• Tidak ada hasil yang ditemukan

Contoh Kasus Pelanggaran Kode Etik Insinyur 1 : Berikut adalah kemungkinan sanksi yang akan dijatuhkan kepada pelaku pelanggaran kode etik :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Contoh Kasus Pelanggaran Kode Etik Insinyur 1 : Berikut adalah kemungkinan sanksi yang akan dijatuhkan kepada pelaku pelanggaran kode etik :"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Contoh Kasus Pelanggaran Kode Etik Insinyur 1 :

Chevron adalah sebuah perusahaan asing di Indonesia yang bergerak pada bidang pertambangan minyak. Chevron terkenal di antara sesama perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan minyak sebagai perusahaan yang memegang teguh nilai-nilai yang dimiliki perusahaan. Nilai-nilai tersebut secara tidak langsung bersesuaian dengan Kode Etik Insinyur Indonesia. Salah satu nilai perusahaan yang bersesuaian dengan Kode Etik Insinyur Indonesia adalah Chevron senantiasa mengutamakan keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan masyarakat sekitar lingkungan kerja perusahaan. Hal ini terlihat dari usaha-usaha yang dilakukan perusahaan untuk sedapat mungkin tidak melakukan pencemaran terhadap lingkungan di sekitar lingkungan kerja perusahaan. Selalu ada usaha konservasi yang dilakukan oleh perusahaan untuk lingkungan sekitar. Perusahaan juga membuka peluang untuk masyarakat yang tinggal di daerah sekitar

lingkungan kerja perusahaan untuk mendapatkan kesempatan kerja. Dana Corporate Social Responsibility (CSR) yang dianggarkan oleh perusahaan merupakan salah satu bentuk kepedulian perusahaan terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar.

Berikut adalah kemungkinan sanksi yang akan dijatuhkan kepada pelaku pelanggaran kode etik :

1. Mendapat peringatan

Pada tahap ini, si pelaku akan mendapatkan peringatan halus, misal jika seseorang menyebutkan suatu instansi terkait (namun belum parah tingkatannya) bisa saja ia akan menerima email yang berisi peringatan, jika tidak diklarifikasi kemungkinan untuk berlanjut ke tingkat selanjutnya, seperti peringatan keras ataupun lainnya 2. Pemblokiran

Mengupdate status yang berisi SARA, mengupload data yang mengandung unsur pornografi baik berupa image maupun .gif, seorang programmer yang

mendistribusikan malware. Hal tersebut adalah contoh pelanggaran dalam kasus yang sangat berbeda-beda, kemungkinan untuk kasus tersebut adalah pemblokiran akun di mana si pelaku melakukan aksinya. Misal, sebuah akun pribadi sosial yang dengan sengaja membentuk grup yang melecehkan agama, dan ada pihak lain yang merasa tersinggung karenanya, ada kemungkinan akun tersebut akan dideactivated oleh server. Atau dalam web/blog yang terdapat konten porno yang mengakibatkan pemblokiran web/blog tersebut

3. Hukum Pidana/Perdata

“Setiap penyelenggara negara, Orang, Badan Usaha, atau masyarakat yang dirugikan karena penggunaan Nama Domain secara tanpa hak oleh Orang lain,

(2)

berhak mengajukan gugatan pembatalan Nama Domain dimaksud” (Pasal 23 ayat 3)

“Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan tindakan apa pun yang berakibat terganggunya Sistem Elektronik dan/atau mengakibatkan Sistem Elektronik menjadi tidak bekerja sebagaimana mestinya” (Pasal 33)

“Gugatan perdata dilakukan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan” (Pasal 39) Adalah sebagian dari UUD RI No.11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik (UU ITE) yang terdiri dari 54 pasal. Sudah sangat jelas adanya hukum yang mengatur tentang informasi dan transaksi yang terjadi di dunia maya, sama halnya jika kita mengendarai motor lalu melakukan pelanggaran misal dengan tidak memiliki SIM jelas akan mendapat sanksinya, begitu pun pelanggaran yang terjadi dalam dunia maya yang telah dijelaskan dimulai dari ketentuan umum, perbuatan yang dilarang, penyelesaian sengketa, hingga ke penyidikan dan ketentuan pidananya telah diatur dalam UU ITE ini. Contoh Kasus Pelanggaran Kode Etik Insinyur 2 :

Pada awalnya sumur tersebut direncanakan hingga kedalaman 8500 kaki (2590 meter) untuk mencapai formasi Kujung (batu gamping. Sumur tersebut akan dipasang selubung bor (casing ) yang ukurannya bervariasi sesuai dengan

kedalaman untuk mengantisipasi potensi circulation loss (hilangnya lumpur dalam formasi) dan kick (masuknya fluida formasi tersebut ke dalam sumur) sebelum pengeboran menembus formasi Kujung.

