• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK DOWN SYNDROME MELALUI PEMBELAJARAN ALAT MUSIK DRUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK DOWN SYNDROME MELALUI PEMBELAJARAN ALAT MUSIK DRUM"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK DOWN SYNDROME

MELALUI PEMBELAJARAN ALAT MUSIK DRUM

Mizwar Taufiq P., Budiman, Nunung Nurjanah

Program Studi Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi mizwartaufiq2@gmail.com

ABSTRAK

Jumlah anak down syndrome di Indonesia pada tahun 2010 adalah 0,12% dan meningkat pada 2013 menjadi 0,13%. Salah satu masalah pada anak-anak dengan down syndrome adalah keterbatasan atau keterlambatan dalam perkembangan motorik karena kelainan kromosom, sehingga dibutuhkan upaya untuk meningkatkan perkembangan motorik, salah satunya adalah dengan menerapkan pembelajaran instrumen drum. Pembelajaran musik dapat meningkatkan kemampuan gerak yang bervariasi serta adanya koordinasi yang dapat meningkatkan potensi peserta didik. Adanya pergerakan pada anggota tubuh memungkinkan terjadinya peningkatan perkembangan dalam pergerakannya. Maka dalam hal ini, setiap anak akan berkemampuan untuk menentukan arah geraknya sesuai dengan naluri anak yang terlatih melalui bentuk latihan-latihan yaitu dalam pembelajaran alat musik drum. Pembelajaran dan latihan tersebut tentunya dapat meningkatkan perkembangan motorik anak down syndrome. Dapat disimpulkan pelaksanaan pembelajaran alat musik drum mampu meningkatkan perkembangan motorik anak-anak dengan sindrom Down.

Kata kunci: Alat Musik Drum, Down Syndrome, Perkembangan Motorik

ABSTRACT

The number of down syndrome children in Indonesia in 2010 was 0.12% and increased in 2013 to 0.13%. One of the problems in children with down syndrome is the limitation or delay in motor development due to chromosomal abnormalities, so it takes an effort to improve motor development, one of them is by implementing the learning of drum instruments. Music learning can improve the ability of various movements and the coordination that can increase the potential of students. The presence of movement in the limbs allows an increase in development in its movement. So in this case, every child will be able to determine the direction of motion in accordance with the instinct of a trained child through the form of exercises in the learning of drum instruments. Learning and training can certainly improve motor development of children with Down syndrome. It can be concluded that the implementation of the learning of drum musical instruments has an improving the motor development of children with Down syndrome. Keywords: Down Syndrome, Motor Development, Musical Instruments Drum

PENDAHULUAN

Down syndrome merupakan gangguan pada perkembangan yang dibawa sejak lahir dan salah satu dari berbagai macam sindrom kongenital yang paling sering terjadi (Selikowitz, 2008). Anak down syndrome adalah anak yang mengalami retardasi mental yang disebabkan kelainan gen dan kelebihan kromosom. Hal tersebut dapat mempengaruhi perkembangan fisik dan kemampuan belajar orang dengan down syndrome, salah satunya adalah pada keterbatasan atau keterlambatan perkembangan motorik anak (Down Syndrome Ireland, 2013). Menurut Sujarwanto dalam

Melyana (2009), anak down syndrome mengalami keterlambatan mulai dari bergerak, tersenyum, menunjukkan minat pada berbagai hal atau benda, menggunakan tangannya, duduk, berjalan, berbicara, mengerti, dan lainnya. Keterlambatan motorik ini juga dapat dipengaruhi intelegensi atau kecerdasan anak, karena kecerdasan dapat mempengaruhi anak untuk menangkap dan mengerti berkaitan dengan aspek kognitif maupun motorik (Hurlock, 2010).

