• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS MATERI SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM MADRASAH TSANAWIYAH KELAS IX

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS MATERI SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM MADRASAH TSANAWIYAH KELAS IX"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS MATERI SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM MADRASAH TSANAWIYAH KELAS IX

Tugas pada Mata Kuliah Analisis Materi Tarikh/ Kebudayaan Islam-B Dosen:Drs. Yusuf A. Hasan, M.Ag.

Oleh:

Fikriyani Thoyyibah (20100720018) Wahyu Prastiyani (20100720022)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2012

(2)

1 A. PENDAHULUAN

Sejarah kebudayaan merupakan cerminan kehidupan umat manusia pada masa lampau yang di dalamnya terdapat berbagai peristiwa kehidupan manusia dan dinamika perkembangannya dari waktu ke waktu. Peristiwa dan dinamika tersebut menyangkut berbagai aspek kehidupan dan kebudayaan mereka. Untuk itu, penting bagi manusia untuk memahami sejarah. Dari sejarahlah manusia dapat mengambil hikmah yang kemudian dapat digunakan dalam membangun kehidupan dan kebudayaan yang lebih baik di masa depan.

Dengan demikian, pendidikan sejarah menjadi penting. Melalui sejarah, kita dapat memperoleh gambaran hidup di masa lalu. Sementara melalui pendidikan, kita dapat memaknai gambaran tersebut untuk membangun masa depan yang lebih baik.

Di kalangan umat Islam, pendidikan sejarah dan kebudayaan Islam disebut Tarikh, yang merupakan salah satu bagian integral dari Pendidikan Agama Islam. Sehubungan dengan itu, materi Sejarah Kebudayaan Islam memiliki peran yang sangat mendukung dalam pencapaian tujuan Pendidikan Agama Islam. Materi Sejarah Kebudayaan Islam ini diberikan di sekolah-sekolah yang berbasis keislaman seperti Madrasah Ibtidaiyyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah „Aliyah (MA) serta sekolah-sekolah bercirikan Islam seperti Sekolah Dasar Islam (SDI), Sekolah Menengah Pertama Islam (SMPI) dan Sekolah Menengah Atas Islam (SMAI), bahkan di Perguruan Tinggi Islam.

Agar tujuan Pendidikan Agama Islam dapat dicapai dengan baik, maka pendidik dituntut dapat menganalisis dan mengkritisi materi, khususnya Tarikh, yang disajikan dalam buku ajar. Hal ini dikarenakan pendidikan sejarah banyak mendapat kritik tidak hanya kepada guru dan metode yang digunakan, tetapi juga terhadap materi pendidikan sejarah yang dinilai monoton, membosankan, sarat kepentingan, miskin sudut pandang, dan sebagainya. Dalam makalah ini akan diuraikan analisis terhadap materi buku Sejarah Kebudayaan Islam untuk Madrasah Tsanawiyah kelas IX dari segi psikologi siswa dan etos kesejarahan.

(3)

2 B. IDENTITAS BUKU

Judul : Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Tsanawiyah Kelas IX Semester II

Penyusun : Dr. H. Murodi, MA. Penerbit : PT. Karya Toha Pustaka Tahun terbit : 2012

Tempat terbit : Semarang

Tebal halaman : viii + 115 halaman

C. RINGKASAN MATERI

Materi yang dianalisis dalam makalah ini adalah materi pada bab 5 yang berjudul Tradisi dan Upacara Adat Kesukuan Nusantara. Bab ini menguraikan tentang tradisi Sekaten, Grebeg, Nyadran dalam tradisi Islam Jawa, Lebaran Topat (Ketupat) serta Tabot.

1. Sekaten

Sekaten berasal dari bahasa Arab, yaitu syahadatain yang mengandung makna dua kalimat syahadat. Pertama, tidak ada tuhan yang wajib disembah selain Allah. Kedua, bersaksi bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah. Karena orang Jawa sulit mengucapkannya, maka kata tersebut menjadi Sekaten.

