• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR TAHUN 2012 OPTIMALISASI PRODUKTIVITAS SAPI POTONG MELALUI INTEGRASI TANAMAN - TERNAK MENUNJANG PRODUKSI DAGING NASIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKHIR TAHUN 2012 OPTIMALISASI PRODUKTIVITAS SAPI POTONG MELALUI INTEGRASI TANAMAN - TERNAK MENUNJANG PRODUKSI DAGING NASIONAL"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

0

LAPORAN AKHIR

TAHUN 2012

OPTIMALISASI PRODUKTIVITAS SAPI POTONG MELALUI

INTEGRASI TANAMAN - TERNAK MENUNJANG

PRODUKSI DAGING NASIONAL

Peneliti Utama:

Dr. Abdullah M Bamualim, MSc

Anggota:

Dr. Wirdahayati RB. MSc Ir. Azwir K., MSi

Ratna A.D., SPt Jefrey M. Muis, SPt Rahmi Wahyuni SPt Ir. Sadar Ir. Aguswarman Agusviwarman, SPt Supriyadi, AMd Nasril

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) SUMATERA BARAT BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

(2)

1 LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul RPTP : Optimalisasi Produktivitas Sapi Potong melalui Integrasi Tanaman - Ternak menunjang Produksi Daging Nasional

2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat 3. Alamat Unit Kerja : Jln. Raya Padang-Solok Km 40, Sukarami, Solok 4. Sumber Dana : DIPA-BPTP Sumatera Barat TA. 2012

5. Status Penelitian (L/B) : B 6. Penanggung Jawab

a. Nama : Dr. Abdullah M. Bamualim MSc b. Pangkat/Golongan : Pembina Utama / IV-e

c. Jabatan : Peneliti Utama

7. Lokasi : Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat 8. Agroekosistem : Lahan Kering Iklim Basah (LKIB)

9. Tahun Mulai : 2012 10. Tahun selesai : 2014

11. Output Tahunan : Informasi integrasi sapi-sawit (2012);

Paket teknologi pakan sapi potong dan pemanfaatan pupuk organik untuk tanaman sawit (2013);

Tersosialisasinya pakan berbasis limbah sawit dan rekomendasi integrasi tanaman - ternak menunjang produksi sapi potong (2014).

12. Output Akhir : Termanfaatnya paket teknologi pakan sapi potong berbasis limbah dan hasil ikutsn agroindustri sawit mendukung peningkatan produksi daging sapi nasional. 13. Biaya : Rp.84.000.000,-

Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Barat,

Dr. Hardiyanto MSc

Penanggung Jawab RPTP,

Dr. Abdullah M. Bamualim, MSc NIP. 19600503 196803 1 001 NIP. 19510219 198203 1 001

(3)

2 KATA PENGANTAR

Dengan menyampaikan Puji Syukur Alhamdulillah bahwa telah dapat diselesaikan salah satu kegiatan pengkajian dengan judul: “Optimalisasi Produktivitas Sapi Potong melalui Integrasi Tanaman - Ternak menunjang Produksi Daging Nasional”. Kegiatan ini mengambil tempat di Kebun Percobaan (KP) Sitiung, Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat.

Latar belakang dilaksanakan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan produktivitas sapi potong di Sumatera Barat melalui sistem integrasi tanaman - ternak. Salah satu tanaman perkebunan yang potensial dimanfaatkan adalah tanaman sawit yang telah mencapai luas 350.000 ha di wilayah Sumatera Barat. Sistem integrasi tanaman sawit dengan ternak sapi memberi bermacam manfaat antara lain limbah dan hasil ikutan agroindustri tanaman sawit menjadi sumber pakan yang menghasilkan daging, susu dan tenaga ternak, serta kotoran ternaknya menjadi sumber pupuk organik untuk mempertahankan kesuburan lahan. Dengan demikian pertimbangan mendasar dalam kegiatan ini adalah memanfaatkan pakan lokal untuk memacu pertumbuhan sapi potong dengan menggunakan hasil ikutan tanaman sawit. Apalagi KP Sitiung kini digunakan sebagai kebun sumber daya genetik tanaman sawit nasional, menjadikannya sebagai salah satu lokasi yang ideal sebagai lokasi percontohan pengembangan sistem integrasi tanaman-ternak.

Semoga hasil yang dicapai ini berkelanjutan dan membantu memenuhi komitmen nasional dalam menjamin kebutuhan daging bagi masyarakat Indonesia, dan menjadi amal saleh bagi tim peneliti yang terlibat dalam kegiatan ini. Amin.

Desember 2012,

Penanggung Jawab RPTP,

Dr. Abdullah M. Bamualim, MSc NIP. 19510219 198203 1 001

(4)

3 DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN 1 KATA PENGANTAR 2 DAFTAR ISI 3 DAFTAR TABEL 4 DAFTAR GAMBAR 5 RINGKASAN EKSEKUTIF 6 EXECUTIVE SUMMARY 7 BAB I PENDAHULUAN 8 1.1 Latar Belakang 8 1.2 Dasar Pertimbangan 9 1.3 Tujuan Pengkajian 9

1.4 Keluaran (Output) yang diharapkan 10 1.5 Hasil (Outcomes) yang diharapkan 10 1.6 Manfaat (Benefit) yang diharapkan 10 1.7 Dampak (Impact) yang diharapkan 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11

2.1 Kerangka Teoritis 11

2.2 Hasil-hasil Penelitian/Pengkajian Terkait 12 BAB III METODOLOGI PENGKAJIAN 13

3.1 Tempat dan Waktu 13

3.2 Bahan dan Alat 13

3.3 Metoda Pelaksanaan Pengkajian 13 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 16

4.1 Hasil 16

4.2 Pembahasan 20

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 22

BAB VI DAFTAR PUSTAKA 23

BAB VII KINERJA KEGIATAN 24 LAMPIRAN : Dokumentasi Kegiatan 25

(5)

4 DAFTAR TABEL

Halaman 1. Bahan pakan yang diberikan pada masing-masing kelompok 14 2. Perubahan bahan pakan yang diberikan pada masing-masing kelompok 14 3. Bahan kering dan kandungan kimia (Protein, P, Ca, dan S) beberapa

jenis pakan yang digunakan pada pengkajian ini (nilai dalam %).