Sesuai dengan desain awalnya, Lapindo “sudah” memasang casing 30 inchi pada kedalaman 150 kaki, casing 20 inchi pada 1195 kaki, casing (liner) 16 inchi pada 2385 kaki dan casing 13-3/8 inchi pada 3580 kaki (Lapindo Press Rilis ke

wartawan, 15 Juni 2006). Ketika Lapindo mengebor lapisan bumi dari kedalaman 3580 kaki sampai ke 9297 kaki, mereka “belum” memasang casing 9-5/8 inchi yang rencananya akan dipasang tepat di kedalaman batas antara formasi Kalibeng Bawah dengan Formasi Kujung (8500 kaki).

Diperkirakan bahwa Lapindo, sejak awal merencanakan kegiatan pemboran ini dengan membuat prognosis pengeboran yang salah. Mereka membuat prognosis dengan mengasumsikan zona pemboran mereka di zona Rembang dengan target pemborannya adalah formasi Kujung. Padahal mereka membor di zona Kendeng yang tidak ada formasi Kujung-nya. Alhasil, mereka merencanakan memasang casing setelah menyentuh target yaitu batu gamping formasi Kujung yang

sebenarnya tidak ada. Selama mengebor mereka tidak meng-casing lubang karena kegiatan pemboran masih berlangsung. Selama pemboran, lumpur overpressure (bertekanan tinggi) dari formasi Pucangan sudah berusaha menerobos (blow out) tetapi dapat di atasi dengan pompa lumpurnya Lapindo (Medici).

(3)

Setelah kedalaman 9297 kaki, akhirnya mata bor menyentuh batu gamping. Lapindo mengira target formasi Kujung sudah tercapai, padahal mereka hanya menyentuh formasi Klitik. Batu gamping formasi Klitik sangat porous (bolong-bolong). Akibatnya lumpur yang digunakan untuk melawan lumpur formasi Pucangan hilang (masuk ke lubang di batu gamping formasi Klitik) atau circulation loss sehingga Lapindo kehilangan/kehabisan lumpur di permukaan. Akibat dari habisnya lumpur Lapindo, maka lumpur formasi Pucangan berusaha menerobos ke luar (terjadi kick). Mata bor berusaha ditarik tetapi terjepit sehingga dipotong. Sesuai prosedur standard, operasi pemboran dihentikan, perangkap Blow Out Preventer (BOP) di rig segera ditutup & segera dipompakan lumpur pemboran berdensitas berat ke dalam sumur dengan tujuan mematikan kick. Kemungkinan yang terjadi, fluida formasi bertekanan tinggi sudah terlanjur naik ke atas sampai ke batas antara open-hole dengan selubung di permukaan (surface casing) 13 3/8 inchi. Di kedalaman tersebut, diperkirakan kondisi geologis tanah tidak stabil & kemungkinan banyak terdapat rekahan alami (natural fissures) yang bisa sampai ke permukaan. Karena tidak dapat melanjutkan perjalanannya terus ke atas melalui lubang sumur disebabkan BOP sudah ditutup, maka fluida formasi bertekanan tadi akan berusaha mencari jalan lain yang lebih mudah yaitu melewati rekahan alami tadi & berhasil. Inilah mengapa surface blowout terjadi di berbagai tempat di sekitar area sumur.

Pengamatan Kasus :

Seperti yang kita tahu, dalam masyarakat Engineer amat dibutuhkan dan amat berperan dalam menyejahterakan dan memudahkan kehidupan dalam masyarakat. Engineer banyak dituntut untuk berpikir kritis, bukan secara asal-asalan

melainkan dengan bukti dan data yang telah dihitung yang ditinjau secara matematika dan sains.

