• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PEDAGANG DI PASAR GODEAN KECAMATAN GODEAN KABUPATEN SLEMAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PEDAGANG DI PASAR GODEAN KECAMATAN GODEAN KABUPATEN SLEMAN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1

KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PEDAGANG

DI PASAR GODEAN KECAMATAN GODEAN KABUPATEN

SLEMAN

SOCIAL AND ECONOMICS CONDITIONS OF HOUSEHOLD TRADERS IN GODEAN TRADITIONAL MARKET GODEAN SUBDISTRIC SLEMAN DISTRICT

Oleh: Citra Hermayanti, Program Studi Pendidikan Geografi Universitas Negeri Yogyakarta.

4002.citrahermayanti.selasa.7@gmail.com ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Kondisi sosial ekonomi rumah tangga pedagang di Pasar Godean; 2) Persebaran daerah asal pedagang; 3) Kontribusi pendapatan pedagang terhadap total pendapatan rumah tangga. Penelitian deskriptif kuantitatif dengan populasi sebanyak 1.782 dan sampel sebesar 95 pedagang di Pasar Godean. Penentuan besar sampel penelitian menggunakan rumus Slovin dan teknik penentuan sampel menggunakan proposional random sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik pengolahan data menggunakan editing, coding, dan tabulasi. Teknik analisis data digunakan analisis deskriptif kuantitatif menggunakan tabel frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan 1) kondisi sosial ekonomi rumah tangga pedagang; (a) 80% umur responden berada pada umur produktif (15 sampai 64 tahun) dan sebagian besar (89,47%) responden berjenis kelamin perempuan, (b) 44,21% responden mempunyai anggota rumah tangga yang masih sekolah, (c) 61,05% responden memiliki jumlah ART berada dalam kisaran tiga sampai empat orang, (d) kondisi perumahan semua responden sudah layak huni, (e) 91,58% responden bermatapencaharian pokok sebagai pedagang dengan pendapatan sebulan Rp 300.000,00-Rp 12.000.000,00, (f) 72,63% anggota rumah tangga responden memiliki pendapatan > Rp 3.620.000, (g) distribusi pendapatan menurut jenis barang dagangan bervariasi, (h) semua responden memiliki TV/radio dan perhiasan dan 31,58% memiliki lahan sawah 2) 45,26% responden berasal dari Kecamatan Godean 3) (a) kontribusi total dari seluruh responden terhadap total pendapatan rumah tangga adalah sebesar 39,74 persen termasuk ke dalam golongan rendah, (b) kontribusi pendapatan responden terhadap total pendapatan rumah tangga berada pada kisaran 25%-50% termasuk ke dalam golongan rendah.

Kata kunci: kondisi sosial ekonomi, rumah tangga pedagang, kontribusi

(2)

2 ABSTRACK

This research aims to detemine: 1) Social and Economics conditions of household traders in Godean Traditional Market; 2) The spreads of traders’s territory; 3) The income contribution of traders to total household income. This research was a quantitative descriptive. The population as many as 1.728 and the sample as many as 90 traders in Godean traditional market. The determination of sample used Slovin formula and the technique of determination sample used proposional random sampling. Data collection technique used observation, interviews, and documentation. Technique of data processing uses editing, coding, and tabulation methode. The technique analysis data used frequency tables. The result of this research show 1) social and economic condition of household traders; (a) 80% of the age respondents were productive age (15th-64rd years old) and 89,74% respondents were female, (b) 44,21% of respondents had household member who went to school, (c) 61,05% of respondents had total household member between three to four, (d) the condition of respondents house was habitable, (e) 91,58% of respondents were traders who had income Rp 300.000,00-Rp 12.000.000,00 each month, (f) 72,63% respondents’s household member had income > Rp 3.620.000, (g) the distribution of income according to the kind of trade highly variable, (h) respondents had a TV/radio and jewelry and 31,58% of respondent had field rice 2) 45,26% of respondents’s territory from Godean Subdistric 3) (a) total contribution of all respondets to total income of household was 34,74%, included in low categories (b) contribution of respondents’s income to total household income was on 25%-50%, that was included in low categories.