16

4. Konsumsi pakan pada Perlakuan I (berbasis hijauan rumput/jerami) dan Perlakuan II (berbasis hijauan sawit).

16

5. Hasil penimbangan ternak (kg/ekor)selama bulan April sampai Agustus 2012.

17

6. Rataan hasil penimbangan dari bulan April sampai dengan bulan Agustus 2012 (nilai dalam kg/ekor).

17

7. Waktu pengamatan, jumlah tandan dan berat tandan/10 pohon sawit, rata-rata/panen/ha dan kenaikan produksi pada perlakuan pemberian pupuk organik.

(6)

5 DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Rata-rata berat badan sapi (kg/ekor) yang mendapat Perlakuan 1

(berbasis rumput/jerami fermentasi) dan Perlakuan 2 (hijauan sawit).

18

2. Jumlah tandan sawit/panen/ha 19 3. Hasil produksi sawit/panen/ha 20

(7)

6 RINGKASAN EKSEKUTIF

BPTP Sumatera Barat sebagai institusi pengkajian Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian, mempunyai peran strategis sebagai penyedia teknologi pertanian tepat guna di wilayah Sumatera Barat, khususnya untuk melaksanakan kegiatan pengkajian melalui inovasi teknologi pertanian, termasuk peternakan.

Secara umum, masalah utama pengembangan peternakan adalah keterbatasan produksi hijauan pakan ternak. Salah satu hasil ikutan tanaman perkebunan yang potensial sebagai sumber pakan adalah kelapa sawit. Meskipun hasil sisa pertanian dan hasil ikutan agroindustri sawit produksinya cukup melimpah, namun belum termanfaatkan secara optimal. Kegiatan pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan pakan supplemen berbahan baku hasil ikutan tanaman sawit. Pengkajian ini dilaksanakan di lokasi KP Sitiung menggunakan ternak dan tanaman sawit.

Materi ternak yang digunakan adalah 12 ekor sapi simental berumur 1,5-2 tahun. Perlakuan yang diuji berupa pemberian hijauan sawit yang disilase dan suplementasi hasil ikutan agro-industri sawit (bungkil inti sawit dan solid). Selain itu, kotoran sapi digunakan sebagai sumber pupuk organik bagi tanaman sawit, yakni membandingkan pupuk organik yang dibenamkan vs yang dibiarkan dalam karung di sekitar pohon sawit. Parameter yang diamati meliputi: konsumsi pakan, pertumbuhan ternak, pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber pupuk organik, dan produksi tanaman sawit.

Keluaran yang dihasilkan adalah tersedia informasi pakan limbah tanaman sawit yang dapat digunakan sebagai pakan pokok serta pakan suplementasi yang berasal dari limbah (pelepah dan daun sawit) dan hasil ikutan agroindustri tanaman sawit (bungkil inti sawit dan solid) yang mendukung pertumbuhan sapi yang optimal di Sumbar.

Hasil pengkajian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata antara kedua perlakuan tersebut, dengan kata lain bahwa hijauan sawit yang disilase dapat digunakan untuk mengganti sebagian (substitusi) hijauan rumput atau jerami padi sebagai pakan dasar. Demikian pula halnya dengan pemanfaatan pupuk organik, hasilnya menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik dengan cara ditanam pada sekitar kanopi tanaman sawit memberi ahsil yang lebih tinggi daripada pupuk organik yang dimasukkan ke dalam karung dan diletakkan di sekeliling pohon sawit. Kedua jenis pemupukan organik tersebut memberi hasil yang lebih tinggi daripada pemupukan standar menggunakan pupuk kimia.

Kata kunci : Sistem integrasi, Sapi potong, Pakan Suplemen, Hasil ikutan tanaman sawit,

(8)

7 EXECUTIVE SUMMARY

The Assessment Institute of Agriculture Technology in West Sumatera (BPTP Sumatera Barat), play an important and strategic role to produce the appropriate technologies, and undertaking assessment and dissemination activities in agriculture, including livestock aspects, in West Sumatera.

In general, feed supply is the main constraint in the beef cattle production due to the scarcity of forages and lack of manpower to provide adequate feeds to the animals. On the other hand, the foliage and by products of agro-indsustrial plant, such as palm oil industrial by products are abundantly available. These materials can be used as the major sources of feed supply, as their nutritional standard for animal feed is suitable for basal or supplement diet of beef cattle.

An experiment has been conducted at Sitiung Instalation using cattle and oil palm plants. The animal material consisted of 12 head of Simental cattle with the age of 1.5-2 years old. The treatments consisted of feeding the animals with oil palm by-products (frond and palm kernel cake). In addition, the cattle manure to be used as organic fertilizer for oil palm plants by comparing those implemented under the soil vs. those being withstand around the palm oil trees. The parameters observed including: feed consumption, animal growth, animal manure produced, and palm oil fruit pruduction.

The output of the assessment activity is the available information on feed resource derived from oil palm foliage and its by-products for beef cattle feed in West Sumatera.

The results showed that there is no difference between the treatments which indicate that the foliage from oil palm plants can be used as substitution of forages and rice straw for beef cattle. The utilization of cattle manure for organic fertilizer indicated that those implemented under the soil produced higher fruits production than those being withstand around the palm oil trees above the routine chemical fertilizer.

Key words : Integration system, Beef cattle, Feed supplement, Palm oil plant by-products,

(9)

8 I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hasil sensus ternak sapi dan kerbau pada tahun 2011 memperlihatkan jumlah populasi sapi nasional telah mencapai 14,8 juta ekor. Besarnya populasi sapi tersebut sebenarnya cukup memadai untuk memenuhi swasembada daging dalam negeri, walaupun masih harus diimpor dalam jumlah terbatas. Namun demikian, hasil sensus tersebut di Sumatera Barat (Sumbar) menunjukkan bahwa populasi sapi potong malahan menurun, yang semula diperkirakan sekitar 600.000 ekor pada tahun 2010 menjadi hanya sekitar 327.000 ekor. Sejalan dengan hal itu, Pemerintah Daerah (Pemda) Sumatera Barat (Sumbar) merespon dengan cara mendorong berkembangnya usaha sapi potong melalui pemanfaatan sumberdaya lokal. Program tersebut bertujuan untuk menyukseskan Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau (PSDSK) 2014 dengan sasaran utama memenuhi konsumsi daging domestik maupun regional di Pulau Sumatera bagian tengah. Pemda menargetkan produksi sebesar 80.000 ekor sapi potong setiap tahun dan pertambahan populasi sebanyak 2,5% pada tahun 2014 (Edwardi, 2009).