Secara umum suatu tindakan akan memunculkan suatu peraturan demikian pula pada Engineering, dimana para Engineer dituntut untuk mengikuti Kode Etik Engineer. Namun kebanyakan orang tidak sadar ataupun sengaja melanggar kode etik tersebut, sehingga menimbulkan masalah di masyarakat yang alhasil bukan membantu namun semakin mempersulit masyarakat.

Salah satu pelanggaran kode etik engineer yang cukup kita kenal pada peristiwa blow out lumpur lapindo. Umumnya bencana ini terjadi karena adanya mud volcano atau lumpur bawah tanah. Yang kedua adalah karena fenomena UGBO di mana fluida bawah tanah seperti air, minyak, atau gas keluar tanpa melalui lubang pengeboran.

Penjelasan ilmiah atau secara umum semata-mata akan membawa kita pada kesimpulan bahwa banjir lumpur di Sidoarjo adalah sebuah bencana alam. Namun dibalik itu semua pastilah ada factor manusia yang bekerja dibelakangnya

(4)

sehingga alam pun bertindak. Aktivitas pengeboran, teknik apa yang digunakan, serta lokasi pengeboran adalah keputusan-keputusan yang diambil oleh manusia. Seperangkat keputusan inilah yang menjadi titik awal terjadinya bencana, para ahli kebanyakan hanya menduga tanpa memperhitungkan lebih dalam tentang pengeboran ini. Dari sudut pandang ini, tragedi lumpur panas bukanlah bencana alam, tetapi bencana teknologi yang terjadi karena kegagalan pengoperasian sistem teknologi.

Kasus lumpur Lapindo menunjukkan ketiadaan etika rekayasa yang merupakan salah satu kode etik engineer. Dalam proses perencanaan dan pelaksanaan pengeboran di Sidoarjo kebanyakan ahli hanya berpikir kaku yang hanya

berorientasi pada kebutuhan industri tanpa pernah peduli implikasi dari teknologi yang mereka gunakan di masyarakat. Mereka yang awalnya bertujuan untuk menyejahterakan masyarakat malah sebaliknya menyusahkan masyarakat dan juga menyulitkan pemerintah karena banyaknya dana yang harus ditanggung oleh pemerintah.

Ketiadaan etika rekayasa adalah salah satu faktor yang mesti menjadi pelajaran penting agar kasus seperti lumpur Lapindo tidak terulang kembali. Masyarakat kita sudah terlalu letih dengan berbagai bencana alam.

Sumber : http://arisandi21.wordpress.com/2012/12/04/pengertian-profesionalisme-ciri-ciri-profesionalisme/ http://jimnick95.blogspot.com/2013/09/contoh-pelanggaran-kode-etik-engineering.html http://monstajam.blogspot.com/2013/03/pengertian-profesionalisme-dan-ciri.html http://m-roiful.blogspot.com/2014/11/kode-etik-insinyur-indonesia-dan.html http://ms.wikipedia.org/wiki/Profesionalisme https://www.academia.edu/5463927/ETIKA_PROFESI https://www.scribd.com/doc/83360801/Kode-Etik-Engineer

(5)

Pengantar Rekayasa dan Desain

Blog PRD-nya Bimo (16513308)

Thursday, 12 September 2013

Pelanggaran Kode Etik dalam Engineering : Kasus Meluapnya

Lumpur Lapindo

Nama : Bimo Aryo Tyasono NIM : 16513308

Kasus lumpur lapindo, yang menguras uang negara hingga triliunan rupiah adalah salah satu pelanggaran etika dalam engineering. Etika engineer yang dilanggar adalah kode

etik nomor 1, yaitu Hold Paramount the safety, health, and welfare of the public. PT. Lapindo

Brantas di Sidoarjo tidak mempedulikan keselamatan warga yang terkena lumpur yang

meluap. Hingga kini, masih banyak warga di sekitar daerah luapan lumpur yang belum

mendapat ganti rugi dari PT. Lapindo Brantas. Kronologi Kasus Lumpur Lapindo

Semburan lumpur panas atau mud volcano di Kabupaten Sidoarjo itu muncul pertama

kalinya pada 29 Mei 2006 sekitar pukul 05.00. Tepatnya di areal persawahan Desa Siring,

Kecamatan Porong.