(3)

3 I. PENDAHULUAN

Seiring perkembangan jaman dan semakin meningkatnya kebutuhan dalam berbagai macam sektor kehidupan seperti pendidikan, teknologi, ekonomi dan sebagainya masyarakat berlomba-lomba untuk mendapatkan penghasilan yang lebih daripada penghasilan yang sebelumnya. Masyarakat tidak hanya mengandalkan satu mata pencaharian, bahkan dewasa ini mulai berani meninggalkan mata pencaharian yang dinilai kurang mencukupi kebutuhan hidup seperti yang ada di sektor pertanian.

Mata pencaharian di sektor pertanian yang awalnya dianggap mampu menopang hidup sebagian masyarakat Indonesia semakin berkurang peminatnya. Menurut hasil Sensus Pertanian Tahun 2013 yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukan bahwa jumlah rumah tangga usaha pertanian di Indonesia tahun 2013 mengalami penurunan dibandingkan pada tahun 2003, dijelaskan pada Tabel 1.

Tabel 1. Rumah Tangga Usaha Pertanian di Indonesia pada Tahun 2003 dan 2013

No

Golongan Luas Lahan (m2)

Rumah Tangga Usaha Pertanian 2003 2013 1 < 1000 9.380.300 4.338.549 2 1000-1999 3.602.348 3.550.180 3 2000-4999 6.816.943 6.733.362 4 5000-9999 4.782.812 4.555.073 5 10000-19999 3.661.529 3.725.849 6 20000-29999 1.678.356 1.623.428 7 ≥ 300000 1.309.896 1.608.728 Jumlah: 31.232.184 26.135.469 Sumber: www.st2013.bps.go.id

Menurunnya jumlah rumah tangga pertanian otomatis mengakibatkan tidak terserapnya angkatan kerja pada sektor pertanian di Indonesia, sehingga pemerintah menghimbau pada masyarakat untuk menciptakan lapangan kerja secara mandiri. Bagi masyarakat Indonesia khususnya aktivitas di luar sektor pertanian bukan hal yang baru karena masih mengenal pasar tradisional yang dapat digunakan untuk berdagang.

Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2007 Tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan

(4)

4 Toko Modern pada Bab 1 Pasal 1 disebutkan bahwa

“Pasar Tradisional merupakan pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengaan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los, dan tenda yang dimiliki atau dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil, dan dengan proses jual beli barang dagangan dengan melalui tawar menawar. Pasar tradisional kebanyakan menjual kebutuhan hidup sehari-hari seperti sayuran, buah, ikan, daging, telur, perkakas rumah tangga, kain, pakaian, barang elektronik, jasa dan sebagainya”

Kualitas barang atau jasa yang ditawarkan di pasar tradisional tidak kalah dengan kualitas barang atau jasa yang ditawarkan di toko-toko modern atau tempat lainnya. Pasar tradisional biasanya terletak di sekitar pusat pemukiman atau jalan arteri agar memudahkan masyarakat untuk mencapai pasar.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya pasar tradisional sebenarnya banyak sekali keuntungan yang didapat oleh masyarakat. Pasar tradisional juga memegang peranan penting dalam roda perekonomian masyarakat Indonesia

karena memberikan pelayanan dalam pemenuhan kebutuhan hidup dan berpengaruh dalam penyerapan angkatan kerja serta membantu meningkatkan pendapatan.