Sekaten merupakan upacara pendahuluan dari peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW yang diselenggarakan pada tanggal 5 sampai 12 Rabiul Awwal. Sekaten awalnya dilakukan pertama saat penyebaran dan awal mula permulaan perkembangan Islam di Jawa. Upacara ini awalnya digunakan oleh para Wali Songo sebagai cara untuk mengundang masyarakat supaya memeluk Islam. Upacara sekaten di mulai dari pendopo Ponconiti menuju Masjid Agung di Alun-alun Utara kota Yogya. Puncak acara sekaten ditandai dengan Grebeg Mulud.

2. Grebeg

Upacara Grebeg merupakan tradisi Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat sebagai perwujudan Hajad Dalem atau sedekah sultan kepada

(4)

3 rakyatnya yang dibentuk dalam simbol Gunungan yang berisi sayuran, seperti kacang panjang, cabe, dan sebagainya. Dalam setahun Keraton Ngayogyakarto Hadiningrat mengadakan Grebeg sebanyak tiga kali. Pertama, Grebeg Mulud pada 12 Rabiul Awwal yang bertepatan dengan peringatan Maulud Nabi Muhammad saw. Kedua, Grebeg Syawal yang diselenggarakan pada tanggal 1 Syawal, sebagai ungkapan terima kasih masyarahat kepada Allah SWT setelah berhasil melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Ketiga, Grebeg Besar yang diselenggarakan pada tanggal 10 Dzulhijjah sebagai peringatan hari raya Idul Adha.

3. Nyadran

Nyadran merupakan sebutan ziarah bagi masyarakat Jawa. Tradisi Nyadran merupakan lanjutan dari tradisi lama yang ditinggalkan oleh tradisi Jawa-Hindu yang telah dipoles dengan nilai-nilai ajaran Islam. Tradisi ini bertujuan untuk menghormati orang tua atau leluhur mereka dengan melakukan ziarah kubur dan mendoakan leluhur mereka. Dalam tradisi Jawa, mengingat kematian leluhur ada berbagai istilah, seperti mendhak pisan, mendak pindo, dan nyewu.

Terdapat tiga komponen dalam upacara tradisi nyadran. Pertama, zikrullah, yaitu upacara nyadran dilakukan dengan membaca doa bersama dengan menyebut nama Allah. Dahulu kegiatan ini hanya sebagai upacara memperingati kematian seorang raja tanpa menyebut nama-mana Allah. Setelah Islam berkembang, tradisi nyadran selalu diiringi dengan membaca zikir berupa tahlil, yaitu menyebut nama Allah dengan kalimat la ilaha illallah. Konsekuensi dari penerimaan ajaran tauhid ini adalah prinsip keadilan dan persamaan dalam tata hubungan kemasyarakatan dalam Islam. Pada gilirannya, ajaran ini memberikan pegangan kuat bagi para pemeluknya untuk membebaskan diri dari ikatan kekuatan apa pun selain Allah.

Komponen kedua, zikrul hayat, yaitu mengingat kehidupan dunia. Manusia sebagai makhluk sosial memiliki prinsip gotong royong dan saling mengasihi antar sesama. Dalam tradisi nyadran, prinsip ini

(5)

4 disimbolkan jajanan pasar dan makanan. Lauk ingkung (ayam jantan) sebagai simbol tradisi gotong-royong, nasi bulat sebagai simbol rasa syukur warga yang telah diberi petunjuk untuk menyatukan seluruh warga dengan bergotong-royong dan mengerjakan sesuatu dengan kebulatan tekad.