Jarak titik semburan sekitar 150 meter arah barat daya sumur Banjar Panji 1 milik Lapindo Brantas Inc. Sumur Banjar Panji 1 merupakan eksplorasi vertikal.

Targetnya,

mencapai formasi Kujung dengan kedalaman 10.300 kaki. Sampai dengan semburan atau

blow out pertama, eksplorasi telah berjalan tiga bulan.

Semburan lumpur panas di Sidoarjo tidak muncul dengan sendirinya. Ada suatu kronologi di dalam sumur Banjar Panji 1 yang mendahuluinya.

Berdasarkan laporan kronologi kejadian, pada tanggal 27 Mei, pengeboran dilakukan

dari kedalaman 9.277 kaki ke 9.283 kaki. Pukul 07.00 hingga 13.00 pengeboran dilanjutkan

ke kedalaman 9.297 kaki.

Pada kedalaman ini, sirkulasi lumpur berat masuk ke dalam lapisan tanah. Peristiwa ini

(6)

disebut loss. Lumpur berat ini digunakan sebagai semacam pelumas untuk melindungi mata

bor sekaligus untuk menjaga tekanan hidrostatis dalam sumur agar stabil.

Setelah terjadi loss, sebagai langkah standar disuntikkan loss circulating material (LCM) atau material penyumbat ke dalam sumur. Tujuannya untuk menghentikan loss agar

sirkulasi kembali normal.

Peristiwa loss yang lazim dalam pengeboran pada umumnya diikuti munculnya tekanan tinggi dari dalam sumur ke atas atau disebut kick. Untuk mengantisipasi kick, pipa

ditarik ke atas untuk memasukkan casing sebagai pengamanan sumur. Sebagai catatan,

casing terakhir terpasang di kedalaman 3.580 kaki.

Saat proses penarikan pipa hingga 4.241 kaki pada 28 Mei pukul 08.00-12.00, terjadilah kick. Kekuatannya 350 psi. Kemudian disuntikkanlah lumpur berat ke dalam sumur.

Ketika hendak ditarik lebih ke atas, bor macet atau stuck di 3.580 kaki. Upaya menggerakkan pipa ke atas, ke bawah, maupun merotasikannya gagal. Bahkan pipa tetap

bergeming saat dilakukan penarikan sampai dengan kekuatan 200 ton. Upaya ini berlangsung mulai pukul 12.00 hingga 20.00. Selanjutnya untuk mengamankan sumur,

disuntikan semen di area macetnya bor.

Akibat macet, akhirnya diputuskan bor atau fish diputus dari rangkaian pipa dengan

cara diledakkan. Pada 29 Mei pukul 05.00, terjadilah semburan gas berikut lumpur ke

permukaan.

Secara kasatmata, material keluar tersebut berupa lumpur berwarna abu-abu. Bila dipisahkan, secara umum material lumpur terdiri atas air dan lempung.

Volume lumpur yang keluar rata-rata 50.000 meter kubik per hari. Pada seminggu belakangan, debitnya turun. Menurut Gubernur Jawa Timur Imam Utomo pada saat jumpa

pers di Hotel JW Marriott, 8 Juli, volumenya kini menjadi 30.000 meter kubik per hari.

Dugaan Penyebab Meluapnya Lumpur Ditinjau dari Aspek Sains dan Matematika

Dalam AAPG 2008 International Conference & Exhibition dilaksanakan di Cape Town

International Conference Center, Afrika Selatan, tanggal 26-29 Oktober 2008, merupakan

kegiatan tahunan yang diselenggarakan oleh American Association of Petroleum Geologists

(AAPG) dihadiri oleh ahli geologi seluruh dunia, menghasilan pendapat ahli: 3 (tiga) ahli dari

(7)

Indonesia mendukung GEMPA YOGYA sebagai penyebab, 42 (empat puluh dua) suara ahli

menyatakan PEMBORAN sebagai penyebab, 13 (tiga belas) suara ahli menyatakan

KOMBINASI Gempa dan Pemboran sebagai penyebab, dan 16 (enam belas suara) ahli

menyatakan belum bisa mengambil opini. Laporan audit Badan Pemeriksa Keuangan

tertanggal 29 Mei 2007 juga menemukan kesalahan-kesalahan teknis dalam proses

pemboran.