Sektor perdagangan ini ternyata diminati oleh masyarakat Kecamatan Godean dan sekitar, karena di wilayah tersebut terdapat masalah ketenagakerjaan. Keterbatasan lapangan pekerjaan merupakan faktor utama dari masalah tersebut, walaupun di Kecamatan Godean banyak terdapat industri genting tetapi belum mampu menyerap angkatan kerja. Sebagaimana yang dihimbau oleh pemerintah dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidup dan menciptakan usaha di luar sektor pertanian, masyarakat di Kecamatan Godean dan sekitarnya melakukan kegiatan berdagang. Sebagian besar masyarakat Kecamatan Godean melakukan kegiatan berdagang di Pasar Godean yang terletak di Desa Sidoagung. Pasar Godean termasuk ke dalam pasar tradisional yang secara keseluruhan mencakup wilayah seluas 8000 m². Luas ini terdiri dari bangunan permanen kios, los, los sementara dan fasilitas umum. Kios atau toko dibedakan dalam beberapa kelas dari kelas I sampai

(5)

5 III tergantung dari strategis tidaknya letak kios tersebut (sumber: Kantor Pengelola Pasar Godean 2015). Pasar tradisional ini berlokasi di Jalan Godean Km 10 Desa Sidoagung Kecamatan Godean Kabupaten Sleman Yogyakarta, sehingga mempunyai keunggulan yaitu lokasi yang sangat mudah dijangkau karena dilewati dua jalur bus yang berbeda (jalur 6 bus pemuda dan jalur yogya-kenteng bus prayogo), disamping letaknya yang strategis karena terletak di kota kecamatan. Berdasarkan keunggulan-keunggulan tersebut maka, Pasar Godean menjadi andalan bagi masyarakat Kecamatan Godean dan sekitarnya untuk memasarkan dan mendapatkan barang kebutuhan hidup sehari-hari.

Perkembangan fisik Pasar Godean dari tahun ke tahun stagnan atau tidak banyak mengalami perubahan jika dilihat dari kondisi fisiknya seperti luas wilayah pasar, jumlah kios atau los dan fasilitas umum lainnya. Hanya pada tahun 2013 pihak Dinas Pasar Kabupaten Sleman melakukan penataan bagi pedagang makanan khas setempat (belut goreng) dan pedagang “klithikan” barang bekas (sumber: Kantor Pengelola Pasar Godean). Penataan tersebut dilakukan

karena jumlah pedagang makanan khas setempat dan pedagang “klithikan” (barang bekas) semakin banyak dan mengganggu arus lalulintas di sekitar Pasar Godean. Pedagang makanan khas setempat direlokasi ke gedung bekas Kecamatan Godean sedangkan pedagang “klithikan” barang bekas direlokasi ke depan lapangan Ahmad Yani Godean.

Pasar Godean saat ini masih menjadi salah satu pusat kegiatan ekonomi bagi masyarakat di Kecamatan Godean dan sekitarnya, walaupun tidak semua masyarakat (sebagai pembeli atau konsumen) di Kecamatan Godean dan sekitar memanfaatkan keberadaan pasar tradisional tersebut. Berbagai macam faktor menjadi penyebabnya, seperti kebersihan tempat, kenyamanan dan keamanan saat berbelanja, gengsi serta keraguan terhadap kualitas barang dan jasa yang ditawarkan. Semakin banyaknya keberadaan toko-toko modern di sekitar pasar juga mempengaruhi hal tersebut, sehingga tidak terkecuali bagi rumah tangga pedagang Pasar Godean yang terkena imbasnya. Seiring dengan perkembangan jaman tuntutan ekonomi di kalangan pedagang di Pasar Godean juga semakin meningkat. Tuntutan ekonomi yang semakin meningkat di

(6)

6 kalangan pedagang sendiri dipengaruhi tidak hanya dari semakin mahalnya biaya kebutuhan sehari-hari melainkan dari biaya pendidikan anak-anak dan biaya untuk kesehatan anggota keluarga. Tuntutan ekonomi di kalangan pedagang dinilai dapat mempengaruhi kondisi sosial ekonomi rumah tangga pedagang tersebut.