Secara umum, peternakan sapi di Sumbar didominasi usaha peternakan rakyat yang tersebar pada 180.000 KK di kawasan pedesaan. Manajemen pemeliharaan ternak masih menggunakan sistem konvensional mengandalkan pakan yang berasal dari rumput alam yang terdapat di lahan penggembalaan, pematang sawah, dan tepi sungai. Produksi rumput alam tidak terjamin karena tergantung kondisi musim. Kenyataan tersebut mengakibatkan produktifitas ternak sapi berfluktuatif, dengan pertambahan berat badan hanya sekitar 0,1-0,3 kg terjadi akibat kekurangan produksi rumput alam di musim kemarau (Dinas Peternakan Sumbar, 2007).

Berdasarkan kondisi demikian, peternakan rakyat di Sumbar membutuhkan sumber pakan alternatif yang berasal dari sumberdaya pertanian dan perkebunan dalam rangka meningkatkan produktivitas ternak sekaligus mengantisipasi kekurangan hijauan yang seringkali terjadi. Di antaranya melalui sistem integrasi tanaman - ternak yang selama ini belum didayagunakan secara maksimal, sehingga manfaatnya secara ekonomis belum dirasakan (Wirdahayati dan Bamualim, 2006). Terdapat hubungan timbal balik dalam pemanfaatan sumberdaya pada sistem usahatani tanaman-ternak. Dalam hal ini, limbah dan hasil ikutan agroindustri menjadi sumber bahan pakan yang menghasilkan daging, susu dan tenaga ternak. Sebaliknya, kotoran ternak menjadi sumber pupuk organik untuk mempertahankan kesuburan lahan.

(10)

9

Oleh karena itu, kegiatan pengkajian “Optimalisasi Produktivitas Sapi potong melalui Integrasi Tanaman - Ternak menunjang Produksi Daging Nasional” sangat relevan dengan program daerah dan program Kementerian Pertanian.

1.2 Dasar Pertimbangan

Merosotnya jumlah populasi sapi potong di Provinsi Sumbar, dari perkiraan semula sebanyak 600.000 ekor menjadi 327.000 ekor merupakan suatu tantangan sekaligus peluang untuk meningkatkan populasi sapi tersebut. Peningkatan populasi dan produktivitas sapi potong memungkinkan untuk diterapkan di wilayah Sumbar, ditinjau dari dua sisi, yaitu: (i) Adanya potensi untuk meningkatkan populasi secara signifikan melalui pemanfaatan sumberdaya alam yang tersedia, dan (ii) Terdapat peluang memanfaatkan sumberdaya tanaman perkebunan, khususnya sawit, sebagai sumber pakan bagi pengembangan peternakan sapi potong.

Para petani di sekitar lahan perkebunan sawit rakyat sebenarnya sudah terbiasa menggembalakan ternak sapinya di bawah pohon sawit. Pada umumnya ternak tersebut memanfaatkan hijauan yang terdapat di antara tanaman sawit dan juga mengonsumsi sisa-sisa butiran biji kelapa sawit yang terjatuh ketika dipanen setiap 2-3 minggu sekali, sehingga pada umumnya kondisi ternaknya cukup memadai. Namun demikian, pemanfaatan limbah dan hasil ikutan agro-industri sawit masih belum optimal. Padahal beberapa hasil penelitian dan pengkajian telah memperlihatkan bahwa pemanfaatan limbah dan hasil ikutan tanaman sawit dapat meningkatkan pertumbuhan dan reproduksi ternak sapi secara signifikan. Oleh karena itu, hasil kegiatan pengkajian tersebut akan memperkaya informasi dan rekomendasi teknis dalam rangka menggalakkan pengembangan sistem integrasi sapi-sawit di wilayah Sumbar.

1.4 Tujuan Kegiatan

Tujuan akhir: Memperoleh teknologi pakan sapi potong berbasis limbah dan hasil ikutan

agroindustri tanaman sawit di wilayah Sumbar menunjang produksi daging nasional.

Tujuan tahunan: Memperoleh alternatif penyediaan pakan berbasis tanaman

perkebunan dalam rangka meningkatkan produksi sapi potong dan tanaman sawit melalui sistem integrasi sapi-sawit di Sumbar.

(11)

10 1.4 Keluaran yang Diharapkan

Kegiatan ini diharapkan memberikan keluaran tahun berjalan, sebagai berikut: (a) Tersedia alternatif pakan sapi potong berbasis limbah sawit (pelepah) dan hasil ikutan

agroindustri tanaman sawit (bungkil inti sawit + solid) mendukung pertumbuhan sapi potong yang optimal, dan

(b) Dimanfaatkan kotoran sapi sebagai sumber pupuk organik bagi tanaman sawit.

1.5 Hasil (Outcomes) yang Diharapkan

Kegiatan ini diharapkan memberikan hasil pada tahun berjalan, sebagai berikut: (a). Satu paket teknologi pakan sapi potong berbasis limbah dan hasil agroindustri

tanaman sawit di wilayah Sumbar.

(b). Tersedia rekomendasi pengembangan sistem integrasi sapi-sawit.

1.6 Manfaat (Benefit) yang Diharapkan

Kegiatan ini diharapkan memberikan manfaat (benefit) dalam tahun berjalan yakni tersedianya bahan pakan alternatif berbasis sumberdaya lokal untuk sapi potong di Sumbar.

1.7 Dampak (Impact) yang Diharapkan

Kegiatan ini diharapkan memberikan dampak (impact) pada tahun berjalan dengan meluasnya pemanfaatan sumberdaya perkebunan sawit sebagai pakan bermutu dan pemanfaatan pupuk organik. Disamping itu semakin tersosialisasi pola pemeliharaan sapi potong melalui sistem integrasi sapi - sawit di wilayah Sumbar.