Keterlambatan koordinasi otot jari, tangan lengan dan mulut merupakan masalah down Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi Halaman 189

(2)

syndrome yang sering dijumpai (Potter dan Perry, 2010). Penatalaksanaan untuk mengembangkan motorik anak down syndrome salah satunya dapat dilakukan dengan pemberian latihan dengan menggunakan musik maupun alat musik. Sejumlah penelitian menunjukkan keterkaitan antara aktivitas bermusik yang melibatkan gerak dapat menstimulasi anak berkebutuhan khusus untuk memperbaiki fungsi mental,

motorik, dan intelegensinya (Milyatini, 2009). Bermain alat musik dapat membantu anak down syndrome dalam melatih kemampuan gerak motorik. Semua jenis alat musik dapat digunakan sebagai terapi, khususnya alat musik tersebut bisa merangsang motorik kasar dan halus secara bersamaan. Salah satunya adalah pada alat musik drum yang dimainkan secara bersamaan dan menggunakan seluruh organ gerak tubuh yaitu tangan dan kaki.

Perkembangan Motorik Anak Down Syndrome Melalui Pembelajaran Alat Musik Drum Down Syndrome

Down syndrome merupakan gangguan pada perkembangan sebagai salah satu dari berbagai macam sindrom kongenital yang paling sering terjadi (Selikowitz, 2008). Down syndrome adalah suatu kondisi kelainan kromosom kongenital akibat kelebihan kromosom 21 dalam sel-sel dalam tubuh yang dapat mempengaruhi perkembangan fisik dan kemampuan belajar orang dengan down syndrome (Down syndrome Ireland, 2013).

Menurut Amin (2005), jika dilihat dari tingkatan IQ, maka anak down syndrome termasuk ke dalam klasifikasi tunagrahita sedang yaitu dengan kisaran IQ antara 40-54. Menurut Somantri (2012), anak tuna grahita (retardasi mental) adalah anak dengan kemampuan intelektual di bawah rata-rata dan tingkat keterbelakangan ringan (IQ 55-69), sedang (IQ 40-54), berat (IQ 25-39), dan sangat berat (IQ 70-25).

Down syndrome dapat dikenali dari fenotipnya dan mempunyai kecerdasan yang terbatas, yang terjadi akibat adanya jumlah kromosom 21 yang berlebih. Diperkirakan bahwa materi genetik yang berlebih tersebut terletak pada bagian lengan bawah dari

Perkembangan Motorik

Perkembangan pada anak dapat didefinisikan sebagai bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi

kromosom 21 dan interaksinya dengan fungsi gen lainnya menghasilkan suatu perubahan homeostatis yang memungkinkan terjadinya penyimpangan perkembangan fisik dan susunan saraf pusat. Penyebab kasus down syndrome yang lain adalah usia ibu. Ibu yang berusia 35 tahun berisiko satu di antara 400 bayi, usia 40 tahun satu dibanding 110, usia 45 tahun satu dibanding 80 (Soetjiningsih, 2015).

Anak down syndrome dapat dengan mudah dikenali karena memiliki ciri fisik dan karakteristik khas atau menonjol yang berbeda dibandingkan dengan anak tunagrahita lainnya. Anak down syndrome memiliki raut muka rata, mata sipit dan miring, hidung yang datar dan tipis (pesek), lidah tebal, kepala cenderung pipih, jarak antara kedua mata tampak lebih dekat, jarak ibu jari dan telunjuk pada jari kaki lebih lebar, dan garis telapak tangan khas (Simian crease) yaitu garis tangan melengkung tidak terputus. Penyandang down syndrome juga mengalami sejumlah keterbatasan secara fisik maupun mental. Maka dari itu, sindrom ini termasuk satu dari beberapa kondisi yang sering dihubungkan dengan disabilitas mental (Selikowitz, 2008).

tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, sehingga dapat memenuhi fungsinya. Salah satu aspek dari aspek perkembangan

(3)

pada anak adalah perkembangan motorik karena merupakan awal dari kecerdasan dan emosi sosial anak (Soetjiningsih, 2015). Perkembangan motorik adalah kemampuan yang dihasilkan oleh fungsi motorik manusia yaitu berupa keterampilan untuk melakukan sesuatu (Desmita, 2015).

Perkembangan motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terorganisasi. Gerakan tersebut melibatkan bagian badan yang luas yang digunakan dalam berjalan, berlari, melompat, berenang, dan sebagainya (Hurlock, 2010).