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Kondisi Sosial Ekonomi Rumah Tangga Pedagang di Pasar Godean Kecamatan Godean Kabupaten Sleman”.

II. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian deksriptif lebih mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang diberikan interprestasi atau analisis. Penelitian ini berada di Pasar Godean Desa Sidoagung Kecamatan Godean Kabupaten Sleman. Waktu penelitian mulai Desember 2014 sampai Mei 2015. Variabel penelitian ini adalah besar

kondisi sosial ekonomi, persebaran daerah asal pedagang, dan tingkat kontribusi pendapatan pedagang dari usaha dagang terhadap total pendapatan rumah tangga. Populasi penelitian sebanyak 1.728 jiwa dan sampel 95 jiwa. Teknik pengolahan data dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data disajikan dalam bentuk angka pada tabel frekuensi.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian

1. Kondisi Fisografis

a. Letak, Luas, dan Batas Wilayah Pasar Godean merupakan salah satu pasar tradisional yang terletak di Kecamatan Godean. Kecamatan Godean merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara astronomis Kecamatan Godean terletak di 07˚57’ Lintang Selatan dan 110˚20’ Bujur Timur, 16 kilometer dari ibu kota kabupaten dan 11 kilometer dari ibu kota provinsi dan dapat ditempuh tidak terlalu lama dengan akses yang mudah menggunakan bus atau kendaraan pribadi. Kecamatan Godean memiliki luas wilayah

(7)

7 3.550,88 ha berbatasan dengan wilayah sebagai berikut:

Utara : Kecamatan Seyegan dan Mlati

Timur : Kecamatan Gamping Selatan : Kecamatan Moyudan dan Sedayu

Barat : Kecamatan Minggir dan Moyudan

b. Tata Guna Lahan

Tata guna lahan di Kecamatan Godean sangat bervariasi, kurang lebih 57,29 persen lahan di Kecamatan Godean dimanfaatkan untuk pertanian. Pertanian di wilayah ini bersifat pertanian irigasi teknis dan irigasi setengah teknis, sedangkan 30,96 persen lahan di Kecamatan Godean dimanfaatkan untuk pemukiman warga.

c. Topografi

Kecamatan Godean merupakan dataran rendah berbukit dengan ketinggian kurang lebih 144 mdpl. Bentangan wilayah di Kecamatan Godean hampir semua berupa dataran (98 persen) dan 2 persen perbukitan.

2. Kondisi Demografis

Jumlah penduduk

Kecamatan Godean berdasarkan data Monografi tahun 2014 adalah 64.967 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 183 jiwa/km2 dan rasio beban tanggungan adalah sebesar 50. Cukup banyak (26,51 persen) penduduk Kecamatan Godean termasuk ke dalam umur belum produktif pada tahun 2014.

3. Sarana dan Prasarana

Kecamatan Godean

memiliki prasarana transportasi berupa jalan provinsi sepanjang enam km, jalan kabupaten sepanjang 26.08 km, jalan desa sepanjang 154,25 km dan 44 buah jembatan dalam kondisi baik. Prasarana transportasi yang baik dapat berpengaruh pada kelancaran pembangunan dan pertukaran informasi dari wilayah di sekitarnya. Fasilitas pendidikan sudah tersedia mulai dari Taman Kanak-kanak (TK) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan dalam kondisi baik. Pada setiap desa sudah tersedia Taman Kanak-kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD), sedangkan

(8)

8 untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) hanya ada di kota kecamatan.

