2010 bisa dikatakan dalam kondisi yang baik yang dapat terlihat dengan jelas pada 3 (tiga) tahun pertama, yaitu tahun 2006, 2007 dan 2008 yang menyatakan bahwa jumlah target pajak reklame yang dimiliki oleh daerah Cianjur mengalami peningkatan

               

(12)

Akan tetapi,kondisi dalam pencapaian target pajak reklametidak berbanding lurus dengan pencapaian dalam perealisasian jumlah pajak reklame nya. Hal tersebut terlihat dari baris ke-3 kolom perealisasian pajak reklame yang mengalami penurunan dari tahun 2007 ke 2008 yang menyatakan bahwa perealisasian tahun 2007 sebesar Rp 3.072.418.401 justru mengalami penurunan yang ditunjukkan pada kolom perealisasian di tahun 2008 menjadi menurun sebesar Rp 2.914.738.610 yang terlihat dengan jelas juga pada kolom presentase, yang menunjukkan asal posisi presentase 2007 sebesar 100.39 persen menurun menjadi 90.71 persen di tahun 2008. Padahal jumlah target pajak reklame terbesar yang terlihat pada tabel 1.3 yaitu dimiliki pada tahun 2008, tetapi jumlah target pajak reklame terbesar di antara tahun-tahun lainnya, justru mengalami penurunan dalam perealisasian pajak reklame nya.

Pada tahun 2009 menunjukkan adanya penurunan dari segi jumlah target pajak reklame dari tahun 2008 yang pada ujungnya sudah pasti akan berpengaruh pula terhadap penurunan jumlah perealisasian pajak reklame nya.Penurunan yang terjadi padapajak reklame Kabupaten Cianjur, yaitu pada tahun 2008 dan 2009 sesuai tampilan tabel 1.3,menunjukkan adanya penuruanan jumlah target pajak reklame yang dimilikisehingga pada akhirnya berpengaruh juga pada penurunan jumlah perealisasian pajak reklame. Yang dengan jelas ditunjukkan sesuai tabel 1.3 bahwa target pajak reklame di tahun 2008 adalah sebesar Rp.3.213.209.900 , perealisasian pajak reklame nya Rp.2.914.738.610 dan di presentasekan sebesar 90.71 persen. Itulah kondisi target dan perealisasian yang dinyatakan dalam presentase terhadap pajak reklame tahun 2008.

               

(13)

Tetapi dengan melihat kondisi tersebut justru sangatlah berbanding terbalik dengan kondisi target dan perealisasian yang dinyatakan dalam presentase pajak reklame di tahun 2009 yang menyatakan bahwa target pajak reklame pada tahun 2009 sebesar Rp.2.863.209.900 , perealisasian pada tahun tersebut pun sebesar Rp.2.736.931.231 serta di presentasekan sebesar 95.59 persen.Melihat kondisi yang ditampilkan pada tahun 2009, hal tersebut justru menjadikan sebuah alasan bagi peneliti melakukan penelitian, dikarenakan perealisasian di tahun 2009 jauh lebih baik dari perealisasian tahun 2008 yang jelas dinyatakan dalam presentase tahun 2008 menyebutkan sebesar 90.71 persen dan perealisasian tahun 2009 menyebutkan sebesar 95.59 persen yang menyatakan dengan jelas bahwa perealisasian tahun 2009 jauh lebih baik di bandingkan tahun 2008, yang peneliti simpulkan berdasarkan hasil presentase yang ada pada kolom presentase tabel 1.3. Dan bila peneliti merujuk kembali tentang target serta realisasi pajak reklame pada data yang ditampilkan tabel 1.3, yang menyatakan bahwa tahun 2010 memiliki jumlah target pajak yang sama besarnya dengan tahun 2009, tetapi bila kita lihat tampilan data yang dihasilkan di tahun 2010 justru menunjukkan bahwa perealisasian yang dilakukan di tahun 2010, merupakan perealisasian yang sangat baik yang dimana hal tersebut bisa dikatakan baik, dikarenakan pada kolom presentase menunjukkan bahwa presentase yang dihasilkan di tahun 2010 yaitu sebesar 101.18 persen yang menunjukkan posisi ketercapaian kembali di atas 100 persen setelah selama 2 (dua) tahun sebelumnya mengalami penurunan baik dalam segi target maupun perealisasian pajak reklame nya. Tetapi tahun 2010 menunjukkan, bahwa perealisasian di tahun 2010 lah yang merupakan