Komponen ketiga, mengingat kematian (zikrul maut). Kematian merupakan suatu keniscayaan yang ada dan tidak terbantahkan. Kerena setiap benda yang bernyawa akan mati. Manusia berasal dari tuhan dan akan kembali kepada-Nya. Jadi, nyadran adalah kesadaran manusia terhadap hidup dan mati. Dengan kata lain, tradisi nyadran merupakan cara orang Jawa menyadarkan generasi muda untuk mengingat kematian. 4. Lebaran Topat (Ketupat)

Tradisi Topat atau lebaran ketupat dilakukan oleh masyarakat muslim Lombok, Nusa Tenggara Barat yang dilaksanakan seminggu setelah pelaksanaan Hari Raya Idul Fitri. Bagi masyarakat muslim Lombok lebaran Topat dilaksanakan selama enam hari (puasa syawal). Awalnya lebaran Topat hanya dirayakan oleh orang yang melaksanakan puasa syawal, tetapi dalam perkembangannya lebaran ini bisa dirayakan oleh semua masyarakat Lombok yang berpuasa maupun yang tidak berpuasa. Hal ini dikarenakan lebaran Topat tidak lagi hanya sebagai ritual keagamaan bagi orang yang berpuasa tetapi telah berubah menjadi tradisi masyarakat Lombok.

5. Tabot

Tradsi Tabot dilaksanakan oleh masyarakat Sumatera yang bertujuan untuk mengenang kisah kepahlawanan dan kematian cucu Nabi Muhammad SAW. Pada awalnya, upacara Tabot digunakan oleh orang-orang Syi‟ah untuk mengenang gugurnya al-Husein bin Ali bin Abi Thalib. Akan tetapi, sejak orang-orang Sipai lepas dari pengaruh Syi‟ah, upacara ini dilakukan hanya memenuhi wasiat leluhur mereka. Belakangan, sejak satu dekade terakhir, selain melaksanakan wasiat leluhur, upacara ini juga dimaksudkan sebagai wujud partisipasi orang-orang Sipai dalam

(6)

5 pembinaan dan pengembangan budaya daerah Bengkulu. Nilai sejarah yang terkandung dalam tradisi ini adalah bentuk nyata rasa cinta dan untuk mengenang wafatnya al-Husein bin Abi Thalib yang terbunuh di Padang. Adapun nilai sosialnya, adalah untuk mengingatkan mausia bahwa praktik penghalalan segala cara mendapatkan kekuasaan dan simbolisme tidak dibenarkan.

D. PEMBAHASAN

1. Analisis Materi dari Aspek Psikologi Siswa

Materi yang ada di dalam Tradisi dan Upacara Adat Kesukuan Nusantara memang mengandung hikmah yang dapat kita ambil, seperti simbol perhatian raja kepada rakyatnya, melestarikan warisan budaya Nusantara, nilai kebersamaan, menyumbang pendapatan daerah karena menjadi objek wisata, dan sebagainya. Namun begitu, banyak pula penyimpangan akidah (syirik) yang terkandung dalam materi tersebut, di antaranya adalah mengagungkan benda-benda pusaka (keris dan gamelan), mensakralkan tempat-tempat tertentu, mempercayai telur merah sebagai penolak balak, mengunyah kinang saat gamelan dibunyikan akan membuat orang awet muda, mengalap berkah dari Gunungan, mensakralkan kerbau (Kyai Slamet), dan lain-lain. Dilihat secara keseluruhan, materi tersebut lebih banyak mengandung hal yang negatif dari pada hal yang positif. Hal ini menjadi berbahaya jika siswa yang diajar tidak berpikir kritis. Mereka akan menganggap bahwa hal tersebut adalah benar di mata Allah.

Di lingkungan tempat siswa tinggal (termasuk keluarganya sendiri), tradisi-tradisi tersebut umum dilakukan dan „harus‟ dilakukan. Lebih berbahaya lagi jika tradisi tersebut diperkuat dengan adanya materi yang membahas hal tersebut di sekolah. Bukankah lembaga pendidikan formal (khususnya sekolah yang berbasis Islam) bertujuan untuk mengubah moral dan karakter siswa ke arah yang lebih baik? Menurut Abdur Rahman Nahlawi pendidikan Islam adalah “pengaturan pribadi dan masyarakat sehingga dapat memeluk Islam secara logis dan sesuai secara keseluruhan

(7)

6 baik dalam kehidupan individu maupun koleltif”. Sementara salah satu tujuan mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam adalah melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah (Permenag Nomor 2 Tahun 2008 tentang SKKD SKI). Jika buku ajar (SKI) yang diajarkan mengandung materi yang tidak sesuai dengan syari‟at Islam, maka tujuan pendidikan Islam tidak akan tercapai.