Fasilitas kesehatan belum tersedia rumah sakit besar yang memiliki kelengkapan alat kesehatan yang memadai di wilayah ini. Akan tetapi dengan tidak adanya rumah sakit besar tidak akan mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan penduduk di Kecamatan Godean karena disamping banyaknya jumlah dokter praktek dan puskesmas, jarak Kecamatan Godean dengan ibu kota kabupaten dan ibu kota provinsi yang memiliki rumah sakit besar tidak terlalu jauh

B. Hasil dan Pembahasan 1. Profil Pasar

Beberapa pasar di Kabupaten Sleman memiliki keunggulan berupa lokasi yang strategis karena terletak di ruas-ruas jalan utama dan dikelilingi pemukiman penduduk. Pasar Godean terletak di ruas jalan utama Jalan Godean dan menjadi pusat perdagangan bagi wilayah-wilayah Sleman bagian barat dan

sebagian kecil wilayah Kulonprogo. Wilayah-wilayah Sleman bagian barat tersebut yaitu, Kecamatan Minggir, Kecamatan Moyudan dan Kecamatan Seyegan. Pasar Godean terbagi menjadi tiga tempat yaitu pasar induk, pasar sentra belut, dan pasar hewan. Sarana dan prasarana di Pasar Godean sudah lengkap dan memadai.

Pedagang Pasar Godean tidak hanya berasal dari wilayah Kecamatan Godean saja, akan tetapi juga berasal dari Kecamatan Minggir, Moyudan, Seyegan, Gamping, dan Mlati. Ada juga pedagang dari luar wilayah Kabupaten Sleman seperti, Kabupaten Kulonprogo, Bantul dan Kota Yogyakarta (sumber: Data Primer 2015). Pedagang Pasar Godean digolongkan menjadi tiga golongan yaitu, golongan I (logam mulia, permata, sepeda motor, mebel, agen tiket, ekspedisi, jasa money changer, keuangan dan perkantoran), golongan II (handphone, elektronik, kerajinan

(9)

9 perak, material bangunan, besi/kaca, apotek, toko obat, sepeda, dan onderdil), dan golongan III (pakaian, sandal/sepatu, pupuk dan obat-obatan, alat rumah tangga, kelontong (sembako), sayur mayur, buah, daging, dan sebagainya) (sumber: Kantor Pengelola Pasar Godean 2015).

2. Karakteristik Responden a. Umur dan Jenis Kelamin

Sebagian besar responden (79,80 persen) berada pada umur antara 25 tahun sampai 64 tahun. Sebagian kecil (20,02 persen ) responden berada pada umur antara 65 tahun sampai 75 tahun ke atas. Berdasarkan jenis kelamin yang menjadi responden sebagian besar perempuan (89,47 persen) dan sebagian kecil laki-laki (10,52 persen).

b. Status Perkawinan

Sebagian besar responden berstatus kawin (96,85 persen), sedangkan

sangat sedikit (3,15 persen) berstatus janda atau duda. c. Tingkat Pendidikan

Responden

Cukup banyak

responden (45,26 persen) tamat SMA. Responden tamat SMP sebanyak 25,27% ,sebagian kecil (12,63 persen) responden tidak bersekolah, dan hanya sedikit responden yang tamat SD dan D3/S1 masing-masing sebanyak 9,47 persen dan 7,37 persen. Hal ini menunjukan bahwa pedagang di Pasar Godean telah menempuh pendidikan wajib belajar 9 tahun.

d. Jumlah Anggota Rumah Tangga Responden

Jumlah responden yang memiliki anggota rumah tangga dalam kisaran tiga sampai empat orang tergolong banyak (61,05 persen). Responden dengan jumlah anggota rumah tangga dalam kisaran satu sampai dua orang cukup banyak (31,58 persen), kisaran lima sampai enam orang sangat

(10)

10 sedikit (6,32 persen), dan dengan jumlah lebih dari atau sama dengan tujuh orang juga sangat sedikit (1,05 persen). Anggota rumah tangga biasanya terdiri dari suami, istri, anak, adik, cucu, dan kakak dari responden.

e. Jenis Barang Dagangan Responden

Jenis barang dagangan responden terbesar adalah kelontong dan sembako sebesar 24,12 persen, disusul dengan pakaian sebesar 15,79 persen dan jenis barang dagangan paling sedikit adalah buah dan daging masing-masing sebesar 2,10 persen.