Perkembangan Motorik Anak Down Syndrome Salah satu permasalahan yang dialami oleh anak down syndrome adalah mengalami hambatan atau keterlambatan dalam perkembangan motoriknya. Keterlambatan motorik tersebut dapat terjadi karena adanya kelainan kromosom. Selain itu, keterlambatan motorik ini juga dapat dipengaruhi intelegensi atau kecerdasan anak, karena kecerdasan dapat mempengaruhi anak untuk menangkap dan mengerti berkaitan dengan aspek kognitif maupun motoriknya (Hurlock, 2010).

Menurut Sujarwanto (2005) dalam Melyana (2009), anak down syndrome dalam mempelajari berbagai hal lebih lambat daripada anak-anak lain sebayanya. Anak down syndrome mengalami keterlambatan mulai dari bergerak, tersenyum, menunjukkan minat pada berbagai hal atau benda, menggunakan tangannya, duduk, berjalan, berbicara, mengerti, dan lainnya. Pada anak down syndrome, disfungsi otak bersifat difus (menyebar luas) dan tidak minimal, sehingga kemampuan anak berkurang dalam hampir semua fungsi yang mendasari belajar. Anak down syndrome belajar dengan tempo yang lebih lambat, sehingga informasi yang ditangkap juga berkurang. Maka dari itu, anak down syndrome mengalami keterlambatan

Perkembangan motorik memerlukan koordinasi fungsional antara neuron-muscular system (persyarafan dan otot) yang berkaitan dengan motorik kasar dan halus serta fungsi psikis (kognitif, afektif, dan konatif) (Desmita, 2015). Loree (1970 dalam Desmita, 2015) menyatakan ada dua macam perkembangan motorik utama harus di kuasai oleh setiap individu pada masa bayi atau awal masa kanak-kanaknya, yaitu berjalan (walking) dan memegang benda (prehension). Kedua jenis keterampilan ini merupakan dasar bagi perkembangan yang lebih kompleks seperti dengan sebutan bermain (playing) dan bekerja (working).

dalam perkembangan kognitif, bahasa, motorik, dan sosial.

Keterlambatan koordinasi otot jari, tangan lengan dan mulut merupakan masalah down syndrome yang sering dijumpai. Keterlambatan perkembangan motorik seperti kesulitan memegang benda (pensil, sendok atau lainnya), berjalan, duduk, dan lainnya tentu mempengaruhi segala kegiatan yang menyangkut kebutuhan dasar anak down syndrome.

Perkembangan motorik merupakan salah satu permasalahan pada anak down syndrome. Perkembangan motorik anak sangat penting untuk dikembangkan ataupun ditingkatkan. Anak down syndrome dan anak normal pada dasarnya memiliki tujuan sama dalam tugas perkembangannya, yaitu mencapai kemandirian. Namun, perkembangan anak down syndrome lebih lambat dari anak normal. Jadi diperlukan suatu terapi untuk meningkatkan perkembangan anak down syndrome. Bentuk penatalaksanaan yang dapat diberikan pada anak down syndrome untuk meningkatkan perkembangannya seperti terapi fisik, terapi sensori integrasi, terapi tingkah laku (behaviour therapy), terapi musik, dan lainnya (Selikowitz, 2008).

(4)

Pembelajaran Alat Musik Drum

Menurut Milyatini (2009), penatalaksanaan untuk mengembangkan motorik anak down syndrome salah satunya dapat dilakukan dengan pemberian latihan dengan menggunakan musik maupun alat musik. Menurut Campbell (2002), musik dapat menghasilkan efek mental dan fisik, yakni salah satunya dapat menyeimbangkan gelombang otak. Musik juga dapat

mempengaruhi perasaan, mengurangi ketegangan otot dan memperbaiki gerak serta koordinasi tubuh.

Pada dasarnya setiap jenis terapi dapat digunakan dalam usaha meningkatkan perkembangan anak dengan down syndrome, khususnya alat musik tersebut bisa merangsang motorik kasar dan halus secara bersamaan. Salah satunya adalah pada alat musik drum yang dimainkan secara bersamaan dan menggunakan seluruh organ gerak tubuh yaitu tangan dan kaki. Hal tersebut dapat menjadi salah satu pembelajaran yang dapat dilakukan kepada anak down syndrome untuk meningkatkan perkembangan motorik.