Pada awal tragedi, Lapindo bersembunyi di balik gempa tektonik Yogyakarta yang

terjadi pada hari yang sama. Hal ini didukung pendapat yang menyatakan bahwa pemicu

semburan lumpur (liquefaction) adalah gempa (sudden cyclic shock) Yogya yang mengakibatkan kerusakan sedimen. Namun, hal itu dibantah oleh para ahli (hanya 3 ahli dari

Indonesia yang mendukung gempa yogya sebagai penyebab utama), bahwa gempa di

Yogyakarta yang terjadi karena pergeseran Sesar Opak tidak berhubungan dengan Surabaya. Argumenliquefaction lemah karena biasanya terjadi pada lapisan dangkal, yakni

pada sedimen yang ada pasir-lempung, bukan pada kedalaman 2.000-6.000 kaki. Lagipula,

dengan merujuk gempa di California (1989) yang berkekuatan 6.9 Mw, dengan radius terjauh

likuifaksi terjadi pada jarak 110 km dari episenter gempa, maka karena gempa Yogya lebih

kecil yaitu 6.3 Mw seharusnya radius terjauh likuifaksi kurang dari 110 Km. Akhirnya,

kesalahan prosedural yang mengemuka, seperti dugaan lubang galian belum sempat

disumbat dengan cairan beton sebagai sampul. Hal itu diakui bahwa semburan gas Lapindo

disebabkan pecahnya formasi sumur pengeboran.Sesuai dengan desain awalnya, Lapindo

harus sudah memasang casing 30 inchi pada kedalaman 150 kaki, casing 20 inchi pada 1195

kaki, casing (liner) 16 inchi pada 2385 kaki dancasing 13-3/8 inchi pada 3580 kaki. Ketika

Lapindo mengebor lapisan bumi dari kedalaman 3580 kaki sampai ke 9297 kaki, mereka

belum memasang casing 9-5/8 inci. Akhirnya, sumur menembus satu zona bertekanan tinggi

(8)

Sesuai

dengan prosedur standar, operasi pemboran dihentikan, perangkap Blow Out Preventer

(BOP) di rig segera ditutup & segera dipompakan lumpur pemboran berdensitas berat ke

dalam sumur dengan tujuan mematikan kick. Namun, dari informasi di lapangan, BOP telah

pecah sebelum terjadi semburan lumpur. Jika hal itu benar maka telah terjadi kesalahan

teknis dalam pengeboran yang berarti pula telah terjadi kesalahan pada prosedur operasional

standar.

Kesalahan teknis dalam prosedur operasional standar tentu sangat fatal apalagi dilakukan oleh perusahaan sebesar PT. Lapindo Brantas. Hal ini jelas tidak mengindahkan

kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan para penduduk di sekitar luapan lumpur yang

mendapat kerugian besar karenanya (secara rinci diuraikan di bagian Dampak Lumpur

Lapindo)

Dampak Lumpur Lapindo

Semburan lumpur panas yang mengeluarkan lumpur setiap harinya serta volume lumpur yang semakin hari semakin banyak, sehingga lumpur meluber kemana-mana. Hal ini

menyebabkan kerugian besar yaitu :

1. Banyak petani kehilangan ladangnya, sawah yang terendam tidak dapat ditanami kembali

karena tidak subur lagi. Petani jelas berkurang kesejahteraannya karena lapangan pekerjaan

mereka telah rusak oleh lumpur yang meluap.

2. Banyak rumah penduduk yang terendam lumpur panas, rumah yang terendam tidak dapat

ditempati lagi. Hal ini merupakan dampak pada kesejahteraan publik.

3. Banyak sektor pendidikan terancam lumpur sehingga para siswa dipindahkan ke sekolah

yang aman dari luberan lumpur. Sektor ini juga merupakan pelanggaran etika kesejahteraan

publik yang dilanggar oleh PT Lapindo Brantas

4. Banyaknya industri yang tutup, misalnya pabrik minuman, pabrik minyak wangi, pabrik

kerupuk, pabrik payung tradisional, pabrik sabun, pabrik jam, dan industri yang lain.

