273
PENINGKATAN PROFESIONAL GURU SEKOLAH DASAR
MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
REALISTIK INDONESIA (PMRI)
Ratu Ilma Indra Putri
Pendidikan Matematika, FKIP Universitas Sriwijaya Email: ratu.ilma@yahoo.com
ABSTRAK: Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk meningkatkan profesional
guru Sekolah Dasar (SD) melalui pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI); (2) mengetahui kemampuan dan pendapat guru SD setelah diberikan perlakuan. Subjek penelitian adalah 20 orang Kepala Sekolah SD dan 42 orang guru SD se Kabupaten Muara Enim. Prosedur penelitian yang diberikan adalah (1) diberikan materi tentang pendekatan PMRI; (2) diberikan contoh pembelajaran PMRI di kelas melalui kegiatan simulasi; (3) pembuatan perangkat pembelajara PMRI; (4) Ujicoba di sekolah KKG PMRI. Hasil dari penelitian ini (1) menghasilkan 4 Kelompok Kerja Guru PMRI yang masing-masing KKG terdiri dari 5 SD; (2) melalui kegiatan ujicoba di sekolah, terlihat peningkatan kualitas guru melalui pembelajaran PMRI; (3) pendapat guru setelah diberikan penelitian, menunjukkan 90% mengerti materi dan pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan PMRI yang menyenangkan dan bermakna. Selanjutnya 84% guru menyatakan materi PMRI dapat membuat siswa menemukan konsep sendiri. Selain itu 89% menyatakan pendekatan PMRI mampu membuat siswa mampu berargumentasi (mengemukakan pendapat), menanggapi pertanyaan dan jawaban, serta memberikan alasan/bukti jawaban.
Kata Kunci: KKG PMRI, Pendekatan PMRI, Pengembangan profesional, Guru SD
Muara Enim.
Berdasarkan hasil survey di Sekolah Dasar (SD) Negeri di Kabupaten Muara Enim yang terdiri dari 443 SD Negeri, sedangkan SD Negeri di kecamatan Muara Enim dan Tanjung Enim yang terdiri dari 52 sekolah diketahui bahwa guru-guru sering mengalami kendala dalam pembelajaran matemátika. Hal ini terlihat dari tidak mampunya guru mengajarkan matematika yang menarik, dan bermakna. Kesulitan ini semestinya dapat diatasi dengan menguasai materi, dan menggunakan media berupa alat peraga, serta membuat soal-soal pemeca-han masalah yang menggunakan suatu pendekatan yang sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu
Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI).
Pada kenyataannya guru-guru belum pernah membuat materi sendiri, dan tidak selalu menggunakan media yang sesuai sehingga pembelajaran yang terjadi kurang bermakna. Walaupun di kabupaten Muara Enim pernah mengikuti sosialisasi pendekatan PMRI namun ternyata dirasakan sangat kurang bagi guru-guru SD tersebut, sehingga dibutuhkan pelatihan lebih lanjut lagi, khususnya di kecamatan Muara Enim dan Tanjung Enim.
Menurut Zulkardi (dalam Ilma, R. 2010:20), masalah utama yang sering dihadapi dalam pembelajaran matematika
di sekolah yaitu matematika dirasakan sulit oleh siswa karena banyak guru yang mengajarkan matematika dengan materi dan metode yang tidak menarik, dimana guru menerangkan, sementara siswa hanya mencatat.
Sesuai dengan KTSP dimana tertulis bahwa dalam memulai pembela-jaran harus menggunakan konteks. Namun kenyataannya, dalam mengajar guru masih menggunakan ceramah, guru memberikan contoh soal, dan dilanjutkan dengan memberikan latihan. Hal senada juga dinyatakan oleh (Ilma, R., 2010), sesuai dengan peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru yang dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
Berdasarkan hasil wawancara dengan perwakilan dari guru-guru SD Negeri yang tergabung dalam Kelompok Kerja Guru di Kabupaten MuaraEnim Kecamatan Muara Enim dan Tanjung Enim, diketahui bahwa para guru kesulitan saat membuat materi yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa, guru juga mengalami kesulitan bagaimana membuat media berupa alat peraga yang sesuai, mudah didapat, serta murah. Selain itu guru juga kesulitan dalam membuat soal-soal pemecahan masalah.