Pembelajaran alat musik drum dapat menjadi salah satu program rhythm therapy sebagai media untuk mengembangkan dan meningkatkan perkembangan motorik anak down syndrome. Program terapi ini bertujuan agar anak dapat memainkan ritmik dan irama yang didalamnya terdapat terapi untuk melatih konsentrasi dan melatih syaraf-syaraf yang ada dalam tubuh anak lewat olah raga, olah rasa, dan olah jiwa saat memainkan alat musik drum. Gerakan irama sangat efektif dalam pengembangan kemampuan motorik, kelincahan, keseimbangan, dan koordinasi.

Pembelajaran musik dapat meningkatkan kemampuan gerak yang bervariasi serta adanya koordinasi yang dapat meningkatkan potensi peserta didik. Adanya pergerakan pada anggota tubuh memungkinkan terjadinya peningkatan perkembangan dalam pergerakannya. Maka dalam hal ini, setiap anak akan berkemampuan

untuk menentukan arah geraknya sesuai dengan ritmis musik melalui bentuk latihan-latihan yaitu dalam pembelajaran alat musik drum. Pembelajaran dan latihan tersebut tentunya dapat meningkatkan perkembangan motorik anak down syndrome.

Anak down syndrome mempunyai karakteristik dan hambatan yang dimiliki, sehingga memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi anak. Anak down syndrome pada dasarnya berhak memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan tahapan tumbuh kembang anak, salah satunya pemantauan perkembangan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan pada Pasal 129 menjelaskan, pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan dan berfungsi memberikan pelayanan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan atau sosial (Mudjito, 2013).

Penelitian yang dilakukan oleh Amelia (2013) menjelaskan bahwa permainan alat musik drum mampu meningkatkan kemampuan motorik anak cerebral palsy tipe spastik di SLB Az-Zakiyah. Menurut penelitian Shannon, et.al (2014) dengan menggunakan paradigma kelanjutan sinkronisasi selama pemutaran bimanual terus-menerus dengan isyarat yang berbeda pada 17 orang dengan down syndrome. Tugas tersebut mengharuskan peserta untuk memukul dua drum dengan tangannya pada saat yang sama mengikuti isyarat musik. Secara umum, ketika semua kelompok mengikuti isyarat musik, gerakan peserta lebih cepat dibandingkan dengan gerakan peserta dalam kondisi pendengaran, verbal, dan visual. Selain itu, ketika mengikuti isyarat visual, semua kelompok menghasilkan gerakan yang lebih

(5)

akurat dan konsisten terkoordinasi dibandingkan dengan jenis isyarat lainnya.

SIMPULAN DAN SARAN

Dapat disimpulkan bahwa anak berkebutuhan khusus jenis down syndrome adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom yaitu oleh adanya kelebihan kromosom pada pasangan ke-21 yang dapat dikenal dengan melihat manifestasi klinis yang cukup khas dan ditandai dengan retardasi mental dan beberapa gangguan fisik lainnya.

Pembelajaran musik dapat meningkatkan kemampuan gerak yang bervariasi serta adanya koordinasi yang dapat meningkatkan potensi peserta didik. Adanya pergerakan pada anggota tubuh memungkinkan terjadinya peningkatan perkembangan dalam pergerakannya. Maka dalam hal ini, setiap anak akan berkemampuan untuk menentukan arah geraknya sesuai dengan naluri anak yang terlatih melalui

bentuk latihan-latihan yaitu dalam pembelajaran alat musik drum. Pembelajaran dan latihan tersebut tentunya dapat

DAFTAR PUSTAKA

Amelia, R.N. (2013). Pengaruh permainan alat musik drum untuk meningkatkan kemampuan motorik anak cerebral palsy tipe spastik di SLB Az-Zakiyah. Thesis, Universitas Pendidikan Indonesia.

Amin, M. (2005). Ortopedagogik anak tunagrahita. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdikbud.