(12)

11 II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teoritis

Pengembangan sapi potong di wilayah Sumbar memiliki prospek agribisnis dan seyogyanya mendapat prioritas seiring dengan adanya program swasembada daging (Syahruddin, 2006). Setiap tahun, pemotongan sapi potong mencapai 50.000-60.000 ekor. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, jumlah pemotongan sapi semakin berkurang karena terbatasnya jumlah ternak yang memenuhi persyaratan kualitas dan kuantitas sehingga harus didatangkan dari propinsi lain (Hosen, 2006).

Salah satu penyebab utama lambatnya laju peningkatan populasi sapi potong di Sumbar adalah keterbatasan pakan, baik kualitas maupun kuantitasnya (Bamualim et al., 2006). Padahal di sisi lain terdapat potensi yang besar untuk memperoleh sumber pakan dari sisa-sisa hasil tanaman pangan dan perkebunan. Dengan semakin meningkatnya produksi tanaman pangan dan meluasnya tanaman perkebunan akan meningkatkan juga ketersediaan sisa-sisa hasil tanaman sebagai sumber pakan bagi ternak sapi. Dengan kata lain, pengembangan Sistem Integrasi Tanaman - Ternak (SITT) merupakan alternatif yang tersedia untuk meningkatkan produktivitas sapi potong di wilayah Sumbar.

Sistem integrasi tanaman–ternak dimaksudkan dengan suatu sistem pertanian yang dicirikan oleh keterkaitan komponen tanaman dengan ternak dimana hijauan tanaman dan residu hasil tanaman merupakan salah satu sumber pakan utama dan sebaliknya ternak menyediakan pupuk organik yang penting bagi pertumbuhan tanaman (Pasandaran et al., 2006). SITT dicirikan oleh tiga asas, yaitu: (a) Pemanfaatan dan konservasi sumberdaya alam, (b) Keberlanjutan sistem biologi dan sumber bahan organik, dan (c) Peningkatan pendapatan dan stabilitas produksi (Djajanegara et al., 2006). Salah satu luaran utama SITT adalah meningkatnya daya dukung pakan bagi ternak ruminansia (Bamualim dan Tiesnamurti, 2009), selain berbagai luaran tambahan yang tidak diperoleh kalau usaha itu dilakukan secara monokultur.

Tanaman perkebunan yang memiliki potensi terbesar dalam hubungannya dengan pengembangan sapi potong adalah kelapa sawit. Semakin meluasnya perkebunan sawit membuka peluang bagi pengembangan sapi potong di perkebunan sawit karena adanya sinergisme sumberdaya antar kedua komoditi tersebut. Oleh karena itu, kegiatan ini difokuskan pada dampak integratif antara ternak sapi dengan tanaman sawit, terhadap produktivitas sapi potong di Sumbar.

(13)

12 2.2 Hasil-hasil Penelitian/Pengkajian Terkait

Hasil penelitian mempelihatkan bahwa sapi yang memperoleh pakan yang tersusun sepenuhnya dari produk samping kelapa sawit mampu memberikan respon pertumbuhan harian (ADG) sejumlah 0,34 kg (Mathius et al., 2004). Selanjutnya, pemberian pakan dengan komposisi pelepah sawit 55%, rumput lapangan 30% dan solid merupakan pakan alternatif cukup baik untuk sapi potong penggemukan. Pertambahan berat badan yang dihasilkan 0,23 kg/hari dan jumlah konsumsi pakan sebesar 8,85 kg/ekor/hari (Azmi dan Gunawan, 2005).

Pengkajian yang dilakukan oleh BPTP Sumbar pada tahun 2011 di Kabupaten Pasaman Barat (Wirdahayati et al., 2011) dan di Kabupaten Dharmasraya (Bamualim et

al., 2011) menunjukkan hasil yang cukup memuaskan dengan memberi pakan tambahan

bungkil inti sawit (BIS) pada ternak sapi. Hasil yang dicapai adalah pertambahan bobot badan yang signifikan, dan kenaikan tingkat reproduksi pada sapi induk. Selanjutnya, Kebun Percobaan Sitiung yang berbasis tanaman sawit dapat dijadikan ajang percontohan sistem integrasi sapi-sawit bagi masyarakat petani dan penentu kebijakan di wilayah Sumbar (Bamualim et al., 2011).

(14)

13 III. METODOLOGI PENGKAJIAN

3.1 Tempat dan Waktu (i) Tempat

Kegiatan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan (KP) Sitiung, BPTP Sumbar. Sejak tahun 2006 BPTP Sumbar telah melakukan penanaman kebun kelapa sawit seluas ± 10 ha yang telah mulai berproduksi. Dalam tahun 2012, melalui kerjasama antara Badan Litbang Pertanian dengan Direktorat Jenderal Perkebunan, direncanakan untuk menanami sekitar 20 ha diperuntukkan bagi sumber genetik tanaman sawit nasional dan seluas 20 ha untuk tanaman sawit produksi. Dengan demikian, lokasi KP Sitiung sangat strategis dijadikan lokasi pengkajian untuk kegiatan integrasi tanaman sawit dengan ternak sapi.

(ii) Waktu

Kegiatan pengkajian dilaksanakan sepanjang tahun anggaran TA 2012, dengan melakukan aplikasi pemberian pakan limbah dan hasil agroindustri tanaman sawit pada sapi potong, serta melakukan pengujian pemberian pupuk organik pada tanaman sawit.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang digunakan dalam kegiatan pengkajian ini meliputi ternak, tanaman sawit, alat timbangan ternak dan berbagai materi kandang yang diperlukan untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan pengkajian tersebut.

Pengkajian ini dilaksanakan menggunakan sapi simental sebanyak 12 ekor sapi Simental berumur sekitar 1,5-2 tahun.

Untuk mengamati pengaruh pemberian pupuk organik pada tanaman sawit maka digunakan sebanyak 30 tanaman sawit dengan umur yang sama dan telah berproduksi yang digunakan untuk perlakuan pemupukan.