5. Banyak pengangguran, akibat semburan lumpur pabrik-pabrik ditutup karena takut adanya

(9)

juga tidak

dicermati sehingga berdampak ke berkurangnya kesejahteraan masyarakat, yaitu masyarakat

yang menganggur karena pabrik-pabrik yang ditutup.

6. Bau gas yang berasal dari lumpur panas membuat sesak nafas, dan kerusakan di saluran

pernapasan. Ini merupakan pelanggaran kode etik, yaitu kesehatan publik. Sumber:

KOMPAS Senin, 24 Juli 2006

http://agorsiloku.wordpress.com/2006/07/26/mengapa-lumpur-panas-menyembur/ http://saragusti22.wordpress.com/2013/01/21/tragedi-lumpur-lapindo/

slideplayer.info

1 KODE ETIK dan CARA

PENYELESAIAN

PELANGGARANNYA Dr. Ir. Sri

Sunarjono Dosen Magister Teknik

Sipil UMS Hp ETIKA.

1 1 KODE ETIK dan CARA PENYELESAIAN PELANGGARANNYA Dr. Ir. Sri Sunarjono Dosen Magister Teknik Sipil UMS Hp ETIKA PROFESI

2 2 KODE ETIK  Kode etik merupakan kerangka kerja penilaian etika bagi seorang profesional yg dpt berfungsi untuk pengambilan keputusan yg etis.  Kode etik bukanlah dokumen hukum. Seseorang tidak bisa ditangkap karena melanggar kode etik.

3 3 KODE ETIK  Kode etik bukan merupakan pembentukan tata nilai/ etika/ moral baru.  Kode etik cenderung diarahkan untuk menunjukkan cara penerapan tata nilai/ etika/ moral yang sudah ada dalam lingkungan masyarakat.

4 4 ORGANISASI ENJINIRING  PII (Persatuan Insinyur Indonesia), IEI (The Institution of Engineers Indonesia)  ASCE (American Society of Civil

Engineers)  ASME (American Society of Mechanical Engineers)  NSPE (National Society of Professional Engineers)  IEEE (The Institute of Electrical

(10)

and Electronics Engineers)  IPEJ (The Institution of Professional Engineers, Japan)  HKIE (The Hong Kong Institution of Engineers)

5 5 KODE ETIK PII CATUR KARSA SAPTA DHARMA INSINYUR INDONESIA

6 6 CATUR KARSA Insinyur Indonesia PRINSIP-PRINSIP DASAR 1. Mengutamakan keluhuran budi. 2. Menggunakan pengetahuan dan

kemampuannya untuk kepentingan kesejahteraan umat manusia. 3. Bekerja secara sungguh-sungguh untuk kepentingan masyarakat, sesuai dengan tugas dan

tanggungjawabnya. 4. Meningkatkan kompetensi dan martabat berdasarkan keahlian profesional keinsinyuran.

7 7 SAPTA DHARMA Insinyur Indonesia: Tujuh Tuntunan Sikap 1. Senantiasa mengutamakan keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan masyarakat. 2.

Senantiasa bekerja sesuai dengan kompetensinya. 3. Hanya menyatakan pendapat yang dapat dipertanggungjawabkan. 4. Senantiasa menghindari terjadinya

pertentangan kepentingan dalam tanggung- jawab tugasnya.

8 8 5. Senantiasa membangun reputasi profesi berdasarkan kemampuan masing- masing. 6. Senantiasa memegang teguh kehormatan, integritas dan martabat profesi. 7. Senantiasa mengembangkan kemampuan profesionalnya. SAPTA DHARMA Insinyur Indonesia: Tujuh Tuntunan Sikap

9 9 KODE ETIK ASCE Prinsip-prinsip dasar Insinyur mendukung dan

meningkatkan integritas, reputasi, dan kehormatan profesi enjiniring dengan:  Menggunakan pengetahuan dan keahliannya untuk peningkatan kesejahteraan manusia  Jujur dan tidak berpihak serta melayani publik, perusahaan dan kliennya dengan penuh kesetiaan  Berusaha meningkatkan kompetensi dan kebanggaan profesi enjiniring dan mendukung organisasi profesional dan organisasi enjiniring disiplin ilmunya.