f. Modal

Asal modal responden berupa uang dan barang. Responden sebesar 72,63 persen memiliki modal yang berasal modal sendiri dan sebagian kecil (23,16 persen) responden memiliki modal yang berasal dari pinjaman. Modal yang berasal dari pinjaman biasanya didapat

dari Bank, Koperasi, atau perseorangan. Sangat sedikit (4,21 persen) asal modal responden lain-lain, biasanya pedagang mendapatkan titipan barang dari orang lain. g. Kendala dalam Berdagang

Banyak responden (63,16 persen) yang mengalami kendala dalam usaha berdagang berupa sepinya pembeli di Pasar Godean. Sepinya pembeli ini dipengaruhi oleh beberapa hal misalnya faktor kebersihan, kenyamanan pasar, harga dan kualitas barang.

h. Jenis Tempat Dasaran Banyak responden (73,68 persen) berjualan di los-los. Sangat sedikit responden (7,37 persen) yang berjualan di kios-kios, dan di los sementara (5,27 persen) sedangkan sebagian kecil responden (13,68 persen) memasarkan barang dagangannya dengan tlasaran.

(11)

11 i. Lama dan Jam Kerja

Responden

Lama bekerja responden dihitung berdasarkan jumlah tahun dari saat memulai usaha berdagang di Pasar Godean sampai penelitian ini dilaksanakan. Sebagian kecil responden (16,83 persen) bekerja 21 sampai 25 tahun dan sangat sedikit responden (8,42 persen) yang bekerja lebih dari 40 tahun.

Selanjutnya seorang pedagang memiliki jam kerja masing-masing agar dapat meningkatkan

pendapatannya. Hampir semua responden (91,58 persen) bekerja selama tujuh sampai 12 jam perharinya, biasanya jenis barang dagangnya adalah pakaian, sandal sepatu, sepeda, dan mainan anak-anak.

j. Alasan Responden Berdagang

Hampir semua

responden (91,58 persen) memilih profesi pedagang

sebagai pekerjaan pokoknya. Sangat sedikit responden memilih profesi ini karena meneruskan usaha dan merupakan pekerjaan sampingan. k. Perkembangan Usaha Dagang Cukup banyak responden (44,21 persen) yang mengalami penurunan , responden yang mengalami kestabilan sebesar 79 persen, sedangkan sebagian kecil responden (20 persen) mengalami kenaikan.

Perkembangan usaha dagang dapat dilihat dari jenis barang dagang yang dijual, jam kerja dan pendapatan responden. Contoh nyata penurunan pendapatan terdapat pada pedagang kelontong, sembako, dan pakaian sedangkan untuk pedagang buah dan sayur rata-rata pendapatanya tetap.

(12)

12 3. Kondisi Sosial Ekonomi

Rumah Tangga Responden Kondisi sosial dapat dilihat dari kondisi demografis, sebagian besar (80 persen) umur pedagang berada pada umur produktif (15 sampai 64 tahun). Pedagang di Pasar Godean sebagian besar (89,47 persen) didominasi oleh pedagang berjenis kelamin perempuan.

Sebagian besar (85,43 persen) umur anggota rumah tangga lainnya berada pada umur produktif (15 sampai 60 tahun). Dalam penelitian ini ada sebanyak 42 responden yang mempunyai anggota rumah tangga yang masih sekolah. Sebagian besar responden (93 persen) yang tidak mengalami hambatan. Kondisi perumahan responden hampir semua layak huni.