Berdasarkan analisis situasi di atas, dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang terjadi di 52 SDN se-Kecamatan Muara Enim dan Tanjung Enim di Kabupaten Muara Enim, terlihat bahwa guru-guru di lembaga ini tidak dapat membuat materi yang menggunakan konteks kehidupan sehari-hari berdasarkan pendekatan PMRI, membuat dan menggunakan media yang berupa alat peraga matematika yang mudah dan
murah, serta membuat soal-soal matematika PMRI sehingga pembelajaran yang terjadi di kelas tidak maksimal.
Guru terbiasa menggunakan pen-dekatan tradisional yang menekankan cara
drill and practice atau latihan soal, procedural serta banyak menggunakan
rumus sehingga siswa dilatih mengerjakan soal. Akibatnya bila mereka diberi soal-soal yang berbeda dengan soal-soal latihan akan membuat kesalahan. Mereka tidak terbiasa memecahkan masalah di kehidupan mereka. Setelah itu guru memberi tugas kepada siswa secara individu untuk mengerjakan soal-soal yang ada di buku. Hasil pekerjaan/tugas siswa tersebut dikumpulkan dan atau dinilai oleh guru. Siswa hanya mengetahui hasil akhir yang mereka peroleh, mereka tidak pernah mengetahui proses yang mereka capai.
Dampak dari pembelajaran matematika yang telah dilakukan tersebut cukup besar. Nilai untuk matematika masih rendah; aktivitas siswa kurang tampak pada saat proses pembelajaran berlangsung. Siswa juga kurang berperan dalam kegiatan belajar mengajar karena hanya mencatat yang diberikan guru.
Mencermati kondisi tersebut di atas, setelah berdiskusi dengan Kepala Sekolah dan 2 orang guru dari masing-masing sekolah diketahui bahwa guru membutuhkan pembimbingan dalam hal sebagai berikut:
1) mengembang materi matematika SD menggunakan pendekatan PMRI;
2) menerapkan materi yang sudah dikembangkan di kelas masing-masing berdasarkan analisis kebutuhan;
3) membuat media berupa alat peraga yang sesuai, mudah, dan murah; 4) membuat soal-soal matematika SD
Pesatnya perkembangan PMRI ditandai dengan hasil penelitian bahwa pendekatan PMRI ini dapat meningkatkan minat dan pemahaman siswa di Indonesia dalam belajar matematika baik di level Sekolah Dasar (Armanto, 2002; Fauzan, 2002; Marpaung, 2002). Melalui pende-katan PMRI dapat meningkatkan hasil belajar statistika siswa SMPN 17 Palembang (Ilma, 2003), pengembangan materi pembelajaran bilangan berdasarkan pendidikan matematika realistik untuk siswa kelas V sekolah dasar (Farah Diba, 2009), pendekatan PMRI dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa SD di Palembang (Ilma, R. 2010). Dalam makalah ini dibahas bagaimana peningkatan profesionalisme guru SD melalui Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) di Kabupaten Muara Enim Sumatera Selatan.
KAJIAN PUSTAKA
Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)
Menurut Ilma (2010); (Zulkardi, 2005) yang menyatakan PMRI adalah suatu pendekatan yang diadaptasi dari RME banyak ditentukan oleh pandangan Freudenthal tentang matematika. Dua pandangan penting beliau adalah ‘mathematics must be connected to reality
and mathematics as human activity’.
Model Lingkungan Belajar PMRI yang digunakan dalam meningkatkan profesionalisme guru adalah model 3K (Kampus, KKG, Kelas), melalui model 3K guru mampu mengembangkan kemampuan matematika dan cara mengajarkan PMRI di kelas (Ilma, R. 2011).