2. Analisis Materi dari Aspek Etos Kesejarahan

Salah satu etos kesejarahan adalah ada warisan masa lalu yang harus dipelihara, dijaga, dan diteruskan karena kebaikannya. Berkaitan dengan hal tersebut, materi yang terdapat dalam buku ajar tersebut banyak mengandung kemungkaran yang tidak dibenarkan oleh syar‟i, indera maupun akal. Misalnya, peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah ta'ala, dan pengagungan terhadap Rasulullah termasuk dari ibadah. Jika ia termasuk ibadah maka kita tidak diperbolehkan untuk mengadakan perkara baru pada agama Allah (bid'ah) yang bukan syari'at-Nya. Oleh karena itu peringatan maulid Nabi termasuk bid'ah dalam agama dan termasuk yang diharamkan (http://www.islamhouse.com/p/72553).

Di dalam Permenag Nomor 2 Tahun 2008 tentang SKKD SKI, salah satu tujuan mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam adalah membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah saw dalam rangka mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam. Materi yang ada dalam bab V bertentangan dengan tujuan mata pelajaran SKI. Dimana materi yang membahas tentang tradisi dan upacara adat kesukuan Nusantara tidak sesuai dengan ajaran yang telah diajarkan oleh Rasulullah. Oleh karena itu, sebaiknya pendidik melakukan analisis terhadap materi yang akan diajarkan agar sesuai dengan tujuan mata pelajaran SKI.

(8)

7 E. KESIMPULAN

Dari hasil analisis terhadap materi Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Tsanawiyah Kelas IX dapat disimpulkan bahwa:

1. Materi tersebut banyak mengandung penyimpangan akidah.

2. Materi tersebut akan menjadi bahaya jika siswa tidak berpikir kritis. 3. Materi tersebut bertentangan dengan tujuan pendidikan Islam.

4. Materi tersebut bertentangan dengan tujuan mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang terdapat dalam Permenag Nomor 2 Tahun 2008. 5. Pendidik perlu melakukan analisis terhadap materi yang akan diajarkan

dan mengajak siswa agar dapat berpikir kritis.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Syar‟i, 2005, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus.

http://www.islamhouse.com/p/72553

Murodi, 2012, Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Tsanawiyah Kelas IX, Semarang: PT. Karya Toha Putra.

Peraturan Menteri Agama Nomor 2 Tahun 2008 tentang Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah.

Referensi

Dokumen terkait

Pemilihan materi SKI ini dikarenakan kemampuan membaca sebagai titik tekan literasi membaca pada pembelajaran bahasa Indonesia akan menjadi mudah dilakukan manakala konten

Permasalahan pembelajaran syair di sekolah, diantaranya: 1) buku teks Bahasa Indonesia sangat sedikit memuat materi tentang syair, belum ada bahan ajar yang sesuai dengan

Ternyata dakwah yang dilakukan Umar bin Abdul Aziz tersebut berbuat positif, puluhan ribu masyarakat dengan suka rela berbondong-bondong masuk agama Islam, seperti yang di Khurasan,

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk bahan ajar SKI kelas VII MTs Unggulan Pondok Pesantren Amanatul Ummah Program Excellent karena siswa kelas VII MTs

 Mendiskusikan Semangat para tokoh yang berperan dalam perkembangan Islam di Indonesia (Nilai yang ditanamkan: Religius, Jujur, Mandiri, Demokratis, Komunikatif , Tanggung

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1 kedua buku SKI tersebut di dalamnya masih terdapat ketidak-sesuaian antara KI-KD dengan judul bab, sub bab, judul materi, sub materi, uraian

Soal Asesmen Sumatif Akhir Semester (ASAS) Genap SKI (Sejarah Kebudayaan Islam) Kelas 4

Soal Asesmen Sumatif Akhir Semester (ASAS) Genap SKI (Sejarah Kebudayaan Islam) Kelas 5