3.3 Metoda Pelaksanaan Pengkajian

Rancangan Penelitian adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 2 perlakuan pakan dengan 6 ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah sebagai berikut: Perlakuan I: Pakan dasar berbasis rumput dan jerami padi fermentasi (100%). Sebagai

pakan suplemen diberi bungkil inti sawit (BIS) dan solid 1% sekitar dari berat badan (setara dengan 3 kg BIS/ekor/hari dan 2 kg solid/ekor/hari),

(15)

14

Perlakuan II: Pakan dasar berbasis silase hijauan pelepah dan daun sawit (100%). Sebagai pakan suplemen diberi BIS dan solid sebesar 1% dari berat badan (sama dengan perlakuan I).

Perlakuan di atas memperlihatkan bahwa pemberian pakan ditentukan oleh perbedaan pakan dasar yakni membandingkan antara hijauan rumput dan jerami fermentasi dengan daun pelepah sawit seperti yang disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Bahan pakan yang diberikan pada masing-masing kelompok

Bahan Pakan Kelompok I Kelompok II Jumlah ternak (ekor) 6 6 Jerami fermentasi/rumput segar (kg) 20 - Silase Pelepah-daun sawit/ rumput segar (kg) - 20 Bungkil Inti Sawit (kg) 3 3

Solid (kg) 2 2

Dedak Padi (kg) 0,5 0,5

Mineral (kg) 0,01 0,01

Harga pakan (Rp/hari/ekor) 9.950 7.950

Untuk setiap ton silase hijauan sawit dibutuhkan bahan terdiri dari pelepah dan daun sawit yang dicincang menggunakan chopper, 4 kg gula saka, 2,5 kg urea dan 10 kg dedak, yang dicampur merata dan disimpan dalam plastik kedap udara selama minimal 2 minggu sebelum diberikan kepada ternak. Semua ternak diberi mineral mix.

Namun demikian, pada awal kegiatan pengkajian, tingkat palatabilitas silase daun sawit agak lebih rendah dari hijauan rumput maka tidak semua silase tersebut dapat dikonsumsi. Oleh karena itu dalam perjalanan pengkajian ini maka pada perlakuan II tetap diberikan hijauan rumput dan jerami fermentasi sebanyak 50% dari total pakan dasarnya seperti yang diperlihatkan dalam Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Perubahan bahan pakan yang diberikan pada masing-masing kelompok Bahan Pakan Kelompok I Kelompok II Jumlah ternak (ekor) 6 6 Jerami fermentasi/rumput segar (kg) 20 10 Silase Pelepah-daun sawit/ rumput segar (kg) - 10 Bungkil Inti Sawit (kg) 3 3

Solid (kg) 2 2

Dedak Padi (kg) 0,5 0,5

Mineral (kg) 0,01 0,01

(16)

15

Untuk mengamati pengaruh pemberian pupuk organik pada tanaman maka akan diuji-coba di lapangan dengan menggunakan tanaman sawit dengan perlakuan:

A. Tanaman sawit dengan pemupukan anorganik sesuai standar pemupukannya sebanyak10 pohon sawit yang telah berproduksi.

B. Tanaman sawit dengan pupuk anorganik dan pupuk organik yang diisi dalam karung dan ditempatkan di sekeliling pohon sawit (3 karung pupuk/pohon) sebanyak 10 pohon sawit.

C. Tanaman sawit dengan pupuk anorganik dan pupuk organik yang dibenamkan dalam tanah (sebanyak 3-4 karung pupuk ditanam sekeliling kanopi pohon sawit) sebanyak 10 pohon sawit.

Parameter yang diamati untuk kedua jenis kegiatan tersebut di atas meliputi: pertumbuhan ternak, konsumsi pakan, pertumbuhan tanaman sawit dan hasil buah sawit.

Sebagai tambahan, untuk mengevaluasi kualitas pakan yang diberikan maka dilakukan juga analisis laboratorium kandungan kimia berbagai bahan pakan yang digunakan dalam pengkajian ini, meliputi: kandungan protein kasar, fosfor (P), kalsium (Ca) dan sulfur (S).

(17)

16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL

(i) Konsumsi Pakan

Hasil analisa laboratorium yang dilakukan pada Laboratorium BPTP Sumatera Barat (Agustus 2012) terhadap beberapa jenis pakan disajikan dalam Tabel 3. Pengetahuan tentang kandungan kimia jenis pakan yang digunakan dalam pengkajian ini dapat membantu memperjelas apabila terjadi perbedaan di antara perlakuan.

Tabel 3. Bahan kering dan kandungan kimia (Protein, P, Ca, dan S) beberapa jenis pakan yang digunakan pada pengkajian ini (nilai dalam %).

Jenis bahan pakan Bahan kering Protein kasar P Ca S Bungkil Inti Sawit 93,4 16,1 0,62 1,00 0,21 Dedak padi 94,2 8,6 0,66 0,21 0,23 Rumput alam 33,9 7,0 0,17 0,33 0,24 Solid sawit 33,7 10,1 0,37 1,65 0,28 Silase hijaun sawit 56,4 8,8 0,30 0,65 0,29 Hijauan sawit segar 59,9 5,3 0,19 0,69 0,20 Jerami padi fermentasi 90,7 7,0 0,20 0,50 0,37

Berdasarkan kandungan bahan kering dan kandungan kimia pakan yang diberikan pada ternak (Tabel 3) maka besarnya konsumsi pakan dan kandungan protein dapat dihitung, sebagaimana diperlihatkan dalam Tabel 4 beriikut ini.

Tabel 4. Konsumsi pakan pada Perlakuan I (berbasis hijauan rumput/jerami) dan Perlakuan II (berbasis hijauan sawit).

Bahan pakan Perlakuan I Perlakuan II Segar BK Protein Segar BK Protein Rumput segar (kg/hari) 14,4 4,90 0,34 14,2 4,83 0,33 Jerami fermentasi (kg/hari) 1,5 1,40 0,10 - -

Silase hijauan sawit/segar - - 3,0 1,68 0,15 Bungkil inti sawit (kg/hari) 3,1 2,90 0,46 3,0 2,80 0,45 Dedak padi (kg/hari) 0,5 0,45 0,05 0,5 0,45 0,05 Solid sawit (kg/hari)* 2,0 0,67 0,07 2,0 0,67 0,07 Jumlah (kg/hari) 22,0 10,32 1,08 23,2 10,43 1.05 Kebutuhan ternak (kg/hr)** - 8,50 0,80 - 8,50 0,80 * Pemberian solid hanya insidentil karena harus didatangkan dari Pasaman Barat.