10 10 KODE ETIK ASCE Kode etik dasar  Insinyur harus mengutamakan keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan umum dalam mengerjakan tugas professionalnya.  Insinyur hanya boleh memberikan pelayanan dalam bidang kompetensinya.  Insinyur hanya boleh mengeluarkan pernyataan publik secara obyektif dan terpercaya.  Insinyur harus bertindak secara profesional untuk masing-masing perusahaan atau kliennya sebagai orang yang dapat diandalkan dan terpercaya, dan harus menghindari konflik kepentingan.

11 11 KODE ETIK ASCE Kode etik dasar  Insinyur harus membangun reputasi profesionalnya dengan memberikan pelayanan terbaik dan tidak boleh bersaing secara tidak jujur dengan insinyur lain.  Insinyur harus bertindak sedemikian rupa untuk mendukung dan meningkatkan reputasi, integritas, dan kehormatan profesi enjiniring.  Insinyur harus melanjutkan perkembangan profesionalnya

(11)

disepanjang karirnya, dan harus memberikan kesempatan bagi perkembangan profesional para insinyur yang berada dibawah pengawasannya.

12 12 KONFLIK INTERNAL DLM KODE “Seorang pemberi kerja meminta dan memerintahkan seorang insinyur untuk mengimplementasikan sebuah desain yang dirasa tidak aman oleh insinyur itu”.  Klausul dalam prinsip-prinsip dasar “Jujur dan tidak berpihak serta melayani publik, perusahaan dan kliennya dengan penuh kesetiaan”.  Klausul dalam kode etik dasar ” Insinyur harus mengutamakan keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan umum dalam mengerjakan tugas professionalnya”.

13 13 DISKUSI KASUS-KASUS PELANGGARAN KODE ETIK Kasus Beton Landasan Pacu di Bandara Internasional Denver  Konstruksi beton digunakan untuk runway (landasan pacu), taxiway (landasan parkir), dan apron (tempat parkir pesawat) bandara.  Kontraktor pelaksana adalah perusahaan “3B” dengan menggunakan 2 subkontraktor.  Kontraktor mengubah komposisi beton untuk runway dan apron dengan memperbanyak kerikil, air dan pasir (jumlah semen menjadi sedikit) dengan tujuan untuk mendapatkan tambahan keuntungan. 14 14 DISKUSI KASUS-KASUS PELANGGARAN KODE ETIK DENVER INTERNATIONAL AIRPORT At Denver Colorado USA The largest interntional airport in the USA Size 140 km2, passangers per day

15 15 DISKUSI KASUS-KASUS PELANGGARAN KODE ETIK Kasus Beton Landasan Pacu di Bandara Internasional Denver Dua subkontraktor mengajukan tuntutan hukum melawan kontraktor yang mengerjakan perkerasan runway. Subkontraktor yang bertugas mensuplai material kerikil dan pasir mengklaim belum dibayar oleh kontraktor 3B karena pembayaran saat itu dapat meninggalkan jejak penggunaan material dan komposisi beton yang tidak layak.

16 16 DISKUSI KASUS-KASUS PELANGGARAN KODE ETIK Kasus Beton Landasan Pacu di Bandara Internasional Denver Mutu beton kemudian dicheck oleh konsultan independen dan ternyata hasilnya menunjukkan bahwa beton runway mempunyai kekuatan mutu yang benar. Subkontraktor menyatakan bahwa mutu beton yang tidak tepat dapat menghasilkan kekuatan uji yang benar namun akan menghasilkan umur konstruksi yang lebih pendek.

17 17 DISKUSI KASUS-KASUS PELANGGARAN KODE ETIK Kasus Beton Landasan Pacu di Bandara Internasional Denver Selanjutnya hasil penyelidikan kejaksaan menyatakan bahwa laporan inspeksi runway dipalsukan selama

pelaksanaan konstruksi. Laporan pengujian beton di laboratorium telah dipalsukan untuk menyembunyikan beberapa hasil uji yang tidak masuk spesifikasi.