Kondisi ekonomi dapat dilihat dari mata pencaharian, hampir semua (95,70 persen) responden menjadikan pedagang sebagai pekerjaan

pokok. Dilihat dari pendapatan rumah tangga responden yaitu pendapatan dari usaha dagang hampir semua (91,58 persen) pendapatan responden perbulan sebesar kurang dari Rp 3.900.000,00. Dapat disimpulkan bahwa pendapatan responden sebagai pedagang tergolong rendah, dengan distribusi pendapatan responden menurut jenis barang dagangnya berbeda-beda, untuk pendapatan kurang dari Rp 3.900.000,00 cukup banyak (28,42 persen) didominasi oleh jenis barang dagang makanan, pendapatan non usaha dagang (Rp 200.000,00 sampai Rp 2.500.000,00). Pendapatan anggota rumah tangga (terendah adalah Rp 150.000,00 sedangkan yang tertinggi adalah Rp 11.000.000,00), dan total pendapatan rumah tangga sebagian kecil (24,22 persen) berada pada kisaran Rp

(13)

13 5.400.000,00 sampai Rp 10.800.000,00.

Dilihat dari

kepemilikan barang berharga, hampir semua responden memiliki perhiasan dan TV/radio. Sebagian besar (90 persen) responden memiliki lahan sawah dengan status milik sendiri dan banyak (63,15 persen) responden yang memiliki hewan ternak berupa unggas.

4. Persebaran Daerah Asal Pedagang

Daerah asal responden cukup banyak (45,26 persen) dari Kecamatan Godean. Hal itu menunjukan bahwa jarak merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pesebaran daerah asal responden. Pedagang di Pasar Godean juga ada yang berasal dari Kecamatan Sedayu dan Kalibawang yang terletak di luar Kabupaten Sleman.

5. Kontribusi Pendapatan Pedagang dari Usaha Dagang terhadap Total Pendapatan Rumah Tangga.

Kontribusi total dari seluruh responden terhadap total pendapatan rumah tangga adalah sebesar 39,74% atau berada dalam kategori rendah. Cukup banyak (38,95 persen) responden menyumbangkan pendapatan dari usaha dagang sebesar 25 persen sampai 50 persen terhadap total pendapatan rumah tangga.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

1. Kondisi Sosial Ekonomi Rumah Tangga Pedagang

a. Kondisi Sosial Rumah Tangga Pedagang

Sebagian besar (80 persen) umur pedagang berada pada umur produktif (15 sampai 64 tahun). Pedagang di Pasar Godean sebagian besar (89,47 persen) didominasi oleh pedagang

(14)

14 berjenis kelamin perempuan. Sebagian besar (85,43 persen) umur anggota rumah tangga lainnya berada pada umur produktif (15 sampai 604tahun). Jenis kelamin anggota rumah tangga lainnya banyak (51,45 persen) didominasi oleh perempuan.

Cukup banyak (44,21 persen) responden mempunyai anggota rumah tangga yang masih sekolah dan sebagian besar responden tidak mengalami hambatan dalam pendidikan anggota rumah tangganya. Banyak (61,05 persen) responden memiliki jumlah anggota rumah tangga berada dalam kisaran tiga sampai empat orang .Seluruh responden memiliki rumah layak huni dengan sebagian besar (90,53 persen) status kepemilikan milik sendiri.

b. Kondisi Ekonomi Rumah Tangga Pedagang

Seluruh responden menjadikan profesi pedagang sebagai pekerjaan pokok dan

hanya ada empat responden yang memiliki pekerjaan sampingan. Hampir semua (91,58 persen) responden dalam usaha dagang mendapatkan pendapatan kurang dari Rp 3.900.000,00 termasuk dalam kategori rendah, sedangkan cukup banyak (73,68 persen) total pendapatan rumah tangga responden lebih dari atau

sama dengan Rp

5.400.000,00 termasuk dalam kategori rendah.