               

(14)

perealisasian yang maksimal bagi pajak reklame di tahun 2010 yang dimana pada kolom akhir pada presentase pun menunjukkan penaikan di atas 100 persen.

Ketidakstabilan kondisi yang telah di tampilkan pada tampilan tabel 1.1, 1.2, 1.3 secar umumnya dan khususnya pada penerimaan pajak reklamedi tabel 1.3 yang diperkirakan terjadinya ketidaktepatan, ketidakefektivan, serta keefesiensian dalam melakukan pemungutan maupun dalam pengelolaan pajak reklame. Serta diperkirakan pula dikarenakan pajak reklame merupakan jenis pajak tahunan yang dapat memakan jangka waktu sangat lama dalam melakukan penagihan pajak terutang nya, jika WP masih menggunakan pajak reklame tersebut pada tahun berikutnya.

Penurunan tersebut seharusnya tidak terjadi, jika potensi dari sistem pengendalian intern yang dimiliki Dinas Perpajakan Daerah Kabupaten Cianjurdalam pengambilan sikap penatausahaan pajak reklame ini lebih optimal dan efektif kembali sehingga penerimaan pajak reklame ini pun, dapat dengan rutin dan sesuai jangka waktu nya untuk masuk ke kas penerimaan daerah kabupaten Cianjur. Perbedaan yang terlihat dengan jelas antara perealisasian pajak reklame dan target pajak reklame nya dapat dilihat dengan jelas bahwa belum tercapai secara optimal. Sedangkan apabila kita melihatPerda No. 02 Tahun 2011 yang menyebutkan sebaiknya jumlah target maupun realisasinya dalampenerimaan pajak reklame dapat selalu meningkat setiap tahunnya. Tetapi dengan melihat kondisi penurunan tersebut dari segi target maupun realisasi yang kita presentasekan penuruannya dapat disimpulkan bahwa adanya beberapa hal yang menjadi kemungkinan serta menyebabkan terjadinya penurunan dalam

               

(15)

penerimaan pajak reklame tersebut baik dalam hal proses pemungutan maupun dalam pengelolaan pajak reklame tersebut.

Dengan kondisi yang telah disampaikan di atas maka peneliti ingin meneliti lebih lanjut kembali tentang penerimaan pajak reklame di Kabupaten Cianjur, mengapa hal penerimaan pajak reklame peneliti pilih dikarenakan hal tersebut dapat terlihat dari ketidakstabilan data yang tertera pada tabel 1.1, 1.2, 1.3 yang mencermikan kondisi penerimaan pajak reklame baik dari segi target maupun dari perealisasiannya yang mengalami ketidakstabilan dari tahun ke tahunnya.

Berdasarkan alasan tersebut tersebut, maka peneliti hubungkan dengan kondisi sistem pengendalian intern yang telah pihak DIPERDA terapkan pada proses penerimaan pajak reklame yang dimana sebuah sistem pengendalian intern menurut PP No. 60 Tahun 2008 menyebutkan bahwa sistem pengendalian intern tersebut meliputi lingkungan pengendalian pajak reklame, penilaian risiko pajak reklame, kegiatan pengendalian pajak reklame, informasi dan komunikasi pajak reklame, serta pemantauan pengendalian intern dari pajak reklame tersebut. Sistem pengendalian intern sangatlah berpengaruh besar dan positif pada ketidakstabilan target maupun realisasi pajak reklame dikarenakan peneliti yang ikut terlbat dalam penanganan pajak saat kerja praktek mengetahui secara langsung adanya salah satu dari kelima unsur SPI PP No. 60 Tahun 2008 yang tidak baik atau kurang dikarenakan terjadinya ketidaksinkronan antara perhitungan yang telah dilakukan BPK saat melaksanakan pemeriksaan secara Triwulan dengan perhitungan DIPERDA pada pajak reklame, dengan hal tersebut