(18)

17 (ii) Pertumbuhan Ternak

Penimbangan ternak dilakukan dua minggu sekali, namun data dalam Tabel 5 merupakan hasil timbangan bulanan sejak bulan Mei hingga bulan September 2012. Rata-rata berat badan kedua perlakuan tersebut juga disajikan pada Gambar 1.

Tabel 5. Hasil penimbangan ternak (kg/ekor)selama bulan April sampai Agustus 2012. Perlakuan No. Ternak April Mei Juni Juli Agustus I. Pakan Jerami Fermentasi, BIS, Dedak 1 346 354 378 393 410 2 345 357 366 386 414 3 296 298 322 327 350 4 262 275 296 317 348 5 240 236 263 268 301 6 343 328 365 372 412 II. Pakan Silase

Pelepah daun sawit, BIS, Dedak

7 358 367 393 412 435 8 268 270 299 311 347 9 260 265 275 285 303 10 277 306 299 309 345 11 293 329 352 384 417 12 326 332 350 360 387

Apabila diringkas maka pertumbuhan ternak yang mendapat kedua perlakuan tersebut dapat dilihat pada Tabel 6 dan disajikan dalam Gambar 1 berikut ini.

Tabel 6. Rataan hasil penimbangan dari bulan April sampai dengan bulan Agustus 2012 (nilai dalam kg/ekor).

Perlakuan April Mei Juni Juli Agustus PBBH* (kg/ek/hr) I. Pakan jerami (JF),

rumput alam (RA), BIS, Dedak padi

305,3 308,0 331,7 343,8 372,5 0,60

II. Pakan silase pelepah daun sawit, JF, RA, BIS, Dedak padi

297,0 311,5 328,0 343,5 372,3 0,59

(19)

18

Gambar 1. Rata-rata berat badan sapi (kg/ekor) yang mendapat Perlakuan 1 (berbasis rumput/jerami fermentasi) dan Perlakuan 2 (hijauan sawit).

(iii) Produksi Tanaman Sawit

Dalam pengkajian ini juga dilakukan pengujian pemberian pupuk organik pada tanaman sawit untuk melihat pengaruhnya terhadap produksi hasil buah sawit. Pemberian pupuk kandang tersebut telah berlangsung selama 6 bulan dengan tiga perlakuan yang diberikan, yakni: (i) Tanaman sawit dengan pemupukan anorganik sesuai standar pemupukannya sebanyak 10 pohon, (ii) Tanaman sawit dengan pupuk anorganik dan pupuk organik yang diisi dalam karung dan ditempatkan di sekeliling pohon sawit sebanyak 3 karung pupuk/pohon) (10 pohon), dan (iii) Tanaman sawit dengan pupuk anorganik dan pupuk organik yang dibenamkan dalam tanah sebanyak 3 karung/pohon yang ditanam sekeliling kanopi pohon sawit (10 pohon).

Hasil pengamatan pengaruh pemberian pupuk organik terhadap jumlah tandan dan berat tandan tanaman sawit disajikan dalam Tabel 7, sedangkan jumlah tandan/ha dan berat sawit/ha masing-masing diperlihatkan pada Gamber 2 dan Gambar 3. Hasilnya menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik yang ditanam memberi hasil yang lebih tinggi (60%) dan pada yang dikarungi (30%) dari pada yang diletakkan di sekitar pohon sawit.

(20)

19

Tabel 7. Waktu pengamatan, jumlah tandan dan berat tandan/10 pohon sawit, rata-rata/panen/ha dan kenaikan produksi pada perlakuan pemberian pupuk organik. No Waktu Pengamatan Jumlah Tandan Panen (bh) Berat Tandan (kg)

A B C A B C 1 Pertengahan Mei 8 17 8 66 142 74 2 Awal Juni 6 10 8 67 98 77 3 Akhir Juni 1 1 2 9 13 24 4 Akhir Juli 2 2 5 21 27 68 5 Pertengahan Agustus 4 0 9 51 0 107 6 Awal September 6 2 14 71 24 66 7 Akhir September 15 28 36 173 309 374 8 Akhir Oktober 25 28 34 288 307 374 9 Pertengahan November 18 21 27 231 264 384 Jumlah 85 109 143 977 1.184 1.548 Rata-rata/10 pohon 9,4 12,1 15,9 109 132 172 Rata-rata/panen/ha sawit 122 158 207 1.420 1.690 2.240 Kenaikan produksi (%) - 29,5 69,8 - 19,0 57,8 Keterangan: A = Perlakuan Kontrol; B = Pupuk organik yang dikarungi; C = Pupuk organik

(21)

20 4.2 PEMBAHASAN

(i) Konsumsi pakan

Dari pengamatan tersebut terlihat bahwa tingkat konsumsi pakan antara kedua perlakuan tersebut relatif sama, walau ada kecenderungan tingkat kesukaan ternak (palatabilitas) yang lebih rendah pada hijauan sawit terutama bila diberi dalam bentuk silase. Oleh karena itu, hijauan silase yang telah dicampur dengan dedak, gula saka dan urea lebih sering diberikan dalam bentuk segar. Pada kegiatan pengkajian lain yang dilakukan terhadap sapi PO dan sapi bali, ternyata tingkat palatabilitas hijauan sawit cukup tinggi (Bamualim et al., 2012). Hal ini mungkin disebabkan karena perbedaan bangsa ternak, dimana sapi simental merupakan jenis sapi yang biasa diberikan hijauan segar berkualitas tinggi. Atau juga disebabkan oleh faktor lain seperti hasil pencacahan (chopper) hijauan sawit yang kurang halus. Peran hijauan sawit dalam hal ini, menjadi substitusi dari hijauan rumput/jerami fermentasi. Untuk sapi simental, pelepah dan daun sawit belum dapat dijadikan sebagai pengganti hijauan rumput.

(ii) Pertumbuhan Ternak

Data pertumbuhan ternak memperlihatkan bahwa pertumbuhan ternak yang diberi hijauan rumput dan jerami memperlihatkan pertumbuhan yang sama antara kedua perlakuan tersebut (0,60 vs 0,59 kg/ekor/hari). Hal ini dapat dipahami karena kualitas hijauan sawit (kandungan protein 5%) hampir setara dibanding kualitas hijauan rumput (kandungan protein 7%). Namun demikian, terlihat adanya fluktuasi perubahan bobot

(22)

21

badan pada perlakuan berbasis hijauan sawit, hal ini diduga sebagai akibat dari palatabilitas hijauan sawit yang berfluktuasi.