Campbell, D (2002). Efek mozart: Memanfaatkan kekuatan musik untuk mempertajam pikiran, meningkatkan kreativitas, dan menyehatkan tubuh. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Desmita. (2014). Psikologi perkembangan

peserta didik. Bandung: Refika Aditama. Down Syndrome Ireland. (2013). Student

information booklet. Dipetik July 21, 2016, dari Down Syndrome Ireland

meningkatkan perkembangan motorik anak down syndrome.

dengan adanya dukungan, fasilitas dan lainnya dapat mampu mengembangkan perkembangan anak. Dengan adanya suatu fasilitas atau alat untuk mengembangkan serta menstimuli perkembangan anak, maka perkembangan anak akan semakin meningkat. Jika dikaitkan dengan penelitian ini, maka peneliti sebagai caregiver dan berada pada sistem lingkungan berusaha melakukan penelitian dan memberikan pembelajaran dalam meningkatkan perkembangan motorik anak melalui pembelajaran alat musik drum. Hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya stimulasi, pembelajaran dan sistem saling interaksi antara anak, orang tua, perawat dan selusuh elemen lainnya dapat mampu meningkatkan perkembangan motorik anak down syndrome. Hal Pembelajaran alat musik drum mampu meningkatkan perkembangan motorik anak down syndrome.

National Leadership Local Support: https://downsyndrome.ie/information-centre/student-booklet/

Hurlock, E.B. (2010). Perkembangan anak. Jilid 2. Alih Bahasa: Tjandrasa, M. Jakarta: Erlangga.

Melyana, R. (2009). Proses pembelajaran musik bagi anak down syndrome di taman musik Dian Indonesia Jalan BDN 2 Nomor 22 Cilandak Barat Jakarta Selatan. Skripsi Sarjana pada FPBS UPI. Milyatini, R. (2009). Peran Musik Bagi Anak

Berkebutuhan Khusus (Diffable = Different Abilities). Diakses dalam https://www.researchgate.net/profile/Rita _Milyartini/publication/305942016_Pera n_Musik_Bagi_Anak_Berkebutuhan_Kh usus/links/57a6ab5c08ae455e854165e3/P

(6)

eran-Musik-Bagi-Anak-Berkebutuhan-Khusus.

Mudjito, A.K. (2013). Berbagai peraturan pendidikan khusus dan layanan khusus. Jakarta: Direktorat Pembinaan PKLK Pendidikan Dasar, Dirjen Pendidikan Dasar, Kemendikbud.

Potter, P. A., dan Perry, A. G. (2010). Fundamental of nursing: concept, proses and practice. Edisi 7. Jakarta: Salemba Medika

Selikowitz, M. (2008). Down syndrome: the facts. Third Edition. New York: Oxford University Press.

Shannon D.R.R, et.al. (2014). Adults with down syndrome performed repetitive movements fast with continuous music cues. Journal of Motor Learning and Development, 2014, 2, 47-54.

Soetjiningsih. (2015). Tumbuh kembang anak. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Somantri, T.S. (2012). Psikologi anak luar biasa. Cetakan Keempat. Bandung: Refika Aditama.

PINLITAMAS 1 |Vol 1, No.1 | Oktober 2018 | Halaman 194

(7)

Referensi

Dokumen terkait

Bertambahnya angka kejadian penyakit menular seksual karena kurang pengetahuan baik didapatkan dari pendidikan kurikuler ataupun dari non- kurikuler. Penelitian ini

1) Multipleks antara byte alamat rendah (A0 s/d A7) dan data (D0 s/d D7) pada saat mengakses memori program eksternal atau memori data eksternal. Pada fungsi ini, port 0 membutuhkan

[r]

2 .http://download.portalgaruda.org, dilihat 2 april 2017.. sekitar tidak memberikan dukungan yang positif maka akan menurunkan tingkat efikasi diri pada siswa. Selain

Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Kewirausahaan Terhadap Motif Berwirausaha Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Untuk itu diberikan ketentuan bahwa selama belum dibuktikan yang sebaliknya, data fisik dan data yuridis yang dicantumkan dalam sertipikat harus diterima sebagai data yang benar,

Dari hasil penelitian mengenai pola penggunaan obat Golongan ACEi dan ARB pada pasien diabetes nefropati yang dilakukan di ruang Rawat Inap Departemen Penyakit