               

(16)

menunjukkan bahwa dapat kita simpulkan bahwa kesalahan terletak pada DIPERDA dalam menangani perhitungan dan pengelolaan terhadap pajak reklame.

Berdasar pada yang telah dipaparkan di atas, peneliti ingin meneliti bahasan tersebut sesuai dengan acuan dari peneliti sebelumnya yaitu Yusri Devi (2005) pengaruh struktur pengendalian intern pajak reklame sebagai salah satu pendapatan asli daerah Kota Bogor. Yang menyimpulkan bahwa pengendalian intern pajak reklame sudah berjalan dengan baik, telah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan terdapatnya hubungan yang positif antara struktur pengendalian intern pengelolaan pajak reklame, dimana semakin baiknya struktur pengendalian intern pengelolaan pajak reklame maka semakin baik pula peningkatan pajak reklame.

Dengan mengacu pada penelitian sebelumnyayang sama-sama memiliki kesamaan pada obyek yang akan ditelitinya yaitu berkaitan dengan pajak reklame, walaupun memiliki kesamaan pada obyek yang akan ditelitinya tetapidalam penelitian ini, peneliti memiliki perbedaan beberapa pemilihan kata pada topik yang akan peneliti pilih serta adanya perbedaan tempat yang akan penelitian teliti, dimana peneliti akan melakukan penelitian di Pemerintahan Daerah Kabupaten Cianjur.

Maka peneliti menyimpulkan untuk memilih dan menggunakan

kata-kata yang akan digunakan pada topik bahasan penelitian, yaitu

“PENGARUH

SISTEM PENGENDALIAN INTERN PAJAK REKLAME

               

(17)

TERHADAP PENCAPAIAN TARGET PENERIMAAN PAJAK

REKLAME”.

(

Studi Kasus Pada Dinas Perpajakan Daerah Kabupaten Cianjur).

1.2

Batasan Masalah

Peneliti memberikan beberapa batasan masalah untuk memfokuskan kembali dalam penelitian ini. Batasan masalah ini dilakukan agar penelitian tidak menyimpang dari arah dan tujuan dan serta dapat diketahui sejauh manakah penelitian dapat dimanfaatkan pada akhirnya. Berdasarkan keterbatasan waktu, tenaga, teori-teori serta agar penelitian dapat dilakukan secara lebih mendalam, maka penulis memberikan batasan masalah sebagai berikut :

1. Penelitian difokuskan pada sistem pengendalian intern yang terdiri dari lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi serta pemantauan pengendalian internal berdasarkan PP NO. 60 Tahun 2008 yang merupakan adopsi dari COSO (The Committe of Sponsoring Organization Of Treadway Commission) yang akan dikaitkan pada pemungutan serta pengelolaan pajak reklame di pemerintahan Kabupaten Cianjur.

2. Penelitian akan difokuskan pada sistem pengendalian intern dalam penatausahaan pengelolaan pajak reklame yang dimulainya dari pemungutan pajak tersebut sehingga kenaikan pajak daerah pun khususnya pada pajak reklame dapat mengalami kestabilan kenaikan setiap tahunnya.

               

(18)

3. Alat bantu yang digunakan dan untuk membantu penelitian dalam mengolah dan menganalisis data statistik sampai dapat menyajikan suatu informasi menggunakan peranti lunak atau software SPSS 19 for Windows.