Subjek penelitian adalah 40 orang guru dan 22 orang kepala sekolah dikecamatan Tanjung Enim dan Muara Enim di
kabupaten Muara Enim. Prosedur penelitian yang digunakan yang
Pada Pelatihan Guru Mat, 2 hr 1 hr pd Pel. Guru Mat 1
1 hr pd Pel. Guru Mat 2
Keterangan : = melatih Pelatih/ Narasumber Guru Inti Matematika PMRI
Gambar 2. Model Lingkungan Belajar PMRI bagi guru SD Kecamatan Muara Enim dan Tanjung Enim
merupakan modifikasi Frankel and Wallen, 2006 sebagai berikut:
(1) Identifikasi partisipan;
(2)Menggunakan perumusan masalah dunia nyata ke masalah matematika, menggunakan masalah matematika, dan menginterpretasikan pemecahan masa-lah matematika ke situasi dunia nyata; (3) Pengumpulan data – menggunakan
aktivitas siswa, rekaman video dan wawancara terhadap beberapa guru untuk mendapatkan informasi yang mendalam dari proses berpikir mereka; analisis data– data dianalisis secara deskriptif menyeluruh;
(4) Pembahasan dan kesimpulan. HASIL DAN PEMBAHASAN
Diawali dengan sosialisasi perkem-bangan pendekatan PMRI di Indonesia. Melalui kegiatan workshop tentang apa, mengapa, dan bagaimana PMRI dalam pengembangan materi, alat peraga serta bagaimana pelaksanaan pembelajaran matematika di kelas menggunakan PMRI. Pada sesi ini materi diberikan oleh Prof. Dr. Zulkardi, M.IKomp, M.Sc.dengan materi tentang ‘Perkembagan PMRI’, terlihat pada gambar 4 bahwa seluruh guru sangat antusias untuk mengetahui apa, bagaimana pelaksanaan PMRI dan menggunakannya di kelas.
Gambar 3. Naarasumber memberi Materi tentang PMRI
Aktivitas guru pada saat diberikan materi tentang perkembangan PMRI terlihat pada gambar 5 berikut. Prof Dr. Zulkardi memberikan materi diawali
dengan permainan jempol untuk materi sudut pandang, dan menggunakan tali.
Gambar 4. Aktivitas guru Materi I Dilanjutkan dengan pembelajaran materi PMRI yang diperagakan di kelas simulasi, dimana peneliti bertindak sebagai guru, sedangkan guru bertindak sebagai siswa , dalam hal ini diberikan materi tentang bangun datar dengan menggunakan tali, selanjutnya materi Nilai Tempat dengan menggunakan pipet terlihat pada gambar 5 berikut.
Gambar 5. Penggunaan pipet dan tali plastik
Kemudian pada saat pembuatan materi matematika berdasarkan pendekatan PMRI. Pada tahap ini guru diminta mendesaian konten berupa materi pembelajaran berdasarkan PMRI dan mensimulasikan materi yang telah dikembangkan di kelas simulasi, dimana salah satu guru sebagai guru sedangkan yang lainnya sebagai siswa, sehingga dapat diketahui kelemahan dari materi yang telah dikembangkan. Pada sesi ini guru diminta untuk mendesain RPP, dan bahan ajar terlihat pada gambar 6.
Gambar 6. Aktivitas Guru mendesain RPP, dan bahan ajar.
Selanjutnya pembuatan media berupa alat peraga matematika yang mudah dan murah. Pada tahap ini akan didata konsep matematika yang menjadi masalah di lapangan, kemudian guru dibimbing dalam menentukan dan membuat alat peraga yang sesuai dengan konsep matematika yang mudah dan murah. Tim Peneliti memberikan contoh pembelajaran operasi hitung penjumlahan bilangan bulat dengan menggunakan ‘kempyeng’ dari tutup botol yang digepengkan, selanjutnya guru membuat
alat peraga tersebut, terlihat pada gambar 7 berikut.