Konsumsi bahan kering dan protein (Tabel 4) memperlihatkan bahwa besarnya konsumsi telah terpenuhi untuk memenuhi hidup pokok dan terjadi kelebihan bahan kering sekitar 2,8 kg BK/ekor/hari dan sekitar 0,25 kg protein/ekor/hari. Kelebihan tersebut digunakan untuk menopang pertumbuhan sapi simental hanya 0,6 kg/ekor/hari. Diperkirakan pertumbuhan ternak dapat lebih meningkat lagi (> 0,6 kg/hari) apabila konsumsi protein dinaikkan di atas 1,1 kg/hari.

Hasil analisa laboratorium mengenai kandungan kimia dari jenis bahan pakan yang digunakan dalam pengkajian ini agak sesuai dengan berbagai hasil analisa laboratorium di tempat lain. Hanya saja diduga adanya fluktuasi bobot badan ternak yang diberi hijauan sawit lebih dipengaruhi oleh tingkat palatabel yang relatif lebih rendah bagi sapi simental yang digunakan dalam pengkajian ini dibandingkan dengan jenis sapi lokal.

(iii) Produksi Tanaman Sawit

Hasil pengujian pemberian pupuk organik pada tanaman sawit terhadap produksi hasil buah sawit belum dapat dibahas dalam laporan ini karena perlakuan diberikan sejak bulan Mei 2012. Pemberian pupuk organik pada tanaman sawit sebanyak 3 karung/6 bulan yang ditambahkan pada pupuk standar (kontrol) memperlihatkan jumlah tandan buah sawit meningkat (Gambar 2) dan hasil biji sawit yang meningkat (Gambar 3). Pupuk organik yang ditanam memberi hasil yang lebih tinggi dari pada yang dikarungi dan diletakkan di sekitar pohon sawit.

(23)

22 V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

(i) Hasil pengkajian ini memperlihatkan bahwa masih relatif rendah konsumsi hijauan sawit (pelepah dan daun sawit). Hal ini mungkin disebabkan bangsa sapi simental, yang lebih menyenangi pakan dasar rumput alam segar dan jerami fermentasi. Oleh karena itu, perlu dilakukan peningkatan kualitas dan palatabilitas hijauan sawit apabila ingin digunakan sebagai sumber pakan dasar utama. Apabila tingkat palatabilitas hijauan sawit (daun dan pelepah) dan kandungan gizinya diperbaiki maka hijauan sawit dapat dijadikan sumber hijauan utama bagi sapi simental. Hal ini bermanfaat dalam menghadapi kekurangan hijauan rumput alam yang dialami di sekitar perkebunan sawit, khususnya selama musim kemarau.

(ii) Pemanfaatan bungkil inti sawit (BIS) dan solid hasil ikutan pabrik kelapa sawit merupakan salah satu persyaratan penting untuk diberikan pada sapi penggemukan. Hal ini disebabkan BIS dan solid merupakan jebis bahan pakan konsentrat yang memiliki nilai gizi tinggi. Hanya ketersediaan solid di lokasi pengkajian masih cukup sulit, karena perusahaan pemilik PKS menggunakan hasil solidnya untuk pemupukan perkebunan sawit.

(iii) Penggunaan pupuk organik yang diberikan di atas pemupukan standar memberikan hasil yang memuaskan. Hasil pengamatan terhadap banyaknya tandan dan hasil buah sawit menunjukkan bahwa tanaman yang diberi pupuk organik dengan cara dibenamkan dalam tanah memiliki tingkat produktivitas yang lebih tinggi sebesar 60% dibanding dengan perlakuan kontrol.

5.2 Saran

(i) Hasil pengkajian ini menunjukkan bahwa tingkat palatabilitas pakan berbasis hijauan sawit pada sapi simental masih relatif kurang memadai, sehingga memerlukan perlakuan untuk meningkatkan palatabilitasnya apabila diterapkan pada sapi simental dalam skala usaha komersial.

(ii) Untuk pakan dasar hijauan sawit, sebaiknya dimasukkan komponen peningkat palatabilitas pakan, seperti onggok dan molases.

(iii) Untuk mempermudah pemberian pakan maka perlu upaya untuk mencampurkan secara merata seluruh bahan pakan yang diberikan secara sekaligus.

(24)

23 VI. DAFTAR PUSTAKA

Azmi dan Gunawan. 2005. Pemanfaatan pelepah kelapa sawit dan solid untuk pakan sapi potong. Dalam Prosiding Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2008. Pemanfaatan Bungkil Inti Sawit sebagai Pakan Ternak. Bahan Memorandum kepada Menteri Pertanian, Maret 2008.

Bamualim, A., Wirdahayati, dan Marak Ali. 2006. Profil Peternakan Sapi dan Kerbau di Sumatera Barat. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat.

Bamualim, A. dan B. Tiesnamurti. 2009. Konsepsi sistem integrasi antara tanaman padi, sawit dan kakao dengan ternak sapi di Indonesia. Dalam “Sistem Integrasi Ternak Tanaman: Padi-Sawit-Kakao”, hal 1-14. Puslitbang Peternakan, Badan Litbang Pertanian.

Bamualim, A., Y. Hendri, Wirdahayati R.B., H. Surya, Aguswarman, Sadar, Ratna A.D., J.M. Muis, R. Wahyuni, Agusviwarman, Nasril dan Supriyadi. 2011. Kajian pemanfaatan nilai jual sapi lokal (40%) dengan perbaikan kualitas dan kuantitas pakan berbasis sawit di Sumatera Barat. Laporan hasil pengkajian BPTP Sumatera Barat TA 2011.

Buharman, B. 2011. Pemanfaatan teknologi pakan berbahan baku lokal mendukung pengembangan sapi potong di Provinsi Sumatera Barat. Wartazoa 21 (3): 133-144.

Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Barat. 2007. Laporan Tahunan Tahun 2007.