1.3

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah peneliti uraikan di atas, maka penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

1. Apakah lingkungan pengendalian memberikan pengaruh positif terhadap pencapaian target penerimaan pajak reklame di Kabupaten Cianjur ?

2. Apakah penilaian risiko memberikan pengaruh positif terhadap pencapaian target penerimaan pajak reklame Kabupaten Cianjur ?

3. Apakah Kegiatan pengendalian yang dilakukan memberikan pengaruh positif terhadap pencapaian target penerimaan pajak reklame Kabupaten Cianjur ?

4. Apakah informasi dan komunikasi memberikan pengaruh positif terhadap pencapaian target penerimaan pajak reklame Kabupaten Cianjur ?

5. Apakah Pemantauan pengendalian intern yang dilakukan memberikan pengaruh positif terhadap pencapaian target penerimaan pajak reklame Kabupaten Cianjur ? 6. Apakah sistem pengendalian intern secara menyeluruhnya yang terdiri atas unsur

lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi serta pemantauan pengendalian intern yang dilakukan pada pajak reklame memberikan pengaruh positif terhadap pencapaian target penerimaan pajak reklame Kabupaten Cianjur ?

               

(19)

1.4

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Tujuan yang dihasilkan dengan dilakukannya penelitian ini, antara lain untuk :

1. Mengungkapkan keberhasilan yang telah dicapai DIPERDA Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur dalam pelaksanaan sistem pengendalian intern (lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi serta pemantauan pengendalian intern) pajak reklame Pemerintahan Daerah Kabupaten Cianjur.

2. Mengungkapkan bagaimana proses tahapan pencapaian target penerimaan pajak reklame Pemerintahan Daerah Kabupaten Cianjur.

3. Mengungkapkan bagaimana hasil pengaruh sistem pengendalian intern (lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan koumunikasi serta pemantauan pengendalian intern) pajak reklame terhadap pencapaian target penerimaan pajak reklame Pemerintahan Daerah Kabupaten Cianjur.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, penulis berharap agar hasilnya dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan, yaitu :

               

(20)

1. Bagi penulis

Memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan bagi penulis mengenai pelaksanaan sistem pengendalian intern pada pajak reklame yang telah diterapkan oleh pemerintah daerah Kabupaten Cianjur.

2. Bagi pihak Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur

Menjadikan bahan masukan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur untukmelakukan perubahan dalam suatu sistem pengendalian intern, dalam rangka mewujudkan pengelolaan pajak reklame yang lebih baik lagi dalam pencapaian target penerimaan pajak daerah khususnya bagi pajak yang berkaitan yaitu pajak reklame.

3. Bagi pembaca

Dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan sumber informasi untuk kajian selanjutnya, khususnya untuk mengkaji topik-topik yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian ini.

               

Referensi

Dokumen terkait

Deteksi serologi menggunakan antiserum Bean common mosaic virus (BCMV) memberikan reaksi positif, namun deteksi dengan teknik reverse transcription polymerase chain

Bidang ekonomi merupakan suatu bidang kegiatan manusia dalam rangka mencukup kebutuhannya disamping alat pemuas kebutuhan yang terbatas. Hal tersebut

Terdapat 11 tabel pada database dalam aplikasi penentuan pemasok, yang terdiri dari: data negara, data pemasok, data jenis, data kategori, data bahan baku, data

Keterampilan Saya menguasai tangga nada mayor Saya menguasai tangga nada minor Saya menguasai simbol (tanda) musik Saya tidak menguasai tangga nada minor

Dalam peraturan ini disebutkan bahwa Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa secara simultan Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Dividen (Dividend Payout Ratio) dan Ukuran Perusahaan (Ln Total

Market global masih akan dibayangi oleh perekono- mian China yang dikhawatirkan juga akan merembet ke sejumlah negara lain dan semakin mengancam pertumbuhan ekonomi secara

(0,05), dan Ha diterima Ho ditolak, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara depresi dengan kejadian insomnia pada usia lanjut di Posyandu Lansia Kenanga