Gambar 7. Pembelajaran menggunakan kempyeng dan
pembuatan kempyeng
Pada saat ujicoba materi yang telah dikembangkan, dan alat peraga yang telah dibuat. diujicobakan di kelas masing-masing sesuai dengan analisis kebutuhan. Narasumber mendatangi 20 sekolah yang dipilih secara acak sebagai kelas percontohan. Yang terpilih SDN 21 Gelumbang, SDN 3 Gunung Megang, SDN 6 Muara Enim, dan SDN 9 Tanjung Agung sehingga telah dibentuk 4 KKG PMRI.
Di akhir penelitian dilaksanakan evaluasi menggunakan angket dengan hasil sebagai berikut.
Tabel 1. Hasil Angket Di akhir Penelitian
No Pertanyaan Hasil
1 Pemahaman guru terhadap materi PMRI yang dipelajari menyenangkan bagi guru
90%
2 Materi yang diberikan menggiring siswa ke suatu konsep matematika (siswa diberi kesempatan untuk menemukan sendiri konsep tersebut)
84%
3 Guru diberi kesempatan untuk berargumentasi
(mengemukakan
pendapat), menanggapi pertanyaan dan jawaban, serta memberikan alasan/bukti jawaban mereka
PENUTUP Kesimpulan
1. Menghasilkan 4 Kelompok Kerja Guru (KKG) PMRI yang masing-masing KKG terdiri dari 5 SD;
2. Melalui kegiatan ujicoba di sekolah, terlihat peningkatan kemampuan guru menggunakan pembelajaran PMRI; 3. Pendapat guru setelah diberikan
penelitian, menunjukkan 90% menyatakan memahami materi dan
pembelajaran menggunakan pendekatan PMRI. Selanjutnya 84% guru menyatakan materi PMRI dapat membuat siswa menemukan konsep sendiri. Selain itu 89% menyatakan pendekatan PMRI mampu membuat siswa mampu berargumentasi (menge-mukakan pendapat), menanggapi pertanyaan dan jawaban, serta memberikan alasan/bukti jawaban. Saran
1. Diharapkan diadakannya kembali kegiatan yang sama di seluruh KKG PMRI di Kabupaten Muara Enim. 2. Diharapkan dibentuknya KKG PMRI
di Kabupaten/Kota lain.
3. Diharapkan adanya kegiatan lanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Armanto, D. 2002. Teaching multiplication
and division realistically in Indonesian primary schools: A prototype of local instructional theory. Doctoral dissertation. Enschede: University of Twente. Diba Farah. 2009. Pengembangan materi
pembelajaran bilangan berdasarkan Pendidikan Matematika Realistik untuk siswa kelas V Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Matematika I(2). PPs Pendidikan
Matematika Universitas Sriwijaya. Fauzan, A. 2002. Applying realistic
mathematics education in teaching geometry in Indonesian primary schools. Doctoral dissertation. Enschede: University of Twente. Hadi, S. 2002. Effective teacher
professional development for implementation of realistic
mathematics education in
Indonesia. Doctoral dissertation.
Enschede: University of Twente. Ilma, R. 2010. Menjadi guru profesional
melalui penilaian. Makalah disampaikan pada Orasi Ilmiah Pelepasan Alumni FKIP Unsri. --- 2007. Pengembangan materi
ukuran pemusatan menggunakan Pendekatan PMRI di SMA N 17 Palembang. Jurnal Pendidikan Matematika. 4(2). PPs Pendidikan Matematika Universitas Sriwijaya. --- 2003. Pengembangan dan
pengevaluasian perangkat pembel-ajaran statistika menggunakan pendekatan RME di SLTP N 17 Palembang. Forum Kependidikan. 22(2). Universitas Sriwijaya.
Marpaung, J. 1995. Pendekatan RANI
[RANI approach]. The PGSD
Russefendi, E.T.1989. Pengajaran matematika modern untuk orang tua murid. Bandung: Tarsito.
Fraenkel , J. R., & Wallen, N.E. (2009).
How to design and evaluate research in education. New York:
McGraw-Hill.
Zulkardi. 2002. Developing A Learning
Environment on Realistic
Mathematics Education For Indonesian Student Teachers.
Publish Disertation University of Twente TheNetherlands.