Djajanegara, A., I.G. Ismail dan S. Kartaatmaja. 2006. Teknologi dan manajemen usaha berbasis ekosistem. Dalam “Integrasi Tanaman-Ternak di Indonesia” (Eds. E. Pasandaran, F. Kasryno dan A.M. Fagi). Halaman: 251-275. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.

Edwardi, 2009. Program dan Kegiatan Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Barat. Makalah disampaikan pada Forum SKPD Provinsi Sumatera Barat. Padang, Sumatera Barat.

Hosen, N. 2006. Prospek Pengembangan Ternak Sapi Lokal di Sumatera Barat. Dalam Prosiding Seminar Nasional Peternakan, BPTP Sumatera Barat, Padang 11-12 September 2006.

Kearl, L.C. 1982. Nutrient Requirements of Rumkinants in Developing Countries. International Feedstuffs Institute, Utah state University, Logan, Utah, USA. Pasandaran, E., A. Djajanegara, K. Kariyasa dan F. Kasryno. 2006. Kerangka konseptual

integrasi tanaman–ternak di Indonesia. Dalam “Integrasi Tanaman–Ternak di Indonesia” (Eds. E. Pasandaran, F. Kasryno dan A.M. Fagi). Halaman: 11-31. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.

Syahruddin, F. 2006. Pembangunan peternakan masyarakat secara terpadu menuju Swasembada Daging 2010. Dalam Prosiding Seminar Nasional Peternakan, BPTP Sumatera Barat, Padang 11-12 September 2006.

Wirdahayati R.B., Y. Hendri, A. Bamualim, Ratna A.D., J.M. Muis, R. Wahyuni, Ermidias dan Asmak. 2011. Inovasi teknologi peternakan sapi dengan pakan suplemen by-produk agro industri sawit dan jagung mendukung program Pemda Sumatera Barat satu Petani Satu Sapi (SPSS). Laporan hasil pengkajian BPTP Sumatera Barat TA 2011.

(25)

24 VII. KINERJA KEGIATAN

7.1 Kinerja (Output) yang Dicapai

Output dari kegiatan pengkajian ini berupa ketersediaan informasi pakan limbah tanaman sawit limbah dan hasil ikutan agroindustri tanaman sawit (bungkil inti sawit + solid) yang dapat digunakan sebagai pakan pokok serta pakan suplementasi mendukung pertumbuhan sapi yang optimal di Sumbar. Disamping itu, pengkajian ini memperlihatkan kinerja dari pemanfaatan kotoran sapi sebagai sumber pupuk organik bagi tanaman sawit.

7.2 Hasil (Outcome) yang Dicapai

Kegiatan ini memberikan hasil (outcomes) pada tahun berjalan berupa teknologi pakan sapi potong berbasis limbah dan hasil agroindustri tanaman sawit. Disamping itu hasil kegiatan ini menyediakan informasi sebagai rekomendasi teknis pengembangan sistem integrasi sapi-sawit di wilayah Sumbar.

7.3 Manfaat(Benefit) yang Dicapai

Kegiatan ini memberi manfaat (benefit) dalam tahun berjalan berupa tersedianya bahan pakan alternatif berbasis sumberdaya lokal untuk sapi potong di Sumbar.

7.4 Dampak (Impact) yang Dicapai

Kegiatan ini memberi dampak (impact) pada tahun berjalan berupa meningkatnya produktivitas sapi potong melalui pemanfaatan sumberdaya perkebunan sawit sebagai salah satu sumber bahan pakan bermutu. Disamping itu semakin berkembangnya pemberian pupuk organik pada tanaman sawit di wilayah Sumbar.

7.5 Kisah Sukses (Success Story)

Disamping keuntungan yang dapat diperoleh dari peningkatan produktivitas ternak berbasis sumberdaya pakan lokal, dan peningkatan kesuburan tanaman sawit maka pengkajian ini merupakan ajang promosi dan sosialisasi sistem integrasi tanaman - ternak yang merupakan potensi yang masih belum digarap secara optimal di wilayah Sumbar.

Antusiasme berbagai pihak, khususnya Pemerintah Daerah, dapat mendorong berkembangnya program integrasi tanaman sawit dengan sapi potong secara berkelanjutan.

(26)

25 LAMPIRAN: Dokumentasi Kegiatan

Ternak sapi yang digunakan dalam pengkajian

Penimbangan ternak

(27)

Gambar

Tabel 2. Perubahan bahan pakan yang diberikan pada masing-masing kelompok
Tabel 3. Bahan kering dan kandungan kimia (Protein, P, Ca, dan S) beberapa jenis pakan  yang digunakan pada pengkajian ini (nilai dalam %)
Tabel  6.  Rataan  hasil  penimbangan  dari  bulan  April  sampai  dengan  bulan  Agustus  2012  (nilai dalam kg/ekor)

Referensi

Dokumen terkait

Pengukuran dilakukan dengan dua cara: (1). Penguburan dalam tanah sampah, dengan interval waktu pengamatan setiap 4 hari untuk melihat perubahan yang terjadi pada sampel film

Salah satu solusi yang dibahas dengan metode Minimal Spanning Tree adalah pada pemasangan kabel listrik menggunakan Algoritma Solin untuk mencari jumlah biaya minimal. Masalah

a) Aspek kualitas, sumber potensial di Kabupaten Malang adalah embung dan mata air dengan kondisi sangat terbatas. PDAM Malang dapat dimanfaatkan sumber air tersebut dengan cara

Sebagian besar lainnya (68,78 persen) belum pernah mengikuti pelatihan/kursus/magang. Secara keseluruhan, sifat kewirausahaan pengusaha industri kreatif UMKM di Kota

Dan seluruh rekan-rekan mahasiswa Teknik Informatika angkatan 2012 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah

Dalam penelitian ini, data yang diambil berupa goresan tangan huruf Korea untuk mengidentifikasi sesuai dengan karakteristik dari tiap goresannya dengan menggunakan

Sudjana (2013) menjelaskan bahwa kegiatan penilaian bertujuan untuk menjamin pelaksanaan pembelajaran agar sesuai terhadap kompetensi yang telah direncanakan,

Berdasarkan hasil analisis data dan temuan yang diperoleh dalam penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh metode SAS terhadap kemampuan membaca