Distribusi pendapatan responden menurut jenis barang dagangnya berebeda-berbeda, untuk pendapatan kurang dari Rp 3.900.000,00 cukup banyak (28,42 persen) didominasi oleh jenis barang dagang makanan. Pendapatan pada kisaran Rp 3.900.000,00 sampai Rp 7.600.000,00 sangat sedikit (6,32 persen) responden dengan jenis barang dagang lain-lain (elektronik, sepeda, dsb) dan sangat sedikit (1,05 persen) responden yang mendapatkan

(15)

15 pendapatan lebih dari Rp 7.600.000,00 dengan jenis barang dagang lain-lain (elektronik, sepeda, dsb)

Seluruh responden memiliki fasilitas hiburan (TV/radio) dan perhiasaan serta hampir semua (94,74 persen) responden memiliki alat transportasi. Sebagian besar (90 persen) responden memiliki lahan sawah dengan status milik sendiri dan banyak (63,15 persen) responden yang memiliki hewan ternak berupa unggas. 2. Persebaran Daerah Asal

Pedagang

Daerah asal responden cukup banyak (45,26 persen) dari Kecamatan Godean. Sebagian kecil (18,95 persen) responden berasal dari Kecamatan Seyegan, menandakan bahwa pedagang Pasar Godean tidak hanya berasal dari Kecamatan Godean. Pedagang di Pasar Godean juga ada yang berasal dari Kecamatan Sedayu dan Kalibawang yang terletak di luar Kabupaten Sleman.

3. Kontribusi Pendapatan Responden Dari Usaha Dagang Terhadap Total Pendapatan Rumah Tangga.

Kontribusi total dari seluruh responden terhadap total pendapatan rumah tangga adalah sebesar 39,74% atau berada dalam kategori rendah. Cukup banyak (38,95 persen) responden yang menyumbangkan pendapatan dari usaha dagang berada pada kisaran 25 persen sampai 50 persen terhadap total pendapatan rumah tangganya. Hal tersebut menunjukan bahwa kontribusi pendapatan responden sebagai pedagang terhadap total pendapatan rumah tangga tergolong rendah.

B. Saran

1. Bagi Pedagang Pasar Godean

Diperlukan peningkatan kualitas barang dan jasa yang ditawarkan serta kebersihan tempat atau dasaran dalam berdagang, agar memberikan kenyamanan dan kepuasaan kepada pembeli (konsumen)

Yogyakarta, Juni 2015 Dosen Pembimbing

(16)

Gambar

Tabel 1. Rumah Tangga Usaha Pertanian  di Indonesia pada Tahun 2003 dan 2013

Referensi

Dokumen terkait

Pedagang yang mau direlokasi baik di pasar agrobis maupun di pasar modern Babat dimana Kehidupan sosial ekonomi pedagang yang menempati pasar modern Babat

Kondisi hubungan sosial pedagang dengan pedagang yang lebih dulu sudah menempati lokasi berdagang yang baru di Jalan Kembang Kuning dan Pasar Grand Medaeng

tidak tahan dan kurang tahan yang proporsinya cukup besar mencapai 94%, maka kondisi sosial ekonomi rumah tangga petani, dengan umur yang relatif produktif, pendidikan petani

Karakteristik sosial pedagang cenderung tidak mengalami perubahan sejak awal dibangunnya pasar sampai saat ini karena sudah dalam kondisi baik.Karakteristik ekonomi

Karakteristik sosial pedagang cenderung tidak mengalami perubahan sejak awal dibangunnya pasar sampai saat ini karena sudah dalam kondisi baik.Karakteristik ekonomi

tidak tahan dan kurang tahan yang proporsinya cukup besar mencapai 94%, maka kondisi sosial ekonomi rumah tangga petani, dengan umur yang relatif produktif, pendidikan petani

Pedagang yang mau direlokasi baik di pasar agrobis maupun di pasar modern Babat dimana Kehidupan sosial ekonomi pedagang yang menempati pasar modern Babat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) tingkat sosial dan ekonomi rumah tangga di permukiman sekitar Pasar, Terminal, dan Stasiun Gemolong.; (2) kualitas permukiman