18 18 DISKUSI KASUS-KASUS PELANGGARAN KODE ETIK Kasus Beton Landasan Pacu di Bandara Internasional Denver Karyawan laboratorium

(12)

laboratorium tersebut. Jika hasil suatu pengujian tidak konsisten dengan hasil pengujian yang lain, maka hasilnya akan diubah untuk menutupi perbedaan 19 19 DISKUSI KASUS-KASUS PELANGGARAN KODE ETIK Kasus Beton Landasan Pacu di Bandara Internasional Denver Dalam hasil uji laboratorium juga ditemukan bahwa kekuatan beton pada umur 7 hari lebih tinggi daripada umur 28 hari. Karyawan laboratorium mengindikasikan bahwa hasil uji 7 hari telah diubah untuk membuat beton tampak lebih kuat dari keadaan sebenarnya.

20 20 DISKUSI KASUS-KASUS PELANGGARAN KODE ETIK Kasus Beton Landasan Pacu di Bandara Internasional Denver Muncul pertanyaan, “dengan operasi pengadukan beton yang diawasi secara ketat dan rutin, bagaimana kontraktor 3B dapat melakukan pengurangan kandungan semen dalam beton?” Seorang operator kontraktor menjelaskan bahwa mereka mendapat informasi tentang inspeksi yang akan diadakan. Ketika pengawasan datang mereka menggunakan komposisi yang benar sehingga beton tampak diformulasikan dengan benar. Seorang operator komputer juga mengakui bahwa dia diperintahkan untuk memasukkan data kandungan air yang negatif sehingga akan muncul hasil kebutuhan semen yang lebih sedikit.

21 21 DISKUSI KASUS-KASUS PELANGGARAN KODE ETIK Kasus Beton Landasan Pacu di Bandara Internasional Denver Kontraktor 3B mengklaim bahwa owner proyek masih berhutang karena pembayaran belum penuh. Owner

berarqumentasi bahwa pengurangan pembayaran dilakukan untuk mutu beton yang tidak sesuai spesifikasi. Namun kontraktor berdalih bahwa hasil uji laboratorium salah dan tidak ada masalah apapun dengan konstruksi beton. Setelah runway bandara dioperasikan bertahun-tahun tidak muncul masalah terkait dengan kekuatan beton runway.

22 22 DISKUSI KASUS-KASUS PELANGGARAN KODE ETIK Kasus Beton Landasan Pacu di Bandara Internasional Denver CONTOH PERTANYAAN Buatlah analisa terhadap tindakan operator tempat pengadukan beton dan pengujian laboratorium dengan menggunakan butir-butir kode etik ASCE. Apakah mengubah data merupakan penggunaan penilaian enjiniring yang tepat? Alternatif apa yang ada untuk mengubah data uji beton?

Referensi

Dokumen terkait

Misalnya yang melakukan pelanggaran adalah keluarga atau dekat hubungan kekerabatannya dengan pihak yang berwenang memberikan sanksi terhadap pelanggaran kode etik pada suatu

Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan di perusahan pers Harian Fajar Makassarmaka ada beberapa bentuk pelanggaran Kode Etik Jurnalistik yang dilakukan oleh para

Informasi yang berhasil dihimpun menyebutkan, salah seorang oknum polisi yang dilaporkan. memperkosa tersebut saat ini masih menunggu putusan PTDH atas berbagai

Kasus pelanggaran kode etik dalam pembuatan surat kuasa sering terjadi pada masyarakat yang kurang mampu, terutama pada kasus yang kurang mendapatkan perhatian serius sehingga

Bedasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan pertama: Bahwa Proses penyelesaian terhadap Advokat yang melakukan pelanggaran kode etik, melalui pengaduan terhadap

Rapat pleno senat menghasilkan rekomendasi kepada ketua senat mengenai bentuk sanksi/ solusi atas pelanggaran kode etik tersebut.. Ketua senat fakultas melaksanakan rekomendasi

SANKSI Seperti diketahui bahwa pelanggaran atau penyimpangan dari apa yang tetera dalam Kode Etik dan Kaidah dan Tata Laku Profesi IAI tidak ada sangsi hukumnya, yang ada adalah

Hasil penelitian yaitu pelanggaran yang diberikan kepada Advokat tidak hanya mengacu pada UU no 18 tahun 2003 akan tetapi diatur pada Kode Etik Advokat yang dimana pada pasal 16 1 Kode